Anda di halaman 1dari 14

KONSEP FARMAKOLOGI MENURUT PANDANGAN ISLAM

Disusun oleh :

1. Afifah Rahmawati (2002001 / D3Kep 1A)


2. Alvina Hafidiati (2002003 / D3Kep 1A)
3. Ananda Dwi Febriliyani (2002004 / D3Kep 1A)
4. Arrosyid Dzakwan Hanif (2002005 / D3Kep 1A)
5. Aulia Fadzijah Zahra (2002006 / D3Kep 1A)
6. Azwika Mahir Pratama (2002007 / D3Kep 1A)
7. Bangkit Pangestu (2002008 / D3Kep 1A)
8. Desi Febriati (2002009 / D3Kep 1A)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TINGKAT I (SATU) STIKES


MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas segala nikmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Farmakologi yang berjudul Konsep Farmakologi Menurut
Pandangan Islam dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Supardi.,S.Kep.,Ns.,M.Sc dalam mata kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis jauh dari kata sempurna.leh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermafaat dan bisa
menambah wawasan pengetahuan kita.

Klaten, 05 April 2021

Tim Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

2.1 Perintah Menjaga Kesehatan di Dalam Islam...................................................................6

2.2 Allah Menurunkan Penyakit Karena Ada Obatnya, Islam Itu Mengajarkan untuk
Berobat.........................................................................................................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2 Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang hidup.
Seseorang dikatakan sejahtera apabila memiliki kesehatan. Tubuh yang sehat merupakan
faktor yang sangat penting, karena bila tubuh tidak sehat segala aktivitas akan terganggu,
sedangkan bila memiliki tubuh sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar dan
dapat menikmati hidup dengan senang hati (bahagia). Orang yang tidak menjaga
kesehatannya cenderung sangat mudah sekali terkena penyakit, penyakit tersebut muncul dari
pola hidup manusia yang tidak teratur, dalam hal ini lingkunganlah yang mempunyai peran
yang dominan dalam mempengaruhi tinggi rendahnya kesehatan manusia.
Di dalam al-Qur’an juga telah dijelaskan berbagai ayat yang menganjurkan manusia
untuk menjaga kesehatan mereka bukan hanya dari segi jasmani tetapi juga dalam segi
rohaninya. Dalam menjaga kesehatan jasmani Islam mengajarkan manusia untuk
memperhatikan pola makannya, pola tidur, dan kebersihan.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasanya untuk menjaga kesehatan manusia harus
menjaga pola makanya, memperhatikan takaran makanya yang disesuaikan dengan
kebutuhannya dan tidak boleh berlebih-lebihan. Karena makan yang banyak yang melebihi
kebutuhan badan akan menyebabkan penyakit. Selain menjaga pola makan, untuk menjaga
kesehatan kita juga perlu memperhatikan kebersihan kita serta kebersihan lingkungan sekitar
kita. Islam juga telah menjelaskan hal ini, bahwa dalam menjaga kesehatan kita juga harus
menjaga kebersihan dan berperilaku hidup bersih. Karena pada dasarnya tempat yang kotor
adalah sumber berbagai macam penyakit.
Banyak cara untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, diantaranya yaitu mencuci
tangan dan kaki selepas berpergian, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan
pekarangan rumah, dan lain sebagainya. Jika semua ini dilakukan secara rutin, maka
kebersihan dan kesehatan akan senantiasa terjaga.
Sebagaimana penjelasan diatas, dengan modal kesehatan yang dibentuk atas dua hal,
yaitu mengkonsumsi makanan yang baik lagi halal, serta menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, masyarakat akan senantiasa mampu melindungi diri dari penyakit

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Islam menganjurkan adanya pencegahan suatu penyakit?
b. Apa dalil yang menegaskan bahwa Islam menganjurkan adanya pencegahan penyakit?
c. Apakah Allah menurunkan penyakit karena ada obatnya?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui bahwa Islam sangat menganjurkan tentang adanya pencegahan suatu
penyakit.
b. Untuk menjelaskan tentang pentingnya dalil atau landasan supaya kita tidak salah
pengartian.
c. Untuk mengatahui bahwa Allah memberikan suatu penyakit pasti ada obatnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perintah Menjaga Kesehatan di Dalam Islam


