Disusun oleh :
Nama : Muliyati
Nim : J1A122270
Penyusun
Daftar isi
i. Cover………………………………………………………….....................……
ii. Kata Pengantar………………...……………..………………….....………….
iii. Daftar Isi……………………………………………...…...................…………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….................................................
A. Latar Belakang…………………………………………............................…….
B. Rumusan Masalah………………..................…………..................................…
C. Tujuan...........................………………………………….............................……
BAB II PEMBAHASAN…………………….....…………………….......................................
A. Kesehatan dalam pandangan Islam....................................................................
B. Upaya-upaya kesehatan menurut agama islam................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang komprehensif dan lengkap. Jelas dengan
karakteristik ini Islam memperhatikan seluruh kebutuhan hidup manusia dan memiliki aturan-
aturan untuk seluruh persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia baik secara
individu maupun sosial. Salah satu kelebihan islam yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah perihal prespektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun
masyarakat.
Kesehatan merupakan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda
Nabi Muhammad SAW. Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai
dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya
dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Allah SWT berfirman: ''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan
individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga umat manusia
mampu menjadi umat yang pilihan.
Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan (yang
utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara
pada manusia. Faktor lingkungan (fisik, sosek, biologi) yang mempunyai pengaruh paling
besar terhadap status kesehatan tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang paling
memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.
Secara individual dengan landasan nilai tauhid Islam mengajarkan agar setiap muslim
bergaya hidup sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan
misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang.
Kewajiban membersihkan hadats kecil, mandi janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan
bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik. Dengan berwudhu, seorang muslim
akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya
penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air (bukan
dengan tissue) setelah buang air kecil atau buang air besar. Sementara, ibadah puasa secara
pasti telah memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem
pencernaan yang selama 11 bulan bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk
diistirahatkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama
tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial”
yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan
tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al-
Quran. Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al- Quran dan Hadits
ditemui banyak referensi tentang sehat. Kosakata sehat wal’afiat dalam bahasa Indonesia
mengacu pada kondisi ragawi dan bagian- bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat
wal’afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan
masyarakat.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan
Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk
kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep sehat dan afiat itu mempunyai
makna yang berbeda kendati tidak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena
masing- masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak
disebut.
Berdasarkan kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah swt untuk hamba-Nya dari
segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan Allah SWT itu sudah barang tentu tidak
dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya.
Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia
sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah, maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa
mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa dikatakan
kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa
syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah SWT karena telah diberi nikmat kesehatan
adalah senantiasa menjaga kesehatan. Untuk memahami sehat secara Islami, ada beberapa
terminologi yang berkaitan dengan potensi manusia yang harus dipahami terlebih dahulu,
yaitu:
A. Al- jasadu, yaitu fisik manusia yang tersusun dari jaringan- jaringan tubuh seperti
tangan, kaki, kepala dan lain sebagainya.
B. Ar- ruh, yaitu sesuatu yang ditiupkan ke dalam badan manusia setelah berumur
tiga bulan empat puluh hari.
C. An- nafs, yaitu sebutan dari ar- ruh apabila telah bersatu dengan badan/ jasad
manusia.
D. Al- aql, yaitu alat untuk berfikir atau memahami sesuatu.
E. Al- qalbu, dengan pendekatan secara jasmani mengandung arti jantung, dengan
pendekatan secara ruhaniah mengandung arti hati nurani.
Al-qalbu merupakan potensi dalam diri manusia yang terpenting karena mempunyai
hubungan dengan al-jasad, an-nafs dan al-aql. Semua potensi yang ada pada manusia tersebut
harus dimanfaatkan sebagai manifestasi khalifah di muka bumi yang mempunyai fungsi
membangun dan memelihara alam.
Kandungan Al- Quran Yang Melandasi Konsep Sehat dan Kesehatan Menurut
Perspektif Islam
Abu Darda berkata, "Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur
karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?"
Nabi saw menjawab, "Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga
menyenanginya."
(HR. Muslim)
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengkonsumsi gizi yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang,
serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit.
Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits- hadits shahih
maupun ayat Al- Quran.
Sebagaimana disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat fisik (badaniah) dan psikis
(kejiwaan). Pada saat orang- orang Islam menunaikan kewajibankewajiban keagamannya,
berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
1. Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, yaitu:
a. Sholat Teratur
Setelah mengadakan penelitian secara mendalam yang dikaitkan dengan kondisi fisik
manusia, akhirnya berkesimpulan sebagai berikut :
4) Cara turun untuk sujud dan bangkit dari sujud yang baik dan benar akan dapat memperkuat
otot kaki, baik untuk laki- laki maupun untuk perempuan.
b. Shaum
Shaum merupakan kegiatan menahan diri dari lapar dan dahaga, serta menahan hawa
nafsu, amarah dan melatih kesabaran. Shaum juga merupakan ibadah yang harus
dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama Allah sesudah pernyataan imannya.
Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah shaum.
Namun, Allah Swt membolehkan orang yang sakit dan orang yang sedang bepergian
untuk tidak shaum demi menjaga kesehatan dan stamina tubuhnya. Sebagaimana firman
Allah SWT: “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya bershiam, sebanyak hari-hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain…)”.
(Q.S. Al-baqarah 02:185)
Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud
Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan
puasa sangat berguna bagi kesehatan jasmani dan rohani.
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan
thayyiban. Al- Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti
ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. (QS.
‘Abasa 80: 24 )
Dan Firman-Nya: “Kemudian makanlah dari (tiap- tiap macam) buah- buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam- macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada apa yang demikian itu benar- benar
terdapat tanda- tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang yang mau memikirkan”. (QS An- Nahl
16:69).
1. Tata makanan.
Islam melarang berlebih- lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar
hingga kekenyangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut
besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih- lebihan dan melampaui
batas.
Al- Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibat yang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain
dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai
anjuran Nabi “Bahwa badanmu mempunyai hak”. Islam menekankan keteraturan mengatur
ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak- haknya kepada Tuhan
melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani.
Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing anggota tubuh
memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok sahabat Nabi yang ingin
terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus
sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya, sebagaimana disebutkan dalam
hadits “Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa disiang hari dan qiyamullail dimalam hari, maka aku katakan, benar ya
Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan
tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak" (HR Bukhari dan
Muslim).
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang
positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi- fungsi alat
tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap,
teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan
baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al- Riyadhat) termasuk bidang
ijtihadiyat. Secara umum hukum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah,
jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan
berolahraga, karena termasuk masalah duniawi atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan
peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan
prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash Al- Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam
konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan
serangan musuh, yaitu ayat:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda- kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang- orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkan pada jalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al- Anfal :60)
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al- Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah
memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana
dinyatakan dalam satu hadits:
Nabi bersabda: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, ingatlah kekuatan itu adalah memanah”, (HR Muslim, al- Turmudzi, Abu Dawud,
Ibn Majah, Ahmad, dan al- Darimi)
Selain berolahraga seperti memanah, berenang, dan berkuda gerakan sholat juga
merupakan olahraga. Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi
Rabbani yang kuat dan sehat, Oleh karenanya, Islam menyeru setiap muslim untuk
mengajarkan anak-anaknya berolahraga, karena Allah Swt mencintai mu’min yang kuat.
Dalam sebuah Hadits diriwayatkan : “Allah lebih mencintai mu’min yang kuat daripada
mu’min yang lemah“. (HR.Muslim)
Dalam islam diantaranya dengan mandi, wudhu, menjaga kebersihan pakaian. Adapun
wudhu merupakan upaya membersihkan diri dari hadast besar maupun hadast kecil sebelum
melaksanakan sholat. Karena seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari
hadast kecil maupun hadast besar, sehingga apabila ia berhadas kecil ia harus berwudlu,
namun jika ia berhadast besar (junub) maka ia harus mandi.
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua
kakimu sampai ke kedua mata kaki. “(Q.S Al-ma’idah:6)
Wudhu, memiliki dampak fisiologis, hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan
air sebanyak lima kali sehari akan membantu dalam mengistirahatkan organorgan tubuh,
meredakan ketegangan fisik dan psikis, serta menimbulkan efek refresing, penyegaran, dan
pemulihan tenaga. Mengenai wudhu, Rasulullah Saw pernah bersabda: “Apabila engkau
sedang marah, maka berwudlulah”.
“… dan Allah menurunkan kepadamu (air) hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu, dan menghilangkan dari kamu gangguan syetan (penyakit) dan untuk
menguatkan hatimu”. (Q.S. Al-anfaal : 11)
Imam Al- Suyuthi, 'Abd Al- Hamid Al- Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan,
dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat,
bagian dari ta'abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari 'Ali
ra, dari Nabi saw, beliau berkata: "Kunci shalat adalah bersuci" (HR Ibnu Majah, al-
Turmudzi, Ahmad, dan al- Darimi).
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis,
mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam,
sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan
mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa fikih pertama yang dipelajari umat
Islam adalah masalah kesucian.
Abd Al- Mun'im Qandil dalam bukunya Al- Tadaivi bi Al- Quran seperti halnya
kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian
lahiriah segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan.
1. Tubuh,
Islam memerintahkan mandi bagi umatnya untuk membersihkan tubuhnya dari najis
dan hadas. Dia mengajarkan kepada umatnya, mulai memotong kuku, membersihkan luas
jari, mencabut bulu ketiak dan bersiwaq hingga bagaimana cara dia makan.
