Anda di halaman 1dari 21

Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......

(Jamilus)

ANALISIS FUNGSI DAN MANFAAT WTO BAGI NEGARA


BERKEMBANG (KHUSUSNYA INDONESIA)
(Analysis Of The Function And Benefits Of WTO
For Developing Countries (Especially Indonesia))

Jamilus
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-5, Kuningan, Jakarta Selatan
jamilusbphn@ymail.com, HP: 081318197365

Tulisan Diterima: 26 Mei 2017; Direvisi: 3 Juli 2017


Disetujui Diterbitkan: 13 Juli 2017

Abstrak
Globalisasi memberikan dampak berupa perubahan pada pasar internasional, salah satunya
adalah liberalisasi perdagangan, yang dipandang sebagai suatu upaya untuk meningkatkan daya
saing ekonomi.hal ini menjadi polemik bagi Negara berkembang seperti Indonesia yang memang
mengharuskan untuk memproteksi liberalisasi perdagangan dunia tersebut untuk menjaga
kelangsungan produksi lokal sebagai Implikasi keikutsertaan Indonesia dalam organisasi GATT/
WTO. Tulisan ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang fungsi dan manfaat WTO bagi
negara berkembang khususnya Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
hukum normatif, data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif. Hasilnya adalah, ada
3 Fungsi WTO bagi negara berkembang, Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan (aturan)
multilateral yang mengatur tindak tanduk perdagangan; Kedua, sebagai suatu forum (wadah)
perundingan perdagangan. Ketiga sebagai suatu “pengadilan” internasional. Dan Manfaat
WTO bagi Negara berkembang adalah dapat meningkatkan kinerja, khususnya bagi Indonesia
dapat menjamin terciptanya lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dunia. Sementara itu terdapat hambatan, antara lain
kurangnya komitmen pemerintah dalam meningkatkan dunia usaha akibat mengalami masalah
dalam pembangunan, ditambah dengan kurangnya kesiapan sumber daya manusia, baik pengusaha,
kalangan professional, maupun pejabat pemerintah. Untuk itu, perlu harmonisasi dan sinkronisasi
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional
Kata Kunci: Fungsi dan Manfaat WTO, Negara Berkembang

Abstract
Globalization has had an impact on changes in the international market, one of which is trade
liberalization, which is seen as an attempt to increase economic competitiveness. This has become
a polemic for developing countries such as Indonesia which necessitate protecting the liberalization
of world trade to maintain the viability of local production as Implications of Indonesia’s participation
in GATT / WTO organization. This paper aims to get a picture of the functions and benefits of WTO for
developing countries, especially Indonesia. The research method used is normative legal research,
the data obtained in qualitative descriptive analysis. The result is that there are 3 WTO functions
for developing countries, Firstly, as a set of multilateral rules governing trade acts; Second, as a
forum (container) of trade negotiations. Third as an international “court”. And the benefits of WTO

205
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

for developing countries is to improve performance, especially for Indonesia to ensure the creation
of jobs, increase production and trade and optimize the utilization of world resources. Meanwhile,
there are obstacles, such as the lack of government commitment in improving the business world
due to problems in development, coupled with the lack of preparedness of human resources, both
businessmen, professionals, and government officials. Therefore, it is necessary to harmonize and
synchronize the laws and regulations, both national and international with the priority of national
interests
Keywords: functionality and Benefits of the WTO, developing countries

PENDAHULUAN yang menjadi pilar-pilar World Trade


Organization (WTO). Dengan liberlisasi
Latar Belakang perdagangan yang digulirkan melalui aturan
Dalam konsep perdagangan WTO mau tidak mau mendorong negara-
internasional, salah satu sumber hukum yang negra anggotanya mengikuti aturan WTO.
sangat penting adalah ketentuan-ketentuan Liberalisasi perdagangan yang
GATT/General Agreement on Tarriff and diprakarsai melalui aturan WTO menuntun
Trade (Persetujuan Umum Tentang Tarif negara-negara anggota WTO membuka
Dan Perdagangan) yang dalam perjalannya pasarnya ke negara anggota lainnya. Hampir
melahirkan WTO/World Trade Organization tidak ada lagi hambatan masuk pasar bagi
(Organisasi Perdagangan Dunia). GATT negara-negara anggota WTO, penetapan
dibentuk melalui kesepakatan 23 Negara tarif sebagai alat memproteksi produk asing
pada Oktober 1947. Lahirnya WTO pada untuk masuk ke pasar domestik perlahan-
Tahun 1994 menjadikan GATT sebagai salah lahan sudah ditinggalkan, sehingga negara-
satu lampiran WTO sehingga secara otomatis negara yang menjadi anggota WTO mau
Negara-negara anggota WTO juga terikat tidak mau baik secara langsung maupun
dengan ketantuan-ketentuan WTO sehingga tidak langsung menganut ekonomi pasar,
disebut sebagai anggota GATT/WTO. Selain yaitu adanya desentralisasi keputusan yang
mengenai tarif dan perdagangan GATT juga diberikan kepada pelaku usaha berkaitan
menjadi aturan umum bagi ketentuan yang dengan jumlah dan bagaimana proses suatu
berkaitan dengan Perjanjian mengenai Jasa produksi sehingga pelaku usaha diberi
(GATS), Penanaman Modal (TRIMs) dan ruang gerak yang bebas untuk mengambil
perjanjian mengenai Hak Atas Kekayaan keputusan mengenai kegiatan usahanya.2
Intelekual (TRIPS).1 Pada dasarnya negara maju adalah
Pada prinsipnya World Trade pihak yang paling diuntungkan dalam
Organization (WTO) merupakan suatu liberalisasi perdagangan sebab negara maju
sarana untuk mendorong terjadinya suatu memiliki keunggulan dalam berbagai hal yang
perdagangan bebas yang tertib dan adil di tidak dimiliki oleh negara berkembang seperti
dunia ini. Dalam menjalankan tugasnya, kestabilanperekonomian,teknologiyangtinggi,
untuk mendorong terciptanya perdagangan industri yang produktif, dan lain sebagainya.
bebas tersebut, World Trade Organization Sangat jelas, bahwa negara berkembang
(WTO) memberlakukan beberapa prinsip adalah pihak yang lemah dalam liberalisasi

1. Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 97
2. Jur Udin silalahi dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perlindungan Industri Dalam Negeri (UU Nomor 5
Tahun 1984 tentang Perindustrian), Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM RI,
Jakarta, 2011, hlm 1

206
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

perdagangan ini. Negara maju umumnya bersaing dengan produk asing. Produk
memiliki kepiawaian dalam menerapkan cara- asing secara perlahan menjadi raja
cara sehingga negara berkembang terikat sedangkan produk nasional akan menjadi
dengan sistem perdagangan bebas. Cara budak. Bagi negara yang sudah siap
yang sering digunakan antara lain adalah menghadapinya, perdagangan bebas
dengan permintaan pengurangan tarif impor bisa menjadi sebuah keuntungan karena
bea masuk atas produk dan jasa dari negara produknya bisa mendapatkan pasar baru
maju di negara berkembang.3 tanpa sekat batas negara, namun tidak
Negara-negara industri tanpa hambatan demikian dengan negara yang belum siap.
berarti akan lebih mudah menjual barang dan Secara kasat mata berlakunya perdagangan
jasanya ke negara berkembang. Oleh karena bebas bisa jadi akan menimbulkan beban
itu, dalam waktu yang bersamaan, globalisasi bagi sektor industri dalam negeri.
akan melahirkan pengelompokan masyarakat Saat ini produk-produk asing mudah
dan negara ke dalam kelas baru berdasarkan sekali kita temukan di berbagai pusat
kemampuan ekonomi termasuk di Indonesia. perbelanjaan. Dari mulai buah, barang
Oleh karena itu, dalam memasuki era elektronik, makanan sampai dengan tekstil,
perdagangan bebas ini, Indonesia sudah bahkan batik pun sudah ada yang impor
harus memiliki persiapan yang mantap dari China. Serbuan produk tekstil impor
untuk menghadapi pengaruh yang timbul asal China ke pasar dalam negeri
pada perekonomian dan atau perdagangan tampaknya semakin tak terbendung,
Indonesia dalam semua aspek, termasuk di apalagi sejak berlakunya perjanjian
dalamnya aspek hukum, khususnya hukum perdagangan bebas China-ASEAN Free
ekonomi sebagai pranata hukum yang Trade Area (ACFTA). Bahkan produk tekstil
berisikan kebijakan untuk mengarahkan impor dari China semakin ramai ragamnya.
kegiatan ekonomi ke suatu arah tertentu.4 Batik, yang merupakan ciri khas produk
Kebijakan penerapan perdagangan nasional asli Indonesia pun mereka pasok
bebas di Indonesia memang akan dalam partai besar dan dengan harga
menimbulkan dilema tersendiri. Pada satu yang murah. Produk-produk nasional yang
sisi produk nasional dalam negeri masih kalah bersaing dengan produk-produk
belum siap tetapi pasar internasional asing secara perlahan akan menghilang di
telah menuntut kondisi tersebut. Kondisi pasaran.
ini semakin diperparah dengan kurangnya Realita semakin meredupnya produk
rasa nasionalisme dan cinta tanah air. nasional merupakan fenomena yang
Rendahnya rasa cinta tanah air dan seharusnya segera ditanggapai dengan
nasionalisme ini akan berdampak pada tepat oleh pemerintah. Pemerintah
kesadaran menggunakan produk nasional, seharusnya dapat menerapkan berbagai
sebab pada dasarnya era perdagangan produk hukum maupun kebijakan dengan
bebas adalah merupakan persaingan mengutamakan eksistensi produk nasional
antara produk nasional dengan produk di tengah himpitan produk asing. Pemerintah
asing. Beberapa produk nasional bahkan sebagai pihak yang memiliki otorisasi
harus gulung tikar sebab tidak mampu kebijakan perdagangan bebas, seharusnya

3. Mamnum Laida, Dampak Liberalisasi Perdagangan bagi Pelaku Bisnis Indonesia, http://www.baubaupos. com/
page.php?kat=10&id_berita=1104, diakses tanggal 6 MEI 2017).
4. Bismar Nasutin, Hukum kegiatan Ekonomi, Books Terrace & Library, Bandung, 2009, hlm 3

207
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

menetapkan kebijakan yang dapat pendapat para ahli hukum dengan ditunjang
memproteksi keberadaan industri produk pula oleh pendapat ahli ekonomi, politik,
nasional, sebab keberadaan produk asing dan sosial yang bertujuan untuk mencari dan
sebenarnya akan menimbulkan produk mendapatkan jawaban dari pokok masalah.
nasional terganggu. Arah kebijakan Metode pendekatan yang dipergunakan
produk tersebut merupakan substansi adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian
bagi pemerintah untuk mendukung yang menekankan pada data sekunder yakni
eksistensi dan peningkatan produk nasional. dengan mempelajari dan mengkaji asas-asas
Penggunaan produk nasional semestinya hukum dan kaedah-kaedah hukum positif
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan
yang ada dalam peraturan perundang-
Rumusan Masalah
undangan serta ketentuan-ketentuan hukum
Berdasarkan uraian latar belakang Internasional. Data sekunder dan data primer
di atas, rmasalah yang di angkat dalam yang bersifat deskriptif di analitis dengan
penelitian ini adalah: Apa fungsi dan manfaat pendekatan yuridis dan normatif, maka
WTO bagi Negara Berkembang Khususnya analisis data dilakukan secara kualitatif
Indonesia? serta apa saja hambatannya . melalui metode penafsiran.
Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
Tulisan ini bertujuan untuk mendapat
gambaran dan menganalisis fungsi dan Dasar pemikiran penerapan globalisasi
manfaat WTO bagi negara berkembang perdagangan ini dilandasi oleh konsep
khususnya Indonesia, dan untuk mengetahui pemikiran Adam Smith,5yaitu perdagangan
hambatan dalam pelaksanaannya. melalui spesialisasi (keunggulan komperatif),
Metode Penelitian dikembangkan oleh David Ricardo,6 bahwa
negara akan tetap memperoleh keuntungan
Penelitian ini merupakan penelitian yang
(gain from trade) apabila memusatkan
bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian
kegiatan dengan cost relatif lebih rendah
yang menggambarkan dan menguraikan
daripada kegiatan alternatif lainnya di negara
keadaan ataupun fakta yang ada tentang
itu, walaupun negara mitranya mempunyai
Analisis Fungsi Dan Manfaat WTO Bagi
absolute adventage di semua bidang.
Negara Berkembang (Khususnya Indonesia).
Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan
Dari data yang diperoleh dianalisis dengan
intern akan produk lainnya, negara yang
bertitik tolak dari peraturan perundang-
bersangkutan dapat mengimpor. Pandangan
undangan, teori-teori yang ada, dan
yang menunjang globalisasi perdagangan

5. Adam Smith,The Wealth of Nations, Harvard University Press, Ed. Edward, Boston, 1989, p.121. Pemikiran yang
diterbitkan tahun 1776 tersebut merupakan terebosan intelektual yang merombak logika dan sistematika pola pikir
merkantilisme dan membuka halaman baru dalam pola pikir ekonomi terkait dengan keberhasilan ekonomi suatu
negara melalui spesialisasi dalam perdagangan dengan cara pemusatan pada bidang keunggulan absolute atau
absolute adventage yang dimilikinya. Suatu negara akan berhasil dalam perdagangan apabila mengkhususkan diri
pada produksi dan ekspor, dengan cost yang lebih rendah dari pada negara mitra dagangnya.
6. David Ricardo, Principles of Political Economy and Taxation 1817, Harvard University Press, Boston, 1987,
p. 101 David Ricardo dalam karyanya yang terbit tahun 1817, merupakan suatu terobosan besar. Pemikiran ini
memungkinkan semua pihak melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan dengan memusatkan pada
kegiatan dimana mereka mempunyai comperative adventage atau keunggulan komporatif. Menurutnya suatu negara
akan tetap memperoleh keuntungan (gain from trade) apabila memusatkan kegiatan dengan cost relatif lebih rendah
daripada kegiatan alternatif lainnya di negara itu, walaupun negara mitranya mempunyai absolute adventage di
semua bidang. Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan intern akan produk lainnya, negara yang bersangkutan
dapat mengimpor.

208
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

tersebut diakui Paul Smeul pemenang dibebaskan dari rintangan-rintangan yang


hadiah Nobel di bidang ekonomi bahwa teori mengganggu (liberalisasi perdagangan).
keunggulan komperatif adalah “…the most Dan aturan atau praktik perdagangan
beautiful idea in economics7. demikian itu menjadi jelas (predictable), baik
Adapun tujuan dari persetujuan GATT melalui pembukaan pasar nasional maupun
adalah untuk menciptakan suatu iklim dalam melalui penegakan dan penyebarluasan
perdagangan internasional yang aman dan pemberlakuan peraturannya. Ketiga adalah
jelas bagi masyarakat bisnis serta untuk sebagai suatu “pengadilan” internasional
menciptakan liberalisasi perdagangan dimana para anggotanya menyelesaikan
yang berkelanjutan didalam penanaman sengketadagangnyadengananggota-anggota
modal, lapangan kerja, dan penciptaan iklim GATT lainnya. Hal ini disebutkan pula dalam
perdagangan yang sehat8.Dengan tujuan penjelasan latar belakang UU Pengesahan
demikian, sistem perdagangan internasional WTO, bahwa GATT berfungsi sebagai forum
yang diupayakan GATT adalah sistem yang konsultasi negara-negara anggota dalam
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi membahas dan menyelesaikan masalah-
dan pembangunan diseluruh dunia.9 masalah yang timbul di bidang perdagangan
internasional, GATT juga berfungsi sebagai
Tujuan utama GATT tersebut dapat
forum penyelesaian sengketa di bidang
tampak dengan jelas pada preambule-nya.
perdagangan antara negara-negara
Pada pokoknya ada empat tujuan penting
peserta. GATT juga merupakan forum untuk
yang hendak dicapai GATT:10
mengajukan keberatan dari suatu negara
a. meningkatkan taraf hidup umat manusia;
yang merasa dirugikan atau mendapat
b. meningkatkan kesempatan kerja ;
perlakuan yang tidak adil dari negara peserta
c. meningkatkan pemanfaatan kekayaan yang lain di bidang perdagangan. Prinsipnya,
alam dunia; masalah-masalah yang timbul diselesaikan
d. meningkatkan produksi dan tukar- secara bilateral antara negara-negara yang
menukar barang; terlibat dalam persengketaan dagang melalui
Kemudian, ada tiga fungsi utama GATT konsultasi dan konsiliasi, serta hasilnya
dalam mencapai tujuannya.11 Pertama, dibertahukan kepada GATT.
sebagai suatu perangkat ketentuan (aturan) WTO yang pada kenyataannya
multilateral yang mengatur tindak tanduk merupakan kelanjutan dan pengembangan
perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah dari GATT yang memiliki tujuan utama yakni
dengan memberikan suatu perangkat menciptakan persaingan sehat dibidang
ketentuan perdagangan (the rules of the perdagangan internasional bagi para
road for trade). Kedua, sebagai suatu forum anggotanya. Sedangkan secara filosofis
(wadah) perundingan perdagangan. Di sini tujuan WTO adalah untuk meningkatkan taraf
diupayakan agar praktik perdagangan dapat hidup dan pendapatan, menjamin terciptanya

7. Robert Gilpin, The Political Economy of Internasional Relations (Princeton University Press, 1987), hlm.172-4
8. Christhophorus Barutu, Seni Bersengketa di WTO (selanjutnya disebut Buku II) (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2015), hlm. 1.
9. Oliver Lang, Law and limitation in the GATT multilateral trade system, (dalam) Christhophorus Barutu, Seni
Bersengketa di WTO (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2015), hlm. 4.
10. Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (selanjutnya disebut buku III)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 98.
11. Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum dalam PerdaganganInternasional (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994), hlm. 4.

209
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi Melalui fungsinya ini memang dapat


dan perdagangan, serta mengoptimalkan dikatakan cukup jelas karena memiliki fungsi
pemanfaatan suber daya dunia.12 WTO untuk mengatur kebijakan perdagangan
yang merupakan kelanjutan dari GATT, pada dunia. Hal ini bertujuan untuk memajukan
dasarnya memiliki prinsip-prinsip dan tujuan negara-negara yang berkembang dalam
yang sama dalam menciptakan ketertiban perdagangan agar menjadikan perekonomian
dalam perdagangan internasional.13 Tujuan di negara tersebut menjadi lebih baik dan
dari WTO adalah untuk membantu produsen lebih berkembang. Keuntungan ketika
barang dan jasa, eksportir, dan importir dalam bergabung bersama W.T.O ini memang
melakukan kegiatannya.14Tujuan dari WTO akan menjamin perekonomian negara-
pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan negara anggota. Tetapi kerugiannya adalah
tujuan GATT 1947 sebagai pendahulunya. terkadang kebijakan suatu negara tidak bisa
Setelah dibentuknya WTO, tujuan GATT 1947 dibuat tanpa mempertimbangkan organisasi
tersebut juga dicantumkan dalam bagian tersebut.
pembukaan (konsideran) persetujuan WTO.15 Organisasi yang baik tentunya akan
Maka, oleh Van den Bossche dikatakan membuatkebijakanyangakanmenguntungkan
bahwa tujuan akhir dari WTO adalah sebagai semua anggota tetapi terkadang dengan
berikut:16 kemampuan negara yang berbeda-beda
a. Meningkatkan standar hidup. ini tentu saja akan menimbulkan masalah
b. Pencapaian keadaan full employment baru lagi. Apalagi jika perekonomian negara
(tidak ada pengangguran). tertentu sedang terpuruk dan membutuhkan
c. Pertumbuhan pendapatan nyata dan bantuan dari negara lain. Biasanya karena
permintaan yang efektif. masih satu organisasi akan membantu negara
d. Pelunasan produksi dan perdagangan yang sedang kesulitan ekonomi.
barang-barang dan jasa-jasa. 1. Pokok - Pokok Aturan WTO Serta
W.T.O ini memiliki beberapa fungsi Implikasinya
seperti mendukung pengaturan, pelaksanaan  General Agreement on Tariffs and
serta penyelenggaraan persetujuan yang Trade (GATT 1994/WTO)
sudah dicapai untuk mewujudkan sasaran dari Aturan dalam GATT 1994 merupakan
kerjasama tersebut. W.T.O sebagai tempat revisi atau penyempurnaan dari
perundingan negara-negara anggota tentang GATT 1947, merupakan Lampiran
perjanjian yang sudah dicapai, mengatur WTO yang mengandung berbagai
pelaksanaan perjanjian ketika mengalami prinsip dan ketentuan dasar yang
perselisihan sengketa perdagangan dan mempunyai implikasi bisnis antara
yang terakhir adalah menciptakan kerangka lain:
kebijakan ekonomi global bersama dengan
IMF dan World Bank.

12. WTO dan Sistem Perdagangan Dunia”, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, http:/ /www.dprin.go.id/ind/
publikasi/djkipi/wto.htm, diakses 21Juni 2017
13. Christhophorus Barutu (Buku II), Op. Cit., hlm. 6
14. Ibid
15. "Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization”, World Trade Organization, https://www.wto.org/
english/res_e/booksp_e/analytic_index_e/wto_agree_01_e.htm, diakses pada17 Juni 2017
16. Peter Van den Bossche, Op. Cit., hlm. 86.

210
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

 Prinsip MFN (Most Favoured dalam negeri (produk yang sama)


Nations Treatment) dengan tujuan untuk melakukan
Prinsip ini diatur dalam Artikel proteksi. Jenis-jenis tindakan yang
1 WTO YANG merupakan prinsip dilarang berdasarkan ketentuan ini
utama dari semua pelaksanaan antara lain, pungutan dalam negeri,
persetujuan dan komitmen WTO. undang-undang, peraturan dan
Berdasarkan prinsip ini semua persyaratan yang mempengaruhi
komitmen yang dibuat atau penjualan, penawaran penjualan,
ditandatangani dalam rangka pembelian, transportasi, distribusi
WTO harus diperlakukan secara atau penggunaan produk,
sama kepada negara-negara lain pengaturan tentang jumlah
(aSas non diskriminasi) tanpa yang mensyaratkan campuran,
syarat. Dengan demikian setiap pemrosesan atau penggunaan
keuntungan, kemudahan, privilege produk-produk dalam negeri.
yang diberikan suatu negara  Cinematograh Films (Artikel IV)
anggota kepada anggota lainnya.
Ketentuan ini mengatur
Misalnya suatu negara tidak
tentang peredaran dan pemutaran
diperkenankan untuk menerapkan
film bioskop. Menurut ketentuan
tingkat tarif yang berbeda kepada
ini, apabila suatu negara
suatu negara dibandingkan
memberlakukan suatu ketentuan
dengan negara lainnya.Dengan
yang bersifat membatasi jumlah
demikian semua tarif yang
(quantitantive regulation) film yang
dinegosiasikan dalam rangka WTO
dipertunjukan, maka tindakan
harus diberlakukan secara non
pembatasan jumlah tersebut harus
diskriminasi.Pengecualian terhadap
dilakukan dalam bentuk “screen
prinsip ini adalah tindakan anti-
quota”. Artinya bahwa pembatasan
dumping, subsidi dan pelaksanaan
tidak dapat diterapkan terhadap
preferensi tarif.(Artikel 1 part1)
produk film itu sendiri (seperti
 Konsesi Tariff (Artikel II GATT) halnya dengan quota tekstil) tetapi
Ketentuan ini mensyaratkan harus dalam bentuk “penyiaran”
bahwa setiap negara yang menjadi atau “penayangan” dalam suatu
anggota GATT atau WTO harus periode tertentu yang dihitung atas
memiliki daftar produk yang tingkat dasar berapa kali permutaran film
bea masuk atau tarifnya telah diikat tersebut.
(legally bound). Pengikatan atas tarif  Anti-dumping and Countervailing
ini dimaksudkan untuk menciptakan Duties (Artikel VI)
“prediktabilitas” dalam urusan bisnis
Ketentuan ini memperbolehkan
perdagangan ekspor. Artinya suatu
suatu negara untuk mengenakan
negara anggota tidak semena-mena
bea masuk anti dumping atas
untuk merubah rubah tingkat tarif
suatu produk yang masuk ke suatu
bea masuk.
pasar negara tertentu karena
 National Treatment (Artikel III) mengandung unsur dumping (unfair)
Inti pokok dari artikel ini dan mengakibatkan kerugian
adalah bahwa suatu negara materiil atau mengancam akan
tidak diperkenankan untuk menimbulkan kerugian terhadap
memperlakukan secara diskriminasi produsen dalam negeri. Artikel VI ini
antara produk impor dengan produk juga mengatur prosedur pengenaan

211
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

tindakan countervailing duty (bea


masuk imbalan). semua peraturan yang terkait dengan
masalah ekspor impor harus dibuat
 Custom Valuation (Artikel VII) tidak memihak, dengan alasan yang
Ketentuan ini mengatur masuk akal dan tidak menimbulkan
masalah prosedur untuk melakukan beban yang dapat merugikan pihak
penilaian produk impor untuk tujuan lainnya. Tujuannya adalah untuk
kepabeanan. Pasal ini memberikan menciptakan transparansi dan
pedoman bagi negara-negara agar semua pihak dapat dengan
anggota dalam melakukan verifikasi gampang memahami serta tidak
harga dengan cara yang seragam, menimbulkan suatu proteksionisme
fair, netral. Dalam menentukan nilai baru atau terselubung (disguised
tersebut pihak yang berwenang tidak protection).
diperkenankan untuk melakukan
 General Elimination of
verifikasi atas dasar “dugaan” atau
Quantitative restrictions (Artikel
kira-kira secara sepihak, tetapi harus
XI)
didasarkan pada “transaction value”
yang merupakan “actual value”. Artikel ini melarang suatu
negara untuk menerapkan suatu
 Fees and Formalities (Artikel VIII) kebijakan yang bersifat non tarif
Ketentuan ini bertujuan untuk (seperti quantitative restrictions
membatasi tindakan suatu negara atau non tariff barrier). Diatur bahwa
dalam melakukan proteksi terhadap hambatan atau restriksi hanya dapat
produsen atau pasar dalam negeri. dilakukan dalam bentuk bea masuk,
Diatur bahwa pungutan-pungutan pajak atau pungutan lain dan bukan
yang dikenakan atas suatu produk atas dasar kuota, izin impor atau
impor diluar bea masuk -tariff, ekspor. Berdasarkan artikel ini suatu
pajak ekspor dan pungutan lainnya proteksi hanya dapat dilakukan
sebagaimana diatur dalam Artikel dengan sistim tarif.17
III, dilarang. Berdasarkan ketentuan
 Pengamanan untuk memperbaiki
ini maka biaya-biaya lainnya yang
neraca pembayaran (Artikel XII)
dapat dikenakan atas suatu produk
impor hanya biaya yang berkaitan Ketentuan ini memperkenankan
dengan jasa (seperti pergudangan). suatu negara untuk mengambil
suatu tindakan baik bersifat tarif
 Publication and Administration maupun non tarif untuk tujuan
(Artikel IX) menyehatkan (memperbaiki) neraca
Artikel ini mensyaratkan pembayaran. Dalam ketentuan ini
setiap negara anggota harus ditegaskan bahwa tindakan yang
mempublikasikan semua peraturan- diambil tersebut tidak boleh melebihi
peraturan yang menyangkut ekspor tindakan yang seharusnya sudah
dan impor. Disyaratkan pula agar dapat menyelamatkan neraca

17. Artikel XI para 1 menyebutkan "No prohibitions or restrictions other than duties, taxes or other charges, whether
made effective through quotas, import or export licences or other measures.....". Dalam kasus atau sengketa GATT/
WTO sering melibatkan artikel ini karena pada umumnya negara dalam berbagai kebijakannya sering mengambil
tindakan non tariff measures.Harus diakui bahwa dalam melakukan proteksi atas produsen dalam negeri tindakan
yang bersifat non tarif sangat efektif dalam mencapai sasaran.Selain tidak transparan, tindakan non tarif langsung
dapat mematikan daya kompetisi. Berbeda dengan sistim tarif yang tidak bertentangan dengan mekanisme pasar
dan selalu transparan.

212
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

pembayaran tersebut. Dengan komersial atas hal-hal yang


demikian apabila suatu negara berkaitan seperti harga, kualitas,
mengambil tindakan-tindakan persediaan, pasar, transportasi dan
maka negara tersebut harus juga syarat-syarat lain yang menyangkut
membuat suatu program yang dapat pembelian dan penjualan. Tujuan
menunjukkan bahwa kebijakan pengaturan adalah agar dengan
proteksi tersebut secara bertahap hak khusus tersebut, perusahaan
dan sesuai dengan jangka waktu tersebut tidak merugikan pihak lain
tertentu akan dihapuskan sampai tetapi memberikan kesempatan
keadaanya seperti semula yaitu berkompetisi secara sehat dengan
tidak ada lagi restriksi. perusahaan-perusahaan lain.

 Subsidies(Artikel XVI)  Bantuan Pemerintah untuk


Di dalam ketentuan ini pembangunan ekonomi (Artikel
disebutkan bahwa jika suatu negara XVIII)
memberikan subsidi atau masih Ketentuan ini mengatur tindakan
mempertahankan kebijakan subsidi anggota yang diambil dalam rangka
termasuk subsidi seperti bantuan meningkatkan taraf hidup dan
pendapatan dan harga (income and negara yang bersangkutan masih
price support) yang diberikan baik dalam tahap awal (in the early
langsung maupun tidak langsung stages of development). Terdapat
untuk meningkatkan ekspor dua program diatur dalam ketentuan
atau mengurangi impor harus ini yang dianggap merupakan
dinotifikasikan ke WTO.Notifikasi sasaran tindakan yaitu:Proteksi
tersebut harus memuat mengenai dengan tarif yang diperlukan untuk
sifat-sifat subsidi serta efek dari membangun industri tertentu
subsidi tersebut terhadap ekspor (infant industry protection) dan
dan impor.Dalam ketentuan ini pembatasan kuantitatif dalam
larangan pemberian subsidi hanya rangka memperbaiki necara
dikenakan kepada produk-produk pembayaran melalui tingkat tarif
primer (primary products). yang diikat dalam rangka konsesi
tarif. (terkait dengan Artikel XII GATT
 State Trading Enterprises (Artikel
1994). Tindakan dalam rangka
XVII)
penyehatan neraca pembayaran
Ketentuan ini mengatur dapat dilakukan dengan penerapkan
pelaksanaan perusahaan negara kebijakan pengendalian impor
(state enterprises) atau perusahaan dengan menerapkan pembatasan
tertentu (swasta) yang diberikan kuantitatif.
suatu hak khusus (exclusive or
special privilege).Untuk menghindari  Safeguards(Artikel IX)
penyalahan gunaan hak istimewa Berdasarkan ketentuan ini
tersebut, maka sesuai ketentuan suatu negara diperkenankan untuk
ini perusahaan dimaksud dalam melakukan tindakan proteksi baik
menjalankan kegiatan ekspor-impor melalui tarif maupun non tarif apabila
harus sesuai dengan prinsip WTO terjadi kenaikan impor yang tiba tiba
yaitu perlakuan non diskriminasi. dansubstansialsebagaikonsekuensi
Perusahaan tersebut dalam dari penurunan tarif. Tindakan ini
melakukanpenjualanataupembelian disebut sebagai tindakan darurat
harus mempertimbangkan secara yang bersifat sementara dalam

213
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

rangka adjustment.Dalam kurun barang pada umumnya karena


waktu yang cukup lama masalah terjadinya krisis
safeguard telah mengundang cukup
banyak perhatian terutama yang  Nullification or Impairment
menyangkut “deviasi” terhadap (Artikel XXIII)
pelaksanaan dari ketentuan Di dalam ketentuan ini
tersebut. Penyelewengan terhadap ditegaskan bahwa apabila suatu
ketentuan ini telah muncul apa yang negara anggota menganggap
dinamakan “grey area” dalam bentuk bahwa keuntungan dari pelaksanaan
“voluntary export restraints” dan persetujuan WTO yang semestinya
“orderly marketing arrangement”. diperoleh menjadi berkurang
(impaired) atau hilang (nullified)
 General Exceptions (Artikel XX) yang disebabkan karena tindakan
Ketentuan ini merupakan negara lain, maka negara yang
pengecualian dari tindakan- bersangkutan dapat mengajukan
tindakan yang diperkenankan usul kepada negara lain tersebut
walaupun bertentangan dengan agar kebijakan yang merugikan
prinsip dasar WTO. Tindakan- tersebut dicabut atau dihilangkan.
tindakan yang diperkenankan Untuk mencapai maksud tersebut
sebagaimana disebut di atas adalah negara yang penggungat dapat
tindakan untuk tujuan melindungi melakukan konsultasi dan bila gagal
moral masyarakat; melindungi dapat mengajukan permintaan
kesehatan manusia, hewan dan pembentukan.
tumbuh-tumbuhan; mengamankan
kepentingan nasional di bidang  Modification of Schedules (Artikel
impor dan ekspor emas dan perak; XXVIII
melindungi paten, merek dagang Artikel ini mengatur prosedur
dan hak cipta serta tindakan yang apabila suatu anggota berkeinginan
ditujukan untuk mencegah praktek untuk menarik atau merobah skedul
penipuan; mencegah produk yang tarifnya (modification or withdrawal)
dibuat dengan menggunakan yang selama ini telah diikat (binding)
tenaga nara pidana;(human dalam schedule tariff concession.
rights justification dan sweatshop) Maksud utama dari tindakan ini
melindungi barang-barang pusaka adalah untuk memberikan proteksi
nasional yang mempunyai nilai seni, yang sah (legal) atas produk-produk
sejarah purbakala dan sebagainya; tertentu tersebut supaya dikemudian
melakukan pembatasan dalam hari dapat bersaing dengan produk
memproduksi dan mengkonsumsi impor. Cara yang ditempuh adalah
suberdaya alam demi terciptanya dengan menaikkan tingkat tarif
pelestarian; pelaksanaan per- diatas tariff yang diikat (yaitu 40%).
setujuan tentang komoditi
 Trade and Development (Artikel
antar pemerintah; melakukan
XXXVI)
pembatasan ekspor dalam rangka
memjamin tersedianya bahan baku Ketentuan ini mengatur
dalam jumlah yang diperlukan bagi prosedur untuk membantu negara
industri pengolahan dalam negeri; berkembang dalam rangka
mencegah tindakan yang berkaitan meningkatkan penghidupan
dengan akuisisi atau pendistribusian rakyatnya melalui pemberian
kemudahan-kemudahan dalam

214
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

program ekspor.Negara-negara Protokol berserta skedul


maju mengharapkan bahwa konsesi tarif sebagai lampiran
negara-negara berkembang dan dinamakan “Schedule Consesi tariff
terbelakang yang pada waktu itu GATT 1994” untuk membedakan
masih baru merdeka dan lepas dari Skedul konsesi tarif sebelumnya
pernjajahan dan perlu berpartisipasi sebagaimana diatur dalam GATT
aktif dalam WTO. Ketentuan ini 1947. Semua tingkat tariff yang
terkenal dengan nama “enabling menjadi lampiran protokol ini sifatnya
clause” yaitu klausul yang memuat sangat mengikat (binding) dalam
komitmen negara maju bahwa di arti apabila suatu negara sudah
dalam perundingan WTO untuk mengikat tarif pada tingkat tertentu,
memberikan memberikan perlakuan maka negara yang bersangkutan
khusus (special treatment) tidak bebas lagi untuk menaikkan
yang dikecualikan dari “prinsip tingkat tarif tersebut melewati tingkat
resiprositas”. Artinya negara-negara tarif yang telah diikat tadi.
maju tidak mengharapkan imbalan
berdasarkan resiprositas dari  Penyelesaian Sengketa WTO
negara-negara berkembang dalam DSU/Disputes Settlement of
bidang akses. Understanding adalah prosedur
penyelesaian sengketa dalam
 Marrakesh Protocol to GATT 1994 sistem WTO.Prosedur ini
Marrakesh protokol adalah merupakan penjabaran dari Artikel
dokumen hukum (legal document) XXII (Consultation) dan Artikel XXIII
yang mensahkan berlakunya (Nullification or Impairment) GATT
Konsesi Skedul Tarif (Tariff Schedule 1994.Prosedur ini dipakai untuk
of Concession) dari tiap-tiap negara seluruh sengketa antar anggota
anggota WTO. Protokol ini ditanda- WTO yang timbul karena tidak
tangani para Menteri Perdagangan ditaatinya kewajiban sebagaimana
anggota WTO pada tanggal 15 diatur dalam persetujuan-
April 1994 namun penurunan atau persetujuan WTO.
penghapusan tarif sebagaimana Dibandingkan dengan
dilampirkan dalam protokol ini baru GATT l947 dan Tokyo Round
berlaku pada tanggal 1 Januari 1995 l979 (Understanding regarding
yaitu setelah WTO secara resmi Notification, Consultation, Dispute
mulai efektif berlaku. Dalam protokol Settlement and Surveillance)
ini juga diatur mengenai pelaksanaan mekanisme DSU-WTO lebih
dari komitmen penurunan tariff yang menjamin adanya kepastian hukum
harus dilakukan selama 5 tahun batas waktu yang ketat, sanksi
yang dimulai sejak 1 Januari 1995 dan bersifat otomatis. Artinya DSB
dengan perhitungan bahwa tiap- harus meng-adopt keputusan panel
tiap tahun prosentase penurunan dan banding (appellate) tanpa
tariff yang telah disepakati harus konsensus dan pihak yang kalah
diturunkan seperlima (five equal tidak dapat memblok keputusan
rate reduction-20%) sampai batas tersebut. Adanya Dispute Settlement
waktu empat tahun berikutnya, Body (DSB) sebagai badan khusus
kecuali negara yang bersangkutan dibawah struktur WTO membuat
memberikan komitmen penurunan penangangan kasus-kasus dapat
tarif melebihi 5 tahun (staging berjalan lancar karena badan ini
committment). melakukan persidangan tiap bulan

215
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

belum termasuk sidang-sidang yang Jika konsultasi diterima dan


sifatnya khusus atas permintaan konsultasi diadakan akan tetapi
para anggota. tidak menghasilkan sesuatu yang
Dalam GATT 1947 dan Tokyo menguntungkan kedua belah pihak
Round, penyelesaian sengketa maka dalam jangka waktu 60 hari,
beradadibawahCouncil,suatubadan penggugat sudah berhak untuk
yang juga menangani masalah- meminta pembentukan panel. Dalam
masalah lain sehingga porsi dan hal kasus yang sangat penting (Artikel
waktu untuk penanganan masalah 4.8 DSU-darurat), konsultasi harus
sengketa hanya sedikit. Council dilaksanakan dalam 10 hari setelah
hanya dapat meng-adopt keputusan permintaan konsultasi diterima.Dan
panel apabila ada konsensus dan apabila konsultasi tersebut gagal
keputusan panel dapat diblok yang mencapai kesepakatan, maka pihak
dapat menyebabkan kasus tersebut penggugat dapat meminta untuk
akan terlantar. Disamping itu dibentuk panel. Di sela-sela proses
kemungkinan melakukan retaliasi panel, para pihak atau salah satu
sebagimana diatur dalam Artikel pihak dapat meminta bantuan upaya
XXIII GATT tidak dapat dilakukan hukum yang disebut sebagai “good
karena prosedur untuk menerapkan offices, conciliation and mediation”
hal tersebut tidak ada.Akibatnya kepada dirjen WTO. Contoh kasus
adalah bahwa suatu kasus dapat Persengketaan impor alas kaki
berlarutlarut sampai bertahuntahun. merupakan salah satu kasus
hukum ekonomi internasional yang
Secara singkat proses
diajukan oleh Pemerintah Indonesia
penyelesaian sengketa WTO dapat
pada tanggal 22 April 1998
digambarkan sebagai berikut:
kepada Organisasi Perdagangan
apabila suatu negara (penggugat)
Dunia (WTO) berkaitan dengan
merasa dirugikan oleh kebijakan
perdagangan negara lain (tergugat), tindakan proteksi yang dilakukan
oleh Pemerintah Argentina dalam
maka negara tersebut berhak
keamanan impor alas kaki.18
meminta untuk diadakan konsultasi
Persengketaan ini berakhir dengan
dengan negara tersebut (Artikel XXII
pernyataan yang dikeluarkan oleh
dan XXIII GATT 1994 dan Artikel 4
DSU). Tergugat dalam tempo 10 WTO bahwa Argentina telah terbukti
melakukan pelanggaran atas pasal
hari (kecuali disepakati lain) harus
XIX ayat 1A dalam GATT 1994 dan
menyampaikan jawaban atas
Persetujuan Safeguards - WTO19.
permintaan tersebut. Jika dalam
10 hari tidak ada jawaban atau Badan Penyelesaian Sengketa
tidak tidak melakukan konsultasi pada tanggal 14 Desember 1999
dalam jangka waktu 30 hari, pihak dalam Tingkat Banding kasus
penggugat dapat meminta DSB tindakan safeguards Argentina atas
untuk dibentuk panel (Artikel 4.3 impor produk alas kaki yang berasal
DSU). dari Uni Eropa, Amerika Serikat,

18. Argentina — Safeguard Measures on Imports of Footwear". WTO. 24 February 2010. Diakses tanggal 14 Mei 2017.
19. Biro Hubungan Masyarakat (27 December 1999). "Keputusan Badan Banding Wto Atas Sengketa Dagang Produk
Alas Kaki Antara Argentina Dengan Indonesia". Ministry of Industry and Trade - Republic of Indonesia.Diakses
tanggal 18 Mei 2017.

216
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

dan Indonesia, telah memutuskan diatur Artikel VI, yaitu pemberian subsidi yang
bahwa tindakan safeguards yang dapat merugikan negara pengimpor, atau
diterapkan Argentina tersebut dumping.
melanggar ketentuan dalam pasal Negara berkembang diberikan
XIX ayat 1A dalam GATT 1994 dan
pengecualian dalam penerapan Ketentuan
Persetujuan Safeguards - WTO.20
Artikel I dan Artikel III WTO tersebut atas
3. Kedudukan Negara Berkembang
dasar prinsip keadilan. Prinsip keadilan
Dalam WTO Khususnya Indonesia
merupkan hasil kesepakatan yang dicapai
Demokrasi usaha atau biasa disebut negara-negara di dunia, dituangkan dalam
sebagai keadilan berusaha yang diatur dalam Final Act Tahun 1964, berkaitan dengan
hukum dasar Indonesia,21 ternyata diterapkan hak dan kewajiban dalam ekonomi dunia,22
pula dalam prinsip dunia usaha antar negara yang antara lain berkaitan dengan hak dan
yang sedang memasuki abad modern kewajiban memperoleh keuntungan timbal
sekarang. balik secara adil.
Era baru perdagangan internasional Ketentuan pengecualian yang didasarkan
yang ditandai dengan diterapkannya prinsip- prinsip keadilan tersebut bertujuan untuk
prinsip WTO, lebih luas pengaturannya dari mensejahterakan negara anggota yang
GATT 1994, dengan disepakatinya TRIPs berkembang, melalui dorongan persaingan
dan GATS, bersifat multilateral, membawa terbuka, reformasi pembangunan dan
dampak yang sangat mempengaruhi negara ekonomi, meningkatkan prediktabilitas. Atas
anggota.Bagi negara maju penerapan prinsip dasar prinsip ini, bagi negara berkembang
WTO membawa peluang-peluang baru yang diterapkan persyaratan-persyaratan dan
sangat menguntungkan, sedangkan bagi melalui prosedur-prosedur, berdasarkan
negara berkembang dipacu melalui berbagai Artikel XVIII WTO.
tantangan yang mmemerlukan waktu tertentu
Visi dalam tujuan kesepakatan WTO
untuk menikmatinya.
yaitu untuk mensejahterakan negara-negara
Tujuan dibentuknya WTO yang dimaksud- anggota pada kenyataannya sulit dicapai oleh
kan untuk melancarkan perdagangan antar negara anggota yang belum siap, yaitu negara
negara dilate rbelakangi oleh banyaknya berkembang. Kewajiban dan kebolehan
hambatan yang dialami dalam melakukan dengan persyaratan-persyaratan yang harus
perdagangan.Hambatan tersebut dapat dipenuhi negara berkembang tidak dapat
dilihat nyata dalam bidang-bidang yang dilaksanakan termasuk Indonesia, walaupun
sebagian besar masih memerlukan proteksi, beberapa negara di kawasan ASEAN jeli
misalnya melalui subsidi yang dituangkan dalam menerima peluang dan mengatur
dalam politik hukum pemerintah sebagai strategi dalam mencapai tujuan WTO.
pelaksanaan kebijakan pembangunan. Praktik
WTO yang mengandung antara lain
pelaksanaannya bertentangan dengan prinsip
aturan GATT 1994 merupakan suatu aturan
umum WTO dalam Artikel I, dan Artikel III
perdagangan multilateral yang diatur dalam
WTO, dan transparansi, serta prinsip khusus,
suatu “ad interim agreement” selama kurang
misalnya keadilan berusaha, yang antara lain
lebih 48 tahun, Dalam perkembangannya,

20. "Argentina - Footwear Safeguard (AB)" (PDF). World Trade Law.Diakses tanggal 25 Mei 2017.
21. Keadilan berusaha atau kesempatan yang sama dalam memperoleh kesempatan berusaha diatur dalam hukum
dasar Indonesia, yaitu Pasal 33 UUD 45.
22. Resolusi Majelis Umum PBB No. 301

217
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

sistem GATT sebenarnya hanya sebagai Tujuan WTO itu dituangkan dalam
instrumen hukum yang bersifat sementara ketentuan yang mengandung prinsip keadilan
untuk melakukan perundingan penurunan dengan tidak melupakan pemberdayaan
tarif sebagai akibat dari gagalnya International bagi Negara berkembang dan berkembang
Trade Organization (ITO) untuk diberlakukan terbelakang dengan menerapkan; Pertama,
pada 1947. Prinsip resiprositas, artinya perlakuan yang
Perkembangan arus barang dapat diberikan oleh suatu Negara Anggota kepada
terjadi melalui penekanan penurunan atau Negara mitra dagangnya harus diberikan
sedapat mungkin penghapusan tarif dengan pula oleh Negara mitra dagang tersebut;
menggunakan metode yang tepat, termasuk Kedua, prinsip perlakuan sama atau non-
penurunan atau penghapusan tarif tinggi dan discrimination, yang dikenal juga dengan
eskalasi tariff. Hal itu dilakukan dengan cara sebutan prinsipo most favour nation, dan
penekanan pada peningkatan cakupan dari Ketiga, prinsip tranparation atau transparansi,
konsesi tariff (expansion of the scope of tariff artinya perlakuan dan kebijakan yang
conssesion) di antara semua negara peserta. dilaksanakan suatu Negara harus transparan,
Tarif rata-rata untuk hasil industri di negara dapat diketahui mitra dagangnya.24
maju secara progresif memang terus menurun Pencapaian tujuan tersebut ditunjang
dari sekitar tahun 1940-an menjadi sekitar oleh publikasi substansi yang diatur atas
6,3 % sebagai hasil dari putaran perundingan kesepakatan Negara Anggota, yang
multilateral sebelumnya.23 dirumuskan secara arsitektur. Oliver Long,
Namun demikian usaha memperbaiki yang ditanggapi oleh Robert Reich,25bahwa
market access (akses pasar), terutama prinsip-prinsip WTO disusun dalam
untuk produk ekspor penting dari negara sistematika secara arsitektur, menunjang
berkembang perlu terus dilanjutkan dan pandangan yang mengandung tema
ditingkatkan. Walaupun semua negara utama, mengarah pada tujuan akhir untuk
dituntut memberikan kontribusi dalam bentuk menerapkan perdagangan yang bebas dabn
penurunan tariff, namun prinsip special terbuka, dengan aturan dan prosedur yang
differential treatment (perlakuan khusus dan rinci, serta pengecualian prinsip-prinsip yang
berbeda) terhadap negara berkembang tetap terkandung dalam aturan-aturan yang mudah
diperhatikan. Bahkan harus dijamin agar dipahami.
MFN tariff cuts (penurunan tarif MFN) tidak Prinsip-prinsip tersebut di atas yang
menghilangkan manfaat dari preferensi GSP secara umum dituangkan antara lain dalam
atau lainnya. WTO akan tetap memberikan Artikel I, dan Artikel III WTO. Khusus bagi
perhatian atas perlunya upaya-upaya Negara berkembang diterapkan ketentuan
positif dalam rangka memberikan jaminan Artikel XVIII. Para pakar antara lain Sunaryati
pertumbuhan perekonomian yang lebih baik Hartono mengatakan bahwa pengecualian
bagi seluruh Negara Anggota, termasuk yang diberikan kepada Negara berkembang,
negara berkembang (development countries), mengandung prinsip positif discrimination.
dan negara berkembang terbelakang (under Ketentuan Artikel XVIII mengandung patokan
development cuntries). pemberdayaan Negara berkembang dalam

23. http://industri.bisnis.com/read/20141008/12/263116/indonesia-as-resmi-akhi, di akses 20 Juni 2017


24. http://int.search.myway.com/search/GGmain.jhtml?searchfor=Perinsip+WTO&n=&p2=&ptb=&qs=&si=&ss=sub&st=
hp&trs=wtt&tpr=sbt&ts=1499011062953, di akses 19 Juni 2017
25. Robert Reich, The Work of Nations, Vintage Books, New York, 1995, 21.

218
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

memasuki pasar bebas, yaitu bahwa Kurangnya kemampuan negara


pelaksanaan prinsip-prinsip di atas bisa berkembang yang dikemukakan di atas
dikesampingkan oleh Negara berkembang menimbulkan hambatan dalam menerapkan
dalam jangka waktu tertentu. aturan-aturan yang diberikan WTO. Keadaan
Manfaat pelaksanaan WTO bagi Negara itu dapat dilihat misalnya larangan terhadap
berkembang, apabila dapat meningkatkan Restriksi Kuantitatif yang dianggap penting
kinerja, khususnya bagi Indonesia adalah karena pada saat didirikannya GATT sejak
dapat menjamin terciptanya lapangan awal merupakan hambatan yang sangat sering
pekerjaan, meningkatkan produksi dan ditemui sebagai warisan dari zaman depresi,
perdagangan dan mengoptimalkan tahun 1930-an, dan oleh karena itu semakin
pemanfaatan sumberdaya dunia. Ditegaskan ditingkatkan perundingannya. Misalnya
pula bahwa dengan memanfaatkan sumber produk dalam bidang pertanian, tekstil, baja,
daya dunia yang optimal maka akan tercipta dan barang industri yang mempunyai arti
pembangunan yang berkesinambungan penting bagi negara berkembang.
dengan tetap memperhatikan perlindungan Perkecualian yang diperbolehkan27,
lingkungan hidup. apabila suatu negara mengalami masalah
neraca pembayaran sesuai dengan
Hambatannya bagi negara berkembang
aturan dalam Artikel XII. Namun demikian
Dalam pelaksanaannya negara pengecualian tersebut tidak boleh melampaui
berkembang mengalami berbagai hambatan, batas waktu yang diperlukan dalam
antara lain kurangnya komitmen pemerintah mengatasi masalah neraca pembayaran
dalam meningkatkan dunia usaha akibat itu. Pengecualian permasalahan neraca
mengalami masalah dalam pembangunan, pembayaran ini diperluas,28 berkaitan dengan
ditambah dengan kurangnya kesiapan dibolehkannya melakukan restriksi kuantitatif
sumber daya manusia, baik pengusaha, dalam hal mencegah mengecilnya cadangan
kalangan professional, juga pejabat devisa yang dimiliki akibat peningkatan
pemerintah Hasil penelitian pakar hukum impor dalam program pembangunan
internasional, antara lain Oliver Long,26bahwa atau peningkatan produksi dalam negeri.
akibat dari kurangnya kemampuan dunia Pengecualian ini tidak dengan sendirinya
usaha untuk bersaing secara internasional, berlaku kecuali dikonsultasikan secara berkala
kurangnya kemampuan dalam kapasitas dan setelah memperoleh rekomendasi dari
manajerial yang ada pada dunia usaha dan Council of Representatives dari WTO.
instansi pemerintah yang mengatur masalah
Di Indonesia sering terjadi hambatan,
perdagangan, dan disiplin serta keterampilan
disamping pelanggaran aturan WTO, juga
sumber daya manusia di negara berkembang,
dalam melaksanakan proses tersebut,
juga kurangnya komitmen dalam kebijakan
misalnya dalam memperoleh data penunjang
makro-ekonomi. (lebih baik di break down
yang terjadi pada praktek untuk dijadikan
satu-satu, lalu dibahas) hambatan dalam
bahan pertimbangan. Data tersebut antara
penetapan tarif perdagangan dan subsidi.

26. Oliver Long, Law and Its Limitation s in GATT Multilateral Trade System, Martinus Nijhoff, Dordreght, 1987, Hlm. 17.
27. Artikel XII WTO sebagai dasar pelaksanaan pengecualian yang diberikan kepada negara berkembang dalam
mengalami masalah keuangan.
28. Perluasan pengecualian bagi negara berkembang sebagai akibat mengalami masalah dalam mengatasi masalah
ditentukan dalam Artikel XVIII

219
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

lain tentang keadaan ekonomi dalam negeri, masing-masing negara. Negara-negara yang
bahkan untuk masalah yang terkait langsung memiliki faktor produksi relatif banyak/murah
dengan usahanyapun kurang memperoleh dalam memproduksinya akan melakukan
respons dari para pengusaha. Hal ini spesialisasi produksi dan mengekspor
menunjukkan adanya budaya masa bodoh, barangnya. Sebaliknya, negara akan
tidak berkeinginan memperluas konsekwensi mengimpor barang tertentu jika negara
yang terjadi dalam masalah usahanya. Dalam tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
kehidupan masyarakat negara berkembang langka/mahal.31 Misalnya negara Indonesia
pengusaha yang mengalami masalah kurang memiliki tenaga kerja (TK) yang relatif
mempunyai niat untuk menyelesaikannya, besar, maka Indonesia akan berspesialisasi
walaupun sudah tersedia ahli dari WTO pada produksi barang-barang yang relatif
dan ditangani oleh pemerintah dalam padat tenaga kerja (labor intensive) dan
hubungannya dengan permasalahan yang mengekspornya. Jepang memiliki relatif
dialami dengan mitra dagangnya.29 banyak kapital (K), maka negara Jepang akan
Keadaan di atas merupakan masalah berspesialisasi menghasilkan barang yang
internal yang menambah hambatan bagi padat kapital (capital intensive) dan kemudian
negara berkembang dalam melaksanakan mengekspornya ke negara lain.
ketentuan WTO. Misi WTO dalam Teori ini muncul pertama kali pada
melancarkan perdagangan antar negara pertengahan abad ke 19 hingga awal abad
untuk menghilangkan hambatan terutama ke 20. Pada saat itu Eropah menguasai
di bidang pengenaan tarif masih terus perdagangan yang melewati batas wilayahnya,
mengalami hambatan sebagai akibat keadaan yang kemudian diikuti oleh Amerika Serikat,
ekonomi negara anggota yang tidak sama Amerika Latin, Afrika, Asia, Australia,
antara negara maju dan negara berkembang, dan Selandia Baru. Menurut H-O bahwa
walaupun sudah dilakukan usaha melalui perdagngan internasional sesungguhnya
penerapan keadilan berusaha. hampir sama dengan perdagngan antara
daerah, hanya berbeda dalam jaraknya. H-
Analisis Fungsi Dan Manfaat WTO Bagi
Negara Berkembang Khususnya Indonesia O tidak sependapat dengan teori klasik
yang mengabaikan ongkos transpor.
Perdaganganantarnegarasaatinididasari
Barang-barang yang diperdagagankan tidak
pandangan Teori Modern Dalam Perdagangan
didasarkan atas keuntungan alamiah atau
Internasional yang dikemukakan pertama kali
keuntungan yang diperkembangkan, tetapi
oleh Bertil Ohlin,30 atas dasar pandangan
atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
gurunya Eli Heckscher, yang dikenal dengan
faktor produkai yang dipergunakan untuk
Teori Heckcher-Ohlin atau teori H-O. Menurut
menghasilkan barang-barang.
teori H-O, Perdagangan internasional terjadi
disebabkan perbedaan opportunity cost suatu Menurut O-H masing-masing negara
produk antara satu negara dengan negara memiliki faktor-faktor produksi neoklasik
lain, pertukaran dapat terjadi karena adanya (tanah, tenaga kerja, dan modal) dalam
perbedaan dalam jumlah proporsi faktor perbandingan yang berbeda, sedangkan
produksi yang dimiliki (factor endowment) untuk menghasilkan suatu barang tertentu

29. Alfons Samosir, Kabid Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan, Jakarta, 20 Juni 2010
30. Bertil Ohlin. Interregional and International Trade, HarvardUniversity Press Boston, Massatchussetts, USA, 1933, p.
121
31. https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/23/teori-heckscher-ohlin-teori-h-o/, diakses tgl 20 Juni 2017

220
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

diperlukan kombinasi faktor-faktor tertentu negara yang melakukannya merasakan


pula. Menurut Ohlin suatu negara sebaiknya kegunaannya. Perdagangan tersebut dapat
menghasilkan barang-barang yang dilakukan karena adanya kesepakatan
menggunakan faktor produksi yang relatif bersama, walaupun kadangkala akibat
banyak (dalam arti murah), sehingga harga paksaan yang terselubung. Hal itu dapat
barang tersebut murah, karena ongkos dilihat pada perdagangan yang terjadi dengan
produksinya murah. negara peminjam.
Karena itu negara berkembang, seperti Bertitik tolak dari pandangan ini dapat
Indonesia yang mempunyai tenaga kerja dikemukakan bahwa meningkatnya ekonomi
yang berjumlah besar, dan modal sedikit negara anggota dapat dipengaruhi oleh
jumlahnya, dapat menghasilkan dan lancarnya perdagangan internasional. Kasus
mengekspor barang-barang yang relatif padat nyata pernah terjadi di Inggris. Dengan
karya. Bagi negara maju, seperti Amerika menurunnya tingkat ekonomi Inggris,
Serikat, eropah dsbnya, dapat menghasilkan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
barang yang padat modal dan mengimpor Amerika Serikat. Menurut Hicks negara A
barang yang padat karya. John Adams dan B melakukan perdagangan. Seandainya
mengemukakan bahwa berdasarkan teori H- ekonomi negara A berkembang sedangkan
O ini, maka faktor yang menentukan barang B tetap pada keadaan semula, maka apabila
yang akan diperdagangkan adalah perbedaan perkembangan ekonomi di A tersebut terjadi
dalam hadiah alam/ factor endowment secara merata, kemungkinan besar keadaan
yang mendorong masing-masing negara tersebut akan menguntungkan negara B (teori
melakukan spesialisasi atas dasar proporsi pertumbuhan netral)32.
serta intensitas penggunaan faktor produksi Keadaan ini yang menjadikan
sesuai dengan hadiah alam tersebut. pertimbangan bagi Indonesia, dan negara
Dasar spsialisasi adalah proporsi faktor berkembang lainnya seperti Filipina,
produksi, dan intensitas penggunaan faktor Thailand, Afrika, dan negara-negara di lautan
produksi sesuai dengan hadiah alam yang Pasifik (Suva), ikut dalam menandatangani
bertujuan untuk melakukan perdagangan kesepakatan WTO, yang bersifat multilateral
demi keuntungan dari perbedaan ongkos- Kesepakatan WTO yang memiliki
ongkos produksi dalam nilai uang yang pengecualian bagi negara-negara
menyebabkan keuntungan dalam harga berkembang/berkembang terbelakang
barang. dalam pelaksanannya masih memerlukan
Manfaat yang diperoleh dari per- persetujuan Contracting Parties/negara-
dagangan internasional yaitu keuntungan negara anggota. Penandatangan kesepakatan
dari perbedaan ongkos produksi. Akibat WTO berdampak pada konsekwensi
perdagangan bagi negara yang melakukannya pelaksanaannya dengan berbagai kewajiban,
adalah peningkatan kemakmuran rakyat padahal bagi negara berkembang hasil
dan kemakmuran dunia karena lebih banyak produksi yang diharapkan menjadi barang
barang yang dapat memenuhi kebutuhan ekspor tidak dapat dikelola secara efisien
masyarakat. karena kurangnya sumber daya manusia, dan
Berdasarkan pemikiran ini, maka minimnya teknologi. Faktor yang menekan
perdagangan internasional terjadi karena Indonesia sebagaimana negara berkembang

32. Soelistyo. 1996: 138; Hicks. 1953: 135-177

221
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

lainnyaadalahdisampingharusmelaksanakan ”Recognition of the principle of solidarity,


berbagai kewajiban yang diharuskan dalam derived from the principle of justice, would
WTO, juga harus membenahi pembangunan entail that hence forth deed, instead of
yang sedang berjalan. only power, would provide the basis for
Walaupun dalam prinsip perdagangan entitlement, basic need superseding non-
basic deed. The principle of solidarity
internasional antara lain perlakuan sama
has is the Charter of Economic Right and
dan timbal balik serta pengecualian bagi
Duties of states been called the priciple
Negara berkembang dalam hal-hal tertentu of ” collective security for development”33.
yang didasarkan pada asas keseimbangan
Sesungguhnya konsepsi keadilan
yang menurut para pakar berkaitan dengan
berdasarkan prinsip solidaritas ini merupakan
prinsip solidaritas, namun masih sulit dicapai.
hal yang di dalam tahun 1955 telah
Prinsip solidaritas memiliki hubungan yang
dikemukakan sebagai salah satu sila dari
erat dengan kepentingan pembangunan,
dasar sila konfrensi Asia-afrika di Bandung,
khususnya di negara-negara berkembang,
yang merupakan perubahan cara pandang
karena perdagangan internasional merupakan
antara hak dan kewajiban (right and duty). Jika
salah satu faktor yang sangat penting dalam
setiap negara mempunyai hak untuk merdeka
pembangunan ekonomi negara anggota
tiap negara mempunyai kewajiban untuk tidak
untuk tujuan meningkatkan taraf hidup, sosial
menjajah. Demikian pula, jika setiap anggota
dan ekonomi semua bangsa.
WTO mempunyai hak untuk meningkatkan
Prinsip solidaritas sudah dikenal sejak kemakmuran dan standar hidup negaranya,
lama sebelum diterapkannya prinsip-prinsip maka setiap anggota berkewajiban untuk
WTO, terdapat dalam Charter Of Economic memberikan kesempatan kepada negara-
Right and Duties Of State. Prinsip perlindungan negara lainnya untuk meraih hak tersebut.
kepada negara berkembang dalam WTO
Sejak ditandatanganinya Final act
merupakan gambaran pelaksanaan charter
ini, yaitu memberikan perlindungan kepada UNTAD,34 pada tahun 1964, secara berturut-
turut sampai diajukan resolusi tentang ” Charter
negara anggota, terutama negara berkembang Of Economic Right and Duties Of State”
untuk mencapai peningkatan ekonomi yang
disebut priciple of ”collective security for 35

dan deklarasi tata ekonomi internasional


development”, atau prinsip jaminan atau baru36telah dikemukakan tentang prinsip-
prinsip hubungan ekonomi internasional yang
perlindungan kolektif untuk pengembangan.
harus berdasarkan kedaulatan. Kewajiban
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat
penerapan asas-asas ini mempengaruhi
mengenai prinsip ini, , antara lain Wil D.
perkembangan hukum Indonesia, dan
Verwey,(tanpa tahun: 21) bahwa:
menimbulkan suatu corak baru dalam

33. Wil D. Verwey, WTO Development Countries and The Implication. HarvardUniversity Press, BostonMassatchusetts,
USA,P. 21
34. Final act UNCTAD, Prinsip I
35. Charter Of Economic Right and Duties Of State,Bab I, yang berisi antara lain Berdasarkan pula pada integritas wilayah
dan kemerdekaan setiap negara; persamaan hak semua negara (berdasarkan asas kedaulatan, tidak melakukan
agresi, intervensi, menerapkan keuntungan timbal balik secara adil, hidup berdampingan secara damai, memiliki hak
dalam penentuan nasib sendiri, dan dalam penyelesaian sengketa secara damai, memenuhi kewajiban internasional
dengan itikad baik, melindungi hak-hak asasi manusia, idak boleh mencari hegemoni dan lingkungan pengaruh,
ikut meningktakan keadilan sosial internasional, meningkatkan kerja sama internasional dalam pembangunan, dan
bebas “acces” ke dan dari laut bagi negara-negara yang tidak berpantai, sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.

222
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

pembentukan hukum. Saat unsur asing Untuk menjadi landasan teoritis berkaitan
masuk dalam suatu bidang usaha, berarti dengan perdagangan internasional yang
hukum yang mengaturnya harus mengandung dilihat pendekatan praktis yang dikemukakan
prinsip non-discrimination. Langkah yang Louis Henkin,yaitu:
perlu dilakukan pemerintah, adalah hukum “Like individuals, states have personhood,
yang mengatur pemanfaatan investasi asing will’ theability to decide to agree.
bermitra dengan usaha nasional dalam State have rights (implying reciprocal
bidang-bidang tertentu dengan persyaratan duties) State has the right to life to
untuk melindungi usaha masyarakat yang continue to exist.It has the right to liberty
pada umumnya masih bersifat tradisionil. and the persuit of happiness, including
internal economic, the right to be let a
Berkaitan dengan ini yang menjadi
lone political independence), and a right
persoalan adalah dalam melindungi
to property (including territorial integrity)
perekonomian nasional, negara sebagai To secure these rights state enter a
pemegang kedaulatan harus tunduk pada social contract agreeing to be governed
ketentuan-ketentuan hukum internasional. by norms and institutions.These derive
Kedaulatan negara tidak hanya merupakan their legitimacy from the consent of the
suatu konsep internal tentang kekuasaan governed. State are subject only to law
tertinggi dalam suatu masyarakat manusia to which they consented, but state can
yang terorganisir yang disebut negara, yang consent to any law…..”39
diakui oleh hukum internasional, khususnya (“Sebagaimana individu,negara memiliki
dalam fungsinya mengatur pemerintahannya sifat”, ingin menentukan dan menyetujui.
dan melakukan perlindungan kegiatan Negara memiliki hak (saling menerapkan
ekonomi melalui kebijakan perdagangan Kewajiban), hidup sejahtera, termasuk Hak
luar negeri. Dalam kenyataannya kekuasaan untuk kemerdekaan dan Kesejahteraan,
negara tersebut dibatasi. yang yang tercakup kesejahteraan ekonomi
Mochtar Kusumaatmadja,mengatakan nasional. Hak untuk mandiri (merdeka),
mengenai hal ini, bahwa kedaulatan sebagai dan hak untuk menikmati kemakmuran
kekuasaan tertinggi mengandung pengertian (kesatuan/ keutuhan).Untuk mencapai hak-
dalam dua pembatasan penting dalam dirinya hak ini Negara melalui persetujuan sosial
sendiri.37Pertama, kekuasaan itu terbatas menyelenggarakan pemerintahan sesuai
pada batas wilayah negara yang memiliki dengan norma yang didasarkan pada
kekuasaan itu; dan Kedua, kekuasaan itu institusi.Perolehan legitimasi tersebut sesuai
berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain dengan aturan. Negara sebagai obyek
dimulai. dalam hukum melakukan kegiatannya
Ketaatan negara terhadap hukum berdasarkan hukum, dan dapat pula
internasional yang dikemukakan berbagai membentuk hukum).
ahli dalam tulisan berdasarkan teori, antara Kepatuhan terhadap hukum internasional
lain Mochtar Kusumaatmadja,mengatakan dikatakan oleh Grotius sebagai pemberian
mengandung kekurangan, dan kelebihan38. alam untuk mencapai kedamaian.40Namun

36. Resolusi Majelis Unum PBB No. 301.


37. Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta Jakarta, 1990, Hlm.13.
38. Mochtar Kusumaatmadja, ….Op Cit, Hhlm. 32-38
39. Louis Henkin, The Mithology of Souvereignty, ASIL BULLETIN, Nomor 1, Mei, 1994
40. Pendapat Grotius dapat ditemukan dalam Rousce Pound, …. Op.cit., hlm. 23

223
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225

demikian kepentingan pribadi jangan merupakan bagiannya sudah dianut dalam


diganggu. Apakah penerapan hukum cita bangsa Indonesia dalam Pasal 33 Ayat
internasional ini akan menguntungkan atau (4) UUD 45, yaitu prinsip demokratisasi usaha
merugikan negara berkembang perlu diteliti yang dikatakan oleh Notonagoro sebagai
lebih jauh, terutama aturan WTO yang kesempatan yang sama dalam memperoleh
mempengaruhi hukum ekonomi nasional. hak berbisnis.
Negara sebagai organisasi tertinggi dari
bangsa diberi kekuasaan untuk mengatur PENUTUP
segalanya, Atas dasar kedudukannya
tersebut, negara memiliki kewenangan untuk Kesimpulan
membuat peraturan hukum yang melindungi Fungsi WTO bagi negara berkembang:
masyarakatnya41 Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan
Kewenangan negara dalam membentuk (aturan) multilateral yang mengatur tindak
hukum dikemukakan oleh Notonagoro tanduk perdagangan yang dilakukan oleh
sebagai salah satu pelaksanaan kekuasaan pemerintah dengan memberikan suatu
negara, yang secara teoritis dikemukakan perangkat ketentuan perdagangan; Kedua,
oleh Van Vollenhoven, tentang negara sebagai suatu forum (wadah) perundingan
sebagai organisasi tertinggi dari bangsa perdagangan. Ketiga sebagai suatu
diberi kekuasaan untuk mengatur segalanya, “pengadilan” internasional dimana para
dalam kedudukannya tersebut, memiliki anggotanya menyelesaikan sengketa
kewenangan untuk membuat peraturan dagangnya dengan anggota-anggota
hukum.42 GATT lainnya. Sedangkan manfaat WTO
Kekuasaan tersebut merupakan salah bagi Negara berkembang adalah dapat
satu kewenangan Negara yang tidak tanpa meningkatkan kinerja, khususnya bagi
batas (postestas legibus omnibus soluta). Indonesia dapat menjamin terciptanya
Yudha B. Ardhiwisastra,43mengatakan lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi
bahwa ada beberapa ketentuan hukum dan perdagangan dan mengoptimalkan
yang mengikat dirinya, seperti hukum alam, pemanfaatan sumberdaya dunia. Sementara
dan hukum Tuhan (leges naturae et devinai) itu terdapat hambatan, antara lain kurangnya
serta hukum yang yang bersifat universal komitmen pemerintah dalam meningkatkan
yang terdapat pada semua bangsa yang dunia usaha akibat mengalami masalah
dinamakan leges imperii, namun dibatasi oleh dalam pembangunan, ditambah dengan
kewenangan negara yang diatur dalam hukum kurangnya kesiapan sumber daya manusia,
nasional. Di Indonesia kewenangan Negara baik pengusaha, kalangan professional,
tersebut dituangkan dalam UUD.44 UUD 45 maupun pejabat pemerintah.
memberkan kewenangan kepada Negara Saran
untuk memberdayakan usaha nasional
Disarankan perlu harmonisasi dan
demi kesejahteraannya. Keadilan berusaha
sinkronisasi peraturan perundang-undangan,
dikemukakan oleh Aristoteles sebagai hak
baik yang bersifat nasional maupun
yang harus diberikan kepada orang apa yang
internasional dengan tetap mengutamakan
kepentingan nasional.

41. Notonagoro, Politik Hukum Dan Pembangunan Agraria Di Indonesia, Bina Aksara Jakarta, 1984, Hlm. 99.
42. Notonagoro, opcit, 99
43. Yudha B Ardhiwisastra. Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan Asing. Alumni, Bandung, 1999, Hlm 30.
44. Yudha B Ardhiwisastra, opcit, 30

224
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)

DAFTAR PUSTAKA PerkembanganPutaran Perundinga Doha


Pasca Cancun, Departemen Luar
Bismar Nasutin,Hukum kegiatan Ekonomi, Negeri, 2002
Books Terrace & Library, Bandung, 2009 Sayu Oka Widani,Agriculture, WTO, How
Elswick, Linda & Foster, The Hunger and It Effects Food Security of the
Agriculture Debate; A Human Bridge Developing Countries, University of
Between Roma, Qatar, and South Technology Sydney, Sydney, 2004.
Africa, Uned Forum, Vol.2 Issue, vi Nov, Sekilas WTO,Direktorat Perdagangan dan
Sydney, Australia, 2004 Perindustrian Multilateral ,Direktorat
Forum WTO Indonesia, Peta Sebaran FTAs- Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan
RTAs 2005, Departemen Luar Negeri Dan Pembangunan, Departemen Luar
Republik Indonesia, Tahun II Nomor 2, Negeri, Edisi Ketiga, Jakarta 2004.
Okt-Des 2004. Steinberg, RH & Josling, When the Peace
Huala, Adolf. Hukum Perdagangan Ends: The Vulnerability of EC and US
Internasional, Raja Grafindo Persada, Agriculture subsidies to WTO Legal
2005 Challenges, Journal of International
Economic Law Vol.2 (6), Online.
Hartel, Hoekman & Will, Developing Countries
and a New Negotiations. The World Bank Sunaryati Hartono, Pembinaan Hukum Dalam
Research Observer, Volume Spring, Era Globalisasi, BinaCipta, Bandung,
Number 1, Harvard University, 2001 1989

Hoekman & Kosteckti, The Political Economy Yudha B Ardhiwisastra. Imunitas Kedaulatan
of the World Trading System, The WTO Negara Di Forum Pengadilan Asing.
and Beyond, Second Edition, Oxford Alumni, Bandung, 1999
University Press, New York, 2001 WTO, GATT 1994, dan Perkembangannya,
Jur Udin silalahi dkk, Analisis dan Evaluasi Harvard University Press, Boston USA,
Hukum Tentang Perlindungan Industri 2001
Dalam Negeri (UU Nomor 5 Tahun Biro Hubungan Masyarakat (27 December
1984 tentang Perindustrian), Badan 1999). “Keputusan Badan Banding Wto
Pembinaan Hukum Nasional, Atas Sengketa Dagang Produk Alas Kaki
Kementerian Hukum dan HAM RI, Antara Argentina Dengan Indonesia”.
Jakarta, 2011 Ministry of Industry and Trade -
Kartadjumena, WTO dan Implementasi Dalam Republic of Indonesia. Diakses tanggal
Perdagangan Internasional Dan WTO, 18 Mei 2017.
UI Press, Jakarta, 2000. Internet
Konperensi Tingkat Menteri, Deklarasi Doha http://www .baubaupos.com/page.
Dan Trade Negotiations Commite, php?kat=10&id_berita=1104,
Departemen Luar Negeri, Jakarta, 2001
https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/
Mochamad Koesnoe, Pancasila, UUD 45, analytic_index_e/wto_agree_01_e.htm,
Dan Prinsip Demokratisasi, Identitas
Argentina — Safeguard Measures on Imports
Hukum Nasional, UII Press,1997
of Footwear”. WTO. 24 February 2010.
Mochtar Kusumaatmadja, Dasar-Dasar
http://industri.bisnis.com/
Hukum Internasional, Bina Cipta,
read/20141008/12/263116/indonesia-as-
Bandung, 1989.
resmi-akhi
Notonagoro,Politik Hukum Dan Pembangunan
Agraria Di Indonesia, Bina Aksara
Jakarta, 1984

225

Anda mungkin juga menyukai