Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MIDDLE RANGE THEORIES

“KATHRINE KOLCABA”

Disusun Oleh:

TUHFATUL IZZA WAHDANIYAH (21119131)

Dosen Pembimbing: EFROLIZA, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 23 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan.............................................................................................. 1

C. Rumusan Masalah............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Profesi Keperawatan Dalam Perspektif Islam................................ 3

B. Kewajiban Merawat Pasien.............................................................. 4

C. Tugas dan Kewajiban Seorang Perawat Muslim....................................................... 5

D. Teori Kenyamanan Kathrine Kolcaba ....................................................................... 7

E. Konteks Teori Kenyamanan Kolcaba .............................. 8

F. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Perawat Muslim Apabila

Menghadapi Pasien Yang Sakaratul Maut....................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 11

B. Saran................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama
Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang
benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman
hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat
yang menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat
bagi orang – orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum
semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah
satunya yaitu Ibnu Sina. Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa
yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan
untuk beribadah kepada-Nya.

B. Tujuan

Kita sebagai umat Islam terkadang tidak menegetahui apa fungsi Islam dalam bidang kesehatan,
kita hanya berfikir Islam adalah agama. Sebenarnya banyak sekali yang kita belum ketahui tentang Islam.
Islam merupakan salah satu agama yang membahas seluruh aspek kehidupan misalnya dalam hal
penyakit. Maka dari itu penulis dalam makalah ini mengambil judul “PROFESI PERAWAT DALAM
PERSPEKTIF ISLAM” dengan tujuan untuk menambah wawasan kita (muslim) dalam memahami Islam
tentang manfaatnya dalam dunia kesehatan.

C. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode kajian pusataka yang artinya
mencari dari buku – buku yang ada kaitannya dengan pembahasan mengenai Profesi Perawat Dalam
Perspektif Islam, sebagai referensi lainya juga diperoleh dari Al-Qur’an, Kitab-kitab karangan para ulama
dan situs web di internet yang membahas mengenai hal tersebut disertai dengan pemikiran penulis sendiri

BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesi Keperawatan Dalam Perspektif Islam

Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap
orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab
makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. "Wahai sekalian manusia, makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72). Makanan yang baik
dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat
enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu
perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep
sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-
Hakim).

Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu
sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran
dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir
dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan
batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut
sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor. Islam juga sangat menganjurkan kehati-
hatian dalam bepergian dan menjala nkan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa.
Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut
di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. “Dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah: l95). Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan,
tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar
disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara
juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini
tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga
kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di
darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia.
Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan
kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat
setelah ia merasakan sakit.

B. Kewajiban Merawat Pasien


Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, apakah itu sakit ringan ataupun sakit berat. Namun,
baik ringan maupun berat, setiap orang berbeda dalam menyikapinya. Bagi sebagian orang, sakit ringan
bisa dirasakan begitu menyiksa sehingga terlihat lebih berat dari semestinya. Akan tetapi, bagi sebagian
lagi, sakit berat bisa dirasakan ringan jika hati menerimanya dengan ikhlas. Pasien adalah individu yang
sedang rentan dalam periode kehidupan, sehingga seorang pasien membutuhkan pendampingan secara
Psikoreligius.

Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan sehari-hari bahkan
meninggkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih
penting, orang menjadi tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal
akan datang sewaktu-waktu.

Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya
penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping
keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari
penyakit itu. Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu
semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya
atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami.
Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk taqdir. Na’udzu billah… Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau
menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai
Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-
dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)

C. Tugas dan Kewajiban Seorang Perawat Muslim

Perawat adalah unsur utama dalam kegiatan Rumah sakit terutama dalam perawatan dan
pertolongan pasien, dan merekalah yang paling dekat kepada pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.
Perawat sebagai seorang muslim, tidak boleh melepaskan diri dari tugas dan kewajibannya menegakan
dan menjungjung tinggi Agama islam; Dengan kata lain Perawat tidak terlepas dari pada tugas dan
kewajiban melaksankan da’wah islamiyah sesuai dengan kemampuannya di dalam bidangnya masing-
masing. Adapun tugas dan kewajiban seorang perawat muslim adalah :

