Anda di halaman 1dari 56

ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Agama :
Anggota Kelompok 7 :
 Khalisha Salsabila (1711412027)
 Afiffurahman (1711412017)
 Indah Amelia (1711411021)
 Mia Riski Anggini (1711411004)
 Muhammad Ayarel Disdenata (1711412005)
 Nada Adriantoni (1711411024)
 Niki Claudya Liliana (1711413013)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS


2018
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan bayak nikmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
dalam Perspektif Islam” dengan baik.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan berkat kerjasama dari banyak
pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan terima kasih banyak kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam membentuk makalah ini.
Makalah ini kami sadari masih banyak memiliki kekurangan dan
kesalahan. Baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima segala kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca.
Demikianlah yang kami sampaikan, semoga makalah ini dapat membantu
menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Padang, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1. Pengertian Sehat ....................................................................................... 2

2.2. Karakteristik Pengobatan dalam Islam ..................................................... 5

2.3. Pengaruh Al-Quran Terhadap Proses Pemeliharaan dan Penyembuhan .. 6

2.4. Upaya Memperoleh Kesehatan ................................................................ 8

2.5. Falsafah Keperawatan Islam................................................................... 12

2.6. Landasan Dasar dalam Paradigma Keperawatan Islam.......................... 16

2.7. Konsep Nabi dalam Membangun Dunia Kedokteran ............................. 19

2.8. Pelayanan yang Prima Menurut Islam .................................................... 23

2.9. Tuntunan Tentang Sehat Wal Afiat ........................................................ 27

2.10. Filosofi Kedokteran Islam ...................................................................... 31

2.11. Drg Bintang 5 ......................................................................................... 39

2.12. Ayat Al-Quran dan Hadist Tentang Kedokteran .................................... 41

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 51

3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 51

3.2. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan. Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
Sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168 yang
artinya : “wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa
yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168)[1]
Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau sumur yang
airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan Kesucian
atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup
bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut
sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang kotor.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sehat?
2. Apa saja karakteristik pengobatan dalam Islam?
3. Apa pengaruh Al-Quran terhadap proses penyembuhan dan pemeliharaan?
4. Apa upaya memperoleh kesehatan?
5. Apa saja falsafah keperawatan Islam?
6. Apa saja landasan dasar dan paradigma keperawatan Islam?
7. Apa saja konsep Nabi dalam membangun dunia kedokteran?
8. Bagaimana pelayanan yang prima menurut Islam?
9. Apa tuntutan tentang sehat wal afiat?
10. Apa itu drg bintang 5?
11. Apa saja ayat Al-Quran dan hadits yang membicarakan tentang kedokteran?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sehat


Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Sehat adalah :
(1) baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit); waras
Contoh : sampai tua ia tetap “sehat” karena rajin berolahraga.
(2) (yang) mendatangkan kebaikan pd badan
Contoh : makanan dan lingkungan yg “sehat” diperlukan bagi pertumbuhan anak-
anak
(3) sembuh dr sakit
Contoh : dokter yg merawatnya menyatakan ia telah “sehat” dan boleh pulang
segera
(4) baik dan normal (tentang pikiran)
(5) boleh dipercaya atau masuk akal (tentang pendapat, usul, alasan, dsb)
(6) berjalan dengan baik atau sebagaimana mestinya (tentang keadaan keuangan,
ekonomi, dsb)
(7) dijalankan dengan hati-hati dan baik-baik (tentang politik dsb)
sehat akal : waras; tidak gila
sehat dan afiat : sehat wal alfiat
sehat jasmani : keadaan sehat badan (tubuh)
sehat jiwa : keadaan sehat jiwa
sehat keuangan negara : memperbaiki keuangan (ekonomi) negara
sehat masyarakat : kesehatan jasmani bagi rakyat
sehat pikiran : sehat akal
sehat walafiat : sehat dan kuat; benar-benar sehat

Sehat Menurut Undang-undang


UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut pengertian

2
tersebut maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial yang berkontribusi membentuk suatu
kemungkinan untuk seseorang produktif dalam kehidupan sosial dan ekonominya.

Sehat Menurut Istilah Kedokteran


Sehat adalah keteraturan atau sinerginya mekanisme biologis didalam
tubuh, kedoktern melihat dari sudut pandang biologi molukeler yaitu satu cabang
biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala
molekul.

Pengertian sehat menurut WHO


Sehat adalah "Health is a state of complete physical, mental and social
well-being and not merely the absence of diseases or infirmity". Menurut WHO,
ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat
yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan
baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno "Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat" (Men Sana In
Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah
agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak
monoton.

3
Konsep Sehat Menurut Perspektif Islam (Kesehatan Islam)
Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab
suci Al Quran.Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al
Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang
sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu
luang.”
Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi
dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat
diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan
masyarakat.

4
2.2. Karakteristik Pengobatan dalam Islam
6 Karakteristik Dasar Pengobatan Islam
Sesungguhnya setiap manhaj (metode) pengobatan memiliki ciri atau karakter,
berikut adalah 6 karakteristik dasar pengobatan Islam:
1. Sesuai dengan ajaran dan adab islam.
Dalam hal ini berarti pengobatan harus sesuai dengan syariat islam, jika
bertentangan dengan syariat islam maka itu bukan pengobatan yang islami.
2. Sesuai dengan logika dalam mempraktikan pengobatan.
Pengobatan islam juga harus berdasar pada keilmiyahan, karena islam dibagun
atas keyakinan dan ilmu. Tidak semata – mata keyakinan atau kepercaayaan saja.
Akan tetapi perlu ditekankan bahwa logika pengobatan islam adalah logika yang
beraasakan keilmuan islam, bukan keilmuan yang sudah terkontaminasi aliran –
aliran pemikiran yang bertolak belakang dengan islam.
3. Pendekatan Holistik.
Memberikan perhatian yang seimbang kepada tubuh,pikiran, dan jiwa; baik secara
individual maupun masyarakat.
4. Pendekatan Universal.
Menggunakan semua sarana untuk kemaslahatan orang banyak.
5. Pendekatan Ilmiah.
Yakni berdasarkan kesimpulan logis yang diambil dari pengamatan yang
menyeluruh, statistik yang akurat, dan pengalaman yang dapat dipercaya.
6. Menyempurnakan apa yang tidak dicapai oleh pengobatan – pengobatan
lain.

Ide – ide ini pertama kali disampaikan dalm konferensi internasional pertama
tentang pengobatan islami yang diadakan di kuwait pada bulan januari 1981.

5
2.3. Pengaruh Al-Quran Terhadap Proses Pemeliharaan dan
Penyembuhan
Tiga fungsi Qur‘an sebagai penyembuh:
1. Memberi efek legislatif: Ini termasuk iman (iman) kepada Allah tidak hanya
sebagai Pencipta tetapi juga Pemelihara dan Penjaga. Ini juga termasuk manfaat
medis dari kewajiban shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Sebagai pedoman kesehatan: Al-Qur’an mempromosikan cara hidup sehat dan
tradisi Nabi Muhammad (saw) yang menyehatkan, seperti penggunaan madu,
buah zaitun, buah, daging tanpa lemak, menghindari makan berlebihan, dan
larangan alkohol, daging babi, homoseksualitas, hubungan seksual saat
menstruasi.
3. Memberi efek penyembuhan langsung dari Qur’an: Pelafalan Quran oleh orang
yang sakit (ruqyah mandiri) atau untuk peruqyah, telah terbukti memiliki efek
penyembuhan langsung. Ini kemungkinan besar menggunakan manfaat medis
“echo”
Gema suara adalah suatu kekuatan yang dahsyat yang telah digunakan
(nenek moyang kita) untuk meluluh-lantahkan pegunungan. Sekarang di dunia
medis, versi miniatur dari gema (echo) digunakan dalam pengobatan untuk
memecah batu ginjal (lithotripsy), batu empedu, dan bahkan vegetasi di
endokarditis bakteri subendothelial (SBE).
Dr. Ahmed E. Kadi dan rekan-rekannya bahkan telah membuktikan
melalui penelitiannya bahwa, “Mendengarkan pembacaan Al-Qur’an yang
dilakukan oleh pasien berguna untuk menurunkan tekanan darah, denyut jantung,
dan menyebabkan relaksasi otot polos pasien Muslim Arab, Muslim non-Arab dan
bahkan di non-Muslim.”
Hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa secara tertarget,
1. Gema “Alif Lam Mim” (tiga kata pertama dari Surat AlBaqarah, surat kedua
pada Qur’an) berfungsi untuk kesembuhan penyakit jantung (dan kelainannya).
Sementara
2. Gema “Yaa-siin” pada Surat ke-36 adalah untuk pengobatan kelenjar hipofisis
dari otak.

6
Maka tidaklah mengherankan jika Nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam selalu menekankan membaca Qur’an dengan nyaring dan tidak
membacanya dalam hati dengan mengatakan, “Perbandingan antara pembaca
senyap dan pembaca nyaring adalah seperti botol parfum ketika ditutup dan ketika
dibuka.” (Al-Hadits)

7
2.4. Upaya Memperoleh Kesehatan
Usaha Kesehatan Pokok ( basic health services ) yang diajukan Organisasi
Kesehatan Sedunia ( WHO: World Health Organization ) sebagai dasar pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah:
1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang
atau hewan sakit, dari resevior ataupun dari benda – benda yang mengandung
bibit penyakit lainnya ke manusia – manusia yang sehat. Penyakit infeksi dapat
berupa virus, bakteri, dll.
2. Kesejahteraan Ibu dan Anak
Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak yang bergerak dalam pendidikan
kesehatan, pencegahan penyakit dan peningkatan penyakit, penting sekali untuk
meningkatkan kesehatan umum dari masyarakat.
3. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi, kimia, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan atau diperbanyak, sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dimusnahkan.
4. Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang
berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan kea rah yang lebih dewasa.
5. Statistik Kesehatan
Statistik Kesehatan adalah suatu pernyataan jumlah atau keterangan yang
sebaik – baiknya dsinyatakan dengan angka dari keadaan yang timbul dalam
masyarakat.
6. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah usaha perawatan yang dijalankan
dalam masyarakat yang dilakukan dalam waktu sakit maupun sehat, guna

8
meningkatkan derajat kesehatan, memperbaiki hygiene lingkungan, pencegahan
penyakit dan rehabilitasi.
7. Pemeriksaan, Pengobatan dan Perawatan
Pemeriksaan, Pengobatan dan Perawatan merupakan suatu tindakan dalam
segala kegiatan yang kerkaitan dengan kesehatan masyarakat.

Dalam program kesehatan nasional tercantum 17 macam usaha / kegiatan


kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang
atau hewan sakit, dari resevior ataupun dari benda – benda yang mengandung
bibitr penyakit lainnya ke manusia – manusia yang sehat. Penyakit infeksi dapat
berupa virus, bakteri,dll.
2. Kesejahteraan Ibu dan Anak
Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak yang bergerak dalam pendidikan
kesehatan, pencegahan penyakit dan peningkatan penyakit, penting sekali untuk
meningkatkan kesehatan umum dari masyarakat.
3. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi, kimia, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia,
dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan atau diperbanyak, sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dimusnahkan.
4. Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat sekolah, baik itu siswa – siswi atau anak didik, guru, kepala sekolah,
dll. Usaha Kesehatan Sekolah mencakup Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah atas.
5. Usaha Kesehatan Gigi
Penyakit Gigi dan mulut, khususnya penyakit caries Dentis merupakan suatu
penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di seluruh dunia
sehingga betul – betul menjadi masalah Kesehatan Masyarakat. Untuk itu perlu
adanya usaha peningkatan kesehatan di bidang kesehatan bagian Gigi.

9
6. Usaha Kesehatan Mata
Penyakit mata masih banyak terdapat dikalangan masyarakat Indonesia.
Penyakit mata ada yang menular dan ada yang tidak, jika tidak diberikan
pengobatan maka akan mengakibatkan kebutaan.
7. Usaha Kesehatan Jiwa
Keadaan kesehatan jiwa adalah keadaan yang menggambarkan kesatuan
hubungan yang erat antara pikiran, perasaan, atau ucapan dan tingkah laku.
Karena itu sangatlah sulit untuk memberikan batasan kesehatan jiwa dengan kata
– kata yang sederhana.
8. Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang
berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan kea rah yang lebih dewasa.
9. Usaha Gizi
Dalam kehidupan manusia sehari hari, orang tidak terlepas dari makanan,
karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping
udara. Dalam makanan harus mengandung berbagai unsure gizi, seperti protein,
lemak, vitamin, dll.
10. Pemeriksaan, Pengobatan dan Perawatan
Pemeriksaan, Pengobatan dan Perawatan merupakan suatu tindakan dalam
segala kegiatan yang kerkaitan dengan kesehatan masyarakat
11. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah usaha perawatan yang dijalankan
dalam masyarakat yang dilakukan dalam waktu sakit maupun sehat, guna
meningkatkan derajat kesehatan, memperbaiki hygiene lingkungan, pencegahan
penyakit dan rehabilitasi.
12. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah daya upaya manusia untuk mengatur secara
sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral
pancasila demi untuk kesejahteraan keluarga.

10
13. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha – usaha untuk mengembalikan bekas penderita
kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna sesuai dengan kemampuannya.
14. Usaha – Usaha Farmasi
Usaha – usaha peningkatan kesehatan peda bidang farmasi yakni pengawasan
obat – obatan, baik itu obat – obatan palsu yang beredar dalam masyarakat juga
obat yang telah jatuh tempo.
15. Laboratorium
Usaha di bidang laboratorium erat sekali hubungannya dengan pengawasan
terhadap penyakit – penyakit akut epidemis dan kronis endemis juga dengan
usaha pemeriksaan pengobatan dan perawatan orang sakit.
16. Statistik Kesehatan
Statistik Kesehatan adalah suatu pernyataan jumlah atau keterangan yang
sebaik – baiknya dinyatakan dengan angka dari keadaan yang timbul dalam
masyarakat.
17. Administrasi Usaha Kesehatan Masyarakat
Menejemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran
manajemen adalah system pelayanan kesehatan masyarakat.

11
2.5. Falsafah Keperawatan Islam
Penyakit dalam pandangan islam adalah suatu gangguan keseimbangan
sebagai mana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab dari gangguan ini dapat
dicari baik dari kekuatan yang menguasai alam maupun yang berasal dari kuasa
manusia. (Stevens, 1999:284).
Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi cinta
kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keperawatan sebagai profesi
bukan hal baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk simpati
dan tanggung jawab terhadap yang membutuhkan. Usaha ini telah dimulai selama
pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan peradaban. (Dahlia, 2013:1).
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang
(Inna, 2009:2).
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah. (Surah Al-Baqarah ayat 172)
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja makanan yang halal, tetapi juga
makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya
maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak
sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari
isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Karena itu, salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW
adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional,
yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara.
Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat,
damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam
adalah membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia

12
dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara
sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang
dapat diketahui secara darurat (al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima ja-
a bihi Nabiyu Muhammadin sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al dlarurat).
Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian kehidupannya
menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara seperti
itulah hidup menjadi bermakna (Lubis, 2011:3).
Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk
termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada
agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari
ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk,
menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka
memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat (Lubis, 2011:3).
Oleh karena itu profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki berbagai
aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i, guru dan
sebagainya. Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut
pandangan Islam:
1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah
memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang
mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min
yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih
baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan
Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang mandiri yaitu yang dapat
menolong orang lain karena perbuatan itu pada hakikatnya adalah menolong
dirinya sendiri.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan
sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT.
Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien.
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen
keislaman yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya

13
karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam
seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min
husni islam al mar-I tarku ma la ya’nihi).
4. .Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga memperhatikan
kebutuhan fisik dan psikisnya.
Prinsip Keperawatan dalam Islam:
1. Aspek Teologis yaitu setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi
yaitu kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka
12 seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan
inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya
kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang
sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan
hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah
bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam pemahaman akidah yaitu
antara usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan
dalam perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam
Al Quran sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara
maksimal karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah
sendiri. Sementara pada ayat yang lain menegaskan seakan manusia tidak
berperan sedikitpun dalam perbuatannya dengan mengatakan “Dan Allah yang
menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan”.
2. Aspek fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah
adalah mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan
tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh
hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan
tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan
demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh
informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan
sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang 13 tidak muslim. Anjuran tentang hal
ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain dengan penyebutan
tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa

14
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam
adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berpikir. Selanjutnya
dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda-tanda orang yang disebut ulul
albab yaitu orang yang selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan
bumi; dan kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir
pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari azab
neraka.
3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang
beriman hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah
sesuai dengan Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau
melihatNya dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia
melihatmu (an ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu
yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak
memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam hatinya
terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang takut
berbuat maksiat.

15
2.6. Landasan Dasar dalam Paradigma Keperawatan Islam
Pengertian Keperawatan
Pengertian keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) “Nursing is based upon
art and science which would the attitudes, intellectual competencies and technical
skills of the individual nurse into the desire and ability to help people sick or well
cope with their health needs, and may be carried out under general of specific
medical direction”
Menurut Bahasa Indonesia keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual
yang komprehensif, ditunjukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup selurug proses kehidupan manusia.
Menurut keislaman, keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibadah yang
berbentuk pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
Pengertian menurut keislaman nantinya dapat kita kaitkan kepada komponen
paradigma keparawatan dalam Islam. Oleh karena itu perlu kita memahami
pengertiannya paradigma keperawatan dalam Islam
Paradigma keperawatan dalam Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan,
nilai-nilai dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang
melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.
Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki empat komponen
yang dilandasi oleh prinsip dan ajaran islam Yaitu:
1. Manusia Dan Kemanusiaan.
Firman Allah SWT ( QS. At-Tiin: 4 ):
Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Berdasarkan dalil diatas , maka manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik
bentuknya dan dimuliakan Allah, terdiri dari : Jasad, Ruh, dan Psikologis, dimana
makhluk lainnya yang ada dilangit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada
manusia kecuali Iblis.

16
Dalam Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.
Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah ,
dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya.An-Naas. Mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk
sosial.
2. Lingkungan
• Lingkungan Internal:
Lingkungan yang berada dalam diri manusia, meliputi:
Genetik, struktur dan tubuh, psikologis dan internal spiritual.
• Lingkungan Eksternal:
Lingkungan sekitar yang berada diluar diri manusia yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan, meliputi:
Lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual
3. Sehat dan Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera , penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam
aspek jasmani, rohani dan social.
Dilandasi oleh Firman Allah SWT: (QS. Ar-Ra’d: 28)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
Upaya kesehatan adalah sebagai berikut:
• Promotif
Firman Allah SWT:
‫سبِي ِل فِي َوأَ ْن ِفقُوا‬ َ ‫ّللاَ إِ َن ۛ َوأَحْ ِسنُوا ۛ الت َ ْهلُ َك ِة إِلَى بِأ َ ْيدِي ُك ْم ت ُ ْلقُوا َو َل‬
َ ِ‫ّللا‬ َ ‫ْال ُمحْ ِسنِينَ ي ُِحب‬
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-
Baqarah: 195)
• Prefentif
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

17
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” ( QS. At-Tahrim : 6)
• Kuratif
Artinya: “Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-
Syuara: 80)
• Rehabilitatif.
Firman Allah SWT: (QS. Ar-Ra’du: 11)
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
4. Keperawatan.
Adalah Manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
keimanan, keilmuan dan amal serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio- spiritual yang kompehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia.

18
2.7. Konsep Nabi dalam Membangun Dunia Kedokteran
Tindakan Preventif Rasulullah
Tindakan preventif atau pencegahan dikenal dua jenis:
a. Pencegahan dari hal-hal yang dapat menimbulkan sakit, atau dari hal-hal yang
memperparah penyakit yang sudah ada sehingga setidaknya penyakitnya tidak
bertambah. Cara pertama ini disebut pencegahan penyakit bagi orang sehat.
b. Tindakan preventif bagi orang sakit. Kalo orang sakit mampu melakukan
tindakan preventif, maka penyakitnya bisa dicegah agar tidak semakin parah
sehingga ia bisa meningkatkan stamina untuk mengusir penyakit tersebut.
Beberapa petunjuk Rasulullah dalam menjaga kesehatannya adalah sebagai
berikut:
1. Selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut
beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal
berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal
barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik
tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan
kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air
untuk membersihan air lir dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian
menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim).
2. Tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk
makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk
udara (gas). Disabdakan. ”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang
lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat
memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat
mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman,
dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
3. Makan dengan tenang, tuma’ninah, tidak tergesa-gesa dengan tempo
sedang Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak,
tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa

19
dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan
sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam
jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.
4. Cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun
pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak,
19 lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak
pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur
sekadar yang dibutuhkan.
5. Istikamah melakukan saum sunnat, diluar saum ramadhan. Karena itu, kita
mengenal beberpa saum sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis,
ayyamul bith, saum Daud, saum enam hari di bulan Syawal, dsb. Saum adalah
perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani. Pengaruhnya
dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai ampas makanan, menahan diri dari
makanan berbahaya sangat luar biasa. Saum menjadi obat penenang bagi stamina
dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Saum sangat ampuh untuk
detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.
6. Selalu bangun sebelum subuh. Rasul selalu mengajak ummatnya untuk
bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat
subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yang mendalam antara lain:
• Berlimpah pahala dari Allah
• Kesegaran udara subuh yang bagus untuk kesehatan
• Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
7. Aktif menjaga kebersihan. Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari
kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong
kuku, bersisir dan berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumaat adalah wajib bagi
setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-
haruman”. (HR Muslim)
8. Gemar berjalan kaki. Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan
jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki,
keringat akan mengalir,pori- pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan
lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.

20
9. Tidak pemarah. Nasihat Rasulullah :"Jangan Marah" diulangi sampai 3
kali. Ini menunujukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak
pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan
kesehatan jiwa. Ada terapi yang tepay untuk menahan marah:
• Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk
maka berbaring
• Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithan
• Segeralah berwudhu
• Shalat 2 rakaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan
hati.
10. Tak pernah iri hati. Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa,
mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat
tepat. “Ya Allah, bersihkanlah hatiku dari sifat mazmumah dan hiasilah diriku
dengan sifat mahmudah”.
Ibnu Qoyyim, seorang intelektual Islam berkata: “Barangsiapa yang
memperhatikan pola tidur Rasulullah, niscaya ia akan memahami pola tidur yang
benar dan paling bermanfaat untuk badan dan organ tubuh”. Posisi tidur Nabi saw.
adalah miring ke sebelah kanan. Adapun manfaat dari posisi tidur miring ke kanan
yaitu:
1. Menjaga saluran pernafasan Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke
pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi
telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga
mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan
terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur.
Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya
oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.
2. Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal
ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri.
Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena
darah yang masuk ke atrium juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan

21
berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang
lebih banyak dari paru-paru kiri.
3. Menjaga kesehatan paru-paru Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan
dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan
condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan
lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan
paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.

22
2.8. Pelayanan yang Prima Menurut Islam
Akhir-akhir ini kita acap kali mendengar konsep pelayanan prima yang diterapkan
diberbagai sektor dan bidang kehidupan, tujuannya tidak lain adalah untuk
menggapai target “Pelayanan Terbaik” (Excellent service). Hal ini dikarenakan
“Pelayanan Terbaik” menjadi kunci eksistensi sebuah instansi. Prinsip pelayanan
prima adalah A3, 1. Attitude (sikap) yang benar 2.Attention (perhatian) yang tidak
terbagi dan 3.Action (tindakan), jika ketiganya dijalankan dengan baik maka
pelayanan terbaik akan diraih.
Sebelum lebih jauh kita membahas konsep pelayanan prima, terlebih dahulu kita
harus mengetahui bahwa Allah menciptakan 2 model hubungan (interaksi)
didunia ini. Pertama : Hubungan (interaksi) manusia dengan tuhannya (disebut
dengan Ibadah). Kedua : Hubungan (interaksi) manusia dengan sesama (disebut
Muamalah). Pada kesempatan kali ini kita hanya akan membahas model
hubungan yang kedua yaitu interaksi manusia dengan sesama.
Interaksi antar sesama manusia mempunyai 2 nilai built in yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain,pertama adalah interaksi itu harus selaras dengan
hukum Islam, dan kedua interaksi itu memiliki kandungan nilai-nilai akhlak
mulia. Yang dimaksud dengan keselarasan hukum adalah, bahwa setiap interaksi
antar sesama manusia “harus” sejalan dengan rule of the game syariat Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan kandungan akhlak adalah bahwa semua
interaksi yang mendapat legitimasi hukum Islam “pasti” mempunyai nilai-nilai
akhlak mulia didalamnya. Sebagai contohnya adalah prosesi jual beli, jika 2 nilai
diatas kita terapkan pada ranah jual beli, maka akad jual beli yang kita lakukan
harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam fikih Islam, disamping itu akad
ini juga memiliki nilai dan pesan akhlak didalamnya, yaitu menolong dan
memudahkan urusan sesama manusia, atau dengan bahasa yang lebih simpel
segala bentuk interaksi dalam Islam disamping mempunyai profit oriented juga
tidak boleh menafikan social oriented.
Memberikan pelayanan terbaik kepada umat manusia adalah pekerjaan yang
sangat mulia dan merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang mau
melakukannya. Dan sekarang tiba saatnya bagi kita untuk menelaah “sebagian

23
kecil” ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang mendorong umat manusia untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada sesama. Akan tetapi sebelum berbicara
lebih jauh Islam meletakkan batasan yang difirmankan oleh Allah dalam salah
satu ayat yang berbunyi: (Al-Maidah ayat 2)

‫ش َعا ِئ َر ت ُ ِحلوا َل آ َمنُوا ا َلذِينَ أَي َها َيا‬ َ ‫ش ْه َر َو َل‬


َ ِ‫ّللا‬ ْ ‫ام‬
َ ‫ََالح ال‬ َ ‫ْي َو َل َر‬ َ ‫ام ا ْل َبيْتَ ِآمينَ َو َل ْالقَ ََل ِئدَ َو َل ْال َهد‬
َ ‫ْال َح َر‬
َ‫طاد ُوا َحلَ ْلت ُ ْم َوإِذَا ۚ َو ِرض َْوا ًنا َر ِب ِه ْم ِم ْن فَض ًَْل يَ ْبتَغُون‬ ْ ‫صدو ُكم أ َ ْن قَ ْوم َشنَآنُ يَجْ ِر َمنَ ُك ْم َو َل ۚ فَا‬
َ ‫ص‬ َ َْ ‫ْال َمس ِْج ِد َع ِن‬
‫اْلثْ ِم َعلَى َاونُوا ََتَع َو َل ۖ َوالتَ ْق َوى ْالبِ ِر َعلَى َوتَعَ َاونُوا ۘ تَ ْعتَد ُوا أ َ ْن ْال َح َر ِام‬ ِ ‫ّللاَ َواتَقُوا ۚ َو ْالعُد َْو‬
ِ ْ ‫ان‬ َ ۖ ‫ّللاَ إِ َن‬
َ ُ ‫شدِيد‬
َ
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Melalui ayat diatas Allah memerintahkan kepada kita untuk saling menolong
didalam koridor “mengerjakan kebajikan dan takwa” dan Allah melarang
sebaliknya. Jika kita melanggar ketentuan Allah maka hukuman akan diberikan
dan “Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Jadi interaksi itu boleh
dilakukan kapanpun dan dengan siapapun selama tidak melanggar batasan diatas.
Dalam salah satu haditsnya rasulullah SAW memerintahkan kepada kita agar
berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, bahkan beliau
menjadikan “bermanfaat bagi sesama” sebagai parameter baik tidaknya kualitas
iman seseorang. Hal ini beliau sampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
sahabat Jabir bin Abdillah :

24
(( ‫)) للناس أنفعهم الناس خير‬
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya”.

Dalam kitab Sohih Muslim sahabat Abu Hurairah RA meriwayatkan sebuah


hadits yang berbunyi : “Barang siapa menghilangkan (memberikan solusi)
kesukaran seorang mukmin didunia maka kelak Allah akan menghilangkan
kesukarannya dihari kiamat. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi
orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusan
duniawi dan akhiratnya. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka
Allah akan menutupi (keburukannya) didunia dan akhirat, dan Allah akan
senantiasa membantu hamba-Nya selama dia mau membantu saudaranya.”
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang keutamaan yang didapatkan seseorang
jika dia mau memberikan bantuan dan pelayan kepada sesama demi untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Baik pertolongan dalam bidang materi, berbagi
ilmu, bahu membahu mengerjakan sesuatu, memberikan nasehat dan masih
banyak lagi. Dan yang juga perlu kita tegaskan disini bahwa hadits ini melarang
kita untuk mengumbar “aurat (kejelekan)” orang lain, karena konsekwensi
mengumbar “aurat” orang lain adalah Allah akan membuka “aurat” kita
dihadapan makhluknya.
Hadits berikutnya adalah tentang standar layanan yang “harus” diberikan kepada
sesama. Beliau Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat Anas bin Malik RA :

ِ ‫)) لنَ ْفسِه ي ُِحب ما ألخيه ي ُِحبَ حتى أحدُكم ي‬


(( ‫ُؤمنُ ل‬
“Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti dia
mencintai dirinya sendiri”.(HR. Bukhori).

Inti hadits ini adalah “Perlakukan saudara anda seperti anda memperlakukan diri
anda sendiri”. Kita pasti ingin diperlakukan dengan baik, kita pasti ingin dilayani
dengan baik, kita pasti ingin dilayani dengan cepat, maka aplikasikan keinginan
anda tersebut ketika anda melayani orang lain.

25
Hadits berikutnya adalah tentang pentingnya tersenyum. Senyum menjadi
sambutan yang paling hangat dibandingkan apapun, bahkan tak jarang senyum
menjadikan interaksi lebih akrab. Rasulullah SAW mengajarkan hal ini kepada
kita dalam salah satu hadits yang diriwayatkan sahabat Abu Dzar al-Ghifari :

(( ‫)) صدقة أخيك وجه في تبسمك‬


“Tersenyum dihadapan saudaramu adalah sedekah”.

Kesimpulannya adalah jika kita mau menelaah lebih jauh ajaran Islam kita akan
banyak banyak sekali nilai-nilai interaksi sosial yang saat ini sedang digalakkan
diberbagai instansi pemerintahan maupun swasta. Hal ini bukan merupakan
sesuatu yang sulit untuk diterapkan, yang dibutuhkan adalah rasa cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya agar nilai-nilai interaksi sosial itu bisa diterapkan secara
menyeluruh. Jika agama kita mempunyai produk lengkap, kenapa kita musti
meng-impor produk buatan orang lain?

26
2.9. TuntunanTentang Sehat WalAfiat
Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi
ragawi dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat Wal Afiat
ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun
kesehatan masyarakat.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi
dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam
lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat
dan Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut
dengan salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna
yang terkandung dalam kata yang tidak disebut.Dalam kamus bahasa arab sehat
diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana
dan tipudaya. Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh
secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya. Dengan
demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk
senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan
bisa dikatakan Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus
diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah
karena telah diberi nikmatkesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan. Firman
Allah dalam Al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim [14]:7).
Sebagai seorang Muslim, keyakinan atas kondisi sehat seseorang terkait takdir
pula. Meski sudah berperilaku sehat, apabila Allah mentakdirkan ia sakit maka
seseorang akan menderita kesakitan. Apabila seseorang ditakdirkan oleh Allah
untuk sehat maka sehatlah ia. Janji Allah SWT dalam Surah Asy Syu’araa’ [26]:
78 – 82: “(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang

27
menunjuki Aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu.
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. Dan yang akan
mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat
kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
Sedangkan berdasarkan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi
SAW bersabda: Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan
untuk mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT
(HR. Muslim). Bahkan Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit kecuali juga
menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
RA dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga
menurunkan obatnya (HR Bukhari).
Terkait dengan takdir, didalam Al Quran dikisahkan tentang Nabi Ayub yang
ditimpa serangan penyakit pada hampir seluruh organ tubuhnya. Bagian tubuh
yang tersisa dari serangan penyakit ketika itu adalah lidah dan hatinya. Pada saat
terkena penyakit, Nabi Ayub pun kehilangan anak-anaknya dan harta benda yang
dimilikinya sehingga menambah berat penderitaannya. Dengan lidah dan hati
yang tersisa, seakan Allah SWT memberi jalan kepada Nabi Ayub untuk berzikir
dengan lidahnya dan berdoa dalam hati memohon doa agar diridhoi untuk hidup
sehat kembali. Akhirnya, dikisahkan Nabi Ayub pun sembuh seperti sediakala
danharta beserta keluarganya dikembalikan.
Kisah Nabi Ayub dalam Al Quran terdapat pada Surah Al Anbiyaa’ [21]:83-
84, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.
Menurut Aswadi Syuhadak dari UIN Sunan Ampel Surabaya, indikasi sakit,
sembuh dan sehat dalam bahasa Al-Qur’an, secara berurutan dapat didasarkan
pada kata maradl, syifa’ dan salim. Kata maradl dan syifa’ secara berdampingan
diungkapkan dalam QS.al-Syu`ara’ [26/47]: 80 “Apabila aku sakit, Dialah yang

28
menyembuhkan aku“. Pada ayat ini tampak dengan jelas bahwa term sakit-maradl
dikaitkan dengan manusia, sedangkan syifa’ maupun kesembuhan yang diberikan
pada manusia adalah disandarkan pada Allah SWT. Kandungan makna demikian
ini juga mengantarkan pada sebuah pemahaman bahwa setiap ada penyakit pasti
ada obatnya, dan apabila obatnya itu sesuai penyakitnya akan memperoleh
kesembuhan, dan kesembuhannya itu adalah atas izin dari Allah SWT.
Kata salim, lanjut Aswadi Syuhadak, dapat dijadikan rujukan bahwa makna
kesehatan menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam diri manusia, baik
jasmani maupun ruhani, lahir maupun batin, baik tauhid rububiyah (insaniyah)
maupun uluhiyah (ilahiyah) sejak dari awal kehidupan hingga di hari kebangkitan.
Istilah kesehatan jasmani dalam kajian ini lebih difokuskan pada perilaku amal
shalih dan bukan sekedar berorientasi pada bentuk jasadiyah, badaniyah maupun
harta kekakayaan, tetapi sekali lagi bahwa kesehatan jasmani di sini lebih
mengarah pada amal perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai ruhaniyah
uluhiyah maupun rububiyyah.
Kesehatan amaliyah inilah yang dapat bertahan hingga hari kebangkitan.
Sedangkan kesehatan jasadiyah, badaniyah maupun ekonomi dapat dipahami
sebagai raga, alat atau media yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai
kebersihan amal dengan melalui pertimbangan tauhid rububiyah maupun
uluhiyah. Boleh jadi jasad, raga, alat dan media tidak permanen, melainkan bisa
bergeser, berubah dan rusak, demikian pandangan Aswadi Syuhadak.
Dengan demikian, anjuran terhadap umat Islam dalam menjaga kesehatan
terkait dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit (illness
behavior). Teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog kesehatan
mengartikan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan
bergizi. Sedangkan perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan (Solita
Sarwono, 1993: 31-36).

29
Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi
urusan publik maka terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan perilaku
sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain:
kebijakan penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit; kebijakan peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan
peningkatan status sosial ekonomi masyarakat; kebijakan peningkatan upaya
kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup;
Kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya
peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
terutama untuk ibu dan anak; dan kebijakan peningkatan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat

30
2.10. Filosofi Kedokteran Islam
Untuk mencari akar sejarah kedokteran Islam tentu bukanlah masalah yang
mudah karena dari beberapa referensi menunjukan bahwa kedokteran dalam Islam
secara murni “tidak ada”. Pemikiran dan ilmu kedokteran dalam Islam semua
hampir I pengaruhi oleh pemikiran Yunani. Pemikiran Yunani mempengaruhi
budaya Muslim Arab baik secara tidak langsung dengan jalan penyebaran maupun
secara langsung melalui tempat di mana ia sangat dihormati oleh kaum terpelajar.
Pengaruh ini tidak hanya pada ilmu kedokteran namun hampir dalam semua ilmu
rasional (kimia, fisika, biologi matematika) adalah hasil dari penerjemahan dari
bahasa Yunani. Kajian filsafat terhadap berbagai susunan benda kosmis (jagat
raya) merupakan latar belakang filosofis ilmu kedokteran Islam. Meskipun
kedokteran Islam berasal dari warisan Yunani, Persia (Iran), dan India, semua
warisan itu “diislamkan” sehingga merasuk ke dalam struktur umum peradaban
Islam.
Beberapa karya dalam ilmu kedokteran Orang Yunani Kuno mempercayai
Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury
Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib
terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu
kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras’ (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani
yang menulis dasar-dasar pengobatan.
Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1 M) di Asia Minor. Ia adalah
dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalat ilmu kedokteran Yunani.
Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis risalat pokok-pokok
kedokteran yang menjadi dasar pembentukan farmasi selama beberapa abad.
Dokter asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh adalah Galen (2 M).
Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 M
membuahkan hasil. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang
dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab.
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu
pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya
berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga

31
menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Hal senada juga disebutkan oleh
Arkoun bahwa “Sebenarnya aktivitas intelektual yang, setelah penaklukan
Alexander , telah berkembang di Timur Tengah, mulai menemukan ekspresi
dalam bahasa Arab pada abad ke- 9 dan ke -10. Sebelum Islam datang, pusat-
pusat besar kehidupan intelektual di dalam bahasa Yunani dan bahasa Syiria pada
umumnya dimotori oleh orang Kristen yang di sini disebutkan beberapa
diantaranya yaitu : Edessa, Nisibe, Seleucia-Ctesiphon, Jundishapur, Antioch dan
Harran.”
Buah pikiran para tabib di era Yunani Kuno secara gencar dialihbahasakan.
Adalah Khalifah Al-Ma’mun dari Diansti Abbasiyah yang mendorong para
sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur penting ke dalam bahasa
Arab. Khalifah pun menawarkan bayaran yang sangat tinggi, berupa emas, bagi
para sarjana yang bersedia untuk menerjemahkan karya-karya kuno.
Sejumlah sarjana terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer
pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Jurjis Ibn-Bakhtisliu, Yuhanna
Ibn Masawaya, serta Hunain Ibn Ishak ikut menerjemahkan literatur kuno. Selain
melibatkan sarjana-sarjana Islam, tak sedikit pula dari para penerjemahan itu yang
beragama Kristen. Mereka diperlakukan secara terhormat oleh penguasa Muslim.
Sejauh berurusan dengan sains kedokteran dan farmakologi, dilapangan ini dan
terkait, capaian-capaian sains Islam tidak kalah menakjubkan jika dengan capaian-
capaian dalam matematika dan astronomi. Sekali lagi, memanfaatkan sumber-
sumber Yunani, Iran dan India, umat Islam menyatu padukan tradisi-tradisi
Hiprokratik dan Galenik dengan unsur-unsur Iran dan India guna melahirkan satu
aliran kedokteran tesendiri yang yang bertahan sebagai madzab yang hidup hingga
dewasa ini diberbagai kawasan Asia. Ilmu kedokteran Islam memadukan suatu
pendekatan filosofi yang didasrkan pada prinsip-prinsip kosmologikal yang
mendominasi raga manusia yang dipandang sebagai mikrokosmis, dengan
pendekatan klinis dan observasional. Dokter-dokter muslim menekankan
pengobatan preventif, khususnya diet dan melakukan telaah yang ekstensif
mengenai perbandingan antara kesehatan psikologikal dan fisikal.
Selama abad keemasan ilmu pengetahuan Muslim, para cendekiawan
Persia unggul dalam asimmilasi dan pengembangan lebih lanjut dari ilmu

32
kedokteran Islam adalah jelas. Ilmu pengetahuan kedokteran diterima dai tangan
orang-orang Kristen dan Sabian menjad milik para cendekiawan Muslim,
kebanyakan Persia.
Ilmu kedokteran Islam merupakan salah satu bagian peradaban yang paling
masyhur dan dikenal. Bukan hanya selama Abad pertengahan, dokter dan
kedokteran Islam dikaji dengan sungguh-sungguh di Barat, tetapi juga pada masa
Renaisans dan Abad 17. Barulah pada abad ke 19 pengkajian kedokteran Islam
dihapus dari kurikulum sekolah dan perguruan di seluruh dunia Barat. Meskipun
kedokteran Barat modern sudah berkembang pesat, di Timur ilmu kedokteran
Islam masih terus dipelajari dan dipraktekkan.
Aliran kedokteran (At-Tibb) ini sangat berarti bukan karena nilai
intrinsiknya, tetapi juga karena selalu berkaitan erat dengan sains lainya, terutama
dengan filsafat. Orang bijak atau hakim, yang sepanjang sejarah Islam merupakan
tokoh sentral dalam pengembangan dan penyebaran sains biasanya juga seorang
dokter. Banyak diantara filsuf dan ilmuwan terkenal Islam, seperti al Kindi, al
Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd juga seorang dokter.
Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam sekolah Jindi
Shapur. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota
Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu.
Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan
sistematik. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran
terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis,
dan Ibn- Maimon.
Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Pemilik nama lengkap
Abu-Bakr Mohammaed Ibn-Zakaria Al-Razi itu adalah dokter istana Pangerang
Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan
menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Salah satu
buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul ‘Al-Mansuri’ (Liber Al-Mansofis).
Ia menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain; kesehatan
publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Bukunya yang lain
berjudul ‘Al-Murshid’. Dalam buku itu, Al-Razi mengupas tentang pengobatan
berbagai penyakit. Buku lainnya adalah ‘Al-Hawi’. Buku yang terdiri dari 22

