Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA BERHENTI

MEROKOK DI PUSKESMAS KENALI BESAR KOTA JAMBI TAHUN


2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1
Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya. Dalam kaitan pencapaian tujuan bidang kesehatan, konsumsi
rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia.1
Jumlah pengguna rokok di Indonesia semakin meningkat. Menurut The
Tobacco Atlas 3rd edition, 2009, ASEAN merupakan sebuah kawasan
penyumbang rokok sebanyak 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara
ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%),
Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja (2,07%), Laos
(1,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%).2
Tingginya angka konsumsi rokok merupakan permasalahan nasional yang
perlu di antisipasi. Untuk melindungi kesehatan perseorangan, keluarga,
masyarakat dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan
zat adiktif dalam produk tembakau berupa rokok yang dapat menyebabkan
penyakit, kematian dan menurunkan kualitas hidup, perlu diambil langkah-
langkah dalam pengembangan strategi dan kebijakan pengendalian dampak
konsumsi rokok.1
Data Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) juga menyatakan
bahwa hanya 5% dari mereka yang ingin berhenti merokok yang benar-benar
berhasil berhenti merokok. Penyebab utama kegagalan berhenti merokok salah
satunya adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai cara untuk berhenti merokok.3
Untuk itu dilakukan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak konsumsi
rokok yang terintegrasi, efektif, dan efisien. Kementerian Kesehatan berupaya
memperluas akses pelayanan bagi mereka yang telah terlanjur menjadi perokok
untuk berhenti merokok dengan menyediakan layanan konseling upaya berhenti
merokok di fasilitas-fasilitas layanan kesehatan baik dilayanan primer di
Puskesmas, di klinik-klinik mandiri, sampai dengan rumah sakit sebagai fasilitas
rujukan.3
Salah satu aspek dalam upaya berhenti merokok adalah edukasi masyarakat
akan bahaya merokok dengan KIE (komunikasi, eduksi, informasi) untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama pada generasi muda, perokok
pemula, dan, program berhenti merokok.1
Namun ditemukan di kelurahan Kenali Besar dan Bagan Pete di wilayah kerja
puskesmas Kenali Besar jumlah perokoknya masih tergolong tinggi. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengidentifikasi dan mencari penyelesaian masalah dalam pelaksanaan program
Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Kenali Besar tahun 2018.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran permasalahan program Upaya
Berhenti Merokok di Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengindentifikasi masalah program Upaya Berhenti Merokok
di Puskesmas Kenali Besar Tahun 2018
2. Untuk menentukan prioritas masalah program Upaya Berhenti
Merokok di Puskesmas Kenali Besar Tahun 2018
3. Untuk mengindentifikasi faktor-faktor penyebab masalah dan
penyebab masalah yang dominan terkait program Upaya Berhenti
Merokok di Puskesmas Kenali Besar Tahun 2018
4. Untuk menentukkan alternatif pemecahan masalah mengenai program
Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Kenali Besar Tahun 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rokok


Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar,
dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahanRokok biasanya berbentuk silinder dari kertas
berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi bergantung negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun – daun tembakau yang telah di
cacah.

2.2 Perilaku Merokok


Perilaku merokok adalah aktifitas seseorang yang merupakan respon orang
tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor – faktor seseorang untuk
merokok dan dapat di amati. Sudah menjadi kepastian bahwa merokok adalah
tindakan yang merusak kesehatan. Asap rokok tidak hanya berakibat buruk bagi
perokok, namun turut membahayakan orang lain di sekitarnya yang tidak
merokok. Asap tersebut apabila terhirup orang lain akan menjadikannya perokok
pasif yang diketahui lebih berbahaya daripada perokok aktif, karena asap sisa
yang dihembuskan perokok aktif mengandung 75% zat berbahaya yang ada pada
rokok, sementara perokok sendiri hanya menghirup 25% dari kandungan rokok
karena menghisap hasil pembakaran per batang lewat filter di ujung hisap. Artinya
perokok pasif menghirup zat berbahaya 3 kali lebih banyak dari perokok aktif.

2.2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok


Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak – anak yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebih
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak – ank muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekan nilai – nilai sosial dan agama dengan baik tujuan
jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok dibandingkan dengan
keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu
sendiri – sendiri”. Jika orang tua yang berperan sebagai figur contoh perokok,
maka anak – anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang
merokok, maka semakin besar kemungkinan temn – temannya adalah perokok
dan demikian sebaliknya.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskna diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glammour, membuat remaja
sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan
tersebut.

2.2.2 Tahapan Perilaku Merokok


Terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu:

1. Tahap Preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang


menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau
dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbukan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
4. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengarturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan
untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

2.3 Kandungan Asap Rokok yang Berbahaya bagi Kesehatan


Jumlah komponen kimia pada asap rokok yang telah diidentifikasi mencapai
4.800 macam. Komponen kimia rokok yang berbahaya bagi kesehatan berasal dari
lima sumber sebagai berikut:
1. Terkandung dalam tanaman tembakau dan diwariskan secara genetik,
yaitu senyawa alkaloid. Nikotin, salah satu jenis alkaloid yang penting.
Nikotin dapat mengakibatkan ketagihan dan gangguan pada jantung serta
paruparu.
2. Terkandung dalam daun tembakau dalam jumlah kecil. Misalnya TSNA,
merupakan bahan karsinogenik, yang juga banyak terdapat pada makanan
yang diolah dengan pengasapan atau pembakaran.
3. Residu bahan bakar dengan pemanasan langsung. Sisa pembakaran juga
membawa senyawa nitrit selain residu B-a-P. Seperti TSNA, B-a-P juga
bersifat karsinogenik.
4. Residu pupuk dan pestisida seperti klor, cadmium, sipermetrin,
provenofos, dan lain- lain.
5. Bahan asing terutama bahan plastik seperti tali, pembungkus, dan lain-lain
yang dikriteriakan sebagai bahan lain terbawa tembakau (NTRM =
nontobacco relatedmaterial).

2.4 Pengaruh Rokok teerhadap Kesehatan


Penyakit yang berhubungan dengan merokok adalah penyakit yang
diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya dengan merokok.
Penyakit yang menyebabkan kematian para perokok antara lain:
1. Penyakit jantung koroner.
Setiap tahun kurang lebih 40.000 orang di Inggris yang berusia
dibawah 65 tahun meninggal karena serangan jantung dan sekitar tiga
perempat dari jumlah kematian ini disebabkan karena kebiasaan merokok.
Merokok dapat menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut
jantung sehingga pemasokan zat asam kurang dari normal yang diperlukan
agar jantung dapat berfungsi dengan baik. Merokok juga dapat
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang
menyulitkan jantung untuk memompa darah.
Trombosis koroner terjadi bila bekuan darah menutup salah satu
pembuluh darah utama yang memasok jantung mengakibatkan jantung
kekurangan darah dan kadang-kadang menghentikannya sama sekali.
Merokok membuat darah menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku.
Nikotin dapat mengganggu irama jantung yang normal dan teratur
sehingga kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa
peringatan terlebih dahulu dan lebih sering terjadi pada orang yang
merokok daripada yang tidak merokok.
2. Kanker.
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh
akibat sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti,
kadang-kadang gumpalan sel hancur dan terbawa dalam aliran darah ke
bagian tubuh lain kemudian hal yang sama berulang kembali.
Pertumbuhan sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-sel di bagian tubuh
terangsang oleh substansi tertentu selama jangka waktu yang lama.
Substansi ini bersifat karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker.
Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang bersifat
karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia yang bersifat
ko-karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi
bereaksi dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan sel
kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru
sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum terjadi. Pada
beberapa penelitian telah di buktikan bahwa risiko kanker paru 7,8 kali
lebih besar pada perokok di bandingkan dengan bukan perokok. Tar
tembakau dapat menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk waktu
yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan tenggorokan.
3. Bronkitis atau radang cabang tenggorok.
Batuk yang di derita perokok dikenal dengan nama batuk perokok
yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis yang terjadi karena paru-
paru tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat di dalam bronkus
dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang terdapat di dalam
tabung halus yaitu tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Batuk
ini terjadi karena mucus menangkap serpihan bubuk hitam dan debu dari
udara yang di hirup dan mencegahnya agar tidak menyumbat paru-paru.
Mukus beserta semua kotoran bergerak melalui tabung bronchial dengan
bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak
bergelombang seperti tentakel yang membawa mucus keluar dari paru-
paru menuju tenggorokan. Asap rokok dapat memperlambat gerakan silia
dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali dan
menyebabkan perokok harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan
mucus. Karena sistem pernafasan tidak bekerja sempurna, maka perokok
lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis.
4. Penyakit impotensi dan organ reproduksi.
Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa
mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh
para perokok. Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun
tersebut bisa mengurangi produksi sperma pada pria. Bukan hanya itu saja,
pada pria juga bisa terjadi kanker di bagian testis. Terutama untuk usia
remaja karena efek bahaya merokok bagi kesehatan remaja yang bisa
menyebabkan resiko tidak memiliki keturunan. Sedangkan pada wanita
yang merokok, efek dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan
wanita.

