Anda di halaman 1dari 19

PENGGELAPAN DALAM

JABATAN DAN PEMERASAN


Kelompok 2
Ketua : Tiardi Marjuki (36)
Sekretaris : Rinjani (29)
Anggota : Eva Astriana (9)
Hapsari Indyah P (13)
Jauhar Mubarok (17)
Marista Rita (20)
Siwi Retno W (32)
Yulian Amalia (40)

PENGGELAPAN DALAM JABATAN


TERDIRI DARI:
UNSUR UNSUR OBJEKTIF
BERUPA PERBUATAN MEMLIKI, OBJEK KEJAHATAN
SEBUAH BENDA, SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA
MILIK ORANG LAIN DIMANA BENDA BERADA
DALAM KEKUASAANNYA BUKAN KARENA
KEJAHATAN DAN UNSUR UNSUR SUBJEKTIF
BERUPA KESENGAJAAN DAN MELAWAN HUKUM
UNSUR KHUSUS
HUBUNGAN KERJA, JABATAN DAN MENDAPAT UPAH
KHUSUS

PASAL YANG DIKENAKAN


BAB XXIV(BUKU II) KUHP PASAL 372 377

CONTOH KASUS

Kasus 1 : Malinda Palsukan Tanda Tangan Nasabah


Contoh kasus pertama yang kami akan coba bahas adalah kasus

pemalsuan tanda tangan nasabah yang dilakukan oleh Malinda


Dee. Malinda Dee binti Siswowiratmo (49), diketahui
memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara
memalsukan tanda tangan mereka di formulir transfer. Hal ini
sebenarnya telah berlangsung dari tahun 2007 namun baru
terungkap di tahun 2011. Dalam kasus ini di duga melinda dee
bekerja sama dengan atasan bank makanya kasus ini baru
terungkap. Praduga ini muncul karena berdasarkan standar
operasional Citibank, transaksi di atas Rp 300 juta sudah bukan
kewenangan teller,selain itu speciment tanda tangan diverifikasi
pakai alat. Apalagi ini merupakan bank kelas Amerika, jadi
kemungkinan terjadi kesalahan itu sangatlah kecil. Dalam kasus
ini ada salah satu prinsip-prinsip yang telah dilanggar yaitu
prinsip Tanggung jawab profesi, karena ia tidak melakukan
pertimbangan professional dalam semua kegiatan yang dia
lakukan,disini melinda juga melanggar prinsip Integritas, karena
tidak memelihara dan meningkatkan kepercayaan nasabah.

Hukum yang berlaku atas kejahatan :


pasal 49 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor

7/1992 sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 10/1998 tentang
Perbankan juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo
pasal 65 ayat (1) KUHP.
Selain itu ia juga dijerat dengan pasal 49 ayat (2)
huruf b Undang-Undang Nomor 7/1992
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10/1998 tentang Perbankan juncto
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 65 ayat (1)
KUHP; pasal 3 Undang-Undang Nomor 8/2010
tentang Pencegahan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang jo pasal 65 ayat (1).

Hukum yang berlaku atas kejahatan :


Pasal 3 UU No. 8/2010 tentang Pencucian Uang.

Dalam pasal tersebut dinyatakan, siapa pun yang


melakukan transaksi perbankan guna mengubah
atau menukar harta kekayaan yang semestinya
dicurigai atau tak patut, diancam denda Rp 10
Miliar dengan penjara selama 20 tahun.
Hukuman yang diberikan : Delapan tahun
penjara dan dijatuhi denda Rp 10 miliar yang
apabila tidak dibayar diganti pidana kurungan tiga
bulan.

Bukti :
Pemalsuan tanda tangan dilakukan sebanyak enam

kali dalam formulir transfer Citibank bernomor AM


93712 dengan nilai transaksi transfer sebesar
150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010.
Pemalsuan juga dilakukan pada formulir bernomor
AN 106244 yang dikirim ke PT Eksklusif Jaya Perkasa
senilai Rp 99 juta. Dalam transaksi ini, Malinda
menulis kolom pesan, Pembayaran Bapak Rohli
untuk interior.
Pemalsuan lainnya pada formulir bernomor AN 86515
pada 23 Desember 2010 dengan nama penerima PT
Abadi Agung Utama. Penerima Bank Artha Graha
sebesar Rp 50 juta dan kolom pesan ditulis DP untuk
pembelian unit 3 lantai 33 combine unit, baca jaksa.

Bukti :

Masih dengan nama dan tanda tangan palsu Rohli, Malinda

mengirimkan uang senilai Rp 250 juta dengan formulir AN 86514


ke PT Samudera Asia Nasional pada 27 Desember 2010 dan AN
61489 dengan nilai uang yang sama pada 26 Januari 2011.
Demikian pula dengan pemalsuan pada formulir AN 134280
dalam pengiriman uang kepada seseorang bernama Rocky
Deany C Umbas sebanyak Rp 50 juta pada 28 Januari 2011 untuk
membayar pemasangan CCTV milik Rohli.
Adapun tanda tangan palsu atas nama korban N Susetyo Sutadji
dilakukan lima kali, yakni pada formulir Citibank bernomor No AJ
79016, AM 123339, AM 123330, AM 123340, dan AN 110601.
Secara berurutan, Malinda mengirimkan dana sebesar Rp 2
miliar kepada PT Sarwahita Global Management, Rp 361 juta ke
PT Yafriro International, Rp 700 juta ke seseorang bernama
Leonard Tambunan. Dua transaksi lainnya senilai Rp 500 juta dan
150 juta dikirim ke seseorang bernamVigor AW Yoshuara.

PEMERASAN

DEFINISI
Tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur
dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari
dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana
pemerasan (afpersing) dan tindak pidana
pengancaman (afdreiging). Kedua macam
tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang
sama, yaitu suatu perbuatan yang bertujuan
memeras orang lain. Justru karena sifatnya
yang sama itulah kedua tindak pidana ini
biasanya disebut dengan nama yang sama,
yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab
yang sama.

PEMERASAN
Sekalipun demikian, tidak salah kiranya

apabila orang menyebut, bahwa kedua tindak


pidana tersebut mempunyai sebutan sendiri,
yaitu "pemerasan" untuk tindak pidana yang
diatur dalam Pasal 368 KUHP dan
pengancaman untuk tindak pidana yang
diatur dalam Pasal 369 KUHP. Oleh karena
memang, dalam KUHP sendiri pun juga
menggunakan kedua nama tersebut untuk
menunjuk pada tindak pidana yang diatur
dalam Pasal 368 dan 369 KUHP.

PASAL YANG DIKENAKAN

CONTOH KASUS

Nama terpidana : Dana Widyatmika


Vonis hukuman : 10 Tahun penjara dengan

denda 300 juta subsider 3 bulan kurungan


penjara.
Pelanggaran pasal :
Pasal 12 B ayat 1 UU Pemberantasan tindak
pidana korupsi juncto pasal 65 ayat 1 KUHP
Pasal 12 E UU tipikor juncto pasal 55 ayat 1
KUHP
Sumber, Kompas.com, Tgl 22-04-2013

Bunyi pasal 12 B ayat 1


tipikor
Pegawai negeri / penyelanggara yang

menerima hadiah , padahal diketahui atau


patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
jabatannya.

Pasal 12 B ayat 1 UU pasal 65 ayat 1 KUHP

Dalam hal berbarengan beberapa perbuatan

yang harus dipandang sebagai perbuatan


yang berdiri sendiri sehingga merupakan
beberapa kejahatan , yang diancam dengan
pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan
hanya satu pidana.

Kasus :
Pemerasan :
Meminta PT Kornet Trans Utama agar mau
memberikan uang 1 miliar supaya menurunkan
kurang pajak PT. Kornet sebesar 3,2 miliar,
akan tetapi PT. Kornet tidak bersedia sehingga
diperhitungkan nilai kurang bayar pajak
sebanyak 3,9 M.

Anda mungkin juga menyukai