33
volume itu menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di Paris. Dia juga
menulis tentang pengobatan cacar air.
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal
di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi
menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada
masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk
menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.
Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, ‘Al-Tastif
Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’ – ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad
pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi
menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan
alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama
membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.
Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau
Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil
ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi
semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata.
Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di
Eropa.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes
(1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di
di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya
berjudul ‘Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet). Buku itu berisi ramngkuman ilmu
kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul ‘Al-Taisir’ mengupas praktik-
praktik kedokteran.
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208
– 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran Islam.
Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah buku
kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah ‘Mujaz Al-Qanun’. Buku
itu berisi kritik dan penmbahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina.
Beberapa nama dokter Muslim terkemuka yang juga mengembangkan
ilmu kedokteran antara lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang dokter yang

34
terkemuka di Spanyol; Ibnu Tufails tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M;
dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol
dan Afrika.
Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-
sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami
kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.
Penghubung organik yang paling penting antara tradisi kedokteran Islam
dan tradisi kedokteran yang mendahuluinya adalah perguruan di Jundishapur yang
terletak di dekat kota Persia (sekarang ahwaz). Kota ini oleh raja Persia, Shapur I,
pada abad ke 3 dibangun kembali dengan maksud menjadikannya pusat ilmu.
Akhirnya, Jundishapur menjadi pusat ilmu, khususnya ilmu kedokteran
Hipokrates. Kemudian, raja Shapur II mendirikan universitas reguler yang
mempertemukan berbagai aliran kedokteran. Di sinilah para dokter aliran
Nestorian mengajarkan dan mempraktekan kedokteran Yunani. Sementara,
pemikiran Zoroaster dan praktek kedokteran loka Persia terus memberikan
pengaruh yang besar. Di samping itu, pengaruh kedokteran India berangsur-
angsur mulai terasa di Jundishapur, khususnya selama abad ke-6 dibawah
pemerintahan Ansyrwan. Dengan demikian perguruan Jundishapur menjadi
tempat pertemuan kedokteran Yunani, Persia dan India. Perguruan ini berada pada
puncaknya ketika kekuasaan Islam sedang mengembangkan sayapnya.
Sebelum wilayah Persia berada di bawah kekuasaan Islam. Perguruan
Jundishapur itu menjadi jembatan dalam pengembangan antara kedokteran Islam
dan pra-islam. Di samping, Jundishapur, kedokteran Yunani juga dipraktikan di
Iskandariah, pusat terbesar sains Helenistik (masa penyebaran paham yang berasal
dari kebudayaan Yunani Kuno yang disebut Helenis). Ketika Islam menaklukan
Mesir abad ke-1 H/ke-7 M, ada indikasi bahwa kedokteran Helenistik itu masih
hidup. Dengan demikian, Ikandariah juga merupakan tempat para ilmuwan
muslim berkenalan dengan kedokteran Yunani.
Orang Arab sendiri juga memiliki ilmu kedokteran sederhana. Dengan
datangya Islam, mereka tidak mengalami perubahan langsung. Bahkan
kebanyakan mereka kurang percaya terhadap ilmu kedokteran Jundishapur dan
Iskandariyah. Dokter Arab pertama yang belajar kedokteran di Jundishapur antara

35
lain Haris bin Kaladah, orang sezaman Rosulullah. Namun bagi orang arab yang
lebih besar artinya adalah ucapan Rosulullah tentang kedokteran, higiene, diet dan
sebagainya. Ucapan itu diterima dan diikuti dengan sepenuh hati dengan
kepercayaan yang bulat yang menjadi keyakinan penuh dan ciri generasi muslim
awal. Hal ini disebabkab Islam sebagai petunjuk bagi segala aspek kehidupan
manusia juga menaruh perhatian pada prinsip umum kesehatan.
Banyak ucapan Rosulullah yang berkenaan dengan kesehatan, penyakit,
higiene dan masalah lain yang berhubungan dengan bidang kedokteran. Penyakit
seperti kusta, radang selaput dada (pleurisia), dan radang mata (ophtalmia)
disebut-sebut dalam hadits nabi itu dan pengobatannya dianjurkan, misalnya
dengan membalutkannya, membakarnya dan menggunakan madu. Kumpulan
hadits Nabi tentang medis ini disusun secara sistematis oleh penulis muslim
kemudian, lalu di kenal sebagai kedokteran Rasulullah (at-Tibb an Nabawi). Kitab
ini merupakan buku pertama yang dipelajari mahasiswa kedokteran sebelum
mereka memulai menguasai ilmu kedokteran yang biasa. Buku ini selalu
memegang peranan penting dalam membentuk kerangka pemikiran calon dokter
dalam studi kedokteran.
Pengaruh pertama kedokteran Jundishapur bagi kalangan Islam terjadi
pada tahun 148H/765M, ketika khalifah Abbasiyah kedua, Abu Ja`far al Mansur
(pendiri kota Baghdad), meminta para dokter Jundishapur untuk mengobatinya
dari penyakit dispepsia manahun (peradangan selaput lendir lambung menahun).
Dokter Jirjis Bukhtyishui (kepala rumah sakit Jundishapur) di jemput ke
istananya. Keberhasilan dokter itu dalam menyembuhkan khalifah merupakan
awal proses yang akhirnya mengalihkan pusat kedokteran Jundishapur ke
Baghdad dan meletakan dasar bagi pemunculan dokter muslim yang terkenal.
Rumah sakit memegang perenan penting sebagai lembaga ilmu, karena sebagian
besar pengajaran ilmu kedokteran dilakukan di rumah sakit, sementara aspek
teoritisnya di bahas di masjid dan madrasah. Namun, kebanyakan rumah sakit
mempunyai perpustakaan dan sekolah yang khusus di rancang untuk tujuan
tersebut. Berdirinya pusat kedokteran dari bahasa Yunani, Suriah, Persia dan India
ke dalam bahasa arab serta dilakukan secara besar-besaran dengan
penyempurnaanya.

36
Kegiatan penerjemahan ilmu kedokteran ke dalam bahasa arab merupakan
pangkal munculnya tokoh kedokteran Islam. Selanjutnya Islam masuk dengan
motivasi yang kuat dalam ilmu pengeahuan, khususnya dunia pengobatan. Al
Dinury yang dikenal sebagai “bapak nabati” bangsa Arab menghasilkan karangan
tentang tumbuh-tumbuhan (nabati). Sedangkan ilmuwan arab Ibnu Sina (980-
1037 M) sorang tabib sekaligus filosof dikenal sebagai “Bapak Kedokteran
Islam”, berhasil melahirkan karya “al Qomus fil al Thib” tentang metode
pengumpulan penyimpanan dan khasiat tumbuhan obat. Dan pada abad
pertengahan karya-karya dari Ibnu Sina dalam bentuk terjemahan di pakai sebagai
teks di lembaga-lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke 17.
Pada abad ke- 10 dan ke- 11 merupakan masa keemasan ilmu kedokteran
pada masa ini. Ahli kedokteran Islam pada mulanya mendirikan tempat penelitian
dan praktek dengan alat ilmu Yunani. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka
mendapatkan temuan dalam masalah kedokteran yang orsinil (asli). Kitab
karangan mereka jauh lebih maju dari pada kitab terjemahan. Kalau pada abad ke-
8 dan ke- 9 masih menjadi murid, maka pada abad ke- 10 dan ke- 11 orang Islam
sudah menjadi guru bagi orang Kristen dan Yahudi. Buku bacaan yang
sebelumnya yang berasal dari kitab terjemahan sudah diganti dengan bermacam-
macam ensiklopedi ilmu kedokteran yang di tulis oleh sarjana muslim sendiri.
Pengarang besar pertama kedokteran Islam, Ali bin Rabban at-Tabari, menulis
Firdaus al Hikmah (taman Hikmah) pada tahun 850. Karya ini mempunyai nilai
khusus dalam bidang patologi, farakologi, dan diet serta menggambarkan sifat
sintetis aliran kedokteran baru yang mulai menjelma waktu itu.
Setelah at-Tabari, lahir ratusan dokter dan ahli kedokteran dalam Islam,
seperti ar-Razi (di barat dikenal dengan nama Rhazes). Ali bin al-Abbas (dalam
bahasa Latin dikenal dengan Hali Abbas), Ibnu Sina (di barat dikenal dengan
nama Avicena), Jabir bin Hayyan,Al Kindi, dan al Farabi. Dengan demikian mulai
dari Baghdad, Mesir, Suriah, Persia (Iran), Spanyol, Afrika Utara, sampai India,
banyak sekali tabib yang muncul pada masa kemajuan Islam.
Dalam bidang materia medica (pengobatan), Ibnu Sina menemukan
banyak bahan nabati baru seperti Zanthoxyllum budrunga, dimana tumbuh-

37
tumbuhan ini banyak membantu dalam mengobati radang selaput otak
(meningitis).
Ibnu Sina juga menemukan teori sistem peredaran darah manusia untuk yang
pertama kalinya, 600 tahun sebelum William Harvey akhirnya juga
mengemukakan teori ini yang sebenarnya hanya menyempurnakan teori dari Ibnu
Sina.Beliau jugalah yang pertama kali mempraktekkan pembedahan penyakit-
penyakit bengkak yang ganas dan kemudian menjahitnya.Tidak berhenti hanya
sampai di situ, beliau juga terkenal dengan dokter ahli jiwa dengan cara-cara
modern yang kini disebut psikoterap

38
2.11. Drg Bintang 5
Dokter bintang 5 adalah istilah untuk dokter dengan kualitas terbaik bila
ditinjau dari segala aspek baik itu segi ilmu,kompetensi maupun segi etika bekerja
dan profesioanlitas dalam pelayanan medis.
Pertanyaannya adalah “seperti apakah dokter bintang 5 itu ?”
Dokter akan dikenal sebagai dokter bintang 5 apabila,minimal memiliki hal hal
sebagai berikut :
1. Care provider
Sebagai penyedia layanan kesehatan yang tidak pandang bulu,tua - muda,kaya
- miskin,besar - kecil,dewasa – anak anak, semua dilayani dengan baik adil dan
merata dengan mengedepankan kualitas yang sama .
Penyelengara pelayanan kesehatan
a)Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,
lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam
wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan
mempercayai.
b)Pelayanan terhadap pasien berasaskan kekeluargaan,manusiawi,dapat di audit
sewaktu waktu dan segala tindakannya dapat dipertanggung jawabkan.
2. Decision maker
a)Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya.
b)Mampu mebuat keputusan keputusan klinis yang benar dan tepat tanpa
meninggalkan rasa simpati dan empati
3. Communicator
a)Mampu memperkenalkan cara dan pola hidup sehat,dengan landasan keilmuan
yang benar,pemanfaatan teknologi kesehatan yang sesuai,obat obatan yang

39
rasional dan mampu merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya tindakan
preventive daripada kuratif.
b)Dapat memicu komunitas untuk hidup sehat
4. Community leader
a)Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama
masyarakat.
b)Mampu menjadi panutan atau teladan masyarakat dan komunitas
5. Manager
a)Mampu memimpin dan menyelaraskan antara sistem kesehatan yang ada dan
sistem kesehatan yang baru demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan
komunitas
b)Mampu menjadi pemimpin yang baik,yang dapat mensinkronisasikan antar
perawat,dokter maupun staff para medis lainya.
Apabila semua dokter di Indonesia memiliki hal hal seperti diatas,maka tidak
ada kata mustahil untuk bangsa kita mendapat predikat sebagai bangsa dengan
kualitas kesehatan bintang

40
2.12. Ayat Al Quran dan Hadist Tentang Kedokteran
Ilmu kedokteran mendapatkan kedudukan yang tinggi di dalam agama Islam,
terlepas dari keadaan mahalnya biaya masuk fakultas kedokteran di Indonesia. Ini
juga terlepas dari banyaknya sikap materialisme yang mengotori dunia kedokteran
kita. Secara asal, ilmu ini mendapat tempat yang tinggi di dalam Islam.
Jika seseorang tidak berhasil menguasainya –yaitu menjadi dokter-,
setidaknya ia menjadi perawat atau bidan atau ahli-ahli lain yang merupakan
bagian dari ilmu kedokteran. Syukur-syukur ia berhasil mendapatkan brevet
dokter spesialis penyakit tertentu.
Motivasi Menjadi Dokter
Di antara tujuan menjadi dokter dan mempelajari ilmu kedokteran adalah
untuk menyingkap rahasia obat dari suatu penyakit. Perkembangan ilmu
kedokteran juga akan meningkatkan optimisme kaum muslimin di dalam
menghadapi penyakit setelah berharap rahmat dan kesembuhan dari Allah Azza
wa Jalla.
Ini karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫ّللاُ أ َ ْنزَ َل َما‬
َ ‫ِشفَا ًء لَهُ أَ ْنزَ َل إِ َل دَا ًء‬
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Ia telah menurunkan
obatnya.” (HR. al-Bukhari: 5246, Ibnu Majah: 3430 dari Abu Hurairah
radliyallahu anhu).
Dalam riwayat lain terdapat tambahan:
‫يب فَإِذَا‬
َ ‫ص‬ِ ُ ‫ّللاِ بِإِذْ ِن بَ َرأ َ الد َِاء دَ َوا ُء أ‬
َ ‫َو َج َل َع َز‬
“Jika obat tepat mengenai penyakitnya maka sembuhlah dengan seijin Allah Azza
wa Jalla.” (HR. Muslim: 4084, Ahmad: 14070 dari Jabir radliyallahu anhu).
Dalam riwayat lain juga terdapat tambahan:
ُ‫َج ِهلَه ُ َم ْن َو َج ِهلَهُ َع ِل َمهُ َم ْن َع ِل َمه‬
“Orang berilmu mengetahuinya, sedangkan orang bodoh tidak mengetahuinya.”
(HR. Ahmad: 4015, al-Hakim dalam al-Mustadrak: 8205 (4/441) dan di-shahih-
kan olehnya serta disepakati oleh adz-Dzahabi dari Abdullah bin Mas’ud

41
radliyallahu anhu. Al-Albani men-shahih-kannya dalam Silsilah ash-Shahihah:
451).
Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya belajar ilmu kedokteran untuk
mengetahui obat dari suatu penyakit.
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:
‫الجملة فى التطبب وجواز الطب علم وصحة والدنيا الدين علوم من جمل األحاديث هذه فى القاضي قال‬
“Al-Qadli berkata: “Di dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa jumlah ilmu
agama dan ilmu duniawi, serta sah atau legalnya ilmu kedokteran dan bolehnya
membuka praktek kedokteran secara global.” (Syarh an-Nawawi ala Muslim:
14/191).
Al-Allamah Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:
‫هذا وفي‬: ‫األبدان طب تعلم في الترغيب‬، ‫القلوب طب يتعلم كما‬، ‫النافعة األسباب جملة من ذلك وأن‬. ‫وجميع‬
‫وتفاصيله الطب أصول‬، ‫الحديث لهذا شرح‬. ‫أدوية لها األدواء جميع أن أخبرنا الشارع ألن‬. ‫أن لنا فينبغي‬
‫تعلمها إلى نسعى‬، ‫وتنفيذها بها العمل إلى ذلك وبعد‬.
“Di dalam hadits ini terdapat anjuran mempelajari kedokteran badan sebagaimana
mempelajari kedokteran hati. Dan bahwa ilmu kedokteran itu termasuk sebab-
sebab yang bermanfaat (untuk sembuhnya penyakit, pen). Semua dasar serta
cabang dan perincian ilmu kedokteran menjadi syarah (penjabaran) bagi hadits ini,
karena Syari’ (Allah dan Rasul) telah memberitahu kita bahwa setiap penyakit
terdapat obatnya. Maka hendaknya kita berusaha mempelajarinya. Dan setelah itu
mengamalkan dan melaksanakan ilmu tersebut.” (Bahjatu Qulubil Abrar wa
Qurratu Uyunil Akhyar: 177).
Yang dimaksud oleh as-Sa’di tentang ‘dasar dan perincian ilmu kedokteran’ –
menurut Penulis- adalah ilmu kedokteran dasar seperti anatomi, histologi,
fisiologi dan biokimia. Kemudian ilmu kedokteran preklinik seperti: farmakologi,
patofisiologi, patologi anatomi, mikrobiologi dan parasitologi. Kemudian
kedokteran klinik seperti ilmu penyakit dalam, ilmu bedah, ilmu kebidanan dan
kandungan, ilmu penyakit anak, dan sebagainya. Wallahu a’lam.
Dokter dalam Al-Quran
Peran dokter juga sedikit disinggung di dalam Al-Quran. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
‫ت إِذَا ك َََل‬
ِ َ‫ي بَلَغ‬
َ ِ‫َراق َم ْن َوقِي َل )( الت َ َراق‬

42
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke
kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat mengobati?”
(QS. Al-Qiyamah: 26-27).
Al-Imam Abu Qilabah rahimahullah menafsirkan:
( ‫قال ) َراق َم ْن َوقِي َل‬: ‫شاف طبيب من هل‬.
“Ayat “Siapakah yang dapat mengobati?”, beliau berkata: “Adakah seorang
dokter yang bisa menyembuhkan?” (Atsar riwayat Ath-Thabari dalam tafsirnya:
24/75). Demikian pula menurut penafsiran Al-Imam adl-Dlahhak bin Muzahim,
Al-Imam Qatadah dan Al-Imam Ibnu Zaid rahimahumullah. (Lihat Tafsir ath-
Thabari: 24/75).
Dari ayat di atas terdapat pelajaran bahwa seseorang yang sakit boleh
dipanggilkan dokter, hanya saja dokter tidak dapat mengobati seseorang dari
penyakit kematian.
Memilih Dokter yang Paling Mahir
Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:
‫ان فِي َر ُج ًَل أَ َن‬ِ ‫سو ِل زَ َم‬ ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫صلَى‬ َ ُ‫ّللا‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬ َ َ ‫لر ُج َل َوأ َ َن الد ََم ْال ُج ْر ُح فَاحْ تَقَنَ ُج ْرح أ‬
َ ‫صابَهُ َو‬ َ َ ‫َر ُجلَي ِْن د‬
َ ‫عا ا‬
‫ظ َرا أَ ْن َمار َبنِي ِم ْن‬
َ َ‫سو َل أ َ َن فَزَ َع َما ِإلَ ْي ِه فَن‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫صلَى‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه هُ ََالل‬
َ ‫طب أَي ُك َما لَ ُه َما قَا َل َو‬ َ َ ‫فِي أ َ َو فَقَ َال َُأ‬
‫ب‬ ِ ‫سو َل َيا َخيْر‬
ِ ‫الط‬ َ ‫سو َل أ َ َن زَ يْد فَزَ َع َم‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫صلَى‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ْاألَد َْوا َء أ َ ْنزَ َل الَذِي الد ََوا َء أ َ ْنزَ َل قَا َل َو‬
“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka.
Kemudian luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang
dari Bani Anmar, kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling
mengerti ilmu kedokteran di antara kalian berdua?” Keduanya bertanya:
“Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan obatnya.”
(HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam
Mushannafnya: 23886 (7/361). Riwayat ini mursal karena Zaid bin Aslam tidak
pernah bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam).
Al-Allamah Abul Walid al-Baji rahimahullah berkata:
(‫طب أَي ُك َما‬
َ َ‫صلَى ي ُِريدَ أ َ ْن يَحْ ت َِم ُل )أ‬ َ ‫سلَم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ْ‫ب َو َم ْع ِرفَتَ ُه َما َحا ِل ِه َما َع ْن ْالبَح‬
َ ‫ث َو‬ ِ ‫الط‬ ْ َ‫أ َ ْن ي‬
ِ ُ‫صلُ ُح َل نَه‬
ِ ِ‫ََأل ؛ ب‬
‫ب ِع ْلم لَهُ َم ْن بِ ِع ََلجِ إِ َل يُعَالَ َج‬
ِ ‫الط‬
ِ ِ‫ب‬

43
“Ucapan “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian
berdua?” memberikan kemungkinan makna bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ingin membahas keadaan dan keilmuan kedua orang tersebut tentang
ilmu kedokteran, karena tidaklah pantas mengobati kecuali dengan pengobatan
orang yang mengerti ilmu kedokteran.” (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).
Beliau juga berkomentar:
‫الطبَ أ َ َن َعلَى دَ ِليل َهذَا َوفِي‬ َ َ‫سأَلَ ُه َما َو ِلذَلِك‬
ِ ‫ص ِحيح َم ْعنًى‬ َ ‫صلَى ِبي َََالن‬ َ ‫سلَم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫فِي ِه ِل ِه َما ََأ َ ْفض َع ْن َو‬
“Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa kedokteran merupakan makna (baca:
definisi) yang benar. Oleh karena itu Nabi shallallahui alaihi wasallam bertanya
kepada keduanya tentang yang paling utama dalam ilmu kedokteran di antara
keduanya.” (Al-Muntaqa Syarhul Muwaththa: 4/362).
Maksud al-Baji adalah bahwa dokter yang dikenal di masa dahulu adalah sama
juga dengan dokter yang kita kenal sekarang ini. Hanya saja keilmuan dokter terus
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dokter di Jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Disebutkan dalam kitab-kitab tarikh bahwa seorang dokter Arab yang terkenal
pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah Harits bin Kaldah ats-
Tsaqafi. (Usudul Ghabah: 1/218).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Ibnu Mandah meriwayatkan dari
jalan Ismail bin Muhammad bin Sa’ad dari bapaknya. Ia berkata:
‫عالج كلدة بن للحارث قال ثم هللا يشفيك أن ألرجو إني فقال سلم و عليه هللا صلى النبي فعاده سعد مرض‬
‫به مما سعدا‬
“Sa’ad bin Abi Waqqash mengalami sakit (di Makkah). Kemudian Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menjenguknya dan berkata: “Sesungguhnya aku
berharap agar Allah menyembuhkanmu. Kemudian beliau berkata kepada Harits
bin Kaldah: “Obatilah Sa’ad dari penyakitnya!” (Al-Ishabah fi Tamyiizish
Shahabah: 1/595).
Al-Hafizh juga berkata: “Al-Imam Ibnu Abi Hatim berkata:
‫الطب في الذمة بأهل الستعانة جواز على يدل الحديث وهذا إسَلمه يصح ل‬
“Tidak sah keislaman Harits bin Kaldah. Hadits ini menunjukkan bolehnya
meminta bantuan kepada kafir dzimmi dalam bidang kedokteran.” (Al-Ishabah fi
Tamyiizish Shahabah: 1/595).

44
Interaksi antara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan Para Dokter
Selain riwayat di atas, terdapat beberapa hadits yang menunjukkan bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menghargai profesi kedokteran.
Hilal bin Yasaf rahimahullah meriwayatkan dari Dzakwan dari seseorang kaum
Anshar radliayallahu anhu, ia berkata:
َ‫سو ُل َعاد‬ ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫صلَى‬ َ ُ‫ّللا‬َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ‫سو ُل فَقَا َل ُج ْرح ِب ِه َر ُج ًَل َو‬ َ ‫صلَى‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫يب لَه ُ ادْعُوا َو‬ َ ‫َب ِني‬
َ ‫ط ِب‬
‫سو َل يَا فَقَالُوا فَ َجا َء فَدَ َع ْوهُ قَا َل فُ ََلن‬ َ ‫ش ْيئًا الد ََوا ُء َويُ ْغنِي‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫س ْب َحانَ فَقَا َل‬ َ ‫فِي دَاء ِم ْن هُ ََالل أ َ ْنزَ َل َوه َْل‬
ُ ِ‫ّللا‬
ِ ‫ِشفَا ًء لَهُ َجعَ َل إِ َل ْاأل َ ْر‬
‫ض‬
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjenguk seseorang yang terkena luka.
Maka beliau berkata: “Panggilkan untuknya dokter Bani Fulan!” Mereka berkata:
“Wahai Rasulullah! Apakah obat bisa menolongnya?” Beliau menjawab: “Maha
suci Allah, bukankah Allah tabaraka wata’ala tidak menurunkan penyakit di bumi
kecuali Ia telah menjadikan obat untuk penyakit tersebut?” (HR. Ahmad dalam
Musnadnya: 22074. Isnadnya di-shahih-kan oleh al-Albani dalam Ghayatul
Maram: 292 dan Silsilah ash-Shahihah: 517).
Dari Jabir radliyallahu anhu, ia berkata:
َ ‫سو ُل َب َع‬
‫ث‬ َ ‫صلَى‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ط َع ِبيبًا ََط َك ْعب ب ِْن أ ُ َبي ِ ِإلَى َو‬
َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬ َ َ‫َِ َعلَيْه ك ََواهُ ث ُ َم ِع ْرقًا ِم ْنهُ فَق‬
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengirimkan seorang dokter kepada Ubay
bin Ka’ab. Maka dokter tersebut memotong satu otot Ka’ab kemudian meng-kay
(baca: meng-couter, pen) otot tersebut.” (HR. Muslim: 4088, Abu Dawud: 3366,
Ibnu Majah: 3484).
Al-Imam asy-Syafii dan Dunia Kedokteran
Beliau termasuk ulama yang sangat memperhatikan kemajuan dunia kedokteran.
Al-Imam Rabi’ rahimahullah berkata:
‫يقول الشافعي سمعت‬: ‫الطب من أنبل والحرام الحَلل بعد علما أعلم ل‬، ‫عليه غلبونا قد الكتاب أهل أن إل‬.
“Aku telah mendengar al-Imam asy-Syafii berkata: “Aku tidak mengetahui ada
ilmu setelah halal dan haram (ilmu fiqh, pen) yang lebih mencerdaskan daripada
ilmu kedokteran.” (Siyar A’lamin Nubala’: 10/57).
Al-Imam Harmalah berkata:
‫الطب من المسلمون ضيع ما على يتلهف الشافعي كان‬، ‫ويقول‬: ‫العلم ثلث ضيعوا‬، ‫اليهود إلى ووكلوه‬
‫والنصارى‬

45
“Adalah al-Imam asy-Syafii menyayangkan ilmu kedokteran yang telah disia-
siakan oleh kaum muslimin. Beliau berkata: “Mereka (kaum muslimin) telah
menyia-siakan sepertiga ilmu (yaitu kedokteran, pen) dan menyerahkannya
kepada kaum yahudi dan nashara.” (Siyar A’lamin Nubala’: 10/57).
Asal Usul Ilmu Kedokteran dan Perkembangannya
Al-Allamah Abuth Thayyib al-Azhim Abadi rahimahullah berkata:
‫إلى راجع وغالبه غيره عن جاء ما ومنه سلم و عليه هللا صلى عنه المنقول في جاء ما فمنه الجسد طب وأما‬
‫التجربة‬
“Adapun kedokteran badan, maka di antaranya ada yang datang dinukil dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Di antaranya juga ada yang berasal dari
selain beliau dan kebanyakannya berasal dari hasil eksperimen.” (Aunul Ma’bud:
10/239).
Al-Allamah Ali al-Qari rahimahullah berkata:
‫وسائره أنبيائه بعض إلى بالوحي علم بعضه أن والمختار كثيرة أقوال على العلم هذا مبدأ في واختلف‬
‫بالتجارب‬
“Dan diperselisihkan tentang asal usul ilmu ini (kedokteran, pen) menurut banyak
pendapat. Pendapat terpilih adalah bahwa sebagian ilmu ini berasal dari wahyu
yang diwahyukan kepada para nabi-Nya. Dan sebagian yang lainnya berasal dari
hasil eksperimen.” (Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 13/254).
Ilmu kedokteran yang berasal dari eksperimen berkembang dengan sangat cepat.
Banyak rahasia dalam tubuh manusia dan berbagai penyakit yang menimpanya
serta terapinya diketahui dengan jelas melalui perkembangan ilmu kedokteran
seiring perkembangan teknologi. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫سنُ ِري ِه ْم‬ ِ ‫ْال َحق أ َنَهُ لَ ُه ْم يَتَبَيَنَ َحتَى أ َ ْنفُسِ ِه ْم َوفِي ْاْلفَا‬
َ ‫ق فِي آيَا ِتنَا‬
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar.” (QS. Fushshilat: 53).
Maksud tanda-tanda kekuasaan Allah pada diri mereka sendiri adalah
tersingkapnya ilmu dan teknologi kedokteran modern. Al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata:
‫العجيبة والهيئات واألخَلط المواد من وعليه وفيه منه مركب اْلنسان ما ذلك من المراد يكون أن ويحتمل‬،
‫وتعالى تبارك الصانع حكمة على الدال التشريح علم في مبسوط هو كما‬.

46
“Di antara kemungkinan makna ‘tanda-tanda kekuasaan Allah pada diri mereka
sendiri’ adalah materi yang menyusun tubuh manusia, bahan-bahan dan
campurannya, serta keadaan tubuh yang menakjubkan sebagaimana dijabarkan
dalam ilmu urai tubuh (anatomi, pen) yang menunjukkan atas hikmah Pencipta
tabaraka wa ta’ala.” (Tafsir Ibnu Katsir: 7/187).
Asy-Syaikh Athiyyah Muhammad Salim rahimahullah berkata:
‫التجريبية العلوم‬: ‫الطب هي‬، ‫جديد الطب في يأتينا يوم كل بل أسبوع كل ولهذا‬، ‫للتجارب نتيجة‬، ‫وتسمعون‬
‫وتقرءون‬: ‫كذا تجربة العلماء إجراء بسبب كذا اكتشف‬، ‫شهادته حمل على يقتصر الذي الطبيب يكون ولهذا‬
ً‫مجمدا‬، ‫الدورات يتابع الذي هو الحقيقي والطبيب‬، ‫المؤتمرات ونتائج‬، ‫بتجدد تتجدد ألنها األبحاث؛ ونتائج‬
‫التجارب‬.
“(Yang tergolong) ilmu-ilmu ekeperimental adalah ilmu kedokteran. Oleh karena
itu setiap minggu bahkan setiap hari muncul hal-hal baru dalam kedokteran
sebagai hasil berbagai penelitian. Kalian mendengar dan membaca (dalam jurnal
atau artikel kedokteran, pen): “Telah tersingkap terapi demikian melalui hasil
penelitian ilmuwan demikian..” Oleh karena itu, dokter yang hanya mengandalkan
ijazah saja akan menjadi jumud (kaku). Dan dokter yang sesungguhnya adalah
yang mengikuti berbagai seminar, mengikuti hasil kongres, hasil pembahasan
pertemuan ilmiah, karena ilmu kedokteran selalu baru dengan penelitian-
penelitian baru.” (Syarh Bulughul Maram: 30/6).
Bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Sebelum melakukan tindakan medis dan memberikan pengobatan, seorang dokter
hendaknya bertanya kepada syariat ini. Bolehkah ia melakukan tindakan tersebut?
Bolehkah ia memberikan obat tersebut? Sehingga tindakan dan terapinya tidak
melanggar syariat.
Dari Abi Ramtsah radliyallahu anhu, ia berkata:
َ ‫غ ََلم َوأَنَا أَبِي َم َع ا ْن‬
ُ‫طلَ ْقت‬ ُ ‫صلَى النَبِي ِ إِلَى‬ َ ‫طبِيب َر ُجل إِنِي أَبِي لَهُ فَقَا َل قَا َل لَ َم‬
َ ‫ََوس َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫َه ِذ ِه أَ ِرنِي ََف‬
َ‫ظ ْه ِركَ الَتِي الس ِْلعَة‬
َ ‫صنَ ُع َو َما قَا َل ِب‬ َ ‫ط ِبيب سْتَ ََل قَا َل أ َ ْق‬
ْ َ‫طعُ َها قَا َل ِب َها ت‬ َ ‫ضعَ َها الَ ِذي‬
َ ‫ط ِبيبُ َها َرفِيق َو َل ِكنَكَ ِب‬ َ ‫َو‬
“Aku dan ayahku berangkat menuju tempat Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Ayahku berkata kepada beliau: “Sesungguhnya aku adalah seorang dokter. Maka
tunjukkanlah benjolan di punggungmu kepadaku!” Beliau bertanya kepada
ayahku: “Apa yang akan kamu lakukan atasnya?” Ayahku menjawab: “Aku akan
memotongnya.” Beliau berkata: “Kamu bukanlah dokter tetapi kamu adalah