1. Melaksanakan tugas dengan tulus ikhlas karena Allah semata :

Merawat pasien hendaklah diniati untuk pengabdian (ibadah) QS.Albayyinah, 5 Benar-benar


dengan niat yang ikhlas untuk beramal. Karena amal yang diterima Allah hanyalah amal yang didasarkan
pada keikhlasan. HR. Abu Dawud & Nasa’idari abi umamah.Tidak mengharapkan balasan atau pujian.
QS.Ad Dahr 8-9Selalu optimis akan berhasil dalam tugasnya dengan baik. HR.Al-Khatib dari Anas bin
malik

2. Bersifat penyantun :

Orang yang penyantun ialah yang halus perasaannya, lekas dapat merasakan kesukaran orang
lain, dan bisa bersikap menyesuaikan diri bila ia berhadapan dengan orang yang ditimpa musibah dan
cepat memberi pertolongan, karena cepat mengerti kebutuhan orang lain yang dihadapinya. QS.Al-
Baqarah, 45 Perawat harus yakin bahwa rahmat Allah selalu dekat kepada orang yang berbuat santun.
QS.Al-A’raf, 56

Tutur katanya lemah lembut kepada siapa saja terutama kepada pasien, rela dan cepat memaafkan
kesalahan orang lain. Karena memberi maaf kepada orang lain itu adalah lebih utama dari memberi
shadfaqah atau harta benda kepadanya. QS.Al-Baqarah 263 yang disantuni pula oleh Allah yang maha
penyantun. HR.Tirmidzi dan Abu Dawud.

3. Ramah tamah berdasarkan ukhuwah dalam pergaulan, kapan dan dimana ia berada, terutama
terhadap pasien dan orang-orang yang dho’if (lemah/miskin).HR. Bukhori Muslim dan Turmudzi :

Ketahilah bahwa bermuka manis kepada orang yang sedang menderita sakit adalah merupakan
sebagian dari pada pengobatan. QS.Al-Imran, 15Dan ketahuilah bahwa yang bisa meringankan
penderitaan orang sakit, bukanlah harta benda, akan tetapi wajah yang berseri-seri dan budi perkerti yang
baik. HR.Ibnu Ja’la disyahkan oleh Hakim dari Abi Hurairah.

4. Sabar dan tidak lekas marah :

Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari budi pekerti yang luhur, yang sangat penting
dipelihara. QS.Asy-Syura, 43 Walaupun semua pasien membutuhkan pertolongan dan kasih sayang,
tetapi tidak semua pasien menunjukan perasaan kasih sayang, bahkan tidak kurang adanya pasien yang
justru yang menjengkelkan dan tidak menunjukan simpati sama sekali. Akan tetapi melayaninya dengan
sabar adalah perbuatan yang terpuji disisi Allah . HR.Tirmidzi dari Abu HurairaSebaik-baik senjata
perawat adalah bersabar dan berdo’a. HR.Dailami dari Ibnu Abbas.

5. Harus tenang dan tidak tergopoh-gopoh :

Jiwa orang sangat membutuhkan ketenangan dan ketentraman, jauh dari pada suara-suara yang
keras, gerakan-gerakannya yang hiruk pikuk dan gaduh. Disamping itu tugas-tugas perawat itu sendiri
membutuhkan keteangan dan perhatian yang sungguh-sungguh. Oleh sebab itu maka perawat harus
memiliki sifat yang tenang, berhati-hati dan menghindari gerakan-gerakan yang bisa menimbulkan suara-
suara keras dan gaduh. HR.Thabrani dari Baihaqi dari abu Musa. Orang yang melaksanakan pekerjaan
dengan tenang dan hati-hati, Allah akan memudahkan pekerjaan itu baginya dan akan terhindar dari pada
pelbagai kesukaran dan kekeliruan. HR. Bukhari.

