Anda di halaman 1dari 7

Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi 1

Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi

Penulis
Irmanida Batubara1,2*, Irma Herawati Suparto1,2, Fiqa Annisa Rakhmatika1

Afiliasi 1
Departemen Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
2
Pusat Studi Biofarmaka Tropika, LPPM, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Kata Kunci ABSTRACT


 Fraksinasi kolom Cajuput is one of plants containing essential oil with cineole as a major
 Minyak kayu putih component. This aim of study is to separate cineole in cajuput oil and to analyze its
 Pelangsing potency as slimming aromatherapy through in vivo assay. The essential oil was
aromaterapi
fractionated by column chromatography resulting 23 fraction (F1-F23). Cajuput oil,
 Sineol
cineole, and F9 were analyzed by gas chromatograph-mass spectrometer, and the
slimming aromatherapy potency was studied on white adult male Sprague-Dawley rats.
Inhalation result of cineole showed that the average body weight of rats after 5 weeks
treatment period was lower than that of the normal and the control groups which
consumed high cholesterol feed. In conclusion, cineole is a compound that is potential in
slimming aromatherapy.

PENDAHULUAN
Diterima 3 Maret 2016 Minyak kayu putih merupakan salah satu minyak atsiri yang diperoleh dari hasil
Direvisi 12 Agustus 2016 penyulingan daun kayu putih. Minyak kayu putih ini memiliki manfaat yang cukup besar,
Disetujui 29 Desember 2016
baik bagi perekonomian masyarakat sekitar hutan maupun kegunaannya sebagai obat-
obatan, bahan insektisida, dan bahan wangi-wangian (Perum Perhutani 2004). Minyak ini
juga memiliki bau dan khasiat yang khas. Khasiat utama dari minyak kayu putih adalah
untuk melancarkan peredaran darah dengan melebarkan pori-pori kulit sehingga badan
menjadi lebih hangat dan tidak akan mengganggu pernafasan kulit karena adanya sifat
dari minyak kayu putih yang mudah menguap (Agoes 2010). Menurut Angela & Davis
(2010), minyak atsiri kayu putih dapat meningkatkan monosit dalam darah tikus setelah
15 hari diberi asupan oral minyak atsiri.
*Penulis korespondensi Komponen utama dari minyak kayu putih merupakan golongan terpenoid.
Irmanida Batubara Komponen terbesarnya merupakan 1,8-sineol yang merupakan senyawa monoterpena.
Pusat Stusi Biofarmaka Tropika
Senyawa 1,8-sineol berperan sebagai antimikrob, antioksidan, kekebalan tubuh,
LPPM IPB
Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor
analgesik, dan spasmolitik (Angela & Davis 2010). Selain itu, senyawa 1,8-sineol juga
16128 berpotensi sebagai antiinflamasi (Juergens et al. 2003). Kajian mengenai tanaman kayu
Email: ime@apps.ipb.ac.id putih khususnya senyawa 1,8-sineol sebagai pelangsing aromaterapi belum dilakukan. Di
sisi lain, menghirup minyak atsiri dapat memberi efek melangsingkan seperti menghirup
Jurnal Jamu Indonesia (2016) 1(3): 12-17 Artikel Penelitian
grape fruit oil, kencur, sirih merah, lengkuas merah, lampu UV dengan λ 254 nm dan 366 nm. Eluat yang
dan sereh wangi ataupun menggemukkan seperti memiliki Rf dan pola KLT yang sama digabungkan
lavender oil dan minyak lempuyang (Shen et al. 2005a; sebagai satu fraksi.
Shen et al. 2005b Batubara et al. 2013; Batubara et al. Minyak atsiri kasar, fraksi 9, dan fraksi 13 yang
2014; Darusman et al. 2014; Batubara et al. 2015; diperoleh diinjeksikan ke dalam injektor GC-MS
Damayanti et al. 2015;). Oleh karena itu, penelitian ini (Shimadzu-QP-5050A) dengan menggunakan kolom DB-
bertujuan memisahkan 1,8-sineol yang terkandung 5 MS (dimensi 0.25 mm x 30 m) dan gas pembawa
dalam minyak atsiri kayu putih dan menganalisis Helium dengan laju alir 42 mL/menit. Suhu injektor dan
potensinya sebagai pelangsing aromaterapi secara in detektor sama, yaitu 250 °C sedangkan suhu kolom
vivo. Kandungan sineol dalam minyak atsiri kayu putih yang digunakan adalah suhu terprogram, yaitu diawali
diharapkan berkhasiat sebagai pelangsing aromaterapi. dengan 80 °C ditahan selama 2 menit kemudian diubah
perlahan-lahan dengan laju kenaikan suhu sebesar 5
METODE °C/menit hingga suhunya mencapai 250 °C ditahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak selama 5 menit. Kondisi spektrometer massanya adalah
kayu putih dari Balai Penelitian Rempah dan Obat energi ionisasi 70 eV, mode ionisasinya adalah Electron
(Balittro), Bogor, pakan standar tikus, pakan kolesterol Impact Ionisation (EI), split ratio: 25.0, dan area
tinggi, propylthiouracil (PTU), akuades, aseton, n- deteksinya adalah 40-500 m/z. Setiap puncak yang
heksana, metanol, dietil eter,etanol, etil asetat, muncul dalam kromatogram ion total diidentifikasi
kloroform, silika gel, dan pelat aluminium jenis silika gel dengan menganalisis hasil spektum massa yang
G60F254 dari Merck. Hewan uji yang akan digunakan terdapat pada library index MS.
pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Uji aktivitas aromaterapi digunakan tikus putih
Sprague-Dawley yang diperoleh dari Balai Penelitian jantan galur Sprague-Dawley yang sehat, berumur ±2.5
Ternak Bogor. bulan dengan bobot kisaran 167 g, dan berjumlah 30
Metode penelitian yang dilakukan meliputi ekor. Setiap 2 ekor ditempatkan dalam satu kandang
penentuan eluen terbaik dengan KLT, pemisahan dengan ukuran 20×20×30 cm3. Proses adaptasi kondisi
dengan kromatografi kolom, identifikasi senyawa fisiologis, nutrisi, dan lingkungan tikus tersebut
dengan GC-MS. Kemudian, inhalasi minyak atsiri, dilakukan selama 2 minggu. Semua kelompok tikus
sineol, dan hasil pemisahan kromatografi kolom selama diberi pakan standar tikus dengan dosis 20 g/ekor/hari
5 minggu terhadap hewan uji yang telah melewati dan diberi minum akuades secara ad libitum. Masa
masa adaptasi selama 2 minggu. Bobot pakan tiap adaptasi dilakukan dengan tujuan untuk pengenalan
kelompok hewan uji ditimbang setiap hari dan bobot lingkungan baru bagi tikus yang akan digunakan
badan setiap hewan uji ditimbang setiap minggu. Pada sebagai hewan uji.
minggu ke-5 setelah masa perlakuan, lemak hewan uji Uji inhalasi minyak atsiri kasar, sineol, dan fraksi
dikeluarkan dari tubuhnya untuk ditentukan deposit lain yang mengandung sineol dalam jumlah sedikit dari
lemaknya. Seluruh prosedur pada hewan uji sudah minyak atsiri kayu putih secara in vivo dilakukan
disetujui oleh Komisi Etik Hewan IPB dengan nomor 04- berdasarkan pada modifikasi metode Batubara et al.
