(Jamilus)
Jamilus
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-5, Kuningan, Jakarta Selatan
jamilusbphn@ymail.com, HP: 081318197365
Abstrak
Globalisasi memberikan dampak berupa perubahan pada pasar internasional, salah satunya
adalah liberalisasi perdagangan, yang dipandang sebagai suatu upaya untuk meningkatkan daya
saing ekonomi.hal ini menjadi polemik bagi Negara berkembang seperti Indonesia yang memang
mengharuskan untuk memproteksi liberalisasi perdagangan dunia tersebut untuk menjaga
kelangsungan produksi lokal sebagai Implikasi keikutsertaan Indonesia dalam organisasi GATT/
WTO. Tulisan ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang fungsi dan manfaat WTO bagi
negara berkembang khususnya Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
hukum normatif, data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif. Hasilnya adalah, ada
3 Fungsi WTO bagi negara berkembang, Pertama, sebagai suatu perangkat ketentuan (aturan)
multilateral yang mengatur tindak tanduk perdagangan; Kedua, sebagai suatu forum (wadah)
perundingan perdagangan. Ketiga sebagai suatu “pengadilan” internasional. Dan Manfaat
WTO bagi Negara berkembang adalah dapat meningkatkan kinerja, khususnya bagi Indonesia
dapat menjamin terciptanya lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dunia. Sementara itu terdapat hambatan, antara lain
kurangnya komitmen pemerintah dalam meningkatkan dunia usaha akibat mengalami masalah
dalam pembangunan, ditambah dengan kurangnya kesiapan sumber daya manusia, baik pengusaha,
kalangan professional, maupun pejabat pemerintah. Untuk itu, perlu harmonisasi dan sinkronisasi
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional
Kata Kunci: Fungsi dan Manfaat WTO, Negara Berkembang
Abstract
Globalization has had an impact on changes in the international market, one of which is trade
liberalization, which is seen as an attempt to increase economic competitiveness. This has become
a polemic for developing countries such as Indonesia which necessitate protecting the liberalization
of world trade to maintain the viability of local production as Implications of Indonesia’s participation
in GATT / WTO organization. This paper aims to get a picture of the functions and benefits of WTO for
developing countries, especially Indonesia. The research method used is normative legal research,
the data obtained in qualitative descriptive analysis. The result is that there are 3 WTO functions
for developing countries, Firstly, as a set of multilateral rules governing trade acts; Second, as a
forum (container) of trade negotiations. Third as an international “court”. And the benefits of WTO
205
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
for developing countries is to improve performance, especially for Indonesia to ensure the creation
of jobs, increase production and trade and optimize the utilization of world resources. Meanwhile,
there are obstacles, such as the lack of government commitment in improving the business world
due to problems in development, coupled with the lack of preparedness of human resources, both
businessmen, professionals, and government officials. Therefore, it is necessary to harmonize and
synchronize the laws and regulations, both national and international with the priority of national
interests
Keywords: functionality and Benefits of the WTO, developing countries
1. Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 97
2. Jur Udin silalahi dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perlindungan Industri Dalam Negeri (UU Nomor 5
Tahun 1984 tentang Perindustrian), Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM RI,
Jakarta, 2011, hlm 1
206
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
perdagangan ini. Negara maju umumnya bersaing dengan produk asing. Produk
memiliki kepiawaian dalam menerapkan cara- asing secara perlahan menjadi raja
cara sehingga negara berkembang terikat sedangkan produk nasional akan menjadi
dengan sistem perdagangan bebas. Cara budak. Bagi negara yang sudah siap
yang sering digunakan antara lain adalah menghadapinya, perdagangan bebas
dengan permintaan pengurangan tarif impor bisa menjadi sebuah keuntungan karena
bea masuk atas produk dan jasa dari negara produknya bisa mendapatkan pasar baru
maju di negara berkembang.3 tanpa sekat batas negara, namun tidak
Negara-negara industri tanpa hambatan demikian dengan negara yang belum siap.
berarti akan lebih mudah menjual barang dan Secara kasat mata berlakunya perdagangan
jasanya ke negara berkembang. Oleh karena bebas bisa jadi akan menimbulkan beban
itu, dalam waktu yang bersamaan, globalisasi bagi sektor industri dalam negeri.
akan melahirkan pengelompokan masyarakat Saat ini produk-produk asing mudah
dan negara ke dalam kelas baru berdasarkan sekali kita temukan di berbagai pusat
kemampuan ekonomi termasuk di Indonesia. perbelanjaan. Dari mulai buah, barang
Oleh karena itu, dalam memasuki era elektronik, makanan sampai dengan tekstil,
perdagangan bebas ini, Indonesia sudah bahkan batik pun sudah ada yang impor
harus memiliki persiapan yang mantap dari China. Serbuan produk tekstil impor
untuk menghadapi pengaruh yang timbul asal China ke pasar dalam negeri
pada perekonomian dan atau perdagangan tampaknya semakin tak terbendung,
Indonesia dalam semua aspek, termasuk di apalagi sejak berlakunya perjanjian
dalamnya aspek hukum, khususnya hukum perdagangan bebas China-ASEAN Free
ekonomi sebagai pranata hukum yang Trade Area (ACFTA). Bahkan produk tekstil
berisikan kebijakan untuk mengarahkan impor dari China semakin ramai ragamnya.
kegiatan ekonomi ke suatu arah tertentu.4 Batik, yang merupakan ciri khas produk
Kebijakan penerapan perdagangan nasional asli Indonesia pun mereka pasok
bebas di Indonesia memang akan dalam partai besar dan dengan harga
menimbulkan dilema tersendiri. Pada satu yang murah. Produk-produk nasional yang
sisi produk nasional dalam negeri masih kalah bersaing dengan produk-produk
belum siap tetapi pasar internasional asing secara perlahan akan menghilang di
telah menuntut kondisi tersebut. Kondisi pasaran.
ini semakin diperparah dengan kurangnya Realita semakin meredupnya produk
rasa nasionalisme dan cinta tanah air. nasional merupakan fenomena yang
Rendahnya rasa cinta tanah air dan seharusnya segera ditanggapai dengan
nasionalisme ini akan berdampak pada tepat oleh pemerintah. Pemerintah
kesadaran menggunakan produk nasional, seharusnya dapat menerapkan berbagai
sebab pada dasarnya era perdagangan produk hukum maupun kebijakan dengan
bebas adalah merupakan persaingan mengutamakan eksistensi produk nasional
antara produk nasional dengan produk di tengah himpitan produk asing. Pemerintah
asing. Beberapa produk nasional bahkan sebagai pihak yang memiliki otorisasi
harus gulung tikar sebab tidak mampu kebijakan perdagangan bebas, seharusnya
3. Mamnum Laida, Dampak Liberalisasi Perdagangan bagi Pelaku Bisnis Indonesia, http://www.baubaupos. com/
page.php?kat=10&id_berita=1104, diakses tanggal 6 MEI 2017).
4. Bismar Nasutin, Hukum kegiatan Ekonomi, Books Terrace & Library, Bandung, 2009, hlm 3
207
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
menetapkan kebijakan yang dapat pendapat para ahli hukum dengan ditunjang
memproteksi keberadaan industri produk pula oleh pendapat ahli ekonomi, politik,
nasional, sebab keberadaan produk asing dan sosial yang bertujuan untuk mencari dan
sebenarnya akan menimbulkan produk mendapatkan jawaban dari pokok masalah.
nasional terganggu. Arah kebijakan Metode pendekatan yang dipergunakan
produk tersebut merupakan substansi adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian
bagi pemerintah untuk mendukung yang menekankan pada data sekunder yakni
eksistensi dan peningkatan produk nasional. dengan mempelajari dan mengkaji asas-asas
Penggunaan produk nasional semestinya hukum dan kaedah-kaedah hukum positif
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan
yang ada dalam peraturan perundang-
Rumusan Masalah
undangan serta ketentuan-ketentuan hukum
Berdasarkan uraian latar belakang Internasional. Data sekunder dan data primer
di atas, rmasalah yang di angkat dalam yang bersifat deskriptif di analitis dengan
penelitian ini adalah: Apa fungsi dan manfaat pendekatan yuridis dan normatif, maka
WTO bagi Negara Berkembang Khususnya analisis data dilakukan secara kualitatif
Indonesia? serta apa saja hambatannya . melalui metode penafsiran.
Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
Tulisan ini bertujuan untuk mendapat
gambaran dan menganalisis fungsi dan Dasar pemikiran penerapan globalisasi
manfaat WTO bagi negara berkembang perdagangan ini dilandasi oleh konsep
khususnya Indonesia, dan untuk mengetahui pemikiran Adam Smith,5yaitu perdagangan
hambatan dalam pelaksanaannya. melalui spesialisasi (keunggulan komperatif),
Metode Penelitian dikembangkan oleh David Ricardo,6 bahwa
negara akan tetap memperoleh keuntungan
Penelitian ini merupakan penelitian yang
(gain from trade) apabila memusatkan
bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian
kegiatan dengan cost relatif lebih rendah
yang menggambarkan dan menguraikan
daripada kegiatan alternatif lainnya di negara
keadaan ataupun fakta yang ada tentang
itu, walaupun negara mitranya mempunyai
Analisis Fungsi Dan Manfaat WTO Bagi
absolute adventage di semua bidang.
Negara Berkembang (Khususnya Indonesia).
Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan
Dari data yang diperoleh dianalisis dengan
intern akan produk lainnya, negara yang
bertitik tolak dari peraturan perundang-
bersangkutan dapat mengimpor. Pandangan
undangan, teori-teori yang ada, dan
yang menunjang globalisasi perdagangan
5. Adam Smith,The Wealth of Nations, Harvard University Press, Ed. Edward, Boston, 1989, p.121. Pemikiran yang
diterbitkan tahun 1776 tersebut merupakan terebosan intelektual yang merombak logika dan sistematika pola pikir
merkantilisme dan membuka halaman baru dalam pola pikir ekonomi terkait dengan keberhasilan ekonomi suatu
negara melalui spesialisasi dalam perdagangan dengan cara pemusatan pada bidang keunggulan absolute atau
absolute adventage yang dimilikinya. Suatu negara akan berhasil dalam perdagangan apabila mengkhususkan diri
pada produksi dan ekspor, dengan cost yang lebih rendah dari pada negara mitra dagangnya.
6. David Ricardo, Principles of Political Economy and Taxation 1817, Harvard University Press, Boston, 1987,
p. 101 David Ricardo dalam karyanya yang terbit tahun 1817, merupakan suatu terobosan besar. Pemikiran ini
memungkinkan semua pihak melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan dengan memusatkan pada
kegiatan dimana mereka mempunyai comperative adventage atau keunggulan komporatif. Menurutnya suatu negara
akan tetap memperoleh keuntungan (gain from trade) apabila memusatkan kegiatan dengan cost relatif lebih rendah
daripada kegiatan alternatif lainnya di negara itu, walaupun negara mitranya mempunyai absolute adventage di
semua bidang. Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan intern akan produk lainnya, negara yang bersangkutan
dapat mengimpor.
208
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
7. Robert Gilpin, The Political Economy of Internasional Relations (Princeton University Press, 1987), hlm.172-4
8. Christhophorus Barutu, Seni Bersengketa di WTO (selanjutnya disebut Buku II) (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2015), hlm. 1.
9. Oliver Lang, Law and limitation in the GATT multilateral trade system, (dalam) Christhophorus Barutu, Seni
Bersengketa di WTO (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2015), hlm. 4.
10. Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (selanjutnya disebut buku III)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 98.
11. Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum dalam PerdaganganInternasional (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994), hlm. 4.