5. Penyakit lambung
Hal yang terlihat sepele ketika menghisap rokok adalah aktifitas
otot di bawah kerongkongan semakin meningkat. Otot sekitar saluran
pernafasan bagian bawah akan lemah secara perlahan sehingga proses
pencernaan menjadi terhambat. Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa
dirasakan sampai ke lambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem
pencernaan akan menyebabkan meningkatnya asam lambung. (Depkes,
nurrahmah)
6. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkut oksigen darah perokok sebesar 15 %, mengakibatkan kerapuhan
tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 % lebih
lama untuk penyembuhan.

2. 5. Program Berhenti Merokok (PBM)

Menurut Sadikin (2008) langkah awal dalam PBM dikenal sebagai intervensi
singkat yang dalam guideline dari US Departement of Health and Human Service
disebut sebagai langkah 5A yaitu:

1. Ask (tanyakan)
Merupakan langkah untuk memastikan apakah klien/pasien anda merokok
dan menggali motivasinya untuk berhenti merokok, termasuk identifikasi dan
dokumentasi klien setiap kontrol.
2. Advise (anjurkan)
Menasehati klien untuk berhenti merokok. Gunakan pendekatan secara
personal, kuat, dan jelas dalam menganjurkan klien untuk berhenti merokok
(Sabri, 2011).
3. Assess (evaluasi)
Nilai kesiapan klien untuk berhenti merokok, gunakan daftar tanya yang
dimaksudkan untuk melihat kesiapan klien untuk berhenti merokok. Klien yang
sedang dan tengah merokok, evaluasi keinginan untuk berhenti saat ini (Sabri,
2011).
4. Assist (bantu)
Membantu klien berhenti merokok. Klien yang berniat berhenti merokok,
tawarkan pengobatan dan konseling yang bisa membantu klien berhenti merokok.
Klien yang belum berniat untuk berhenti, berikan motivasi untuk meningkatkan
keinginan berhenti merokok, begitu juga klien yang baru berhenti merokok dan
menghadapi kendala, untuk mencegah klien merokok kembali (Sabri, 2011).

5. Arrange (susun)
Susunlah semua langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh pasien untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya.
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi dari
tanggal 24 April 2018 sampai tanggal 5 Mei 2018.
3.2 Data yang Dikumpulkan
Data yang diambil adalah data primer yang didapat melalui wawancara
dengan petugas pemegang program UBM untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam mengenai pelaksanaan program UBM, dan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Kemudian data lainnya diambil
dari pengisian angket berupa kuesioner pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Kenali Besar.
3.3 Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data selesai, data diolah dengan SPSS dan
dianalisa. Lalu diidentifikasi masalah dengan metode brainstorming,
mengumpulkan beberapa permasalahan lalu tiap masalah tersebut
dikonfirmasikan dengan data primer dan sekunder. Permasalahan yang didukung
oleh data primer dan data sekunder akan dibuat dalam pernyataan masalah.
Selanjutnya dari pernyataan masalah tersebut akan ditentukan prioritas masalah
dengan menggunakan tabel MCUA. Prioritas masalah yang terpilih, akan
diidentifikasi penyebab masalahnya dalam diagram fish bone. Dari beberapa akar
penyebab dalam diagram fish bone tersebut, dicari penyebab yang paling dominan
melalui metode diskusi. Selanjutnya penyebab yang paling dominan akan dicari
alternatif pemecahan masalah dengan tabel MCUA. Setelah itu dibuat rencana
penerapan berupa Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dan kegiatannya akan
dimonitoring dengan hasil akhir yang dievaluasi untuk menentukan tingkat
keberhasilan.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS

4.1 Profil Puskesmas Kenali Besar


Secara geografis Puskesmas Kenali Besar terletak di Kelurahan Kenali
Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Jarak Puskesmas ke ibukota
kecamatan berjarak 7 Km, dan ke ibukota Propinsi 10 km.

Gambar 4.1.
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar adalah:


- Utara : Kecamatan Danau Sipin, wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri
- Selatan : Kecamatan Jaluko, wilayah Kerja Puskesmas Pondok Meja
- Timur : Kelurahan Beliung , wilayah Kerja Puskesmas Rawa Sari
- Barat : Kecamatan Jaluko, wilayah Kerja Puskesmas Sungai Duren
Wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Berada di daerah dataran rendah,
sebagian wilayah berupa rawa dan sungai. Mata pencarian penduduk sebagian
besar adalah swasta. Yang lainnya sebagai karyawan perusahaan, buruh harian,
pedagang dan pegawai instansi pemerintah. Hasil Perkebunan berupa padi, kelapa,
pinang dan kelapa sawit.
Puskesmas Kenali besar berada di tepi jalan Lintas Barat. Kondisi jalan
utama desa berupa aspal, sebagian besar jalan ke desa – desa yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Kenali besar sudah jalan setapak, ada sebagian kecil
jalan masih belum pengerasan sehingga masih belum bisa dijangkau dengan
menggunakan kendaraan roda 4 maupun roda 2.
Pada tahun 2017 jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Kenali besar adalah 2 kelurahan yaitu kelurahan Kenali besar dan
Bagan Pete .

Puskesmas Kenali besar membawahi 2 Puskesmas Pembantu:

- Pustu Simpang Rimbo yang terletak di Kelurahan Kenali Besar


- Pustu Bagan Pete yang terletak di Kelurahan Bagan Pete
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar pada tahun
2017 adalah 43.804 jiwa dengan jumlah laki-laki 22.114 orang dan jumlah
perempuan 21.690 orang.
Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Pada Desa Tahun 2017

Desa Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga

Kel. Kenali Besar 32.070 Jiwa 7810 kk

Kel.Bagan Pete 11.734 Jiwa 3209 kk

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Desa Tahun 2017

Desa Jumlah Penduduk L P

Kel. Kenali Besar 32.070 Jiwa 15.980 16.090

Kel.Bagan Pete 11.734 Jiwa 6.134 5.600

Tabel 4.3
Data Mata Pencarian Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali
Besar Kota Jambi tahun 2016

No. Mata Pencaharian K.BESAR BAGAN PETE

1. Petani /Buruh 1352 812


2. Tukang 522 314
3. PNS 3153 1092
4. Wiraswasta/ 568 167
5. Pedagang 2807 1685
6. Peternak 89 43
7. Pengangkut/ Jasa 139 110
8. Pensiunan 200 173
9. ABRI 290 132
10 Sopir 135 184
12. Montir 98 43
13. Penjahit 234 112
14. Pengusaha 115 69

Tabel 4.4
Persentase Penduduk berusia 10 Tahun keatas menurut tingkat pendidikan
di wilayah Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2016
No. Jenis Pendidikan Jumlah
1. Universitas 923
2. Diploma 200
3. SLTA Sederajat 1569
4. SLTP Sederajat 1050
5. Tamat SD Sederajat 1045
6. Tidak Tamat SD 267
7. Tidak Pernah Sekolah 723
(Sumber : Kantor Kelurahan Kenali Besar dan Bagan Pete)
4.2 Data Primer
4.2.1 Data Primer Petugas Puskesmas
Data Primer pada penelitian ini di peroleh dari hasil wawancara dengan
petugas di puskesmas.
A. Wawancara Terhadap Petugas Penanggung Jawab UBM yang lama
1. Bagaimanakah program untuk berhenti merokok di puskesmas Kenali
Besar?
Jawab :
Saat ini, ada program untuk mengurangi jumlah perokok dari
puskesmas, namanya program UBM, Upaya berhenti merokok,
tugasnya memberikan penyuluhan kepada perokok tentang bahaya
merokok dan berbagai hal tentang rokok supaya perokok – perokok
tersebut sadar dan berhenti merokok. Program ini tergolong baru, dan
baru di bentuk pada tahun 2017 yang lalu.

2. Bagaimana kah program UBM saat ini? Apakah berjalan dengan baik?
Jawab :
Untuk saat ini program UBM tidak berjalan dengan baik dan
seperti berjalan ditempat. Saat ini kakak bukan sebagai penanggung
jawab lagi, dan telah di gantikan sejak awal tahun yang lalu. Sejak
pergantian penanggung jawab ini, belum ada lagi kegiatan – kegiatan
yang tampak dari program UBM ini. Sebenarnya saat masih dalam
tanggung jawab kakak pun, program ini memang hanya sedikit
kemajuan nya di karenakan sulit untuk menjalaninya, banyak sekali
kendalanya.

3. Menurut kakak, apa saja kendala – kendala yang ada saat menjalani
program UBM ini?
Jawab :
Banyak sekalt, kita mulai dari puskesmasnya, kita tidak punya
ruang khusus untuk konseling, jadi kalau ada perokok kita harus cari
ruangan dulu yang kosong, itupun kalau perokoknya mau di kasih
konseling. Kemudian ini yang paling mencolok, dan sampai sekarang
sangat sulit untuk merubahnya, kesadaran dan kemauan perokok
untuk berubah itu, masing sangat kurang. Kakak dulu bertugas di poli
umum, saat ada pasien perokok kakak tawarkan untuk di berikan
konseling, tapi pasien selalu menolak, dengan alasan yang macam –
macam, ada yang mengatakan lagi sibuk, ada yang mengatakan tidak
mau karena merasa rokok adalah bagian dari hidupnya, dan bahkan
ada yang mengatakan bahwa lebih baik menceraikan istrinya dari
pada harus berpisah dengan rokok. Bahkan di puskesmas pun, masih
ada saja yang merokok, padahal sudah di tempel poster tentang
larangan merokok, tapi itulah, pasien bandel. Saya dulu tuh sering cek
cok dengan perokok, di suruh jangan merokok di puskesmas, tapi
itulah tetep bandel, jadi kadang saya pusing sendiri,. Lagian juga, di
sebelah puskesmas kita ini saja ada penjual rokok. Suami saya saja
dulu perokok, dia jadi perokok karena alasan teman kerjanya yang
perokok, jadi dia merasa dari pada jadi perokok pasif yang lebih
bahaya lebih baik ikutan merokok.
Dari dulu masalah ini lah yang tidak bisa di ubah, memang
kemauan untuk berhenti dari perokok itu gak ada, artinya kalau mau
berhasil harus dari pasien itu sendiri. Kita hanya sebagai fasilitator
saja, membantu dan membina mereka supaya berhenti merokok.
Kalau dari petugasnya sih saya akui juga kurang jumlahnya,
pemegang program UBM itu sendiri cuma satu, jadi program UBM
bekerja sama dengan Promkes dan Kesling dalam memberikan
penyuluhan. Sewaktu kakak yang memegang program ini sudah ada
kegiatan penyuluhan yang kami lakukan. Namun setelah pergantian
pemegang program, belum ada tampak kegiatan UBM yang sudah
berjalan.

4. Sudah berapa banyak kegiatan yang sudah di jalankan oleh program


UBM?
Jawab :
Sewaktu masih kakak pegang dulu, sudah beberapa kegiatan yang
sudah di jalankan bekerja sama dengan promkes dan kesling dan ikut
serta juga dokter internship. Kami saat itu melakukan penyuluhan
malam hari di RT 31 Kenali besar serta rapat untuk membuat rencana
untuk membangun pojok merokok di RT tersebut. Kemudian sudah dua
kali melakukan penyuluhan di sekolah, serta beberapa kegiatan lain.
Untuk pojok merokok yang sudah di bangun itu dulu kakak sering
turun ke situ memantau kondisi di sana, tapi semenjak pergantian
pemegang program kakak tidak tau lagi bagaimana kondisi di sana
apakah terurus dengan baik apa tidak.

5. Bagaimana indikator keberhasilan program UBM itu sendiri? Apakah


ada target pencapaian dalam proses menjalankannya?
Jawab :
Program UBM tidak ada target nya, jadi sekedar menjalankan
saja, jika ada pasien perokok ya di beri konseling, jika tidak mau ya
sudah, lalu tiap ada konseling dan penyuluhan luar gedung, dibuat
laporan dan di kirim ke bagian pusat, namun tidak ada indikatornya.
Sebenarnya UBM ini program yang mengambang, kakak juga
sebenarnya merasa bingung bagaimana menjalankannya awalnya.
Dulu saat awal – awal pembentukan program UBM, ada pelatihan
terhadap petugas nya, tapi menurut kakak pelatihannya itu seperti
kurang efesien, ibarat hanya sekedar jalan saja, walaupun sudah di
beri pelatihan seperti itu, tetap saja kakak masih bingung menjalankan
program ini bagaimana. Jadi bisa dikatakan kalau program UBM ini
bisa di sebut sebagai program yang mengambang, karena tidak jelas,
dan sangat sulit di jalankan. Bahkan sekarang tidak ada kabar lagi
kegiatannya.

6. Menurut kakak yang pernah memegang program UBM, apa kira – kira
solusi untuk mengatasi masalah terkait tingginya jumlah perokok saat
ini?
Jawab :
Menurut kakak sendiri, yang bisa di lakukan ya Cuma penyuluhan
saja, walaupun penyuluhan itu sendiri ternyata kurang efektif, dan
sudah dilakukan sejak dulu saja masih banyak perokok di wilayah
kenali besar dan bagan pete. Selain itu kan sudah ada dibangun
kawasan tanpa rokok di RT 31 Kenali besar. Jadi di tempat itu
perokok yang mau merokok wajib datang ke tempat itu untuk merokok,
dan perokok di larang merokok di rumah. Tapi sekarang kakak sudah
tudak tau lagi kondisi tempat itu, karena bukan kakak lagi yang
memegang program ini, jadi tidak pernah lagi turun untuk melihat
kondisi. Jadi seperti itu lah, kemauan dan kesadaran pasien itu sendiri
lah yang tidak bisa di ubah sampai sekarang. Bahkan pejabat –
pejabat publik saja masih banyak yang merokok, bagaimana bisa
berjalan undang – undang peraturan tentang merokoknya, jika
pejabatnya saja merokok.

B. Wawancara dengan Petugas Promkes


1. Menurut kakak sebagai bagian dari promkes yang melaksanakan
program UBM apa saja kendala dalam pelaksanaan program UBM?
Jawab :
Menurut kakak, kendala yang paling mencolok saat ini ya kemauan
perokok itu sendiri untuk berubah. Kalau di lihat dari segi
pengetahuan tentang bahaya merokok saya yakin mereka sudah pada
tau, tapi Cuma masalah kemauan perokok itu sendiri untuk berubah.
Selain itu mungkin karena tidak ada ruangan khusus untuk konseling
dipuskesmas itu sendiri. Dan juga mungkin petugasnya juga yang
sibuk karena jumlah peetugasnya Cuma satu.
2. Menurut kakak sebagai bagian dari promkes, solusi apa yang perlu di
lakukan saat ini untuk menanggapi permasalahan tersebut?
Jawab :
Menurut kakak sih masih penyuluhan itu lah yang bisa kita
lakukan, walaupun kurang efektif, saat ini sudah ada tempat merokok
khusus dari program UBM nya. Mungkin perlu di tambah lagi
kawasan tanpa rokok nya, karena saat ini baru di satu RT saja.

C. Wawancara dengan petugas penannggung jawab program UBM yang


baru.
1. Menurut kakak sebagai pemegang program UBM saat ini, apa saja
kendalanya dalam menjalankan program UBM ini?
Jawab :
”Iya, UBM ini memang sangat sulit di jalankan dari dulu. Saya
sendiri sangat sibuk saat ini bekerja di poli, saya tidak dapat
melakukan konseling di saat saya bekerja disini, sementara pasien di
poli cukup banyak. Pasien itu juga sebenernya juga tidak mau
diberikan konseling. Memang sulit mengajak pasien untuk mau di
berikan konseling. Selain itu memang ruangan khusus untuk konseling
tidak ada di puskesmas ini. Intinya itu saja kalau dari saya”
2. Menurut kakak, apa solusi untuk mengatasi permasalahan di atas?
Jawab :
“Setahu saya ya penyuluhan itu saja. Saya juga belum
menemukan solusi tentang masalah perokok ini. Saya juga masih
bingung apa yang harus saya lakukan untuk melanjutkan program
UBM ini di sela – sela kesibukan saya bekerja di poli umum.”

4.2.2 Data Primer Masyarakat


Data Primer pada penelitian ini di peroleh dari hasil pengisian angket berupa
kuesioer yang dibagikan pada 20 perokok secara acak. Data yang didapat
kemudian diolah dan didapatkan hasil:
4.2.2.1 Karakteristik Alamat

ALAMAT

Frequency Percent

Valid KENALI BESAR 16 80.0

BAGAN PETE 4 20.0

Total 20 100.0

4.2.2.2 Karakteristik Pekerjaan

PEKERJAAN

Frequency Percent

Valid PNS 3 15.0

SWASTA 5 25.0

WIRASWASTA 2 10.0

WIRAUSAHA 9 45.0

BURUH 1 5.0

Total 20 100.0

4.2.2.3 Karakteristik Pendidikan

PENDIDIKAN

Frequency Percent

Valid S1 3 15.0

SMA 8 40.0

SMP 4 20.0

SD 4 20.0

TIDAK SEKOLAH 1 5.0

Total 20 100.0
4.2.2.4 Karakteristik Pengetahuan Mengenai Rokok

Pengetahuan

Frequency Percent

Valid Baik 19 95.0

Kurang Baik 1 5.0

Total 20 100.0

4.2.2.5 Karakteristik Sikap Mengenai Rokok

Sikap

Frequency Percent

Valid Baik 15 75.0

Kurang Baik 5 25.0

Total 20 100.0

4.2.2.6 Karakteristik Tindakan Mengenai Rokok

Tindakan

Frequency Percent

Valid baik 4 20.0

kurang baik 16 80.0

Total 20 100.0
BAB V
MASALAH KESEHATAN

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan,


yang ingin dicapai yang menimbulkan rasa tidak puas dan keinginan untuk
memecahkannya.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi atau inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau
mengukur hasil pencapaian, yang terakhir membandingkan antara keadaan
nyata yang terjadi dengan keadaan tertentu yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan prioritas masalah
Menyusun peringkat masalah, lebih baik dilakukan oleh banyak
orang dari pada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan
antara lain Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan MCUA.
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau
kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah
hendaknya tidak menyimpang dari masalah tersebut.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-
sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang telah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan masalah terpilih
Setelah pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditentukan beberapa alternatif maka
digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan
terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk PoA
(Plan of Action) atau rencana kegiatan.
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan
baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah
dapat dipecahkan.

5.1 Identifikasi Masalah


5.1.1 Curah Pendapat (Brain Storming)
1. Program Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Kenali Besar tidak berjalan
sama sekali.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok.
3. Rendahnya pengawasan pemerintah terh

Berdasarkan hasil brainstorming dengan petugas gizi dan KIA Puskesmas


Kenali Besar serta ibu balita yang datang ke Posyandu Kotabaru Indah,
terdapat beberapa masalah yang disampaikan tentang pencapaian ASI
Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung, yaitu sebagai berikut:
1. Petugas di ruang KIA kurang informatif dalam memberikan informasi
mengenai ASI Ekslusif (INPUT)
2. Jumlah leaflet mengenai ASI Ekslusif yang terbatas di Puskesmas
(INPUT)
3. Kader posyandu tidak terlatih mengenai ASI Ekslusif (INPUT)
4. Tidak seluruh ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan
setiap bulan. (PROSES)
5. Ibu yang bekerja tidak mengetahui metode penyimpanan ASI (INPUT)
6. Capaian ASI Ekslusif di Puskesmas Kenali Besar belum mencapai
target Nasional (OUTPUT)
7. Cakupan ASI Ekslusif di RT.52 Kenali besar menjadi masalah kedua
terbesar pada pendataan PIS-PK (OUTPUT)
8. Pengetahuan ibu mengenai ASI Ekslusif yang masih kurang.
(OUTPUT)

Anda mungkin juga menyukai