Anda di halaman 1dari 12

Jenis-Jenis Korupsi

Oleh:

Sitti Nur Azizah


Rahmat Hidayat
Winda Saputri

Jurusan Pgmi
Email: azizahzahrah3@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini menjelaskan tentang jenis-jenis korupsi. Kata korupsi berasal dari bahasa
belanda yaitu corruptie dan dari bahasa belanda itulah diambil ke bahasa indonesia
yaitu “korupsi” . jenis-jenis korupsi ternyata dibagi menjadi dua yaitu pertama jenis-
jenis korupsi menurut para ahli, yang membahas tentang beberapa jenis korupsi yang
berbeda pengertian dan cirinya menurut pandangan mereka. Dan Yang kedua jenis-
jenis korupsi menurut undang-undang tipikor, yang membahas tentang jenis-jenis
tindakan apa saja yang di katakan melakukan perbuatan korupsi, termasuk salah
satunnya merugikan keuangan negara. Kemudian tulisan ini membahas pula tentang
penyebab korupsi modernisasi menurut Huntingon dan akibat korupsi menurut
Gunnar Myrdal.

Kata Kunci: Jenis-Jenis Korupsi Menurut Para Ahli, Jenis-Jenis Korupsi Menurut
Undang-Undang Tipikor.

ABSTRACT

This paper explains the types of corruption. The word corruption comes from the
Dutch language which is corruptie and from the Dutch language that is taken into
Indonesian, namely "corruption". the types of corruption turned out to be divided into
two, namely the first types of corruption according to experts, who discussed several
types of corruption that differed in understanding and character in their view. And the
second type of corruption according to the corruption law, which discusses the types
of actions that are said to have committed acts of corruption, including one that is
detrimental to state finances. Then this paper also discusses the causes of
modernization corruption according to Huntingon and due to corruption according to
Gunnar Myrdal.

Keywords: Types of Corruption According to Experts, Types of Corruption


According to Corruption Law.

1
A. Pendahuluan
Sebelum menjelaskan jenis-jenis korupsi , terlebih dahulu dijelaskan apa itu
korupsi . asal kata korupsi menurut fockema andreae 1 kata korupsi berasa; dari bahsa
latin corruptio atau corruptus (webster student dictionary : 1960 ) . selanjutnya di
sebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere , suatu kata latin
yang lebih tua. dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa eropa seperti inggris,
yaitu corruption, corrupt; prancis, yaitu corruption; dan belanda, yaitu corruptie
(korruptie ). kita dapat memberanikan diri bahwa dari bahasa belanda inilah kata itu
turun ke bahasa indonesia , yaitu “korupsi.’’
Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
atau ucapan yang menghina atau memfitnah . Sekarang di indonesia jika berbicara
mengenai korupsi , pasti di pikirkan hanya perbuatan jahat menyangkut keuangan
negara dan suap. Pendekatan yang dapat di lakukan terhadap masalah korupsi
bermacam ragamnya , dan artinya tetap sesuai walaupun kita mendekati masalah itu
dari berbagai aspek .
Korupsi seperti wabah penyakit yang sudah terjangkit dimana-mana. Bukan
hanya menyangkut pejabat politik, melainkan juga setiap orang yang sengaja
menggunakan kedudukanya untuk kepentigan pribadi maupun kelompok . korupsi
bukan hanya terjadi di lapisan birokrat saja , tetapi juga dilapisan masyarakat terkecil.
penyalahgunaan ini dapat terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam waktu yang
bersamaan. Dengan mudah pelaku akan dapat memperkaya diri sendiri. Jenis-jenis
korupsi pun semakin beragam, mulai dari suap, curang, hingga gratifikasi .