6. Cepat, Cermat, teliti dan lincah :

Pekerjaan perawat cukup ruwet dan sulit. Oleh sebab itu maka perawat hendaklah senantiasa teliti
dan berhati-hati dalam menunaikan tugasnya. Apabila menghadapi suatu persoalan yang meragukan atau
kurang jelas maka lebih baik ditanyakan lebih dahulu kepada yang lebih mengerti. Sebab pekerjaan yang
dilakukan dengan ragu-ragu, lebih besar kemungkinan akan menimbulkan bahaya. HR.Ibnu Sa’ad Atha’.

7. Patuh dan disiplin :

Perawat harus patuh pada petunjuk atasannya baik lisan maupun tulisanPerawat harus disiplin
dalam menunaikan tugasnya agar bisa dilaksankan dengan tertib dan teratur. Mematuhi dan melaksanakan
petunjuk atasan tanpa membantah sekalipun kurang menyenangkan, selama petunjuk itu tidak menyelahi
ajaran islam, norma-norma kemanusiaan maupun etika perawat.

8. Bersih dan menjaga kebersihan, rapih, baik jasmani maupun rohani:

Rohani atau jiwa perawat hendaknya selalu bersih dan suci dari sifat-sifat dengki, sentimen,
sombong dan lain-lain sifat yang tidak baik. Sebab hanya dengan jiwa yang bersih dan sucilah akan
memancar sifat-sifat yang terpuji, sikap yang baik dan ucapan yang menyenangkan. HR. Bukhori. Tubuh
dan pakaian perawat harus selalu bersih, rapih, sederhana dan tidak berlebih-lebihan dalam berhias. HR.
Bokori Muslim dan Abu Dawud.

9. Kuat menyimpan rahasia

Penyakit adalah salah satu aib bagi orang yang sakit. Ada beberapa macam penyakit yang
merupakan aib yang sangat dirahasiakan oleh penderitannya. Yang banyak mengetahui penyakit
seseorang ialah Dokter dan Perawat. Agama islam tidak membenarkan seseorang membuka aib orang
lain. Oleh sebab itu Perawat tidak boleh membuka rahasia orang yang dirawatnya kepada orang lain. QS.
Al-Mudatsir 4. Orang yang suka menyiarkan atau menyebut-nyebut rahasia orang lain. Allah mengancam
dengan siksaan yang sangat pedih, baik di Dunia maupun diakherat kelak. HR. Turmudzi dan Sa’ad
Perawat harus bersifat jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakannya: Berbahagialah orang yang
dapat memelihara amanat dan menepati janjinya.HR. Abu Dawud Tugas dan kewajiban yang dibenarkan
kepada Perawat adalah amat yang wajib ditunaikan. QS. Al-Mukminun, 8. Jujur dapat dipercaya, suka
berterus terang, selalu menepati janji adalah sikap terpuji yang dimiliki oleh Perawat. QS. Al-Maidah 1.

D. Teori Kenyamanan Kathrine Kolcaba

Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu intervensi. Hal ini
merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh ketika kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan
lingkungan terpenuhi (Peterson & Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan
kenyamanan, intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan, perilaku pencari
kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba & DiMarco (2005) hal tersebut dapat
digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada
Teori Kenyamanan Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga.

Teori kenyamanan terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan penanganan
spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati dari klien yang terjadi karena hilangnya
ketidaknyamanan fisik yang dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana 9
Universitas Udayana seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar seorang individu yang bersifat
holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik
berhubungan dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh
dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan
fisik adalah memberikan obat, merubah posisi, backrub, kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik.
Kenyamanan psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, yang dapat
difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat
selama perawatan dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien. Kebutuhan
kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat,
meliputi kebutuhan terhadap informasi kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai
dengan budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah menciptakan
hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa memandang status sosial atau budaya,
mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi
kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir
adalah kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan dengan menjaga kerapian dan
kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan memberikan
lingkungan yang aman bagi klien (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).

