DISUSUN OLEH:
1
Bagaimanapun makalah ini dirancang dan diseleseikan, tentu masih terdapat
banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat
menerima saran dan kritik guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
Semoga dengan disusunnya makalah yang berjudul “Upaya Promosi
Kesehatan Dalam Perspektif Islam” ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.
Sekian dan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3
umatnya berakhlaq mulia. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad bin
Abdullah bahwasanya dia tidak di utus selain untuk memperbaiki akhlaq.
“Tidaklah aku diutus selain untuk menyempurnakan akhlaq, “ (Muhammad:
571 M). Sehingga ini adalah tanda bahwanya kita sebagai public helath yang
memperjuangkan tegaknya nilai kesehatan rupanya perlu bagi kita yang
muslim untuk mengetahui perspektif islam atas upaya yang kita laksanakan.
Karena secara tidak langsung nilai kesehatan adalah bagian dari nilai
islam. Islam adalah agama yang mengurusi segala bidang tidak sebatas ibadah
yang sifatnya ruhiyah saja. Makna ibadah disini sangat luas sepert firman
Allah:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.”
“Segala apa yang ada di bumi dan di langit adalah milik Allah.”
Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun
aspek aspek ukhrawi. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena islam
selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu
pengetahuan, agar manusia mengetahui mana yang baik dan benar dan mana
yang salah. Termasuk kesehatan, kesehatan adalah salah satu bidang ilmu
pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Hukumnya fardlu kifayah bagi
umat islam. Hal ini sudah menunjukkan bahwasanya ada koridor dan aturan-
aturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasar-
dasar kesehatan bahkan kepada nabi-nabi sebelumnya termasuk nabi Adam.
Contoh saja bagaimana islam telah mengajarkan nilai-nilai kesehatan
sebagai proyeksi dari nilai-nilai islam semenjak 14 abad yang silam oleh
seorang pemimpin yang agung, paling sempurna sepanjang perjalanan
manusia dari Adam hingga manusia terakhir nanti yaitu Muhammad bin
Abdullah. Beliau pernah mengatakan “Jauhilah tempat-tempat yang
menyebabkan laknat ketika buang hendak membuang air, yaitu di tempat-
tempat air, di jalan raya, di tempat berteduh.”. Sekarang coba perhatikan
bagaimana ilmu kesehatan kini mengiyakan apa yang disampaikan
Muhammad ini 14 abad silam yaitu anjuran dan upaya kesehatan untuk
4
mengarahkan masyarakat untuk tidak membang air besar di tempat-tempat air
misalnya di sungai, rawa ataupun di jalan raya maupun di bawah pohon untuk
membuangnya ke tempat yang semestinya yaitu jamban. Upaya ini mulai
digencarkan baru pada abad ke-19 melalui sosialisasi, promosi, program
kesehatan, seminar, dan sebagainya. Ini hanya berkaitan dengan buang air
besar, dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan kesehatan.
Oleh sebab itu kita perlu menganalisis bagaimana upaya promosi kesehatan
dalam perspektif islam.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa definisi dari promosi kesehatan?
b. Apa definisi sehat menurut WHO dan Islam?
c. Bagaimana kesehatan dalam Al-qur’an dan Hadist?
d. Bagaimana penerapan promosi kesehatan dalam perspektif Islam?
1.3 Tujuan
a. Memberikan pengetahuan dan pengertian tentang promosi kesehatan
b. Memahami definisi promkes menurut pandangan WHO dan Islam
c. Memahami upaya promkes dalam perspektif islam yaitu Quran dan
Hadits
d. Memahami penerapan promkes dalam perspektif islam
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
masyarakat, juga perlu di dengan upaya advokasi dan bina suasana (social
support).
7
dan musibah-Nya. Dalam pengertian ini, kata ‘afiat menegaskan adanya
makna berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan
penciptaannya.