209
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
12. WTO dan Sistem Perdagangan Dunia”, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, http:/ /www.dprin.go.id/ind/
publikasi/djkipi/wto.htm, diakses 21Juni 2017
13. Christhophorus Barutu (Buku II), Op. Cit., hlm. 6
14. Ibid
15. "Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization”, World Trade Organization, https://www.wto.org/
english/res_e/booksp_e/analytic_index_e/wto_agree_01_e.htm, diakses pada17 Juni 2017
16. Peter Van den Bossche, Op. Cit., hlm. 86.
210
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
211
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
17. Artikel XI para 1 menyebutkan "No prohibitions or restrictions other than duties, taxes or other charges, whether
made effective through quotas, import or export licences or other measures.....". Dalam kasus atau sengketa GATT/
WTO sering melibatkan artikel ini karena pada umumnya negara dalam berbagai kebijakannya sering mengambil
tindakan non tariff measures.Harus diakui bahwa dalam melakukan proteksi atas produsen dalam negeri tindakan
yang bersifat non tarif sangat efektif dalam mencapai sasaran.Selain tidak transparan, tindakan non tarif langsung
dapat mematikan daya kompetisi. Berbeda dengan sistim tarif yang tidak bertentangan dengan mekanisme pasar
dan selalu transparan.
212
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
213
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
214
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
215
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
18. Argentina — Safeguard Measures on Imports of Footwear". WTO. 24 February 2010. Diakses tanggal 14 Mei 2017.
19. Biro Hubungan Masyarakat (27 December 1999). "Keputusan Badan Banding Wto Atas Sengketa Dagang Produk
Alas Kaki Antara Argentina Dengan Indonesia". Ministry of Industry and Trade - Republic of Indonesia.Diakses
tanggal 18 Mei 2017.
216
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
dan Indonesia, telah memutuskan diatur Artikel VI, yaitu pemberian subsidi yang
bahwa tindakan safeguards yang dapat merugikan negara pengimpor, atau
diterapkan Argentina tersebut dumping.
melanggar ketentuan dalam pasal Negara berkembang diberikan
XIX ayat 1A dalam GATT 1994 dan
pengecualian dalam penerapan Ketentuan
Persetujuan Safeguards - WTO.20
Artikel I dan Artikel III WTO tersebut atas
3. Kedudukan Negara Berkembang
dasar prinsip keadilan. Prinsip keadilan
Dalam WTO Khususnya Indonesia
merupkan hasil kesepakatan yang dicapai
Demokrasi usaha atau biasa disebut negara-negara di dunia, dituangkan dalam
sebagai keadilan berusaha yang diatur dalam Final Act Tahun 1964, berkaitan dengan
hukum dasar Indonesia,21 ternyata diterapkan hak dan kewajiban dalam ekonomi dunia,22
pula dalam prinsip dunia usaha antar negara yang antara lain berkaitan dengan hak dan
yang sedang memasuki abad modern kewajiban memperoleh keuntungan timbal
sekarang. balik secara adil.
Era baru perdagangan internasional Ketentuan pengecualian yang didasarkan
yang ditandai dengan diterapkannya prinsip- prinsip keadilan tersebut bertujuan untuk
prinsip WTO, lebih luas pengaturannya dari mensejahterakan negara anggota yang
GATT 1994, dengan disepakatinya TRIPs berkembang, melalui dorongan persaingan
dan GATS, bersifat multilateral, membawa terbuka, reformasi pembangunan dan
dampak yang sangat mempengaruhi negara ekonomi, meningkatkan prediktabilitas. Atas
anggota.Bagi negara maju penerapan prinsip dasar prinsip ini, bagi negara berkembang
WTO membawa peluang-peluang baru yang diterapkan persyaratan-persyaratan dan
sangat menguntungkan, sedangkan bagi melalui prosedur-prosedur, berdasarkan
negara berkembang dipacu melalui berbagai Artikel XVIII WTO.
tantangan yang mmemerlukan waktu tertentu
Visi dalam tujuan kesepakatan WTO
untuk menikmatinya.
yaitu untuk mensejahterakan negara-negara
Tujuan dibentuknya WTO yang dimaksud- anggota pada kenyataannya sulit dicapai oleh
kan untuk melancarkan perdagangan antar negara anggota yang belum siap, yaitu negara
negara dilate rbelakangi oleh banyaknya berkembang. Kewajiban dan kebolehan
hambatan yang dialami dalam melakukan dengan persyaratan-persyaratan yang harus
perdagangan.Hambatan tersebut dapat dipenuhi negara berkembang tidak dapat
dilihat nyata dalam bidang-bidang yang dilaksanakan termasuk Indonesia, walaupun
sebagian besar masih memerlukan proteksi, beberapa negara di kawasan ASEAN jeli
misalnya melalui subsidi yang dituangkan dalam menerima peluang dan mengatur
dalam politik hukum pemerintah sebagai strategi dalam mencapai tujuan WTO.
