Anda di halaman 1dari 7

Nama : AURELIA PUTRI

NIM : 17/409691/PS/07320

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Bagaimana Indonesia sebagai negara kepulauan saat Indonesia merdeka?


Pada masa awal negara Indonesia baru merdeka, wilayah Indonesia hanya dibagi
atas 8 (delapan) propinsi saja. Yang menetapkan pembagian wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tahun
1945. Keadaan di masa lalu tentu berbeda dengan kondisi di saat ini sehingga delapan
provinsi sudah dirasa cukup pada masa itu. Provinsi Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Kalimantan, SulawesiPada awal kemerdekaan negara
Republik Indonesia, daerah papua belumlah menjadi wilayah negara Indonesia. Papua
sebelah barat baru dikuasai oleh oleh pemerintah Indonesia setelah melakukan
penyerangan senjata di tahun 1963. (Godam)

Pada 1939 dalam menentukan luas perairan Indonesia berpatokan pada


Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie (Staatblad tahun 1939 No.442).
Dalam ketentuan Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie (TZMKO) tahun
1939 ini memuat 4 kelompok mengenai perairan Indonesia.
Pertama, apa yang disebut dengan de Nederlandsch Indische territoriale zee
(Laut Teritorial Indonesia). Kedua, apa yang disebut dengan Het Nederlandsch-indische
Zeege bied, yaitu Perairan Teritorial Hindia Belanda, termasuk bagian laut territorial
yang terletak pada bagian sisi darat laut pantai, daerah liar dari telu-teluk, ceruk-ceruk
laut, muara-muara sungai dan terusan. Ketiga, apa yang dinamakan de Nederlandsch-
Indische Binnen Landsche wateren yaitu semua perairan yang terletak pada sisi darat
laut territorial Indonesia termasuk sungai-sungai, terusan-terusan dan danau-danau, dan
rawa-rawa Indoneasia. Keempat, apa yang dinamakan dengan de Nederlandsch-Indische
Wateren , yaitu laut territorial termasuk perairan pedalaman Indonesia. (Nostalgi, 2017)

TZMKO Belanda Devide et Impera mengatakan batas wilayah berjarak 3 mil


yang diukur dari garis dasar yang telah membentuk garis rendah dari setiap pulau.
Geografi Negara Indonesia adalah Negara tersebar di asean yang bercirikan kepulauan
letaknya dilalui garis khatulistiwa dengan batas-batas.
Utara : + 60 Lintang Utara
Selatan : + 110 Lintang Selatan
Barat : + 950 Bujur Timur
Timur : + 1410 Bujur Timur
(S, 2012)

Dengan demikian, Tata kelautan menurut Ordonansi 1939 mengikuti asas pulau
demi pulau. Asas ini membentuk Indonesia menjadi pulau-pulau yang masing-masing
dibatasi oleh laut wilayahnya selebar 3 mil diukur dari pantai pada waktu surut. Dengan
demikian, jika jarak antara pulau dengan pulau lebih dari 6 mil, maka di luar laut-laut
wilayah itu akan terdapat jalur laut bebas dan di atasnya jalur udara bebas. Jalur bebas ini,
termasuk kekayaan alamnya, dapat dimanfaatkan secara bebas pula oleh negara mana
pun. Asas tersebut sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang berlaku sampai 1951.
(Effendy, 2010)

2. Deklarasi Juanda

Rumusan Deklarasi Djuanda dibuat pada masa pemerintahan Kabinet Djuanda


yang ditetapkan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia,
Djuanda Kartawidjaja. Rumusan tersebut sebagai pernyataan kepada dunia tentang batas
wilayah perairan nasional di Indonesia untuk menggantikan batas perairan yang
ditetapkan Hindia Belanda yaitu hanya 3 mil yang dihitung dari garis pantai, di saat air
laut sedang surut.Ketentuan batas perairan pada zaman kolonial Belanda itu
mengakibatkan wilayah Indonesia banyak terdapat wilayah laut bebas di antara pulau-
pulau di Indonesia. Menurut ketentuan pelayaran internasional jika di luar 3 mil laut itu
maka Indonesia tidak memiliki kedaulatan, sehingga siapa saja dapat memasuki daerah
laut bebas itu. Hal ini sangat mengancam kedaulatan negara dan dapat mengganggu
stabilitas keamanan dan kesatuan negara.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak


tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
bulat
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara
Kepulauan
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI

Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM Juanda


pada tanggal 13 Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan
Deklarasi djuanda, yang isinya :
Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik garis-garis
pangkal lurus yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis pangkal lurus
termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala
kekayaan didalamnya.
Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago watwrs) dijamin
tidak merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.

Deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam
konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of
The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor
17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara
kepulauan. (Knowledge Is Free, 2015)

3. UNCLOS
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), merupakan
perjanjian hukum laut yang dihasilkan dari konferensi PBB yang berlangsung dari tahun
1973 sampai dengan tahun 1982. UNCLOS sendiri sebelumnya sudah dilaksanakan sejak
tahun 1958 yang kemudian dirasa perlu adanya penyempurnaan hingga akhirnya
dilaksanakanlah UNCLOS 1982 yang sudah diakui oleh lebih dari 150 negara termasuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Isi dari Deklarasi Djuanda yang kemudian disisipkan dalam rangka menghadiri
UNCLOS pertama yang diadakan di Jenewa pada tahun 1958. Namun karena
banyaknya kepentingan dari Negara- Negara peserta UNCLOS, konferensi tersebut
akhirnya gagal menentukan lebar laut territorial dan konsepsi Negara kepulauan yang
diajukan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan UNCLOS kedua yang sama- sama
mengalami kegagalan dalam penetapan lebar laut territorial dan Negara kepulauan.
Akhirnya pada UNCLOS ketiga yang berlangsung pada tahun 1973 sampai
dengan 1982 , ditetapkan beberapa kesepakatan diantaranya yaitu ditetapkannya
Indonesia sebagai Negara Kepulauan, selain itu dinyatakan bahwa Negara pantai
seperti Indonesia berhak atas Laut Teritorial sejauh 12 mil laut, Zona Tambahan
sejauh 24 mil laut, Zona Ekonomi Ekslusif sejauh 200 mil laut dan landas kontinen
sejauh 350 mil atau lebih yang lebar masing- masing zona tersebut diukur dari
referensi yang disebut garis pangkal. Laut territorial sendiri yaitu suatu kedaulatan
yang diberikan kepada Negara pantai termasuk ruang udara, dasar laut dan tanah
dibawahnya. Sedangkan yang dimaksud Zona Tambahan yaitu zona yang lebarnya tidak
melebihi 24 mil yang diukur dari garis pangkal dimana lebar laut territorial diukur. Zona
Ekonomi Ekslusif yaitu zona yang luasnya 200 mil dari garis pantai, dimana dalam zona
tersebut sebuah Negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam didalamnya, berhak
menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang diatasnya, ataupun
melakukan penanaman kabel atau pipa.
Sehubungan dengan diakuinya Indonesia sebagai Negara Kepulauan, maka secara
otomatis sesuai ketentuan diatas, maka wilayah perairan Indonesia yang tadinya
merupakan bagian dari laut lepas kini menjadi wilayah kedaulatan wilayah perairan
Indonesia. Artinya kedaulatan Indonesia atas wilayah perairannya semakin luas
dibandingkan sebelum diadakannya UNCLOS. Indonesia memiliki pulau sebanyak
17.480 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 Km, sehingga secara geografis Indonesia
merupakana Negara maritime, yang memiliki luas total wilayah 7,9 juta Kilometer
persegi, yang terdiri atas 1,9 juta kilometer persegi daratan dan 5,8 juta kilometer persegi
lautan.

Bukan hanya semakin luas wilayah perairan Indonesia saja, dampak positif
lainnya dari status Negara kepulauan yang dimiliki Indonesia, yaitu Indonesia berada
pada posisi yang strategis bagi kegitan ekonomi, social dan budaya, karena
sebagaimana diketahui Indonesia berada digaris khatulistiwa, berada diantara dua
benua yaitu benua asia dan benua Australia, berada diantara dua samudera yaitu
samudera pasifik dan samudera india, serta Negara yang menjadi perlintasan
kapal- kapal asing yang melakukan aktifitas- aktifitas perekonomian.

Selanjutnya yaitu dengan adanya UNCLOS yang kemudian diratifikasi kedalam


peraturan perundang- undangan nasional membuat adanya kejelasan batas wilayah dari
Negara Indonesia, sehingga dapat dijadikan alat legitimasi dalam menjalin hubungan
berbangsa dan bernegara. Kejelasan batas- batas perairan suatu Negara yang berbatasan
pun akan dapat membantu memperjelas fungsi pertahanan Negara, yaitu menjaga
kemungkinan adanya penyerangan atau penyusup dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Karena dengan meratifikasi UNCLOS secara tidak langsung hal ini
merupakan cara untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia mengingat Negara
Indonesia memeiliki wilayah perairan yang sangat luas.

Selain dampak positif dari UNCLOS, ternyata ada kelemahan yang dirasakan oleh
Negara Indonesia, sangat rawan untuk mengalami konflik dengan Negara tetangga, baik
yang berbatasan langsung dengan Negara Indonesia, maupun dengan Negara yang
memang mempunyai kepentingan tertentu terhadap Negara Indonesia.

Negara-negara tetangga akan mengklaim suatu wilayah laut yang pada mulanya
diklaim oleh Indonesia sebagai wilayah kekuasaanya, hal ini terjadi karena Negara yang
berbatasan langsung dengan Negara indonesia tersebut juga berusaha memperluas
wilayah lautnya dengan pengukuran garis batas sebagaimana yang ditentukan di dalam
UNCLOS . Selain itu konflik dapat saja terjadi ketika Indonesia sudah mengesahkan
UNCLOS , kemudian didasarkan pengaturan wilayah laut berdasarkan UNCLOS
tersebut, namun di lain pihak Negara tetangga dalam mengklaim suatu wilayah laut
malah tidak tunduk atau tidak didasarkan kepada UNCLOS akan tetapi hanya dilakukan
secara sepihak, seperti halnya contoh konflik yang terjadi antara Indonesia dengan
Malaysia terkait kasus perebutan Sipadan dan Ligitan, maupun masalah blok Ambalat.

Jika pemerintah tidak serius dalam menjaga kedaulatan lautnya, maka yang terjadi
adalah seperti beberapa kasus seperti Pulau Sipadan dan Ligitan, maupun pulau Ambalat
yang saat ini sudah berada dikedaulatan pemerintah Malaysia. Pada kasus Sipadan dan
ligitan , pemerintah Indonesia awalnya tidak memasukan kedua pulau tersebut kedalam
peta wilayah lautnya, berbeda dengan Malaysia, ketika pulau tersebut masih dalam status
quo, mereka sudah membangun resort meskipun kedua pulau tersebut memang tertera
berada dalam peta wilayah laut Indonesia. Mereka beranggapan bahwa meskipun kedua
pulau tersebut masih sengketa, namun berada pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif
sehingga dianggap berhak atas kekayaan dan sumber daya atas pulau tersebut.
(Kusdinard, 2015)
Woted
Effendy, L. (2010, Juni 05). Retrieved Oktober 10, 2017, from Ordonansi Tahun 1939 :
http://fiaeffendy.blogspot.co.id/2010/06/ordonansi-tahun-1939.html

Godam. (n.d.). WWW.ORGANISASI.ORG. Retrieved 10 10, 2017, from Daftar 8 Provinsi di


Indonesia pada Awal Kemerdekaan Tahun 1945 : http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-8-
provinsi-di-indonesia-pada-awal-kemerdekaan-tahun-1945.html#.WeMcMTWLl0s

Knowledge Is Free. (2015, Mei 13). Retrieved Oktober 10, 2017, from SEJARAH DEKLARASI
DJUANDA: http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-deklarasi-djuanda.html

Kusdinard, D. (2015, April 20). UNCLOS dan Implikasinya terhadap Negara Republik
Indonesia. Retrieved Oktober 10, 2017, from http://www.kusdinard.id/2014/02/konvensi-
internasional-tentang-hukum.html

Nostalgi, P. (2017, April 6). kumparan. Retrieved Oktober 10, 2017, from Territoriale Zee en
Marietieme Kringen Ordonantie (TZMKO) Masa Hindia Belanda:
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/territoriale-zee-en-marietieme-kringen-ordonantie-
tzmko-masa-hindia-belanda

S, S. L. (2012, Maret). Retrieved Oktober 10, 2017, from TZMKO :


http://deskrips.blogspot.co.id/2015/03/tzmko.html

Anda mungkin juga menyukai