1
Kamus Hukum, Fockema Andreae . (Bandung:Bina Cipta , 1983 ) Huruf c. Terjemahan Bina
Cipta.

2
B. Jenis-Jenis Korupsi Menurut Para Ahli
Korupsi dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Pada tingkat bawah ,
kualitas pelaku tergolong besar. Sementara itu, pada tingkat lebih atas melibatkan
kuantitas dana yang besar. Seperti yang dinyatakan oleh poerba (dalam
arsyad,2013:22), bahwa klsifikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terjadi
di masyarakat di bagi menjadi tiga , korupsi kelas bawah, kelas menengah, dan kelas
atas . berikut penjabaran dari ketiga klasifikasi tersebut.2
1. Kelas bawah merupakan KKN yang di lakukan secara kecil-kecilan, namun
dapat berdampak luas karena menyangkut ujung tombak dari pelaksanaan
birokrasi. KKN pada tingkat ini di lakukan untuk sekedar bertahan hidup,
biasanya di lakukan dengan mempersulit pelayanan yang seharusnya dapat di
lakukan dengan cepat dan mudah. Penyebab KKN semacam ini karena
minimnya gaji dan kurangnya sarana untuk melakukan fungsinya secara
wajar.
2. Kelas menengah merupakan KKN yang di lakukan oleh pegawai negri dan
birokrasi dengan menggunakan kekuasaan dan wewenangnya. KKN pada
tingkat ini tidak hanya di gunakan untuk sekdaar bertahan hidup, tetapi untuk
mempertahankan posisi dan menambah kekayaan.
3. Kelas atas merupakan KKN yang di lakukan oleh para penentu kebijakan,
yang dalam pelaksanaanya bekerja sama dengan para konglomerat atau para
pelaku bisnis multinasional.

Jenis –jenis korupsi yang cukup di kenal lanya adalah korupsi menurut choesnon
sebagaimana di kutip oleh alkostar (2008:74-75) choesnon juga membagi
perbuatan korupsi dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.3

2
Jawade Hafids Arsyad, Korupsi Dalam Prespektif HAN (Hukum Administrasi Negara),
(Jakarta: Sinar Grafika,2013),Hlm.22
3
Artidjo Alkotsar, Korupsi Politik Di Negara Moderen, (Yokyakarta : FH UII Press,
2008),Hlm.74-75.

3
1. Korupsi jenis halus, yaitu korupsi yang lazim disebut sebagai uang siluman,
uang jasa gelap, komisi gelap, pungutan liar, dan sebagainya.
2. Korupsi jenis kasar, yaitu korupsi yang masih dapat dijerat oleh hukum jika
kebetulan tertangkap basah.
3. Korupsi bersifat animistratif manipulatif, yaitu jenis korupsi yang lebih sukar
untuk diteliti. Seperti ongkos perjalanan dinas yang sebenarnya tidak
sepenuhnya di gunakan.

Berdasarkan tujuan seseorang melakukan korupsi, kumorotomo membedakan


korupsi menjadi dua, yaitu korupsi politis dan korupsi material. Berikut pemaparan
dua korupsi tersebut : 4

1. Korupsi politis, yaitu penyelewengan kekuasaan yang mengarah ke permainan


politis, nepotisme, klientelisme (sistem politik yang berdasarkan pada
hubungan pribadi dari pada manfaat pribadi), penyalahgunaan pemungutan
suara, dan sebagainya. Faktor pendorong korupsi ini adalah nilai-nilai
perbedaan yaitu merasa bahwa dirinya berbeda dari orang lain. Latar belakang
psikologis tersebut diantaranya.
a. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
b. Keinginan untuk dituakan (dihormati).
c. Keinginan dianggap sebagai pemimpin oleh banyak orang .
2. Korupsi material, yaitu korupsi berbentuk manipulasi, penyuapan,
penggelapan, dan sebagainya. Faktor pendorong korupsi jenis ini menyangkut
nilai-nilai kesejahtraan. Korupsi material lebih di dorong oleh keinginan
sebagai berikut.
a. Memperoleh kenyamanan hidup.
b. Memperoleh kekayaan materi.
c. Mendapat kemudahan dalam segala aspek

4
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, (Jakarta:Raja Grafindo,2008), Hlm.305-
306.

4
Sementara itu, Alatas sebagaimana di kutip Chaerudin, mengembangkan jenis
korupsi menjadi tujuh. Berikut rincian ketujuh jenis tersebut.5

1. Korupsi transaktif, yaitu jenis korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan


timbal balik antara pihan pemberi dan penerima, yang menguntungkan kedua
belah pihak.
2. Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang di paksakan kepada suatu pihak yang di
sertai ancaman, teror, dan penekanan terhadap kepentingan orang-orang yang
dekat dengan pelaku korupsi.
3. Korupsi insentif, yaitu korupsi yang di lakukan dengan cara memberikan
penawaran suatu jasa atau barang tertentu kepada pihak lain demi keuntungan
masa depan.
4. Korupsi nepotistik, yaitu jenis korupsi yang menyangkut penyalahgunaan
kekuasaan dan kewenangan untuk berbagai keuntungan bagi kepada keluarga
dekat.
5. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam, tentang
kebijakan publik yang harus di rahasiakan.
6. Korupsi suportif, yaitu korupsi yang di lakukan dengan cara memberikan
dukungan atau perlindungan.
7. Korupsi defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahan-
kan diri dari pemerasan. Pihak yang dirugikan terpaksa ikut terlibat didalamn-
nya atau membuat pihak tertentu terjebak atau bahkan menjadi korban
perbuatan korupsi.

5
Chaerudin Etal, Strategi Pencegahan & Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi,
(Bandung: Refika Aditama, Hlm.3.

5
C. Jenis-Jenis Korupsi Menurut Undang-Undang Tipikor
Undanng-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi menyebutkan dengan jelas jenis-jenis tindak pidana korupsi. Tindak pidana
korupsi di bagi menjadi tujuh jenis, yaitu :
1. Terkait Kerugian Keuangan Negara

Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
dipisahkan atau yang tdak dipisahkan, termasuk bagian kekayaan negara dan segala
hak dan kewajiban yang timbul karena hal berikut.

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat


lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah.
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat
lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sementara itu, undang-undang no 1 tahun 2004 tentang pembedaharaan


negara pasal 1 ayat 22 menyebutkan bahwa “kerugian negara atau daerah adalah
kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai.’’ Secara lebih jelasnya,
undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara mengemukakan
bahwa keuangan negara meliputi hal-hal berikut.

a. Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
b. Suatu uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.
c. Kekayaan negara atau daerah yang di kelola sendiri atau pihak lain
berupa uang, surat berharga, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perubahan negara atau daerah.

6
2. Terkait Kasus Suap-Menyuap

Istilah suap dalam kasus korupsi adalah uang sogok atau uang yang di berikan
kepada pihak lan untuk memperlancar tujuan tertentu. Masyarakat di indonesia
menyubut suap dengan istilah uang pelicin. Suap biasanya di berikan kepada pejabat
di lingkuangan birokrasi pemerintah yang memiliki peranan penting, para penegak
hukum, serta pejabat. Dalam sejarah budaya birokrasi di indonesia, pemerintah masih
menggunakan sistem kerajaan yang di manfaatkan oleh pemerintah kolonial belanda,
misalnya saja upeti. Suap bagaikan penyakit menular yang ganas dan mudah menjalar
ke berbagai sendi di kehidupan masyarakat. Fakta memperlihatkan bahwa sebagian
masyarakat melakukan suap dengan kondisi sadar dan tidak memperlihatkan aturan
tertentu tentang suap. Bahkan diantara mereka menganggap bahwa tidak ada masalah
yang tidak Dapat di selesaikan dengan suap, suap pun dianggap hal yang wajar dan
tidak menyalahi aturan.

3. Terkait Penggelapan Dana Jabatan

Dalam hal ini penggelapan yang di maksud adalah penyelewengan yang di


lakukan untuk menutupi atau membuat fakta menjadi tidak nyata. Perbuatan ini di
lakukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu. Adapun yang di
maksud penggelapan dalam jabatan adalah kasus penyelewengan atau korupsi yang
mengakibatkan kerugian keuangan negara yang berkedok pada kedudukan dan
jabatan. Penggelapan jabatan adalah penyalahgunaan wewenang karena jabatan atau
kedudukanya yakni yang bersangkutan melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan hak dan kewjibanya.6

6
Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah, (Yokyakarta: Laksbang Mediatama, 2009) Hlm.38-39.

7
4. Terkait Perbuatan Pemerasan

Istilah pemerasan sudah tidak asing bahkan populer di masyarakat. Tujuan


pemerasan sendiri adalah untuk memperkaya diri sendiri dengan merugikan orang
lain. Di indonesia, suatu perbuatan di golongkan sebagai tindak pidana pemerasan
sebagaimana di rumuskan dalam pasal 368 KUHP yang menyatakan bahwa
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasa untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun
menghapuskan piutang, di ancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.”

5. Terkait Melakukan Perbuatan Curang

Perbuatan curang identik dengan ketidakjujuran dan licik. Sikap ini dapat
membuat seseorang menjadi serakah, tamak, dan tidak memedulikan nasib orang lain.
Misalnya dalam proses produksi mie basah yang menggunakan bahan baku (tepung)
yang kadaluarsa atau dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak menyehatkan,
seperti boraks. Tentu saja kecurangan ini dilakukan untuk mendapat untung
sebanyak-banyaknya dengan model seminim mungkin. Kecurangan ini dapat terjadi
oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah faktor ekonomi yang dapat
mengakibatkan tindak pidana korupsi,

6. Terkait Benturan Kepentingan dalam pengadaan

Yang di maksud dengan benturan kepentingan dalam pengadaan adalah keikut


sertaan seseorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan sehingga
memengaruhi terjadinya kerugian negara.

8
7. Terkait Penerimaan Gratifikasi

Dindonesia, penerimaan hadiah (bonus) atau gratifikasi bukanlah hal yang baru.
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap pemberian hadiah (bonus) tersebut
merupakan kebiasaan atas atas kultur budaya indonesia. Hadiah inilah yang kemudian
berkebang dan mengancam kerugian negara. Perumusan masalah gratifikasi adalah
respon atas pegawai publik yang menerima hadiah atas pelayannya. Sementara itu,
gratifikasi yang di sebutkan dalam pasal 12B dan 12C undang –undang nomor 20
tahun 2001 adalah pemberian dalam arti luas, bukan hanya berbentuk uang,
rabat(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainya.7

Sesungguhnya, praktik gratifikasi atau pemberian hadiah di kalangan masya-


rakat tidak semua bersifat negatif, tetapi perlu di perhatikan adanya sebuah larangan
bagi pegawai negri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi. Untuk
membedakan antara hadiah dan gratifikasi dari sisi pelaku, ada sebagian orang
berpendapat bahwa jika pelaku memberikanya sebelum selesai proses perkara, hal itu
dinilai sebagai gratifikasi.8

Penyebab korupsi modernisasi menurut Huntingon dan akibat korupsi menurut


Gunnar Myrdal sebagai berikut :

1. Penyebab Korupsi Modernisasi

Menurut jawaban Huntingon penyebabnya adalah modernisasi.9Mengembang-


biakan korupsi dapat disingkat menjadi berikut ini :

a. Modernisasi membawa perubahan-perubahan pada nilai dasar atas masya-


rakat.

7
M.Nurul Irfan, Gratifikasi & Kriminalitas Seksual Dalam Hukum Pidana Islam, (jakarta:
Amzah, 2014),Hlm.9.
8
Iibid.,Hlm.27
9
Samuel P. Huntington,op.cit.,hlm.184.

9
b. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena modernisasi membuka
sumber kekayaan dan kekuasaan baru.
c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perbuhan yang di
akibatkanya dalam bidang kegiaatan sistem politik. Modernisasi terutama di
negara-negara yang memulai modernisasi lebih kemudian, memperbesar
kekuasaan pemerintah dan melipatgandakan kegiatan-kegiatan yang di atur
oleh peraturan-peraturan pemerintah.

2 . Akibat Korupsi

Gunnar Myrdal mengatakan bahwa korupsi itu tidak pernah membawa dampak
positif, seperti berikut:

a. Korupsi memantakan dan memperbesar masalah-masalh yang menyangkut


kurangnya hasrat untuk terjun di bidang usaha dan mengenai kurang
tumbuhnya pasaran nasional.
b. Korupsi mempertajam permasalahan masyarakat. Sedang bersamaan dengan
itu kesatuan negara bertambah lemah, juga karena turunya martabat
pemerintah, dan membahayakan stabilitas politik.
c. Korupsi mengakibatkan turunya disiplin. Uang suap itu tidak hanya dapat
memperlancar prosedur administrasi, tetapi biasanya juga berakibat adanya
kesengajaan untuk memeperlambat proses administrasi agar dengan demikian
dapat menerima uang suap.

10
F. Penutup
Jenis-jenis korupsi dibagi menjadi dua yaitu: (1) jenis-jenis korupsi menurut
para ahli Korupsi dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat, klasifikasi korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terjadi di masyarakat di bagi menjadi tiga, korupsi
kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Dan menurut pandangan Korupsi
menurut para ahli , seperti korupsi menurut Choesnon juga membagi perbuatan
korupsi dalam tiga jenis yaitu korupsi jenis halus, korupsi enis kasar, korupsi bersifat
animistratif manipulatif. Selanjutnya korupsi menurut Kumorotomo membedakan
korupsi menjadi dua, yaitu korupsi politis dan korupsi material. Dan terakhir menurut
Chaerudin mengembangkan jenis korupsi ada tujuh yaitu korupsi transaktif, korupsi
ekstorsif, korupsi insentif, korupsi nepotistik, korupsi otogenik, korupsi suportif,
defensif. (2) jenis-jenis korupsi menurut undang-undang tipikor, tindak pidana
korupsi dibagi menjadi tujuh jenis yaitu : (a) terkat kerugian keuangan negara, (b)
suap-menyuap, (c) penggelapan dalam jabatan, (d) perbuatan pemerasan,
(e)melakukan perbuatan curang, (f) benturan kepentingan dalam pengadaan, (g)
penerimaan gratifikasi.
Penyebab korupsi modernisasi menurut Hontingon adalah korupsi terdapat
dalam masyarakat yang sedang tumbuh, korupsi lebih umum dalam satu periode yang
satu dari yang lain. Bukti-bukti dari sana sini menunjukan bahwa luas perkembangan
korupsi berkaitan dengan modernisasi sosial dan ekonomi yang cepat. Selanjutnya
akibat korupsi menurut Gunnar Myrdal korupsi itu tidak pernah memebawa akibat
positif karena korupsi hanya memperbesar masalh masyarakat dan mengakibatkan
turunya disiplin sosial dan kesatuan negara yang bertambah lemah.
Sebagai warga negara harus mengetahui jenis-jenis korupsi, yang mengakibat-
kan banyaknya kerugian untuk negara ini. dan kita sebagai warga negara yang baik
harus menghindari yang namanya perbuatan korupsi karena itu semua akan
merugikan kita dan orang lain.

11
Daftar Pustaka

Adji, Oemar Seno. t.t. “Perkembangan Hukum Pidana dan Hukum Acara Sekara
dan Dimasa yang Akan Datang” , Jakarta: CV Pancuran Tujuh

Arsyad, Jawade Hafids.2013. “Korupsi Dalam Prespektif HAN (Hukum Administrasi


Negara)” , Jakarta: Sinar Grafika

Asshidiqie, Jimly.2009. “ Menuju Negara Hukum yang Demokratis”, Jakarta: Bhuana


Ilmu Populer

Atmasasmita, Romli. 2004. “ Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional Dan Aspek
Internasional “ , Bandung: Mandar Maju

Ali, Chidir.1979. “ Yurisprudensi Indonesia tentang Hukum Pidana Korupsi “,


Jakarta: Bina Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai