Mutia Agustria
Shelia Desri Wulandari
Merokok dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan
dan Janin
VS
Industri Rokok Di Kudus Menyumbang Rp15,1 Triliun dari Total Pendapatan Cukai Rp60
Triliun
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan mangsa pasar yang besar bagi industri rokok baik lokal maupun
internasional. Kesempatan pasar rokok ini makin terbuka lebar dengan Indonesia yang tidak ikut
meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control ). Disebutkan dalam harian
Kompas, Indonesia menjadi pergunjingan pada acara ASEAN Regional Workshop on
Implementing WHO-FCTC Article 13 Guidelines, di Siem Reap, Kamboja pada 15 Juni 2011. Di
antara negara-negara anggota ASEAN, hanya Indonesia yang tidak menandatangani protokol
konvensi pengendalian rokok atau FCTC ini. Negara ASEAN lain telah menandatangani sejak
2004. Dengan tidak meratifikasi konvensi ini, Indonesia menjadi sasaran negara paling mudah
dan terbuka dalam iklan, promosi, dan penjualan rokok secara luas.
Di Indonesia tidak hanya dari segi kuantitas rokok tetapi juga iklan dan penjualan rokok
terjadi secara bebas di Indonesia. Tanda peringatan kesehatan yang ada pada kemasan rokok dan
iklan reklame jalan tertulis kecil di bagian bawah, sementara tagline promosi sangat
mendominasi sehingga menimbulkan kesan bahwa ada rokok yang berkualitas dan tidak
berbahaya meskipun di bawahnya sudah terdapat peringatan kesehatan. Sementara di negara lain
iklan rokok tidak menggembar-gemborkan taglinepromosinya, malah memasang gambar
menyeramkan mengenai dampak buruk terhadap kesehatan akibat merokok, seperti gambar paru-
paru yang terkena kanker dengan dominasi hampir lima puluh persen. Selain itu, banyak negara
seperti Singapura dan Thailand sangat membatasi iklan dan penjualan rokok di negaranya.
Dilansir dari website Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, oleh Pusat Komunikasi Publik
Kemenkes menunjukan sebuah survei nasional tahun 2011 mengenai representasi merokok yang
diberi nama Global Adult Tobacco Survey (GATS). Hasil GATS menunjukkan, bila dibandingkan
dengan negara-negara lain, Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif
tertinggi, yaitu 67.0 % pada laki-laki dan 2.7 % pada wanita. Angka ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan India (2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3 %); Filipina (2009): laki-
laki 47.7 % dan wanita 9.0%; Thailand (2009): laki-laki 45.6% dan wanita 3.1%; Vietnam
(2010): 47.4% laki-laki dan 1.4% wanita; Polandia (2009): 33.5% laki-laki dan 21.0% wanita.
Banyaknya perokok aktif di Indonesia juga mempengaruhi jumlah perokok pasif di
Indonesia. Berdasarkan survey GATS ditemukan pula bahwa terhadap bahaya asap rokok
sekunder, ditemukan bahwa 51.3% atau 14.6 juta orang dewasa secara tidak langsung terkena
asap rokok di tempat kerjanya dan pada 78.4% atau 133.3 juta orang dewasa di rumahnya.
Pengaruh asap rokok juga dialami 85.4% atau 44.0 juta orang dewasa yang berkunjung ke
restoran. Melihat keadaan ini perokok pasif atau yang terkena dampak secondhand smoke
effect harusnya juga mendapat perhatian lebih.
Menanggapi hal tersebut sudah selayaknya hukum ditegaskan dalam mengatur penjualan dan
pengamanan produk tembakau di Indonesia. Menteri Kesehatan menyatakan bahwa salah satu
upaya melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok itu adalah melalui jalur regulasi dengan
penerbitan peraturan peraturan pemerintah tentang pengendalian dampak produk tembakau.
Sudah banyak peraturan yang dikeluarkan pemerintah mengenai penjualan, pengawasan dan
pengamanan tembakau di Indonesia. Beberapa garis hukum mengenai tembakau dan kesehatan
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1947 tentang cukai tembakau,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 1999, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun
2002, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang cukai, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dan Peratuaran Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 tentang pengamanan tembakau.
Baru-baru ini Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengesahkan RPP
tentang pengamanan rokok yang tertuang dalam PP Nomor 109 tahun 2012. Setelah beberapa
kali didesak oleh menteri kesehatan dan aktivis anti rokok tentang RPP ini, akhirnya pada
tanggal 24 Desember 2012, Presieden Republik Indonesia secara resmi menandatangani PP
tentang pengamanan tembakau ini. Secara gamblang peraturan mengenai pengamanan tembakau
secara khusus baru tertuang pada PP No. 109 Tahun 2012 ini.
Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah ini diharapkan pengamanan terhadap tembakau
lebih jelas batas-batasnya dalam pasar industri rokok di Indonesia, dengan tujuan dapat
mengurangi dampak buruk kesehatan. Namun dari segi sosial dan ekonomi, hal ini nyantanya
akan membawa masalah baru terhadap petani tembakau dan buruh pabrik yang belum
sepenuhnya mengerti terhadap peraturan pemerintah ini dan dapat memicu permainan politik di
ranah industri rokok Indonesia. Seperti yang sudah diketahui bahwa industri rokok adalah salah
satu industri termaju di Indonesia dengan memberi pajak yang cukup besar bagi negara dan
menyediakan lapangan kerja yang luas dari petani hingga eksekutifnya. PP Nomor 109 tahun
2012 memicu banyak pro kontra dari beragam sisi.
D. Fakta Medis
Fakta menunjukkan bahwa asap pembakaran batang rokok telah mengakibatkan sekitar 85%
kanker paru-paru dan juga berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, aesofagus,
lambung, pankreas, mulut, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih dan usus.
Menurut Badan POM RI, beberapa penyakit yang ditimbukan akibat dari merokok adalah
seperti : penyakit jantung dan stroke yang sering dapat menyebabkan sudden death (kematian
mendadak),kanker paru (menyebabkan kematian karena pendeteksian secara dini penyakit ini sulit
tapi penyebaran dapat terjadi dengan cepat sampai ke hepar, tulang dan otak, kanker mulut),
osteoporosis (kandungan karbonmonoksida yang dimiliki asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15% dan ini mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah
patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan dan perokok sering mengalami
sakit tulang belakang), katarak (resiko terkena katarak sekitar 50% lebih bahkan bisa menyebabkan
kebutaan), psoriasis (proses inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal dan meninggalkan
guratan merah pada seluruh tubuh), kerontokan rambut (sistem kekebalan tubuh menurun sehingga
lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut,
ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan), permasalahan pada ibu hamil
(pertumbuhan janin yang lambat yang meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
kurangnya kadar oksigen menimbulkan risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali),
impotensi(penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi).
Kandungan yang terdapat didalam rokok sekitar kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan
setidaknya 200 diantaranya menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Racun utama yang terdapat
di rokokterdiri dari tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar sebagai zat karsinogenik, nikotin
sebagai zat addiksi dan karbon monoksida yang sangat toksik bagi tubuh. Selain itu, bahan-
bahan lainnya yang terkandung di rokok juga tidak kalah berbahaya bagi tubuh seperti yang
terkandung pada asap hasil pembuangannya. Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan
radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci
lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas
beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di "kamar gas maut" bagi pesalah yang menjalani
hukuman mati dan masih banyak zat berbahaya lainnya yang terkandung dari rokok dan asapnya.
H. Penutup
Dari sebelum dan setelah pengesahan RPP tembakau menjadi PP No 109 tahun 2012,
pengaturan tembakau yang menghasilkan rokok ini memang telah menjadi perkara yang
dilematis jika dipandang dari berbagai aspek kesejahteraan masyarakat. Sebab, banyak aspek
mulai menyangkut hak kesehatan masyarakat, hak penghidupan/hak mencari pekerjaan, hingga
pendapatan/penerimaan negara lewat cukai rokok dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
dengan jumlah yang cukup fantastis.
Namun, dari segi kesehatan tidak dapat dipandang remeh. Dampak yang dapat ditimbulkan
terutama dalam jangka panjang sangat membahayakan. Sudah banyak penelitian-penelitian yang
sudah berhasil membuktikan bahaya rokok. Terdapat di dalam rokok sekitar kurang lebih 4000
lebih elemen-elemen dan setidaknya 200 di antaranya menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Racun utama yang terdapat di rokok ialah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Racun tersebut
secara langsung dan tidak langsung akan berdampak pada kesehatan pemakai. Tidak hanya bagi
pemakainya atau perokok aktif, asap yang dihasilkan juga akan sangat berbahaya bagi orang-
orang yang ada disekitarnya, sehingga menjadikan mereka perokok pasif.
Walau bagaimana pun Peraturan Pemerintah ini sudah disahkan dengan beragam
pertimbangan. Sudah sebaiknya dijalankan dan diterapkan. Sebaiknya pemerintah mulai
mengatur bagaimana kondisi perekonomian rakyat Indonesia tidak terlalu tergantung akan
penjualan produk tembakau. Pemerintah sudah berkewajiban menciptakan lapangan pekerjaan
baru, secara berangsur-angsur sebaiknya karyawan dan buruh pabrik industri rokok dipindahkan.
Daftar Pustaka
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Tembakau. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Dinas Tenaga Kerja, Trasmigrasi, dan Kependudukkan Provinsi Jawa Timur. 2013. 15 Ribu Buruh
Pabrik Rokok Terancam PHK (http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/majalah-sdm-plus/66-
edisi-135-maret-2012-/652-15-ribu-buruh-pabrik-rokok-terancam-phk, diakses tanggal 24
Januari 2013.)
Siadari, Eben Ezer. 2012. Fakta Seputar Kontribusi Rokok dalam Perekonomian RI.
(http://jaringnews.com/ekonomi/umum/18313/fakta-seputar-kontribusi-rokok-dalam-
perekonomian-ri, diakses tanggal 24 Januari 2013)
University of Miami. 2006. The Health Consequences of Secondhand Smoke (Involuntary Exposure
to Tobacco Smoke). (http://www6.miami.edu/communications/smokefree/second-hand-smoke-
effects.pdf, diakses tanggal 23 Januari 2013)