Kesehatan dalam Islam adalah perkara yang penting, ia merupakan nikmat besar
yang harus disyukuri oleh setiap hamba. Terkait pentingnya kesehatan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ‬
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan
waktu luang.” (HR. Al-Bukhari: 6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170)
Ibnu Bathal menjelaskan bahwa makna hadits ini adalah seseorang tidak
dikatakan memiliki waktu luang hingga ia juga memiliki badan yang sehat. Barangsiapa
yang memiliki hal tersebut (waktu luang dan badan yang sehat) hendaknya ia
bersemangat agar jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur kepada Allah
atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Termasuk bersyukur kepada Allah adalah dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Barangsiapa yang
tidak bersyukur seperti itu maka ialah orang yang tertipu. (Fathul Bari bi Syarhi Shahihil
Bukhari: 14/183-184)
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa terkadang seseorang memiliki badan yang sehat,
akan tetapi ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan mata pencahariannya.
Terkadang seseorang memiliki waktu luang namun badannya tidak sehat.Apabila kedua
nikmat ini (waktu luang dan badan yang sehat) dimiliki oleh seseorang, lalu rasa malas
lebih mendominasi dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah; maka dialah orang
yang tertipu. (Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari: 14/184)
Ibnul Jauzi juga menasehatkan bahwa dunia adalah ladang amal untuk kehidupan
akhirat. Dunia adalah tempat berdagang yang keuntungannya akan kita petik di akhirat.
Barangsiapa menggunakan waktu luang dan sehatnya untuk ketaatan kepada Allah maka
dialah orang yang berbahagia.Barangsiapa yang menggunakan keduanya untuk
bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang tertipu. Karena setelah waktu luang
akan datang waktu yang penuh kesibukan, dan setelah kondisi sehat akan datang kondisi
sakit yang tidak menyenangkan. (Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari: 14/184).

6
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa inilah yang sering
terjadi pada kebanyakan manusia; mereka tertipu dengan waktu luang dan nikmat sehat,
kedua nikmat tersebut berlalu tanpa manfaat. (Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari:
14/182)
Menjaga Nikmat Sehat
Setiap nikmat yang Allah berikan kepada kita wajib untuk kita syukuri.Dalam
hadits yang mulia di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
pentingnya nikmat sehat. Salah satu cara mensyukuri nikmat sehat adalah dengan
menjaga nikmat sehat itu sendiri. Dalam Al-
Qur`an banyak terdapat ayat-ayat yang menyiratkan perintah untuk menjaga kesehatan, di
antaranya adalah firman Allah ta’ala:

“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepada kalian  sebagai rezeki yang
halal dan baik, dan bertakwalah kamu kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
(QS. Al-Maidah: 88.
Terkait ayat yang mulia ini Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari halalan
thayiban adalah makanan yang dzatnya halal dan juga baik. (Al-Mishbahul Munir fi
Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 397)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan bahwa maksudnya adalah
makanla dari rezki Allah yang telah diberikan kepada kalian dengan cara memperolehnya
yang halal; bukan dengan cara mencuri, merampas, dan cara-cara lain yang tidak benar.
Makanan tersebut juga harus thayib (baik) yang tidak mengandung kotoran
(penyakit).Oleh karena itu dikecualikan dalam hal ini hewan-hewan yang menjijikan dari
jenis binatang buas dan lainnya. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 242)
Intinya dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahan kita untuk memakan makanan
yang tak sebatas halal saja, namun ia juga harus baik agar tidak membahayakan
kesehatan kita.

7
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala juga berfirman:

“Janganlah engkau melaksanakan shalat di dalam masjid itu selama-lamanya.Sungguh,


masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau
melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang suka
membersihkan diri, dan Allah menyukai orang-orang yang  bersih.” (QS. At-Taubah:
108).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan dalil dianjurkannya
melaksanakan shalat di masjid-masjid kuno (yang sudah lama berdiri) yang sejak
permulaannya dibangun untuk beribadah kepada Allah semata, tidak untuk
menyekutukan-Nya.Dianjurkan pula melakukan shalat berjama’ah bersama orang-orang
shalih dan orang-orang ahli ibadah yang mengamalkan ilmunya; mereka selalu menjaga
diri untuk menyempurnakan wudhu dan membersihkan dirinya dari segala macam
kotoran. (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 591)
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan bahwa Dia menyukai orang-orang
yang senantiasa membersihkan dirinya, baik kebersihan dari berbagai macam dosa dan
maksiat, ataupun kebersihan dari berbagai macam kotoran dan penyakit. Orang yang
senantiasa menjaga kebersihan dirinya maka ia akan memiliki jasmani dan rohani yang
sehat.
Kemudian dalam hadist-hadist Nabi yang sahih juga banyak tersirat perintah untuk
menjaga kesehatan, dianyaranya adalah sabda Rasulullah saw.
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut, cukup
baginya beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, apabila tidak mampu
maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk

8
nafasnya.” (HR. At-Tirmidzi: 2380, Ibnu Majah: 3349. Hadits ini dinyatakan shahih oleh
Syaikh al-Albani)
Al-Hafizh Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa perut
diciptakan agar tulang punggung menjadi tegak dengan makanan (yang dikonsumsi).
Memenuhi perut dengan makanan akan menyebabkan kerusakan bagi agama seseorang
dan dunianya (kesehatan badannya), sehingga perut menjadi lebih buruk dibanding
wadah makanan. (Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’it Tirmidzi: 5/381)
Ath-Thibi menjelaskan maksud hadits ini adalah bahwa hak yang wajib dipenuhi
hanyalah sebatas untuk menegakkan tulang punggungnya agar bisa melakukan ketaatan
kepada Allah ta’ala.Apabila memang ingin melebihinya maka hendaknya tidak melebihi
bagian yang telah disebutkan (sepertiga saja). (Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’it
Tirmidzi: 5/381)
Intinya, dalam hadits di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
umatnya untuk berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum. Makan dan minum secara
berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan seseorang; baik kesehatan jasmaninya
maupun rohaninya.
Hadist lain yang menyaratkan perintah menjaga kesehatan adalah hadist Ibnu
Ka’ab bin Malik, dari bapaknya ia berkata :
“Rasulullah saw. makan dengan tiga jari, dan beliau menjulatinya sebalum mencuci
tangannya.” (HR. Muslim : 20320)
Manfaat makan menggunakan tangan dari sisi kesehatan :
1. Mencegah Diabetes Tipe 2
2. Meningkatkan kinerja pencernan
3. Mencegah makan terlalu banyak

2.2 Allah Menurunkan Penyakit Karena Ada Obatnya, Islam Itu Mengajarkan
untuk Berobat
Disebutkan dalam hadist sahih riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah saw.
bersabda : “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan
penawarnya,” (HR. Bukhari).
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah  dia berkata bahwa Nabi  bersabda,

9
‫ بَ َرأَ بِإ ِ ْذ ِن هللاِ َع َّز َو َج َّل‬،‫اب ال َّد َوا ُء ال َّدا َء‬
َ ‫ص‬َ َ‫ فَإ ِ َذا أ‬،‫ُك ِّل دَا ٍء َد َوا ٌء‬
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik ,
bahwasanya Nabi  bersabda,
َ ‫ أَنَتَد‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ فَقَا َل‬، ُ‫ت ْاألَ ْع َراب‬
َ ‫د‬z َ‫ ت‬،ِ‫ا َد هللا‬zzَ‫ا ِعب‬zzَ‫ نَ َع ْم ي‬:‫ا َل‬zzَ‫َاوى؟ فَق‬
،‫َاووْ ا‬ ِ ‫ َو َجا َء‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ت ِع ْن َد النَّبِ ِّي‬
ُ ‫ُك ْن‬
‫ ْالهَ َر ُم‬:‫ال‬
َ َ‫ َما هُ َو؟ ق‬:‫ قَالُوا‬.‫اح ٍد‬ َ ‫ض ْع دَا ًء إِالَّ َو‬
ِ ‫ض َع لَهُ ِشفَا ًء َغي َْر دَا ٍء َو‬ َ َ‫فَإ ِ َّن هللاَ َع َّز َو َج َّل لَ ْم ي‬
“Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah serombongan Arab dusun.
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya,
wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit
melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit
apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul
Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan
shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya
Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)

Dari Ibnu Mas’ud , bahwa Rasulullah  bersabda:


ُ‫ َعلِ َمهُ َم ْن َعلِ َمهُ َو َج ِهلَهُ َم ْن َج ِهلَه‬،‫َّن هللاَ لَ ْم يَ ْن ِزلْ دَا ًء إِالَّ أَ ْنزَ َل لَهُ ِشفَا ًء‬
“Sesungguhnya Allah I tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan
pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui
oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim,
beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan
hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)

Hadist diatas memberikan pengertian bahwa semua penyakit yang menimpa


manusia makan Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang menemukan obatnya, ada
juga yang belum bisa menemukannya. Seseorang harus bersabar untuk selalu dan terus
berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya. Namun di masa sekarang
seseorang terjatuh pada kesalahan dalam mecari obat. Disebabkan karena lemahnya
kesabaran dan kurangnya ilmu pengetahuan. Mereka berobat dengan cara yang

10
berseberangan dengan syariat, bakhan sampai pada cara-cara kesyirikan dan kekufuran,
yang mereka istilahkan dengan “Pengobatan Alternatif”. Terkadang pula beronat datang
ke orang pinter (paranormal), dukun, tukang santet, atau kyai.
Nabi bersabda yang artinya “Barang siapa yang mendatangi seseorang dukun kemudaian
dia bertanya tentang sesuatu (dia memp0ercayainya) mala shalatnya tidak diterima
selama 40 hari.”. ini adalah peringatan sekaligus ancaman dari Rasulullah tentang
besarnta dosa perbuatan tersebut.
Adapun cara pengobatan yang syar’i yang diajarkan Allah dan Rasullulah yaitu:
1. Ruqyatul Qur’an (sibacakan ayat-ayat Al-Qur’an)
Dalam surah Al-Isra: 82

“Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra: 82).
Obat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah obat lahiriyah dan batiniah.
Al-Quran bisa menjadi obat lahiriyah dengan dibacakan kepada orang yang sakit
jasadnya. Al-Quran menjadi obat batiniah yaitu dengan mempelajarinya,
merenungkan makna-makna yang terkandung didalamnya dan mengamalkan
dengan penuh keyakinan menjadikan jiwanya tenang.

2. Doa
Rasulullah saw. bersabda yang berarti :
“Do’a adalah senjatanya orang yang beriman dan tiangnya agama dan cahaya
langit dan bumi”
Diterangkan oleh Syaikh Salim Al-hilaly behwa berdo’a itu adalah salah satu
sebab disembuhkannya penyakit.

11
3. Ikhtiar Syar’iyah (melakukan usaha yang dibenarkan syari’at)
Seorang melakukan usaha yang dzahir (yang tampak) untuk mencari sebab
datangnya kesembuhan. Misalnya, datang ke dokter yang ahli, minum madu,
melakukan hijamah (bekam), atau usaha-usaha yang tidak dilarangoleh syari’at.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap nikmat yang Allah berikan kepada kita wajib untuk kita syukuri. Dalam
hadits yang mulia di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
pentingnya nikmat sehat. Salah satu cara mensyukuri nikmat sehat adalah dengan
menjaga nikmat sehat itu sendiri. Terkait ayat yang mulia ini Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa maksud dari halalan thayiban adalah makanan yang dzatnya halal dan juga baik.
Makanan tersebut juga harus thayib yang tidak mengandung kotoran . Oleh
karena itu dikecualikan dalam hal ini hewan-hewan yang menjijikan dari jenis binatang
buas dan lainnya. Intinya dalam ayat ini Allah ta’ala memerintahan kita untuk memakan
makanan yang tak sebatas halal saja, namun ia juga harus baik agar tidak membahayakan
kesehatan kita.
Disebutkan dalam hadist sahih riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah saw.
"Hadist diatas memberikan pengertian bahwa semua penyakit yang menimpa manusia
makan Allah turunkan obatnya. " Kadang ada orang menemukan obatnya, ada juga yang
belum bisa menemukannya. Mereka berobat dengan cara yang berseberangan dengan
syariat, bakhan sampai pada cara-cara kesyirikan dan kekufuran, yang mereka istilahkan
dengan "Pengobatan Alternatif". Terkadang pula beronat datang ke orang pinter , dukun,
tukang santet, atau kyai.
Nabi bersabda yang artinya "Barang siapa yang mendatangi seseorang dukun kemudaian
dia bertanya tentang sesuatu mala shalatnya tidak diterima selama 40 hari"

3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui Konsep
Farmakologi Menurut Islam. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila
terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami

13
harapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir
pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat

DAFTAR PUSTAKA

https://alkarimah.or.id/allah-menurunkan-penyakit-dan-obatnya/

https://www.google.com/search?
q=allah+itu+menurunkan+penyakit+bahwa+ada+obatnya&oq=alla&aqs=chrome.0.69i59j69i57j
0l3j46j0l4.2741j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#

https://www.republika.co.id/berita/qdfxox366/allah-tidak-akan-menurunkan-penyakit-tanpa-
obatnya#:~:text=Begitu%20juga%20disebutkan%20dalam%20hadits,obatnya%20kecuali
%20satu%20saja%2C%20kematian.

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5333036/ayat-alquran-tentang-wabah-penyakit-dan-
cara-menghadapinya

https://tafsirweb.com/660-quran-surat-al-baqarah-ayat-173.html

https://tafsirweb.com/1972-quran-surat-al-maidah-ayat-88.html

https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/m-husnul-arif/hidup-sehat-dengan-pola-
makan-sehat-menurut-hadis-nabi-1ubNnATDlWY

https://www.google.com/amp/s/www.popbela.com/career/inspiration/amp/niken-ari/hadist-
tentang-kebersihan

http://dakwahkesehataniu.blogspot.com/2016/02/ayat-al-quran-dan-hadits-tentang.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai