DISUSUN OLEH:
6 MARWANSYAH 181040400289
9 YUNITA 181040400178
D3 FARMASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat
terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian
Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
Penyimpangan atau korupsi dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) telah menunjukkan
kepada kita ongkos korupsi masa lalu yang harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia. Rakyat
jadi korban karena efek berkepanjangannya dalam bentuk pengembalian utang. Sementara para
penjahat diampuni dan tetap dapat 'bertengger' dengan leluasa di atas pundi-pundi uang yang
dicuri. Harus diakui penyimpangan dana BLBI merupakan kasus korupsi terbesar yang pernah
terjadi di negeri ini. Fakta ini bisa dilihat dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dari Rp 144,5 triliun dana BLBI yang dikucurkan kepada 48 bank umum nasional, Rp 138,4
triliun dinyatakan berpotensi merugikan negara.
Penyimpangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dapat dianggap sebagai sebuah
lembaran hitam dalam kehidupan perbankan nasional. Sementara penanganan terhadap kasus-
kasus penyimpangan BLBI tersebut dapat pula dicatat sebagai sebuah lembaran hitam dalam
sejarah kehidupan hukum Indonesia. Catatan tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan bila
dikaitkan dengan adanya berbagai implikasi yuridis yang kemudian muncul sebagai akibat
berbelit-belitnya proses penanganan kasus penyalahgunaan dana BLBI. Ketidaksamaan persepsi
di kalangan hukum sendiri tentang penanganan kasus-kasus BLBI adalah gambaran tentang
betapa kehidupan hukum kita semakin menjauh dari kepastian hukum.
Meskipun demikian, kita tentu tidak boleh men-generalisasi semua kasus BLBI sebagai
perbuatan melawan hukum dalam konteks hukum pidana. Tentu ada kasus-kasus yang memang
terjadi semata-mata karena sesuatu yang mesti diselesaikan melalui jalur hukum keperdataan.
Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang dalam kaitannya dengan BLBI yang dapat
diklasifikasikan sebagai tindak pidana, di antaranya:
1. pemberian BLBI dilakukan kepada pihak yang tidak pantas menerimanya.
2. konspirasi antara oknum Bank Indonesia dengan bank penerima BLBI.
3. pemberian BLBI melebihi jumlah yang sepantasnya
4. penyimpangan dalam penyaluran dana BLBI
A. Dampak Ekonomi
1.Meningkatkan beban APBN pada sektor belanja negara, karena dana talangan BLBI
berasal dari pinjaman luar negeri.
2.Dengan besarnya biaya untuk pembayaran hutang mengurangi porsi untuk belanja sektor
ekonomi produktif.
3. Penyelewengan dana BLBI ke luar negeri mengakibatkan larinya yang bisa untuk
digunakan untuk investasi di dalam negeri.
C. Dampak BirokrasiPemerintahan
1. Birokrasi berjalan tidak cepat karena aparat birokrasi banyak yang terlibat dalam korupsi
dana BLBI.
2. Penanganan yang berlarut-larut menimbulkan kesan pemerintah melindungi pelaku
kejahatan sehngga mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah.
3. Penanganan yang tidak transparan mengakibatkan penambahan biaya operasional yang
tidak perlu.
4. Birokrasi pemerintahan kehilangan kepercayaan dari masyarakat yang menganggap
aparat mudah disuap dan diajak kongkalikong.
G. Dampak KerusakanLingkungan
1. Korupsi BLBI yang menggunakan penjaminan aset perkebunan, peternakan dan perikanan
mengakibatkan pengelolaan melambat atau bahkan berhenti sehingga terlantarnya aset tanah
merusak ekosistem yang sudah dibangun.
2. Banyak konsesi pembukaan hutan untuk industri yang tidak dilanjutkan tetapi malah
dijarah oleh masyarakat sekitar yang pemanfaatannya tidak sesuai rencana tata ruang.
BAB III
KESIMPULAN
1. Korupsi dana BLBI memiliki dampak yang besar terhadap semua sektor kehidupan bangsa
Indonesia.
2. Bidang yang terkena dampak paling besar adalah birokrasi pemerintahan dan penegakan
hukum karena terjadinya penyelewengan dan korupsi secara masif dan berjamaah terhadap
semua fihak yang terlibat.
3. Penyelesaian perkara yang berlarut-larut makin menambah masalah yang timbul diakibatkan
aparat yang tidak tegas dan berani bertindak.