pelaksanaan kebijakan pembangunan. Praktik
WTO yang mengandung antara lain
pelaksanaannya bertentangan dengan prinsip
aturan GATT 1994 merupakan suatu aturan
umum WTO dalam Artikel I, dan Artikel III
perdagangan multilateral yang diatur dalam
WTO, dan transparansi, serta prinsip khusus,
suatu “ad interim agreement” selama kurang
misalnya keadilan berusaha, yang antara lain
lebih 48 tahun, Dalam perkembangannya,
20. "Argentina - Footwear Safeguard (AB)" (PDF). World Trade Law.Diakses tanggal 25 Mei 2017.
21. Keadilan berusaha atau kesempatan yang sama dalam memperoleh kesempatan berusaha diatur dalam hukum
dasar Indonesia, yaitu Pasal 33 UUD 45.
22. Resolusi Majelis Umum PBB No. 301
217
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
sistem GATT sebenarnya hanya sebagai Tujuan WTO itu dituangkan dalam
instrumen hukum yang bersifat sementara ketentuan yang mengandung prinsip keadilan
untuk melakukan perundingan penurunan dengan tidak melupakan pemberdayaan
tarif sebagai akibat dari gagalnya International bagi Negara berkembang dan berkembang
Trade Organization (ITO) untuk diberlakukan terbelakang dengan menerapkan; Pertama,
pada 1947. Prinsip resiprositas, artinya perlakuan yang
Perkembangan arus barang dapat diberikan oleh suatu Negara Anggota kepada
terjadi melalui penekanan penurunan atau Negara mitra dagangnya harus diberikan
sedapat mungkin penghapusan tarif dengan pula oleh Negara mitra dagang tersebut;
menggunakan metode yang tepat, termasuk Kedua, prinsip perlakuan sama atau non-
penurunan atau penghapusan tarif tinggi dan discrimination, yang dikenal juga dengan
eskalasi tariff. Hal itu dilakukan dengan cara sebutan prinsipo most favour nation, dan
penekanan pada peningkatan cakupan dari Ketiga, prinsip tranparation atau transparansi,
konsesi tariff (expansion of the scope of tariff artinya perlakuan dan kebijakan yang
conssesion) di antara semua negara peserta. dilaksanakan suatu Negara harus transparan,
Tarif rata-rata untuk hasil industri di negara dapat diketahui mitra dagangnya.24
maju secara progresif memang terus menurun Pencapaian tujuan tersebut ditunjang
dari sekitar tahun 1940-an menjadi sekitar oleh publikasi substansi yang diatur atas
6,3 % sebagai hasil dari putaran perundingan kesepakatan Negara Anggota, yang
multilateral sebelumnya.23 dirumuskan secara arsitektur. Oliver Long,
Namun demikian usaha memperbaiki yang ditanggapi oleh Robert Reich,25bahwa
market access (akses pasar), terutama prinsip-prinsip WTO disusun dalam
untuk produk ekspor penting dari negara sistematika secara arsitektur, menunjang
berkembang perlu terus dilanjutkan dan pandangan yang mengandung tema
ditingkatkan. Walaupun semua negara utama, mengarah pada tujuan akhir untuk
dituntut memberikan kontribusi dalam bentuk menerapkan perdagangan yang bebas dabn
penurunan tariff, namun prinsip special terbuka, dengan aturan dan prosedur yang
differential treatment (perlakuan khusus dan rinci, serta pengecualian prinsip-prinsip yang
berbeda) terhadap negara berkembang tetap terkandung dalam aturan-aturan yang mudah
diperhatikan. Bahkan harus dijamin agar dipahami.
MFN tariff cuts (penurunan tarif MFN) tidak Prinsip-prinsip tersebut di atas yang
menghilangkan manfaat dari preferensi GSP secara umum dituangkan antara lain dalam
atau lainnya. WTO akan tetap memberikan Artikel I, dan Artikel III WTO. Khusus bagi
perhatian atas perlunya upaya-upaya Negara berkembang diterapkan ketentuan
positif dalam rangka memberikan jaminan Artikel XVIII. Para pakar antara lain Sunaryati
pertumbuhan perekonomian yang lebih baik Hartono mengatakan bahwa pengecualian
bagi seluruh Negara Anggota, termasuk yang diberikan kepada Negara berkembang,
negara berkembang (development countries), mengandung prinsip positif discrimination.
dan negara berkembang terbelakang (under Ketentuan Artikel XVIII mengandung patokan
development cuntries). pemberdayaan Negara berkembang dalam
218
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
26. Oliver Long, Law and Its Limitation s in GATT Multilateral Trade System, Martinus Nijhoff, Dordreght, 1987, Hlm. 17.
27. Artikel XII WTO sebagai dasar pelaksanaan pengecualian yang diberikan kepada negara berkembang dalam
mengalami masalah keuangan.
28. Perluasan pengecualian bagi negara berkembang sebagai akibat mengalami masalah dalam mengatasi masalah
ditentukan dalam Artikel XVIII
219
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
lain tentang keadaan ekonomi dalam negeri, masing-masing negara. Negara-negara yang
bahkan untuk masalah yang terkait langsung memiliki faktor produksi relatif banyak/murah
dengan usahanyapun kurang memperoleh dalam memproduksinya akan melakukan
respons dari para pengusaha. Hal ini spesialisasi produksi dan mengekspor
menunjukkan adanya budaya masa bodoh, barangnya. Sebaliknya, negara akan
tidak berkeinginan memperluas konsekwensi mengimpor barang tertentu jika negara
yang terjadi dalam masalah usahanya. Dalam tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
kehidupan masyarakat negara berkembang langka/mahal.31 Misalnya negara Indonesia
pengusaha yang mengalami masalah kurang memiliki tenaga kerja (TK) yang relatif
mempunyai niat untuk menyelesaikannya, besar, maka Indonesia akan berspesialisasi
walaupun sudah tersedia ahli dari WTO pada produksi barang-barang yang relatif
dan ditangani oleh pemerintah dalam padat tenaga kerja (labor intensive) dan
hubungannya dengan permasalahan yang mengekspornya. Jepang memiliki relatif
dialami dengan mitra dagangnya.29 banyak kapital (K), maka negara Jepang akan
Keadaan di atas merupakan masalah berspesialisasi menghasilkan barang yang
internal yang menambah hambatan bagi padat kapital (capital intensive) dan kemudian
negara berkembang dalam melaksanakan mengekspornya ke negara lain.
ketentuan WTO. Misi WTO dalam Teori ini muncul pertama kali pada
melancarkan perdagangan antar negara pertengahan abad ke 19 hingga awal abad
untuk menghilangkan hambatan terutama ke 20. Pada saat itu Eropah menguasai
di bidang pengenaan tarif masih terus perdagangan yang melewati batas wilayahnya,
mengalami hambatan sebagai akibat keadaan yang kemudian diikuti oleh Amerika Serikat,
ekonomi negara anggota yang tidak sama Amerika Latin, Afrika, Asia, Australia,
antara negara maju dan negara berkembang, dan Selandia Baru. Menurut H-O bahwa
walaupun sudah dilakukan usaha melalui perdagngan internasional sesungguhnya
penerapan keadilan berusaha. hampir sama dengan perdagngan antara
daerah, hanya berbeda dalam jaraknya. H-
Analisis Fungsi Dan Manfaat WTO Bagi
Negara Berkembang Khususnya Indonesia O tidak sependapat dengan teori klasik
yang mengabaikan ongkos transpor.
Perdaganganantarnegarasaatinididasari
Barang-barang yang diperdagagankan tidak
pandangan Teori Modern Dalam Perdagangan
didasarkan atas keuntungan alamiah atau
Internasional yang dikemukakan pertama kali
keuntungan yang diperkembangkan, tetapi
oleh Bertil Ohlin,30 atas dasar pandangan
atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
gurunya Eli Heckscher, yang dikenal dengan
faktor produkai yang dipergunakan untuk
Teori Heckcher-Ohlin atau teori H-O. Menurut
menghasilkan barang-barang.
teori H-O, Perdagangan internasional terjadi
disebabkan perbedaan opportunity cost suatu Menurut O-H masing-masing negara
produk antara satu negara dengan negara memiliki faktor-faktor produksi neoklasik
lain, pertukaran dapat terjadi karena adanya (tanah, tenaga kerja, dan modal) dalam
perbedaan dalam jumlah proporsi faktor perbandingan yang berbeda, sedangkan
produksi yang dimiliki (factor endowment) untuk menghasilkan suatu barang tertentu
29. Alfons Samosir, Kabid Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan, Jakarta, 20 Juni 2010
30. Bertil Ohlin. Interregional and International Trade, HarvardUniversity Press Boston, Massatchussetts, USA, 1933, p.
121
31. https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/23/teori-heckscher-ohlin-teori-h-o/, diakses tgl 20 Juni 2017
220
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
221
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
33. Wil D. Verwey, WTO Development Countries and The Implication. HarvardUniversity Press, BostonMassatchusetts,
USA,P. 21
34. Final act UNCTAD, Prinsip I
35. Charter Of Economic Right and Duties Of State,Bab I, yang berisi antara lain Berdasarkan pula pada integritas wilayah
dan kemerdekaan setiap negara; persamaan hak semua negara (berdasarkan asas kedaulatan, tidak melakukan
agresi, intervensi, menerapkan keuntungan timbal balik secara adil, hidup berdampingan secara damai, memiliki hak
dalam penentuan nasib sendiri, dan dalam penyelesaian sengketa secara damai, memenuhi kewajiban internasional
dengan itikad baik, melindungi hak-hak asasi manusia, idak boleh mencari hegemoni dan lingkungan pengaruh,
ikut meningktakan keadilan sosial internasional, meningkatkan kerja sama internasional dalam pembangunan, dan
bebas “acces” ke dan dari laut bagi negara-negara yang tidak berpantai, sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.
222
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
pembentukan hukum. Saat unsur asing Untuk menjadi landasan teoritis berkaitan
masuk dalam suatu bidang usaha, berarti dengan perdagangan internasional yang
hukum yang mengaturnya harus mengandung dilihat pendekatan praktis yang dikemukakan
prinsip non-discrimination. Langkah yang Louis Henkin,yaitu:
perlu dilakukan pemerintah, adalah hukum “Like individuals, states have personhood,
yang mengatur pemanfaatan investasi asing will’ theability to decide to agree.
bermitra dengan usaha nasional dalam State have rights (implying reciprocal
bidang-bidang tertentu dengan persyaratan duties) State has the right to life to
untuk melindungi usaha masyarakat yang continue to exist.It has the right to liberty
pada umumnya masih bersifat tradisionil. and the persuit of happiness, including
internal economic, the right to be let a
Berkaitan dengan ini yang menjadi
lone political independence), and a right
persoalan adalah dalam melindungi
to property (including territorial integrity)
perekonomian nasional, negara sebagai To secure these rights state enter a
pemegang kedaulatan harus tunduk pada social contract agreeing to be governed
ketentuan-ketentuan hukum internasional. by norms and institutions.These derive
Kedaulatan negara tidak hanya merupakan their legitimacy from the consent of the
suatu konsep internal tentang kekuasaan governed. State are subject only to law
tertinggi dalam suatu masyarakat manusia to which they consented, but state can
yang terorganisir yang disebut negara, yang consent to any law…..”39
diakui oleh hukum internasional, khususnya (“Sebagaimana individu,negara memiliki
dalam fungsinya mengatur pemerintahannya sifat”, ingin menentukan dan menyetujui.
dan melakukan perlindungan kegiatan Negara memiliki hak (saling menerapkan
ekonomi melalui kebijakan perdagangan Kewajiban), hidup sejahtera, termasuk Hak
luar negeri. Dalam kenyataannya kekuasaan untuk kemerdekaan dan Kesejahteraan,
negara tersebut dibatasi. yang yang tercakup kesejahteraan ekonomi
Mochtar Kusumaatmadja,mengatakan nasional. Hak untuk mandiri (merdeka),
mengenai hal ini, bahwa kedaulatan sebagai dan hak untuk menikmati kemakmuran
kekuasaan tertinggi mengandung pengertian (kesatuan/ keutuhan).Untuk mencapai hak-
dalam dua pembatasan penting dalam dirinya hak ini Negara melalui persetujuan sosial
sendiri.37Pertama, kekuasaan itu terbatas menyelenggarakan pemerintahan sesuai
pada batas wilayah negara yang memiliki dengan norma yang didasarkan pada
kekuasaan itu; dan Kedua, kekuasaan itu institusi.Perolehan legitimasi tersebut sesuai
berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain dengan aturan. Negara sebagai obyek
dimulai. dalam hukum melakukan kegiatannya
Ketaatan negara terhadap hukum berdasarkan hukum, dan dapat pula
internasional yang dikemukakan berbagai membentuk hukum).
ahli dalam tulisan berdasarkan teori, antara Kepatuhan terhadap hukum internasional
lain Mochtar Kusumaatmadja,mengatakan dikatakan oleh Grotius sebagai pemberian
mengandung kekurangan, dan kelebihan38. alam untuk mencapai kedamaian.40Namun
223
JIKH Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 205 - 225
41. Notonagoro, Politik Hukum Dan Pembangunan Agraria Di Indonesia, Bina Aksara Jakarta, 1984, Hlm. 99.
42. Notonagoro, opcit, 99
43. Yudha B Ardhiwisastra. Imunitas Kedaulatan Negara Di Forum Pengadilan Asing. Alumni, Bandung, 1999, Hlm 30.
44. Yudha B Ardhiwisastra, opcit, 30
224
Analisis Fungsi dan Manfaat WTO......(Jamilus)
Hoekman & Kosteckti, The Political Economy Yudha B Ardhiwisastra. Imunitas Kedaulatan
of the World Trading System, The WTO Negara Di Forum Pengadilan Asing.
and Beyond, Second Edition, Oxford Alumni, Bandung, 1999
University Press, New York, 2001 WTO, GATT 1994, dan Perkembangannya,
Jur Udin silalahi dkk, Analisis dan Evaluasi Harvard University Press, Boston USA,
Hukum Tentang Perlindungan Industri 2001
Dalam Negeri (UU Nomor 5 Tahun Biro Hubungan Masyarakat (27 December
1984 tentang Perindustrian), Badan 1999). “Keputusan Badan Banding Wto
Pembinaan Hukum Nasional, Atas Sengketa Dagang Produk Alas Kaki
Kementerian Hukum dan HAM RI, Antara Argentina Dengan Indonesia”.
Jakarta, 2011 Ministry of Industry and Trade -
Kartadjumena, WTO dan Implementasi Dalam Republic of Indonesia. Diakses tanggal
Perdagangan Internasional Dan WTO, 18 Mei 2017.
UI Press, Jakarta, 2000. Internet
Konperensi Tingkat Menteri, Deklarasi Doha http://www .baubaupos.com/page.
Dan Trade Negotiations Commite, php?kat=10&id_berita=1104,
Departemen Luar Negeri, Jakarta, 2001
https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/
Mochamad Koesnoe, Pancasila, UUD 45, analytic_index_e/wto_agree_01_e.htm,
Dan Prinsip Demokratisasi, Identitas
Argentina — Safeguard Measures on Imports
Hukum Nasional, UII Press,1997
of Footwear”. WTO. 24 February 2010.
Mochtar Kusumaatmadja, Dasar-Dasar
http://industri.bisnis.com/
Hukum Internasional, Bina Cipta,
read/20141008/12/263116/indonesia-as-
Bandung, 1989.
resmi-akhi
Notonagoro,Politik Hukum Dan Pembangunan
Agraria Di Indonesia, Bina Aksara
Jakarta, 1984
225