2. Tangan,
Nabi Muhammad saw bersabda: “cucilah kedua tanganmu sebelum dah sesudah
makan dan cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu di mana
tangannya berada di saat tidur.”
4. Rumah,
2. Kesehatan Rohani
Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al-Quran surat Al-
Ra’d: 28 yang berbunyi: “(yaitu) orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah Jakarta
mengatakan di dalam manusia ada unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan unsur ruh yang
dalam Al- Quran disebut khalqan akhar. Seseorang baru disebut manusia jika memiliki ke 3
unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk
menaati apa yang diperintahkan Allah, ciri- ciri jiwa yang sehat yang dalam
Al- Quran disebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati
yang selalu menjaga dari hal- hal keduniaan (al- zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al-
shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).
3. Kesehatan Sosial
Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas- luasnya adalah salah satu naluri
manusia. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zone Polition, yaitu manusia
yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah
Ukhuwah (persaudaraan) yang akan mendatangkan muamalah
Hal ini sesuai dengan QS. Al-Hujurat ayat 13 yang menyatakan : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS. Al-
Hujarat: 13)
4. Kesehatan Seks
Yakni meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seks, kebersihan seks seperti mandi
setelah bersetubuh, istinja’setelah BAK dan BAB. Rasulullah saw bersabda: “Janganlah salah
seorang diantara kalian menggauli isterinya sebagaimana hewan menggauli sesamanya.
Hendaklah ia mengadakan pemanasan (perantara) terlebih dahulu dengan jalan ciuman dan
kata- kata mesra” (HR. Turmudzi)
Faktor terpenting untuk mencapai kepuasan bersama adalah cumbu rayu, ketenangan
pikiran, kenyamanan suasana dan aneka variasi dalam melakukannya. Ditinjau dari segi
agama membuat variasi dari aneka posisi dalam bersenggama tidaklah dilarang. Allah SWT
berfirman: “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah:
223).
Senggama di farji (vagina) ketika isteri dalam keadaan haid. Allah SWT berfirman:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran.” Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 222).
• Risiko dijangkiti kuman HIV bagi lelaki dan wanita sebanyak enam kali ganda
5. Kesehatan Mental
Yakni ajaran- ajaran untuk mencegah terjadinya stress. Oleh karena itu, Islam
melarang semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan daya pikir,
seperti khamr. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,
dan spiritual.
Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan di mana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan- aturan agama yang dianutnya.
6. Kesehatan Dari Aspek Ekonomi
Terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya
secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh karena itu, bagi kelompok
tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara menerapkan pola hidup sehat itu di
dalam kehidupan kita masing- masing, berikut ini dapat kita ikuti beberapa terapi yang
diajarkan oleh Islam kepada umat manusia:
Dari lubuk hati yang bersih serta akal yang sehat, seseorang akan memperoleh
kesehatan yang sempurna. Bukankah banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan
disebabkan oleh faktor tidak sehatnya kedua hal tersebut, maka tidak mengherankan jika para
dokter menyarankan setiap pasiennya yang mengalami stres (ketegangan) untuk hidup secara
teratur, mengurangi, bahkan tidak membebani diri dengan pikiran dan perasaan yang berat-
berat. Saran seperti itu, sebenarnya telah kita kenal sejak lama melalui konsepsi, al- 'aql
alsalim fi al-jism al- salim (akal yang sehat akan membuahkan jiwa yang sehat pula).
Di dalam banyak ayat Al- Quran, Allah mengisyaratkan betapa pentingnya kita
memelihara kebersihan hati dan jiwa itu. Firman- Nya, ”Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” (QS Al-Tagabun 64:11). Hati
yang tidak bersih akan sulit sekali untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan itu
merupakan penyakit yang amat berbahaya. Untuk menjaga kebersihan hati sekaligus
menghindarkan dari hal seperti itu, maka Allah mengajari kita selalu bermohon kepada- Nya:
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau,
karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi Karunia (QS Ali 'Imran ayat 8).
Kedua, hendaknya kita mencari nafkah yang halal dan thayyib, kemudian
mengonsumsinya pula secara yang halal dan baik. Nafkah yang halal bukanlah sesuatu yang
semata-mata berhubungan dengan hasil jerih payah pekerjaan seseorang, melainkan juga
berhubungan dari mana sumber dan dari mana kita memperolehnya. Sebab dalam banyak
kenyataan, seringkali ada diantara kita berpikir yang penting uang tidak terpikirkan
bagaimana dan apa akibat spiritualnya pernyataan seperti itu.
Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu yang hendak kita konsumsi itu,
antara lain Allah mengisyaratkan bahwa: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kita mengikuti langkah- langkah
setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al-Baqarah ayat
68). Sebagai contoh, daging yang baik untuk dikonsumsi antara lain dilihat dan ditentukan
pula dari bagaimana proses penyembelihannya, apakah sesuai dengan ajaran Allah atau tidak
(QS. Al-Maidah ayat 5).
Ketiga, memohon perlindungan dan kesehatan kepada Allah atas apa yang kita
konsumsi. Setiap kali memulai kegiatan makan atau minum secara proporsional "makan dan
minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang
berlebihan", demikian peringatan dari Allah swt. Kemudian, dahuluilah dengan permohonan
kepada Allah, semoga apa yang hendak kita konsumsi itu, dijauhkan dari berbagai macam
penyakit melainkan sebaliknya akan mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh. Sebab
pada dasarnya makan serta minum itu, bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti
sel-sel yang diperlukan oleh setiap organ tubuh. Hakikat rezeki yang kita peroleh dan
konsumsi itu dari Allah juga, karena pedoman dalam menciptakan pola konsumsi itu,
misalnya Allah menyatakan harus proporsional (QS Al- A'raf ayat 31). Demikian pula Nabi
Muhammad saw memberi isyarat dan contoh untuk itu. Misalnya, makanlah pada saat lapar
dan berhentilah sebelum kenyang.
Memang pola konsumsi masyarakat kita selama ini masih pada taraf makan untuk
sekadar kenyang bukan untuk kesehatan. Kita makan tidak beraturan waktunya, dan lain-
lain. Padahal kalau kita telusuri soal ini, maka dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw.
riwayat Muslim dinyatakan, "Perut itu adalah tempatnya bersarang penyakit dan pengaturan
makanan adalah obat utama. Maka, pantaslah jika kemudian beliau sering kali melaksanakan
ibadah puasa sunah, yang selanjutnya perlu kita teladani, terutama setiap hari Senin dan
Kamis”.
Keempat, memelihara keteraturan hidup. Kunci dari ini adalah memiliki sikap
displin. Islam menerapkan suatu prinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik
dari mengobati).
Kelima, hendaknya kita sering membaca dan mengikuti ajaran Al- Quran.
Membaca Al- Quran adalah bagian dari zikir kepada Allah, sedangkan zikir mendatangkan
ketenangan jiwa. "Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh
ketenangan." (QS Al- Ra'd ayat 28, QS Yunus ayat 57). Namun dalam banyak hal, terkadang
manusia baru menjadikan Al- Quran sebagai barang antik sehingga jarang disentuh apalagi
untuk ditelaah isinya. Padahal kalam Allah itu adalah petunjuk bagi hidup dan kehidupan
umat manusia. Salah satu fungsinya, AlQuran sebagai obat yang mujarab untuk mengobati
penyakit, terutama kejiwaan seseorang yang dilanda rasa gundah gulana.
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada umat-Nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al Qur'an karena
beliau dijadikan sebagai suri tauladan yang baik untuk semua manusia.
Allah SWT berfirman :" Sesungguhnya pada diri Rasul itu ada terdapat suri tauladan
yang baik untuk kamu ,bagi orang-orang yang mengharapkan Rahmat dan hari kemudian dan
yang banyak yang memuja Allah " ( Al Ahzab : 21).
1. Ruqyah
Ruqyah atau yang kita kenal dengan jampi-jampi merupakan salah satu cara
pengobatan yang pernah diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad SAW. Ketika
Rasullulloh sakit maka datang Malaikat Jibril mendekati tubuh beliau yang sangat indah
kemudian Jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu
Beliau sembuh. Inilah doanya " BismIlahi arqiika minkulli syaiin yu'dziika minsyarri kulli
nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismIlahi arqiika
2. Bekam
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor
(racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.Perkataan Al Hijamah
berasal dari istilah bahasa arab : Hijama ( )حجامممةyang berarti pelepasan darah kotor.
Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping, dan dalam bahasa melayu dikenal
dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula dengan istilah kop atau cantuk.
3. Menggunakan Habbatussauda
Habbatussauda (Nigella sativa Linn.) atau Jintan hitam adalah rempah-rempah yang
dapat digunakan sebagai tanaman obat. Rempah ini berbentuk butiran biji berwarna hitam
yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan secara luas oleh masyarakat India,
Pakistan, dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit. Jenis tanaman ini
telah disebut-sebut sebagai tanaman obat dalam perkembangan awal agama Islam
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesehatan merupakan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda
Nabi Muhammad SAW.
Allah berfirman:
''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan
rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
http://margaluyu151-gresik.blogspot.com/2011/04/islam-dan-kesehatan.html. diakses pada
tanggal 27 Januari 2015 :20.00 WIB
Riyadi, Selamet. Tanpa tahun. Peran Ajaran dan Pemikiran Islam Dalam Bidang Kesehatan.
Artikel. Jakarta
Soularto, Dirwan Suryo. Tanpa Tahun. Petunjuk Kesehatan Dalam Al-Quraan danAs-
Sunnah. Artikel.