Misalnya, mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat dan membaca
tanpa menggunakan kaca mata. Sedangkan mata yang ‘afiat adalah mata yang
dapat melihat dan membaca objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek yang dilarang. Hal lain mislanya, perut yang sehat
adalah perut yang dapat mencerna makanan secara sempurna sehingga
kebutuhan gizi badan dapat optimal. Sedangkan perut yang ‘afiat adalah perut
yang dapat menahan nafsunya sehingga hanya akan diberi makan dengan
makanan halalan thoyiban. Hal-hal tersebut itu pada dasarnya merupakan
fungsi yang diharapkan sang pencipta.
Dalam Islam, tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta dan keturunan. Dimana dengan adanya badaniah dan
rohaniah yang sehat maka semua dapat terjaga dengan baik dan tidak
menimbulkan madharat. Sejak awal memang telah diajarkan adanya sikap
yang harus dan sangat mementingkan hidup sehat melalui upaya promotif,
preventif, dan protektif. Terdapat beberapa bukti yang dapat digunankan
sebagai landasan untuk setiap muslim dapat hidup dengan sehat.
Misalnya saja sikap menjaga kebersihan, Islam menekankan melalui dalil
“Annadhofathu minnal iman “ yang artinya kebersihan adalah sebagian dari
iman. Namun bukan berarti orang yang tidak bersih itu tidak beriman. Ada
pengertian yang lebih mendalam untuk penggalan kalimat tersebut, dimana
yang dimaksudkan adalah dengan kita bersih maka kita akan semakin dapat
terhindar dari najis yang menghalangi kita untuk medekat kepada Allah.
8
puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian
(kebersihan) dan menjauhi kekotoran.
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri”.
9
Aturan mengenai kebersihan cukup lengkap terdapat dalam Al-Qur’an,
misalnya setiap berwudlu saat akan melakukan shalat. Al-Qur’an mewajibkan
ummat Islam mandi pada waktu tertentu, misal pada keadaan junub. Al-
Qur’an juga mengharamkan minuman dan makanan yang kotor dan
berbahaya (QS Al-A’raaf: 157 dan Al A’laa:14).
Al-Qur’an menyebut beberapa penyakit wabah, misalnya musnahnya
kaum tsamud yang ingkar kepada Nabi Allah. Juga wabah yang menimpa
tentara Thalut yang melanggar perintah panglimanya. Wabah yang menimpa
tentara gajah Kristen saat hendak menghancurkan Ka’bah.
Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan
kesehatan. Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu
minal iiman” yang berarti bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada
iman. Hadist lain menyatkana bahwa “orang mukmin yang kuat lebih disukai
oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.” Ajaran kesehatan Nabi
SAW yang lain adalah khitan sangan sesuai dengan kebersihan dan
kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai dengan
kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur
lengkap dalam hadist.
10
Islam ini adalah dengan asumsi bahwa seseorang harus menjalankan konsep-
konsep tersebut untuk sebuah intervensi promosi kesehatan.
11
Rangkain Kesehatan Islami. Dari tahap tidak langsung, unsur psikodinamis
dari ritual, dalam pelaksanaan sholat menawarkan “meditasi” rutin, yang
mana menghasilkan rasa tenang, penuh harapan, kepuasan hati dan emosi
positif yang kesemuanya dianggap sebagai pembentuk “sense of coherence”
(kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan mereka dan
menjadi sehat ditengah maraknya faktor penekan yang bervariasi).
Melaksanakan kewajiban berderma “Zakat” bagi mereka yang mampu
merupakan rukun Islam yang ketiga dari konsep Rukun Islam. Dalam
meletakkan rukun Islam ke tiga ini dalam rangkaian kesehatan akan lebih
cocok sebagai pusat, sebagaimana dampaknya terhadap kesehatan lebih
dirasakan pada level komunitas jika kita melihat dari sisi pemberian zakat itu
sendiri.
Rukun Islam ke empat, “Berpuasa selama bulan Ramadhan” menegaskan
para Muslim tentang pentingnya membatasi makan makanan, sebagai sebuah
upaya diet untuk keseimbangan.
Rukun Islam yang ke lima, berhaji diwajibkan hanya untuk mereka yang
mampu, baik secara finasial maupun fisik, untuk melakukannya sekali
seumur hidup. (Qur’an 3:97; 22:27). Kaitannya dengan kesehatan, pada titik
secara tidak langsung dari rangkaian konsep kesehatan Islami, hal ini dapat
dikatakan sebagai unsur psikodinamis dari ibadah, keyakinan dan shalat, yang
mana memainkan peranan yang besar dalam membangun sebuah rasa
keterhubungan (sense of coherence) dari individu tidak hanya melalui
mekanisme salutogenesis tapi juga melalui faktor penguat (reinforcing) dalam
proses berbagi pengetahuan, keyakinan dan nilai15. Di waktu yang
bersamaan merupakan usaha menguatkan tingkah laku positif sembari
memupuk rasa keyakinan diri terhadap pengetahuan, keyakinan dan nilai itu
sendiri. Hal-hal tersebut dicapai melalui serangkaian ibadah yang dituntut
saat pelaksanaan ibadah Haji.
12
B. Konsep ke Dua: Rukun Iman
Konsep ini dapat dianggap sebagai pembentuk sikap dan norma
subjektif dari seorang Muslim terhadap niat berperilaku dan perilaku
dalam ketaatan terhadap prinsip-prinsip Islam dan pada akhirnya menuju
sebuah gaya hidup sehat. Oleh karenanya keterkaitan Rukun Iman dengan
kesehatan dapat dilihat dari dua cara; pertama Rukun Iman memperkuat
penyembahan secara religius dan shalat melalui unsur psikodinamis
ibadahnya dan dapat mengarahkan seseorang kepada kondisi rasa
ketenangan, harapan, muatan emosi positif, dimana pada berikutnya dapat
membantu perkembangan rasa keterhubungan (sense of coherence).
Kedua, Rukun Iman menegaskan pentingnya keterlibatan secara religius
dan persaudaraan dengan Muslim lainnya sehingga menciptakan
lingkungan yang mendukung (enabling environment) untuk dukungan
sosial dengan mendorong keterlibatan organisasi sosial.
13
Keterkaitan konsep Hukum Islam dengan Rangkaian Kesehatan Islami
terletak pada fakta yang menunjukkan bahwa Hukum Islam mengatur
masyarakat (umat) dengan menyediakan sebuah lingkungan yang
menguntungkan untuk faktor predisposisi, pemungkin dan penguat yang
mempengaruhi perilaku dan gaya hidup melalui panduan-panduan secara
eksplisit.
14
didalam masyarakat Islami diseluruh penjuru dunia. Konsep ini
meliputi Da’wah, Syariah, Shuura, Hisba dan Waqaf dan diantara
konsep-konsep lainnya.
Da’wah contohnya, yang hakikatnya merupakan ajakan. Islam
mendorong setiap umatnya untuk mengajak satu sama lainnya untuk
memahami dan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Ini
secara jelas diungkapkan didalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 71
yang berbunyi: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf
(kebaikan), mencegah dari yang munkar (keburukan), mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Akan tetapi hal ini bukan berarti
paksaan, seperti yang tercantum pada Surat An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
(perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang hak dengan yang bathil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam memahami konsep Islam yang sederhana tapi sangat penting ini,
seorang promotor kesehatan dapat memulai dialog dengan Muslim secara
langsung pada level individu atau secara tidak langsung melalui level
pimpinan. Dialog ini pada akhirnya akan menawarkan sebuah pemahaman
dan analisis yang komprehensif dari sebuah masyarakat Islami untuk
menyimpulkan tahap pertama dari model Lima tahap Bracht.
2. Disain – Inisiasi
Tahap kedua dari model Lima Tahap Bracht ini adalah tahap desain
dan inisiasi, dimana tahap ini mengarahkan kepada pembentukan sebuah
kelompok perencana inti dan menseleksi koordinator setempat.
Bersamaan dengan itu, tahap ini juga meliputi pemilihan sebuah struktur
organisasi dan contoh dari hal ini diberikan dalam bentuk dewan
15
penasehat, aparatur desa, koalisi, perwakilan terkemuka, jaringan
informal, dan gerakan advokasi masyarakat. Dalam Islam konsep Shuraa
adalah sebuah contoh dari struktur organisasi dalam masyarakat Islami.
Konsep ini dapat dibandingkan dengan deskripsi dari koalisi atau aliansi
beberapa kelompok masyarakat dan atau organisasi kesehatan 26. Konsep
dari Shuura ini tidak hanya sekedar sebuah dewan penasihat atau sebuah
koalisi, tetapi dalam komunitas Muslim Shuura diharuskan untuk
bekerjasama dalam perundingan yang saling menguntungkan dan
keputusan yang diambil bersifat mengikat27. Oleh karenanya konsep ini
menyediakan sebuah kemungkinan pintu masuk menuju tahap ke dua dari
model Lima Tahap Bracht.
3. Implementasi
Implementasi program promosi kesehatan merupakan tahap ke tiga
dalam Model Lima Tahap Bracht. Dalam tahap ini, teori dan ide dirubah
menjadi tindakan pemanfaatan para profesional dan sumber daya manusia
lainnya didalam masyarakat sesuai perencanaan intervensi. Selama
proses, sumber daya yang tersedia di masyarakat dimaksimalkan dan
diadapatasi dalam batasan lokal. Konsep Islam Syariah, dimana termasuk
dalam konsep hukum Islami, menawarkan panduan yang jelas dalam
menghadapi berbagai macam permasalahan di dalam Islam. Bagi seorang
promotor kesehatan, memahami ini akan sangat krusial dalam
memastikan kesuksesan program mereka. Dengan mengetahui skala dari
area intervensi didalam hukum Syariah (wajib, sunah, makruh, mubah
dan haram) seorang promotor kesehatan dapat melengkapi dirinya sendiri
dalam merancang intervensi mereka sesuai dengan sudut pandang
masyarakat Islami yang dituju dan juga memastikan kesempatan yang
lebih baik untuk sukses. Prinsip Ijtihad dalam konsep Hukum Islam yang
mengacu pada fakta bahwa (1) hukum berubah seiring perubahan waktu
dan tempat, (2)memilih yang paling ringan derajat kerugiannya diantara
dua pilihan yang sama-sama menimbulkan kerugian, (3)melindungi
kepentingan umum/umat, juga menawarkan saluran komunikasi bagi
promotor kesehatan untuk membawa masuk ide-ide baru ke dalam
masyarakat Islami.
16
4. Pemeliharaan - Konsolidasi
Tema dari tahap ke empat Model Bracht adalah pemeliharaan
program (maintenance) dan konsolidasi. Zakat, Waqaf dan Shodaqoh
adalah konsep-konsep yang dapat ditemukan pada semua konsep utama
Islam (Rukun Islam, Rukun Iman dan Hukum Islam) menyediakan
pijakan yang dengannya seorang promotor kesehatan dapat menjelaskan
secara rinci kepada umat untuk memastikan keberlangsungan intervensi
kesehatan masyarakat. Dalam ke tiga konsep Islam ini baik struktur
finansial dan struktur lainnya di masyarakat yang mendukung
kepentingan umat ditangani dan dapat dieksploitasi untuk manfaat
intervensi kesehatan. Contohnya adalah konsep Waqaf, sebuah konsep
Islam dimana kaum Muslim yang mampu memeberikan sumbangan
materi untuk kemaslahatan (kebaikan) masyarakat, dapat menjadi sebuah
arti penting untuk memastikan dan memberikan pemasukan bagi
intervensi vital dalam promosi kesehatan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Alqur’an Dan As-
Sunnah. Disampaikan dalam “Kuliah Kedokteran Islam dalam Blok-5.
Regulasi dan Metabolisme semester II”, FK UMY.
Kemenag RI. 2015. Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Alquran dan Sains.
Widya Cahaya. Jakarta.
Purwati, Susi. 2010. Prinsip Metode Promosi Kesehatan, (online),
(http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/prinsip-metode-promosi-
kesehatan.html diakses 2 Februari 2020).
E De Leeuw, and A Hussein. “Islamic Health Promotion and Interculturalization.”
Health Promotion International 14, no. 4 (1999): 347–53.
Maulana, A.O. “Islam and Health Dimension in 20th Century.” University of
Maastricht, 2002.
TSSM Propinsi Jawa Timur. “Dakwah Sanitasi, Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.” TSSM Propinsi Jawa Timur, 2009.
19