E. Konteks Teori Kenyamanan Kolcaba

Secara filosofi, Kolcaba mendefiniskan kenyamanan adalah suatu yang menguatkan (Alligood,
2014). Definisi ini memberikan rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan pada pasien, serta
perawat mendapatkan kepuasan. Melalui kenyamanan, proses kesembuhan dapat tercapai (McIlveeb &
Morse, 1995, dalam Alligood, 2014). Perawat memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien. Harmer (1926) dalam Alligood (2014) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan berfokus untuk memberikan lingkungan yang nyaman, mencakup
kebahagiaan, kenyamanan fisik dan mental (istirahat, tidur, nutrisi, kebersihan, dan eliminasi). Secara
intuisi, kenyamanan berkaitan dengan aktivitas mengasuh atau merawat.

Konsep teori kenyaman yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba, dalam Alligood (2014) menjelaskan
tentang metapradigma meliputi:

1) Manusia

Teori Kolcaba menjelaskan bahwa manusia sebagai penerima asuhan keperawatan mungkin dapat
berupa individu, keluarga, institusi atau komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat
mungkin juga bisa sebagai penerima intervensi terkait kenyamana dilingkungan tempat kerja ketika ada
inisiatif untuk meningkatkan kondisi kerja (Kolcaba, Tilton & Drouin, 2006 dalam Alligood 2014). Setiap
individu menunjukkan respons holistik terhadap stimulus kompleks yang diterimanya yang akan
mempengaruhi keyamanan. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan dan harus
dipenuhi oleh setiap individu (Kolcaba, 1994 dalam Alligood, 2014). Sehingga pencapaian keyamanan
seorang individu akan memberikan kekuatan bagi pasien dalam membentuk sikap kesadaran terkait
kesehatan dirinya (Kolcaba & Kolcaba 1991; Kolcaba, 1994 dalam Alligood, 2014).

2) Lingkungan

Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi
oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk meningkatkan kenyamanan. Integritas institusi
didasarkan oleh orientasi sistem nilai penerima asuhan begitupun sama pentingnya dengan promosi
kesehatan, asuhan holistik dalam konteks keluarga dan pemberi asuhan (Kolcaba, 1997, 2001 dalam
Allgood, 2014).

3) Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, pemberi pelayanan asuhan kesehatan atau
komunitas dalam konteks individu atau kelompok. Pasien yang menunjukkan kesadaran terkait kesehatan
dirinya yang tinggi cenderung memiliki kepuasan tersendiri dengan asuhan yang diperoleh (Kolcalba,
1997, 2001 dalam Alligood, 2014).

4) Keperawatan

Keperawatan adalah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang intensif berupa intuisi atau
subjektif atau keduanya, membuat intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan evaluasi tingkat
kenyamanan setelah implementasi diberikan kemudian membandingkan dengan tujuan hasil yang
diinginkan. Kenyaman adalah hasil holistik yang ingin dicapai oleh setiap individu dan erat kaitannya
dengan disiplin keperawatan (Kolcaba, 1994 dalam Alligood, 2014). Selanjutnya, Kolcaba
mengembangkan teorinya dengan menggunakan teori keperawatan sebelumnya untuk mengidentifikasi
jenis kenyamanan (Kolcaba & Kolcaba, 1991, dalam Alligood, 2014) :

1) Relief (kelegaan) merupakan kenyamanan yang diberikan perawat untuk membantu kebutuhan
pasien. Konsep ini berasal dari Orlando (1961).

2) Ease (ketentraman) merupakan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dan
harus dipertahankan selama asuhan keperawatan. Konsep ini berasal dari Henderson (1966).

3) Transcendence dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975) yang menjelaskan
bahwa perawat membantu pasien dalammengatasi kesulitan.Kolcaba menghubungkan jenis kenyamanan
dari penelitian sebelumnya dengan empat konteks kenyamanan berdasarkan asuhan keperawatan, yaitu
konteks fisiologis, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.