2013 IPB. (2013). Kelompok tikus yang dijadikan kontrol negatif
Sebanyak 2,5 gram minyak kayu putih dipisahkan (kelompok I) tetap diberi pakan standar tikus dengan
menggunakan pengemasan kolom sebanyak 40 dengan dosis 20 g/ekor/hari dan diberi akuades secara ad
diameter 2 cm dan tinggi kolom 30 cm. Saat libitum selama masa perlakuan, yaitu 5 minggu tanpa
pengemasan kolom, jumlah silika gel adalah 15-20 kali diinhalasi. Tikus-tikus yang diberi pakan kolesterol
jumlah distilat dan perbandingan tinggi adsorban dan tinggi sebanyak 20 g/ekor/hari dikelompokkan menjadi
diameter kolom adalah 8:1. Minyak atsiri kayu putih 4 kelompok, yaitu kelompok II, III, IV, dan V serta air
dipisahkan dengan kolom kromatografi menggunakan minum akuades yang ditambahkan PTU 0.1% secara ad
elusi gradien (peningkatan kepolaran), eluen yang libitum. Masing-masing kelompok tersebut terdiri atas
digunakan adalah eluen terbaik hasil KLT. Eluat 6 ekor tikus. Kelompok II tidak diberikan perlakuan
ditampung setiap 3 mL dalam tabung reaksi yang telah aromaterapi, sedangkan kelompok III, IV, dan V diberi
diberi nomor kemudian diuji dengan KLT menggunakan perlakuan aromaterapi selama 5 minggu. Kelompok III
eluen terbaik. Spot pemisahan dideteksi di bawah diinhalasi minyak atsiri kasar kayu putih, kelompok IV
14 Batubara et al.
diinhalasi sineol, dan kelompok V diinhalasi fraksi lain HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mengandung sineol dalam jumlah sedikit, masing- Minyak atsiri kayu putih yang digunakan
masing kelompok diinhalasi dengan dosis 0.1%. Bobot berwarna kuning terang dengan Kadar sineol sebesar
badan masing-masing tikus dari semua kelompok 67.74% serta memiliki wangi yang khas seperti minyak
ditimbang seminggu sekali. Jumlah feses dan urin dari kayu putih. Hal ini sesuai dengan SNI 06-3954-2006
semua kelompok tikus ditimbang setiap tiga hari sekali. (BSN 2006) yang menyatakan bahwa minyak atsiri kayu
Pada minggu ke-5 setelah masa perlakuan, masing- putih berwarna kekuningan, kadar sineol yang
masing tikus dari setiap kelompok perlakuan, yaitu terkandung lebih besar dari 65% dan memiliki wangi
kelompok I, II, III, IV, dan V dipuasakan selama 12 jam. yang khas seperti minyak kayu putih pada umumnya.
Tikus disedasi (pembiusan) dengan cara Selain itu juga terkandung -pinena dan o-simena
menyuntikkan ketamin (80 mg/kg bobot badan) dan dengan kadar sekitar 7% (Tabel 2). Kandungan sineol
xilazin (10 mg/kg bobot badan) secara intraperitoneal. pada minyak kayu putih yang digunakan jauh lebih
Setelah tikus tidak sadarkan diri kemudian proses besar dari pada kandungan sineol yang terdapat pada
pembedahan dilakukan. Lemak pada bagian perut minyak kayu putih yang digunakan oleh Muchtaridi et
kanan dan kiri serta bagian testis kanan dan kiri al. (2016) yang hanya sebesar 22.45%.
dikeluarkan. Keadaan lemak tersebut diamati, Minyak atsiri kayu putih dipisahkan dengan
ditimbang bobotnya, dan ditentukan persentasenya kromatografi kolom menggunakan eluen terbaik
terhadap bobot badan tikus masing-masing. Data dengan sistem step gradient (peningkatan kepolaran).
bobot pakan yang dikonsumsi, bobot feses dan urin Eluen yang digunakan berupa n-heksana murni,
yang dihasilkan, bobot badan serta bobot deposit campuran antara n-heksana dan kloroform dengan
lemak hewan uji yang diperoleh dianalisis dengan perbandingan 9:1 sampai 1:9, kloroform murni,
metode rancangan acak lengkap (RAL) dan Analysis campuran antara kloroform dan etil asetat dengan
of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% (α = perbandingan 9:1 sampai 1:9 serta etil asetat murni
0.05) dilanjutkan dengan Duncan’s multiple range test dan dihasilkan sebanyak 23 fraksi (Tabel 1). Fraksi 9, 10,
menggunakan SPSS 16. 11, dan 13 memiliki rendemen terbanyak sebesar
4.46%, 4.25%, 4.23%, dan 2.63% dengan jumlah noda
Tabel 1. Hasil Fraksinasi minyak atsiri kayu putih
dengan teknik elusi gradien kromatografi kolom
Fraksi ke- Jumlah noda pada KLT
1 1
2 1
3 1
4 1
5 2
6 2
7 6
8 4
9 4
10 2
11 3
12 3
13 5
14 4
15 4
16 2
17 2
18 1
19 2
20 2
21 1
22 3
Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi 15
23 3 putih dapat dilihat pada tikus masih beradaptasi
pada fraksi 9 4,4,8- Gambar 1. dengan pakan kolesterol
sebanyak 4 noda, trimetiltrisiklo Uji in vivo dari minyak tinggi yang diberikan.
fraksi 10 sebanyak 2 [6.3.1.0(1,5)] atsiri kasar, sineol, dan Pada akhir masa
noda, fraksi 11 dodekana-2,9- fraksi 9 dilakukan terhadap perlakuan terlihat
sebanyak 3 noda, diol (2.21%). tikus putih jantan galur bahwa kelompok IV
dan fraksi 13 Struktur senyawa Sprague-Dawley selama 5 memiliki rerata bobot
sebanyak 5 noda. dominan pada minggu dengan konsentrasi badan paling rendah
Pada keempat fraksi minyak kayu 0.1%. Bobot badan tikus dibandingkan dengan
tersebut, sineol diukur satu minggu sekali kelompok lainnya.
diduga berada pada dan dipantau perubahannya Tabel 3
fraksi 9. Fraksi 9 dan akibat perlakuan. Hasilnya menjelaskan rerata
13 dianalisis lebih ditunjukkan pada Gambar 2. bobot badan tikus pada
lanjut dengan GC-MS Berdasarkan gambar awal dan akhir
untuk diindentifikasi tersebut, diketahui bahwa perlakuan. Kelompok IV
komponen kimianya semua kelompok tikus memiliki bobot yang
dan diuji aktivitasnya memiliki peningkatan bobot paling rendah (199.60 g)
secara in vivo. badan di setiap minggunya. dan berbeda signifikan
Dengan Namun, pada minggu ke-1 dibandingkan kelompok
menggunakan terjadi penurunan bobot lainnya dengan nilai
kromatografi gas- badan yang dikarenakan
spektrometri massa,
diketahui bahwa Tabel 2. Konsentrasi senyawa dominan dalam
fraksi 9 dan 13 minyak atsiri kasar, F9, dan F13
memiliki kadar 1,8- Golongan Senyawa
sineol sebesar 5.70% Monoterpena α-pinena
dan 1.25% (Tabel 2). β-pinena
m-simena
Pada fraksi 9,
Limonena
komponen lain yang
o-simena
teridentifikasi pada Cis-1,3,3-trimetil-2-oxabisiklo [2.2.2] o
minyak atsiri kayu Monoterpena 1.8-sineol
putih tidak alkohol α-terpineol
ditemukan kembali, Seskuiterpena Viridiflorol
namun terdapat 4,4,8-trimetiltrisiklo[6.3.1.0(1,5)] dode
komponen lain yaitu diol
α-terpineol dan Polimer Diisooktil adipat
viridiflorol dengan
kadar sebesar 9.13%
dan 11.77%. Pada
fraksi 13
menunjukkan
terdapat 4
komponen utama
yang teridentifikasi
yaitu sineol (1.25%),
diisooktil adipat
(6.48%), Cis-1,3,3-
trimetil-2-oxabisiklo
[2.2.2] oktan-5-ol
(3.69%), dan
16 Batubara et al.
Gambar 1. Senyawa yang
terkandung dalam minyak
atsiri kayu putih
p<0.05. Berdasarkan hasil yang berbeda
hal tersebut, signifikan pada konsumsi
inhalasi sineol pakan
berpotensi namun pada hasil
menurunkan bobot penentuan bobot
badan hewan uji. Efek badan justru
penurunan bobot menunjukkan hasil yang
badan dapat sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh menunjukkan bahwa
tergertaknya jaringan inhalasi sineol tidak
adipose coklat mempengaruhi Gambar 2.
(Nurcholis et al. 2013). konsumsi pakan namun Perubahan rerata
Tabel 4 menunjukkan dapat menurunkan bobot badan tikus
konsumsi pakan tikus bobot badan tikus. tiap kelompok
setiap minggu selama Penentuan bobot selama masa
masa perlakuan. deposit lemak dianalisis perlakuan
Berdasarkan hasil pada minggu akhir
tersebut, terlihat perlakuan setelah tikus Tabel 3. Rerata bobot badan tikus pada awal dan
bahwa konsumi pakan dipuasakan selama 12 akhir perlakuan
tikus pada kelompok II, jam. Hasil yang Kelompok Bob
III, IV, dan V tidak didapatkan terlihat (
berbeda signifikan, pada Tabel 4. Rerata (I) Pakan Standar 167
namun pada kelompok bobot deposit lemak (II) Tinggi Kolesterol (TK) 170
I menunjukkan hasil yang didapatkan pada (III) TK + Minyak Atsiri 161
yang berbeda setiap kelompok tidak (IV) TK + Sineol 155
signifikan dengan menunjukkan hasil (V) TK + F9 167
Angka yang diikuti oleh huruf superscripts yang sama tidak
p<0.05. Terlihat yang berbeda signifikan
berbeda signifikan pada taraf uji (P>0.05) (Duncan’s multiple
bahwa, kelompok I (P>0.05). Hasil yang range test)
memiliki konsumsi tidak berbeda
pakan terendah siginifikan pada Tabel 4. Rerata bobot pakan tikus
dibandingkan dengan kelompok pakan perminggu (g/ekor) selama masa
kelompok lainnya, kolesterol pada 5, perlakuan dan rerata bobot deposit
yaitu sebesar lemak tikus
138.83 g. Jika dilihat, Jum
kelompok IV tidak Kelompok
menunjukkan (I) Pakan Standar 1
(II) Tinggi Kolesterol (TK) 1
(III) TK + Minyak Atsiri 1
(IV) TK + Sineol 1
(V) TK + F9 1
Angka yang diikuti oleh huruf superscripts yang sama tidak
berbeda signifikan pada taraf uji (P>0.05) (Duncan’s multiple
range test)
dapat disebabkan tinggi, maka
karena dengan energi berlebih
konsumsi kolesterol yang dihasilkan
dan lemak lebih akan terdeposit
Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi 17
dalam bentuk lemak. antimicrobi Oils and Oil and Related
Hal ini terbukti dari al effects of Zerumbone Compounds on
kencenderungan eucalyptus Inhalation on Rat Body Weight
pada pakan standar oil and Body Weight and Brown
yang memiliki bobot simple of Sprague Adipose Tissue
deposit lemak inhalation Dawley Rat. Sympathetic
terendah. Ganong devices. Pakistan Nerve. Nutrients.
(2003) menyatakan Alternative Journal of 7(3):1859-1870.
bahwa pemberian Medicine Biological Damayanti R, Batubara I,
PTU dapat Review. 15 Sciences. Suparto IH. 2015.
menyebabkan (1):33-47. 16(19):1028- Essential Oil of
terhambatnya [BSN] Badan 1033. Red Galangal
hormon tiroid yaitu Standarisa Batubara II, Assaat (Alpinia galanga
dengan mengurangi si Nasional. LD, Irawadi (L) Willd) Rhizome
pengeluaran 2006. TT, Mitsunaga as Slimming
kolesterol dari Minyak T, Yamauchi K. Aromatherapy.
sirkulasi sehingga Kayu Putih. 2014. Effect International
terjadi peningkatan SNI 06- Of Sniffing Of Journal of Pharma
kolesterol dalam 3954-2006. Kencur and Biosciences.
darah yang Jakarta. (Kaemferia 6(1):(P)283-289.
tertimbun dalam Batubara I, Galangal) Ganong WF. 2003. Buku
bentuk lemak. Anggraeni Essential Oils Ajar Fisiologi
A, In Rats . Acta Kedokteran
SIMPULAN Darusman Horticulturae. Ganong Ed. 22.
Minyak atsiri LK. 2013. (ISHS) Jakarta (ID): EGC.
kayu putih Inhalasi 1023:123-127. Darusman LK, Batubara
dipisahkan aroma Batubara I, Suparto II, Utami MR.
menggunakan teknik temulawak IH, Sadiah S, 2014.
kromatografi untuk terhadap Matsuoka R, Fractionation of
mendapatkan bobot Mitsunaga T. active
senyawa badan 2015. Effects components from
penyusunnya. Secara tikus. of Inhaled Piper cf fragile
in vivo inhalasi sineol Jurnal Citronella essential oil as
dapat berpotensi Bahan aromatherapy or
sebagai pelangsing Alam anti- obesity. Acta
aromaterapi tanpa Indonesia. Horticulturae.
mengurangi 8(3):187- (ISHS) 1023:23-28
konsumsi pakan. 191. Juergens UR, Dethlefsen
Batubara I, U, Steinkamp G,
DAFTAR PUSTAKA Suparto IH, Gillissen A, Repges
Agoes A. 2010. Sadiah S, R, Vetter H. 2003.
Tanaman Obat Matsuoka Anti-inflammatory
Indonesia. R, activity of 1.8-
Jakarta (ID): Mitsunaga cineol (eucalyptol)
Salemba T. 2013. in bronchial
Medika. The Effect asthma: a double-
Angela ES, Davis WL. of Zingiber blind placebo-
2010. Immune- zerumbet controlles trial.
modifying and Essential Respiratory
18 Batubara et al.
Medicine. 97:250-256.
Muchtaridi, Tjiraresmi A,
Febriyanti R. 2016.
Analysis of Active
Compounds in Blood
Plasma of Mice After
Inhalation of Cajuput
Essential Oil
(Melaleuca
laecadendron L.).
Indonesian Journal of
Pharmacy. 26(4):219-
227.
Nurcholis W, Batubara I,
Suparto IH, Sadiah S,
Mitsunaga T. 2013.
Pengaruh inhalasi
aroma temulawak
terhadap syaraf
simpatik dan suhu
jaringan adiposa
coklat. Jurnal Bahan
Alam Indonesia.
8(4):270-273
Perum Perhutani. 2004.
Statistik Perum
Perhutani 1999-2003.
Jakarta (ID): Direksi
Perum Perhutani.
Shen J, Niijima A, Tanida M,
Horii Y, Maeda K,
Nagai K. 2005a.
Olfactory stimulation
with scent of
grapefruit oil affects
autonomic nerves,
lipolysis and appetite
in rats. Neuroscience
Letters. 380:289–294.
Shen J, Niijima A, Tanida M,
Horii Y, Maeda K,
Nagai K. 2005b.
Olfactory stimulation
with scent of lavender
oil affects autonomic
nerves, lipolysis and
appetite in rats.
Neuroscience Letters.
383:188–193.

Anda mungkin juga menyukai