47
penyayang. Dokter benjolan tersebut adalah Allah yang telah menciptakannya.”
(HR. Ahmad: 6813, Abu Dawud: 3674. Al-Albani men-shahih-kannya dalam
Shahih wa Dlaif Sunan Abi Dawud: 4207).
Al-Allamah Abuth Thayyib al-Azhim Abadi rahimahullah berkata:
(‫زر مثل سلم و عليه هللا صلى النبي كتفي بين كان الذي النبوة خاتم هو إليه المشار )بظهرك الذي هذا‬
‫قال ما قال ولذا النبوة خاتم أنه رمثة أبي أبو يعرف ولم الحجلة‬
“Tunjukkanlah benjolan di punggungmu”. Benjolan yang ditunjuk itu adalah
khatam nubuwwah (tanda kenabian) yang berada di antara kedua pundak Nabi
shallallahu alaihi wasallam. Bentuknya seperti rumah berbentuk kubah. Ayah Abu
Ramtsah belum mengetahui bahwa benjolan (baca: tumor) tersebut adalah tanda
kenabian. Sehingga ia berkata seperti itu.” (Aunul Ma’bud: 4/392).
Maka memotong benjolan yang ada di punggung Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berarti menghapus tanda kenabian dari beliau. Dan ini adalah terlarang.
Dari Abdurrahman bin Utsman radliyallahu anhu:
‫طبِيبًا أَ َن‬
َ ‫سأ َ َل‬ َ ِ‫صلَى النَب‬
َ ‫ي‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ّللا‬ ِ ‫صلَى النَبِي فَنَ َهاهُ دَ َواء فِي يَجْ عَلُ َها‬
َ ‫ض ْفدَع‬
َ ‫ع ْن َو‬ َ ‫سلَ َم َعلَ ْي ِه‬
َ ُ ‫ّللا‬ َ ‫َع ْن َو‬
‫َقتْ ِل َها‬
“Bahwa seorang dokter bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang
katak yang ia jadikan dalam obat. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam
melarang dokter itu membunuhnya.” (HR. Abu Dawud: 3373, An-Nasai: 4280
dan di-shahih-kan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dlaif Sunan Abi Dawud:
3871).
Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad berkata:
‫األدوية في استعمالها يجوز ل أنه وعلى تحريمها على يدل قتلها عن والنهي‬
“Larangan membunuh katak menunjukkan atas keharamannya dan bahwa tidak
boleh menggunakannya dalam pengobatan.” (Syarh Sunan Abi Dawud: 22/192).
Kedokteran dan Malapraktik
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa yang berhak
mengobati adalah ahli profesi kedokteran dengan standar kedokteran. Beliau
bersabda:
‫َب َم ْن‬ َ َ‫امن فَ ُه َو ِطب ِم ْنهُ يُ ْعلَ ُم َو َل ت‬
َ ‫طب‬ ِ ‫ض‬َ
“Barangsiapa berpraktik kedokteran padahal ia belum dikenal menguasai ilmu
kedokteran, maka ia harus bertanggung jawab (atas perbuatannya, pen).” (HR.

48
Abu Dawud: 3971, Ibnu Majah: 3457 dan an-Nasai: 4748 dari Amr bin Syuaib
dari ayahnya dari kakeknya dan di-shahih-kan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak:
7484 (4/236) serta disepakati oleh adz-Dzahabi. Al-Albani meng-hasan-kannya
dalam Silsilah ash-Shahihah: 635).
Al-Allamah ash-Shan’ani rahimahullah berkata:
‫وسواء المباشرة أو بالسراية أصاب سواء دونها فما نفس من أتلفه ما المتطبب تضمين على دليل الحديث‬
‫اْلجماع هذا على ادعي وقد خطأ أو عمدا كان‬
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang dokter harus bertanggung jawab atas
perbuatannya yang merusakkan nyawa atau yang di bawahnya (seperti anggota
tubuh, pen). Baik ia bertindak langsung terhadap pasiennya atau ia hanya
memerintahkan dan menasehatkan saja (melalui perawat atau lainnya, pen). Baik
secara sengaja atau tidak sengaja. Dan ini diakui oleh ijma’ (kesepakatan ulama,
pen).” (Subulus Salam: 3/250).
Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:
‫صناعتهم في حذق ذوي يكونوا أن )أحدهما( بشرطين يضمنوا لم به أمروا ما فعلوا إذا هؤلء أن ذلك وجملة‬
‫كالقطع سرايته فضمن محرما فعَل كان هذا مع قطع فإذا القطع مباشرة له تحل لم كذلك يكن لم إذا لنه‬
‫ابتداء‬، ‫ل أن )والثاني( داود أبو رواه ” ضامن فهو علم بغير تطبب من ” وسلم عليه هللا صلى النبي قال وقد‬
‫يقطع أن ينبغي ما فيتجاوزوا أيديهم تجني‬.
“Secara global mereka (para dokter) jika bertindak sesuai yang diperintahkan
tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan dengan 2 syarat:
Pertama: mereka memiliki kompetensi di dalam profesinya, karena jika tidak
demikian, maka tidak halal baginya melakukan tindakan pemotongan organ.
Maka jika melakukannya tanpa kompetensi maka itu termasuk perbuatan haram.
Maka tanggung jawab atas perintah atau nasehat yang salah adalah seperti
melakukan tindakan secara langsung. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa berpraktik kedokteran padahal ia belum dikenal
menguasai ilmu kedokteran, maka ia harus bertanggung jawab (atas perbuatannya,
pen).” (HR. Abu Dawud).
Kedua: perbuatan mereka tidak melampaui batas yang diperkenankan (baik
menurut standar profesi atau atas seijin pasien atau walinya, pen).” (Asy-Syarhul
Kabir: 6/124).
Al-Allamah al-Munawi rahimahullah berkata:

49
‫قوله أو بوصفه طب من الخبر وشمل‬
“Hadits ini meliputi orang yang berpraktik kedokteran dengan sifatnya atau
ucapannya.” (Faidlul Qadir: 6/137-8). Sehingga hadits ini meliputi dokter umum
yang berpraktik pengobatan primer, dokter spesialis yang menyelenggarakan
pengobatan sekunder, dokter gigi yang menyelenggarakan praktik pengobatan
gigi, bidan yang melakukan praktik kebidanan serta perawat yang berpraktik
keperawatan.
Al-Allamah Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:
‫على بهذا ويستدل‬: ‫وعقَلً شرعا ً المطلوبة النافعة العلوم من الطب صناعة أن‬. ‫أعلم وهللا‬.
“Dan diambil dalil dari hadits ini bahwa profesi kedokteran termasuk ilmu yang
bermanfaat secara syar’i dan akal. Wallahu a’lam.” (Bahjatu Qulubil Abrar wa
Qurratu Uyunil Akhyar: 159).

50
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam Islam seseorang dikatakan sehat jika memenuhi tiga unsur yaitu sehat
jasmani, sehat rohani dan sehat sosial.
Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan adalah Hunain Ibnu Ishaq, Abu
Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi, Ibnu Sina, Abu Mawar Abdul Malik
ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur.
Menjaga Kesehatan fisik dengan pola hidup sehat dan olah raga yang teratur,
Menjaga kesehatan rohani dengan senantiasa mengingat Allah, menjalankan
perintah dan menjauhi segala laranganya sehingga kita mempunyai jiwa yang
sehat (Qolbun Salim). Menjaga kesehatan sosial dengan selalu menjaga hubungan
baik dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga mendatangkan
muamalah (saling menguntungkan).

3.2. SARAN
Mengingat didalam Islam sangat memprioritaskan kesehatan baik secara
jasmani, rohani dan sosial, maka hendaknya kita sebagai umat muslim selalu
menjaga pola hidup dan berolahraga, menjaga lingkungan, senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah dan bersosialisasi dengan masyarakat

51
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta:
EGC.
http://kamusbahasaindonesia.org/sehat/mirip
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ehumaniora/isip4210/konsepsehat%28tinjauan
%29.htm
http://www.ilunifk83.com/t149-uu-ri-no-23-tahun-1992-tentang-kesehatan
http://rumahterapiharum.multiply.com/reviews/item/24
https://www.kompasiana.com/yantigobel/konsep-sehat-perspektif-
islam_55002634a33311537350fd85
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/27/kedokteran-islam/
http://docterchef.blogspot.co.id/2011/12/dokter-bintang-5.html
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2013/02/15/keutamaan-ilmu-kedokteran/
https://www.slideshare.net/khomsyasholikha/keperawatan-dalam-dimensi-islam
https://nurdiansyah89.wordpress.com/2009/12/02/keperawatan-islam/
https://www.slideshare.net/phutryinthan/sejarah-kesmas
https://binrohrsij.wordpress.com/2014/01/11/196/

52

Anda mungkin juga menyukai