Jenis Kenyamanan

Kelegaan : keadaan pasien yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi

Ketentraman : keadaan tenang atau puas

Transedensi : keadaan seseorang berhasil melampaui masalah

Konteks

Fisik : berhubungan dengan sensasi jasmaniah

Psikospritual : berhubungan dengan kesadaran akan diri sendiri, seperti harga diri,

konsep diri, seksualitas, dan makna dalam hubungan seseorang dengan tatanan yang
lebih tinggi

Lingkungan : berhubungan dengan lingkungan eksternal, kondisi-kondisi dan

pengaruh di sekitarnya

Sosial : berhubungan dengan hubungan-hubungan interpersonal, keluarga


dan Sosial

Berdasarkan teori Kolcaba, kenyamanan melingkupi kebutuhan perawatan kesehatan, intervensi


keperawatan, variabel penghambat yang mempengaruhi peningkatan kenyamanan dan selanjutnya
mempengaruhi perilaku mencari kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut dapat diaplikasikan dengan
integritas institusional, yaitu ketika institusi menunjukkan hal yang menciptakan dasar praktik dan
kebijakan yang tepat, seperti praktik/intervensi yang diberikan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan
disertai dengan kebijakan/protokol prosedur. Dalam studi Kolcaba, konsep kesehatan membutuhkan
kenyamanan dengan memberikan intervensi guided imagery untuk pasien psikiatrik, sentuhan yang
menyembuhkan (healing touch) dan dukungan untuk mengurangi stress, pijat dengan tangan (hand
massage) untuk pasien dengan lama perawatan, dan pakaian hangat dengan suhu yang dapat dikendalikan
pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada pasien preoperatif.
Pengembangan teori kenyamanan selanjutnya menghasilkan a. Kenyamanan adalah kondisi spesifik; b.
Kenyamanan adalah suatu hal yang sensitif berubah dari waktu ke waktu; c. Intervensi keperawatan
secara holistik diaplikasikan secara konsisten untuk meningkatkan kenyamanan; d. Kenyamanan
sepenuhnya adalah hal yang lebih besar dari bagian-bagiannya.

F. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Perawat Muslim Apabila Menghadapi Pasien Yang
Sakaratul Maut

Sakaratul maut adalah saat-saat kritis seseorang itu sedang menghadapi kematian yang sudah
tidak diharapkan lagi akan kesembuhannya atau akan hidup kembali seperti biasa. Mengenai tanda-tanda
khusul khotimah atau su'ul khotimah seseorang yang sedang sakaratul maut, Usman bin Affan perna
berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: "perhatikanlah orang yang hampir mati,seandainya kedua
matanya terbelalak, dahinya berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar,membuktikan
bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira,tetapi jika dia mendengar seperti orang yang sedang
mendengkur (ngorok) atau tercekik,wajahnya pucat,mulutnya bertambah besar,berarti ia telah mendapat
kabar buruk" Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad saw telah
menggambarkan dengan sabdanya: "ketika menjelang roh orang mukmin dicabut,maka datanglah
malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga
yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti mencabut rambut
dari adonan tepung,lalu diserukan kepadanya: "Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu
dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah. Jika seorang
Muslim mengetahui atau meyaksikan seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka
hendaklah dia melakukan hal-hal seperti berikut

Menghadapkannya ke arah kiblat. caranya jika ia berbaring,maka lambung kanannya diarahkan ke


lantai.Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat syahadat yaitu La ilaha
illallah Muhammad Rasulullah. Mendo'akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya ruh
Wallahu A'lam. Menasehatinya supaya ia bertobat dan berbaik sangka kepada Allah dengan mengharap
ampunan dan rahmat-Nya. Menjaga supaya pakaian dan tempat yang didiaminya senantiasa bersih dan
suci.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang dijabarkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ketika seorang menganggap
dirinya sebagai seorang professional maka ia harus memliki unsur bertauhid, amanah, berakhlaq,
memiliki ilmu, ikeahlian dan tanggung jawab. Sebagai sebagai calon perawat sudah seharusnya menganut
hal tersebut karena sebagai landasan seorang perawat yang profesional.

B. Saran

Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi apabila manusia sudah menjadi
pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang
keperawatan atau kesehtan jangan membeda-bedakan masyarakat antara sikaya dan si miskin apabila
dalam merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika: Jakarta

http://www.doamuslim.com/doa-mohon-kesembuhan-dari-penyakit/

http://www.rsunurhidayah.com/berita-197-bimbingan-agama-untuk-kesembuhan.html

Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.

Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai