Anda di halaman 1dari 7

63

Strategi Global Pengendalian Tembakau


Widyastuti Wibisana, Yodi Christiani, Albert Maramis, Jusni I. Solichin, Stephanus Indradjaya
World Health Organization Country Office for Indonesia

ABSTRAK
Penggunaan tembakau telah menjadi masalah kesehatan global, baik di negara maju maupun negara
berkembang. Tembakau telah membunuh 100 juta jiwa selama abad ke 20 dan di erkirakan akan membunuh 1
milyar jiwa pada abad 21 bila hal ini terus dibiarkan. World Health Organization (Wk)) pada awal tahun 2008
telah mengajukan enam langkah strategis pengendalian tembakau yang merupakan pencerminan traktat
internasional akS1 global pengendalian tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Keenam langkah tersebut meli uti Monitor penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahannya; Perlindungan
terhadap asap rokok; Optima dukungan untuk berhenti merokok; Waspadakan masyarakat akan bahaya
tembakau; Eliminasi iklan, promosi dan sponsor terkait tembakau; dan Rarh kenaikan cukai tembakau
(MPOWER). Keenam langkah mi, bila dilaksanakan secara komprehensif yang melibatkan berbagai pihak akan
dapat mengendalikan dampak penggunaan tembakau.
Kata kunci : penggunaan tembakau, strategi pengendalian tembakau, MPOWER
ABSTRACT
Tobacco consumption has become a global burden of disease, both in developed and developing countries. Tobacco has
killed 100 millions people in 20th century and unless urgent action is taken, it is predicted that I billion people in total will
be killed by tobacco related diseases in this century. In the early 2008, World Health Organization has developed six
strategic policies in tobacco control which reflect the global action in tobacco control or Framework Convention on
Tobacco Control. (FCTC). The six policies are Monitor tobacco use and prevention policies; Protect people from tobacco
smoke; Offer help to quit tobacco use; Warn about the danger of tobacco use; Enforce bans tobacco on advertising,
promotion and sponsorship; Raise taxes on tobacco. These six policies should be implemented comprehensively to control
the impact of tobgcco use.
Key words : tobacco use, tobacco control strategy, MPOWER

PENDAHULUAN ekonominya masih ditopang oleh industri


tembakau.5 Padahal, pendapatan negara dari cukai
Penggunaan tembakau merupakan salah satu rokok tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang
penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. harus dikeluarkan untuQ mengatasi dampak kesehatan
yang ditimbulkannya. Menurut Kosen, biaya
Tembakau merupakan faktor risiko pada enam kesehatan yang dikeluarkan oleh Indonesia pada tahun
dari delapan penyebab kematian terbesar di 2005 adalah sebesar 18,1 milyar dolar Amerika atau
dunial. la télah membunuh 5,4 juta jiwa pada sekitar 5,1 kali pendapatan negara dari cukai

2008, Indonesian Journal Cancer 2, 63 - 67


tahun 2005 dan 100 juta jiwa secara keseluruhan tembakau pada tahun yang sama.6
70 40
selama abad ke-20 melalui penyakit-penyakit
yang terkait dengan penggunaan tembakau. Bila
hal ini terus dibiarkan maka pada tahun
2030, diperkirakan akan ada 8 juta jiwa melayang karena
tembakau atau total berjumlah 1 milyar jivva dalam abad
21.2
Masalah yang semula terjadi hanya di negara maju
kini telah melanda negara-negara berkembang yang
sedang berada pada fase kedua dari empat fase masalah
epidemik tembakau (grafik I) .3 4 Pada fase ini,
prevalensi pengguna tembakau, baik pria maupun
wanita, memngkat namun kematian yang diakibatkannya
masih relatif rendah bila dibandingkan dengan
penggunaannya. Hal inilah yang membuat pemerintah di
negara-negara berkembang masih belum memberikan perhatian yang cukup bagi pengendalian dampak
tembakau, selam karena banyak negara menganggap Grafik 1. Empat fase pola epidemiologi penggunaan
tembakau4

ALAMAT KORESPONDENSI
Widyastuti Wibisana
World Health Organization Country Office for Indonesia Bina Mulia I
Building 9/ F. Jl. HR. Rasuna Said Kav. 10 Kuningan Jakarta

of
64 tembakau di seluruh dunia, meliputi 38 pasal aksi
global pengendalian tembakau pada berbagai
aspek seperti pengendalian promosi, sponsor dan
iklan produk tembakau; perlindungan bagi
UPAYA PENGENDALIAN KONSUMSI perokok pasif, kemasan dan pelabelan kemasan
DAN DAMPAK produk tembakau, pajak dan cukai tembakau serta
pemberantasan penyelundupan dan penjualan
ilegal tembakau dan produknya.7
Pada tahun 2003, Musyawarah Kesehatan Senada dengan FCTC yang disepakati dan
Dunia (World Health Assembly) telah ditandatangani oleh 168 negara di dunia8, pada
menyepakati Framework Convention on Tobacco tahun 2008, World Health Organization
Control sebagai traktat internasional pengendalian mengeluarkan strategi
2008, Indonesian Journal of Cancer 2, 63 - 67
dengan strategi MPOWER. Keenam strategi yang Strategi Global Pengendalian Tembakau
huruf pertamanya membentuk akronim MPOWER
ini terdiri dari: Monitor penggunaan tembakau dan
kebijakan pencegahannya; Perlindungan terhadap
asap rokok; Optimalkan dukungan untuk berhenti 1999 dan PP No. 38 Tahun 2000.
merokok; Dicantumkan secara spesifik dalam PP No.19 Tahun
Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau; 2003, bahwa peraturan pemerintah ini bertujuan untuk
Eliminasi iklan, promosi dan sponsor terkait mencegah penyakit akibat rokok baik bagi individu
tembakau; dan Raih kenaikan cukai tembakau. perokok maupun bagi masyarakat. Hal-hal yang diatur
MONITOR PENGGUNAAN TEMBAKAU DAN dalam peraturan ini meliputi pengaturan tentang
kandungan kadar nikotin dan tar; persyaratan produksl
KEBIJAKAN PENCEGAHANNYA dan penjualan rokok, persyaratan iklan dan promosi
Sistem monitoring penggunaan tembakau rokok; serta penetapan kavvasan tanpa rokok.12
yang kuat di erlukan baik dalam perumusan PERLINDUNGAN TERHADAP ASAP
maupun evaluasi kelijakan pengendalian
tembakau. Sistem monitoring yang baik ini ROKOK
harus mampu memantau setidaknya 3 Rokok tidak hanya berbahaya bagi penggunanya
indikator yaitu prevalensi penggunaan tetapi juga membahayakan bagi orang yang berada di
tembakau; dampak implementasi kebijakan sekltarnya. Perokok pasif dewasa dapat menderita
pengendalian tembakau; serta iklan, promosi berbagal penyakit kronis seperti stroke, kanker paru
dan perkembangan industri rokok.2 Data yang (risiko terkena meningkat 26-30%),
didapatkan dari hasil monitoring ini selain lain. Pada anak-anak asap rokok juga meningkatkan
dapat digunakan dalam perumusan kebijakan risiko penyakit asma, tumor otak, Sudden Infant
oleh pemerintah, dapat juga digunakan oleh Death Syndrome (SIDS) serta gangguan saluran napas
masyarakat, pemuka agama dan tokoh bagian bawah.13 International Labour Organization
masyarakat dalam mengembangkan kegiatan melaporkan bahwa setidaknya orang pekerja
pengendalian konsumsi tembakau. meninggal setiap tahunnya karena terpapar asap rokok
Di Indonesia sendiri, data yang ada di tempat kerja. Di Amerika Serikat, 3400 kematian
menunjukkan penggunaan tembakau sangat karena kanker paru adalah perokok pasif. Jumlah
meningkat dalam tiga dekade terakhir. lebih besar terjadi pada penderlta penyåkit iantung,
Berdasarkan Susenas 2004, prevalensi perokok 46,000 pasien yang meninygal karena penyakit
pada oran devvasa usia 15 tahun keatas adalah jantung adaTah perokok
63,1% pada laki-lÆi (meningkat 1,4% dari tahun pasif.l
2001) dan 4,5% pada wanita (lebih dari 3 kali lipat Hal yang sangat ironis adalah lebih dari
prevalensi tahun 2001 yakni sebesar 1,3%) dengan
prevalensi merokok secara keseluruhan telah separuh ne 2 Æ ara populasi di dunia, dunia
meningkat dari 31,5% (2001) menjadi 34,4% pada dengan belum jumlah memberi penduduk
tahun Pada kelompok anak usia 13 — 15 tahun,
data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada perhatian mencakupyang cukup mengenai
tahun 2006 menyebutkan bahwa sebesar 13.7% masalah ini dengan masih menginnkan orang
anak usia 13 — 15 tahun di Jawa adalah merokok di dalam gedung ataupun di tempat
Una
tembakau. Angka yang lebih tinggi
didapatNffiSumatera yaitu sebesar 22,8% anak kerjaP
usia 13 — 15 tahun adalah pengguna tembakau, Larangan untuk merokok di dalam ruangan
artinya setiap 1 dari 5 anak usia 13 — 15 tahun di ataupun di tempat kerja yang ditetapkan di
wilayah ini mengkonsumsi tembakau atau rokok berbagai negara telah terbukti mampu
setiap harinya.ll Saat ini regulasi pengendalian menurunkan prevalensi penggunaan tembakau di
tembakau atau secara spesifik pengendalian negara tersebut.15Di berbagai negara indusri,
masalah merokok di Indonesia ada dalam bentuk penetapan kawasan tanpa rokok di tempat kerja
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2003
tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
mengurangl 29% konsumsi tembakau dan iuga
menguran prevalensi perokok sebesar 4%.14
Penelitian lain i Irlandia menyebutkan penetapan
kawasan tanpa rokok pada tahun 2004 telah

2008, Indonesian Journal Cancer 2, 63 - 67


mengurangi konsentrasi nikotin di udara pada juga menunjukkan hasil yang efektif dalam
ruangan tertutup sebesar 83%.16 menurunkan prevalensi merokok23 dan juga
Larangan total merokok di dalam ruangan memperkenalkan terapi pengganti nikotin bagi yang
merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk membutuhkannya. Farmakoterapi bagi orang yang
melindungi perokok pasif dari bahaya asap rokok ingin berhenti merokok dapat berupa terapi pengganti
Tidak ada level aman bagi paparan terhadap asap nikotin, obat antidepressan seperti bupropion ataupun
rokok. Walaupun disediakan ventilasi dan/ atau vareniklin yang bekerja pada reseptor nikotin di otak
penyaring udara, dampak paparan terhadap asap rokok dan mencegah pengeluaran dopamin yang memblokir
tidak dapat dikurangi. Perlindungan yang efektlf bagi sensasi kenikmatan yang dialami saat orang
perokok pasif dari paparan terhadap asap rokok merokok.2t24 Biaya dan dampak dari berbagai
hanyalah dengan menetapkan kawasan/ lingkungan metode bantuan berhenti merokok diatas bervariasi
yang 100% bebas dari asap rokok.17'18'19 Namun, dari orang ke orang. Oleh karena itu hendaknya setiap
implementasi peraturan penetapan kawasan tanpa usaha bantuan berhenti merokok disesuaikan dengan
rokok harus diawali dengan edukasi publik terlebih kondisi setempat serta minat dan kebutuhan masing-
dahulu sehingga timbul kesadaran dari masyarakat, masing individu.2
terutama dari perokok itu sendiri untuk mendukung
terbentuknya kawasan tanpa rokok untuk WASPADAKAN MASYARAKAT AKAN
perlindungan perokok pasif.2 BAHAYA
TEMBAKAU
OPTIMALKAN DUKUNGAN UNTUK BERHENTI
MEROKOK Walaupun informasi mengenai bahaya tembakau
bagi kesehatan telah sering didengungkan namun
Perokok merupakan korban ketabihan nikotin yang hanya sebagian kecil perokok yang mengerti apa saja
terkandung dalam rokok. Tiga darl empat pengguna sebenarnya bahaya rokok bagi kesehatan.25 Karena
Widyastuti Wibisana, dkk itulah peringatan kesehatan wajib dicantumkan pada
setiap kemasan produk tembakau dalam bentuk
gambar untuk memastikan pesan yang disampaikan
tembakau menyatakan ingin berhenti20 namun mengena pada masyarakat secara keseluruhan, tanpa
sebagaimana layaknya orang yang terikat pada zat memandan apakah orang itu berpendidikan rendah
adiktif, berhenti merokok bukanlah suatu hal atau tinggi. Di dalam FCTC, pesan kesehatan yang
yang mudah sehingga membutuhkan dukungan dianjurkan adalah berupa gambar dengan area
dari orangorang di sekitarnya. minimal sepertiga permukaan kemasan produk
Dari berbagai pengalaman di dunia, World Health tembakau dengan
Organization mengajukan tiga bentuk bantuan pergantian gambar secara periodik.7
dukungan berhenti merokok yang meliputi layanan Saat ini baru 15 negara di dunia, mencakup
konsultasi ataupun klinik bantuan berhenti merokok di 6% populasi dunia, yang mencantumkan pesan
tempat pelayanan kesehatan primer; layanan bantuan kesehatan berupa gambar pada kemasan produk
lewat telepon yang murah dan mudah diakses tembakau. Pengalaman di berbagai negara ini
(Quitline); serta terapi famakologis yang murah menun•ukkan bahwa pesan kesehatan berupa
dengan pengawasan dokter. gambar e ektif untuk menyadarkan masyarakat
Suatu studi pada dokter Puskesmas di wilayah khususnya pengguna
Yogyakarta menunjukkan bahwa hanya 8,2% dokter 65
laki-laki dan 1,6% dokter perempuan yang selalu
menanyakan apakah pasiennya merokok atau tidak.
Sebagian besar hanya menanyakan status merokok
pada pasiennya bila pasien datang dengan keluhan tembakau akan bahaya penggunaan tembakau dan
gangguan pernafasan (85,4% dokter Iaki-laki dan mendorong mereka untuk beñ1enti.26'27
89,6% dokter perempuan). Penelitian yang sama juga Di Indonesia, pesan kesehatan diatur dalam PP
menyebutkan bahwa hanya 29,5% dokter laki-laki dan No.19 tahun 2003 berupa pesan teks dengan
44,1% dokter perempuan di Puskesmas yang ukuran 3 mm yang diberi kotak dengan warna
menasehati pasiennya yang merokok untuk dasar kontras dengan tulisan. 12 Peralihan dari
berhenti.21 Padahal pelayanan konsultasi berhenti bentuk teks ke bentuk gambar ini tentunya
merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan memerlukan peran serta masyarakat untuk
primer oleh tenaga kesehatan pada setiap kun)ungan memberikan masukan bagi pemerintah. Penelitian
dapat mendorong perokok untuk berhenti.2 '22 Selain di Jakarta menunjukkan 76% responden lebih
itu layanan bantuan berhenti merokok melalui telepon memilih peringatan kesehatan berupa gambar dan
tulisan sedangkan 9% lebih menyukai peringatan ara-negara berpendapatan menengah dan
berupa tulisan.28 rendah.34' '36
Sejak Januari 2008, cukai tembakau di
ELIMINASI IKLAN, PROMOSI DAN Indonesia diatur dengan UU No. 39 tahun 2007
SPONSOR TERMIT dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
TEMBAKAU 134/PMK.04/2007. Peraturan ini meneta kan
pajak cukai ad valorem yang berkisar antara 15-
Setiap tahunnya industri tembakau 36 0 untuk kretek dan rokok putih buatan mesin
menghabiskan 10 milyar dolar Amerika untuk dan 0-18% untuk kretek buatan tangan.
mempromosikan produk mereka.2 Walaupun Penurunan cukai ad valorem tersebut diimbangi
mereka mengklaim bahwa promosi ini tidak dengan 66
ditujukan untuk meningkatkan penjualan produk
mereka namun pada kenyataannya iklan, promosi
dan sponsorship dari industri tembakau telah kenaikan pajak khusus menjadi Rp. 35,- ,/batang
meningkatkan prevalensi pengguna tembakau. Hal untuk semua jen1S rokok kecuali kretek buatan
ini dibuktlkan dengan menurunnya prevalensi tangan ukuran kecil yang dikenakan Rp. 30,-
penpuna tembakau di negara-negara dengan /batang serta pajak maksimal yang dikenakan pada
larangan tota Iklan produk tanpa larangan produk tembakau adalah sebesar 57%.
tembakau iklan sebesar produk 9 kali tembakau.
lipat ne;ara-negaraPenelitian lain menunjukkan KESIMPULAN
larangan iklan, promosi dan sponsor terkait
Masalah penggunaan tembakau telah menjadi
tembakau menunjukkan efek penurunan konsumsi
masalah kesehatan global tidak hanya di negara
tembakau sampai 16% pada semua golongan
maju, tetapi juga di negara-berkembang. Fakta-
pendidikan dan
fakta yang ada menunjukkan bahwa kita tidak bisa
Dengan kenyataan yang ada bahwa sebagian
lagi berdiam diri dalam mengatasi masalah ini.
besar acara yang menarik perhatian publik di
Keenam langkah strategi pen endalian tembakau
negara ini disponsori oleh industri tembakau,
yang diajukan WHO, harus anakan secara
jelaslah bahwa peran serta semua pihak diperlukan
komprehensif untuk mendapatkan hasil yang
dalam larangan total iklan dan promosi produk
optimal dalam pengendalian konsumsi dan
tembakau. Selain peraturan yang masñl
dampak tembakau, tentunya dengan peran serta
memungkinkan industri tembakau untuk
berbagai pihak.37ß8
berpromosi harus diubah, pandangan masyarakat
yang menganggap tidak akan ada acara-acara KEPUSTAKAAN
olahraga maupun konser musik bila tidak ada
industri rokok juga perlu diluruskan. 1. Mathers CD, Lonar D. Projection of global
mortality and burden of disease from 2002 to
2030. PLoSÄ Medicine, 2006,
RAIH KENAIKAN CUKAI TEMBAKAU 2. World Health Organization. WHO Report on
the Global Tobacco Epidemic, 2008. The
Kenaikan harga tembakau melalui kenaikan MPOWER Package. Geneva, World Health
pajak merupakan upaya paling efektif untuk organization, 2008.
mengurangi konsumsi dan mendorong orang 3. Gajalakshmi CK et al. Global patterns of
berhenti merokok.34 Peningkatan 70%) harga smokin and smoking-attributable mortality. In:
prodílk tembakau dapat mencegah hingga Jha P Chaloupka F, eds. Tobacco control In
seperempat kematian terkait tembakau di dunia.3 5 developin& countries. Oxford University Press,
Kenaikan pajak juga akan langsung meningkatkan 4. Lopez AD, Collishaw NE & Piha T. A
pemasukan negara, yang dapat digunakan untuk
descriptive model of the cigarette epidemic
upaya pengendalian tembakau dan program
kesehatan serta program sosial penting lainnya. in developed countries. Tobacco Control,
Peningkatan pajak tembakau tidak men 1994; 3:242—247.
urangi pemasukan negara dari pajak.36 5. The World Bank Group, Economic of Tobacco
Kenaikan 10 0 pajak telah terbuktl Control Ch.6 The Cost and Consequences of
menurunkan konsumsi tembakau sebanyak Tobacco Control. 2006.
4% di negara-negara maju; sedangkan 6. Kosen, S. Unpublished Report. Presented in
kenaikan pajak sekitar 7% menurunkan IPHA National Congress, August 2007.
konsumsi tembakau yang mencapai 8% di ne

2008, Indonesian Journal Cancer 2, 63 - 67


7. World Health Organization. WHO
Framework Convention on Tobacco 17.World Health Organization/ International Agency
Control. Geneva, WHO, 2003. Research on Cancer. Tobacco Smoke and
8. World Health Organization. Full list of Involuntary Smoking: summary of data report and
Signatories and Parties to the WHO evaluation. Geneva, Monographs on the
Framework Convention on Tobacco Control. Evaluation of Carcinogenic Risks to Human,
26 Juni 2008. Akses di Vol.83, 2004.
www.who.int/fctc/signatories_parties/en/index. 18.ANSI/ ASHRAE Standard 62.1-2004, Ventilation
html pada tanggal 27 Juni 2008. for indoor air quality.
9. Badan Pusat Statistik. Survey Sosial- 19.Office on Environmental Health Hazard
Ekonomi Nasional. Jakarta, BPS, 2001. Assessment. Health effects on exposure to
10.Badan Pusat Statistik. Survey Sosial- environmental tobacco smoke. Sacramento,
Ekonomi Nasional. Jakarta, BPS, 2004. Environmental Protection Agency, 1997.
Il. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2006. 20.Jones, JM. Smoking habits stable: most would like
Diakses di http://www.cdc.gov/tobacco/global/ to quit. 18 July 2006
GYTS / factsheets / searo / 2006 / 21.Ng N, Prabandari YS, Padmawati S, et al.
Physician assessment of patient smoking in
IndonesiaSumatera_facsheet.html &
Indonesia: a public health priority. Tobacco
http://www.cdc.gov/tobacco/global/ GYTS / Control 000:1-8 2007.
factsheets / searo / 2006 / 22.Solberg LI et al. Repeated to tobacco use screening
IndonesiaJava_facsheet.html pada tanggal 3 and intervention in clinical practice: health impact
Desember 2007. and cost effectiveness. American Journal of
12.Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2003 Preventive Medicine, 2006;
tentang 23.Owen L. Impact of a telephone helpline for
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan smokers who called during mass media campaign.
13.U.S. Department of Health and Human Tobacco Control 2000, 9(2): 148-154
Services. The health consequences of 24.Pfizer for Professionals. Mechanism of action of
involuntary exposure to tobacco smoke: a CHANTIXTM (VARENICLINE), 2007.
report of the Surgeon General. Atlanta, U.S. 25.Hammond D, et al. Effectiveness of cigarette
Department of Health and Human Services, warning labels in informing smokers about the risk
Centre for Disease Control and Prevention, of smoking: findings from the International
Coordinating Center for Health Promotion, Tobacco Control (ITC) Four Country Survey.
National Tobacco Control, 2006; 15(Suppl 3):ii19-iii25.
26.Borland R. Tobacco health warning and
Center for Chronic Disease Prevention and Health
smokingrelated cognitions and behaviour.
Addiction, 1997;

2008, Indonesian Journal of Cancer 2, 63 - 67 27. Mahood G. Canadian tobacco package


Strategi Global Pengendalian Tembakau warning system. Tobacco Control, 1995; 4:10
- 14
28.Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia,
Promotion, Office on Smoking and Health, 2006. Yayasan Jantung Indonesia dan SEATCA. Peringatan
14. California Environmental Protection Agency. Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok dalam
Proposed identification of environmental tobacco Upaya Peningkatan Kesehatan. 2007
smoke as a toxic air contaminant: executive summary. 29.Saffer H. Tobacco advertising and promotion.. In:
Sacramento, Californian Environmental Protection Jha P, Chaloupka FJ, eds. Tobacco control in
Agency, June 2005. developing countries. Oxford, Oxford University
15.Fichtenberg CM, Glantz SA. Effect of smoke-free Press, 2000.
workplaces on smoking behaviour: systematic 30.Smee C et al. Effect of tobacco advertising on
review. BMI, 2002; tobacco
16.Mulcahy M et al. Secondhand smoke exposure and •consumption: a discussion document
risk following the Irish smoking ban: an reviewing London, Economic and Operational
assessment of salicary cotinine concentrations in Research Division, Department of Health,
hotel workers and air nicotine level in bars. 1992.
Tobacco Control, 2005;
31.Country Profiles. Fifth WHO seminar for a of
TobaccoFree Europe, WHO Regional Office for
Europe, Warsaw, 26-28 October 1995.
Widyastuti Wibisana, dkk

32.Jha P, Chalupka FJ, Curbing the epidemic:


governments and the economics of tobacco
control. Washington, DC, Worldbank 1999.
33.Public Health at a glance — Tobacco control. Wh
is reducing use of tobacco a priority? Washington,
BC,
Worldbank, 2003.
34. WHO Tobacco Free Initiative. Building blocks
for tobacco control: a handbook. Geneva, World
Health Organization, 2004.
35.Jha P. et al. Tobacco Addiction. In: Jamison D et
al., eds. Disease Control priorities in developing
countries, 2nd ed. New York, Oxford University
Press and Washington, DC, World Bank,
2006:869885.
36.Chaloupka FJ et al. The taxation of tobacco
products In: Jha P, Chaloupka FJ, eds. Tobacco
Control in developing countries. Oxford, Oxford
University Press, 2000:237-272.
37. Departemen Keuangan RI. Peraturan
Menteri
Keuangan (PMK) No. 134/PMK.04/2007
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 43 / PMK.04 / 2005
tentang Penetapan Harga Dasar dan Tarif Cukai
Hasil Tembakau. Jakarta, 2007.
38.Undang Undang No.39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas UU No. Il Th. 1995 tentang
Cukai Jakarta, 2007.

2008, Indonesian Journal Cancer 2, 63 - 67

Anda mungkin juga menyukai