Anda di halaman 1dari 14

38

“KEDUDUKAN TANAH ULAYAT DALAM PERSPEKTIF


KONSTITUSI INDONESIA”
(Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945)

Hairan
harbrot@yahoo.co.id
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

ABSTRAK

Tanah ulayat adalah bagian dari hak masyarakat adat yang juga sama sebenarnya dengan
hak-hak lainnya. Hanya saja dalam konstitusi UUD 1945 belum ada ketegasan mengenai
Status Tanah Ulayat sebagai suatu nilai karena tanah ulayat, juga sebagai refleksi dari
keberadaan Negara Republik Indonesia. Dalam kemajemukan serta keragaman masyarakat
serta haknya adalah adanya nilai yang universal dan dianggap sebagai nilai yang bermakna
religius yaitu tanah. Adanya kepentingan yang besar yaitu Negara sangat mendominasi
kekuasaan dalam menentukan peruntukan tanah tanpa menjadikan tanah ulayat sebagai salah
satu keberadaan dan keragaman hukum dan obyeknya di Indonesia. Sehingga hak menguasai
oleh Negara tanpa batasan yang jelas.

Kata Kunci: Tanah Ulayat, Konstitusi, UUD 1945

ABSTRACT

The traditional communal land is part of the rights of indigenous peoples are also the
same is true with other rights. Only in the 1945 constitution has been no firmness to the Status
of Communal Land as a value for the communal land, as well as a reflection of the existence
of the Republic of Indonesia. In the plurality and diversity of society and their rights is a
universal value and is considered a significant religious value, namely land. The existence of
great importance that the State is dominating power in determining the allocation of land
without making the communal land as one of the presence and diversity of law and its object
in Indonesia. So that the rights of control by the State without clear boundaries.

Keywords: Communal Land, Constitution, 1945

PENDAHULUAN maka eksistensi keberadaan Negara1


diragukan keberadaan. Bahkan lebih tegas
A. Latar Belakang
Tanah (land) memegang peranan yang lagi, bukan diragukan, melainkan adalah
sangat penting, karena tanpa adanya tanah unsur terbentuknya Negara.

1 Harold J.Laski, memberikan definisi Negara wewenangyang bersifat memaksa dan yang secara
adalah “The state is a society which is integrated by sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok
possessing a coerciveauthority legally supreme over yang merupakan bagian dari
any individual or group which is part of the society masyarakat).”Harold J. Laski, 1947, The State in
(Negara adalah suatu masyarakat yang Theory and Practice, New York, The Viking
diintegrasikan karena mempunyai Press, 1947), page 8-9.
39

Tanah menunjukkan wilayah kepada Negara-negara lain atau


territorial suatu Negara secara horizontal. internasional.
Lebih luas wilayah teritorial sebenarnya Negara memiliki hak untuk
bukan hanya tanah, melainkan seluruh mengatur wilayahnya, salah satunya
permukaan bumi, baik daratan atau tanah, adalah tanah. Pengaturan Negara dalam hal
laut, ruang angkasa, dan yang terkandung ini Negara Republik Indonesia
di dalamnya. melaksanakan perintah Konstitusi yang
Undang-Undang Dasar Negara ketentuan Pasal 33 ayat (3) UD 1945
Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut. Bahasa yang dikeluarkan dalam
(selanjutnya disingkat UUD 1945), Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 untuk
tepatnya dalam Pasal 33 ayat (3), menunjukkan keberadaan Negara, dan
menyebutkan: Negara memiliki kekuasaan tertinggi
Bumi dan air dan kekayaan alam sangat universal dan memiliki makna yang
yang terkandung di dalamnya dikuasai mendalam. Apalagi Indonesia yang
oleh negara dan dipergunakan untuk dikenal sebagai Negara kepulauan
sebesar-besar kemakmuran rakyat. (Archipalago). Banyak pulau besar dan
Segala sumber yang ada baik bumi, pulau kecil yang berjumlah sekitar lebih
air, dan kekayaan yang terkandung di dari 17 ribu pulau. Dipulau-pulau inilah
dalamnya menjadi hak bangsa Indonesia kita bertempat melaksanakan aktivitas
untuk mengatur peruntukkannya. hukum.
Pemaknaan bumi disini lebih luas lagi, Pulau yang sering kita sebut daratan,
karena makna “bumi” (earth) meliputi dan semua aktivitas manusia berada di
tanah dan air dan ruang angkasa.2 darat. Daratan inilah yang kita sebut juga
Penggunaan kata tanah, tidak dengan tanah. Tanah memiliki makna yang
dipergunakan dalam rumusan Pasal 33 ayat sangat penting baik dalam sejarah
(3) tersebut. Artinya tanah (land) adalah (history), peradaban manusia dari masa ke
salah satu bagian dari bumi. masa. Tanah juga memiliki nilai ekonomi,
Makna dalam Pasal 33 ayat (3) itu nilai sosial, dan terpenting juga tidak bisa
memiliki makna yang mendalam dan dikesampingkan adalah nilai Magic
sangat universal, memang konstitusi3 Religoius. Negara mengatur secara
sebagai hukum dasar Negara dibuat untuk sentralistik peruntukannya yang secara
memberikan gambaran yang universal. filsafat, pengaturannya hanya untuk
Sebagai Negara adalah sangat wajar sebesar-benar kemakmuran rakyat. Tugas
kiranya memiliki kedaulatan untuk menata Negara, adalah merencanakan ruang,
dan mengatur. Karena kedaulatan itu tidak menata, dan melaksanakan peruntukan dan
hanya ditujukan kepada luar saja, yaitu melegalisasi hak atas tanah yang diberikan
menunjukkan eksistensi keberadaan negara. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD

2 Lihat dalam Pasal 1 Konvensi Chicago 1944, dengannya di bawah kedaulatan, kekuasaan,
menyebutkan: The contracting States recognize perlindungan atau mandat dari Negara
that every State has complete and exclusive tersebut).
sovereignty over the air-sace above its territory. 3 a constitution is more than a social contract …….

(Kesepatan bersama Negara-negara mengakui it is rather an expression of the general will of a


bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang nation. It is a reflection its history, fears, concerns,
lengkap dan eksklusif melalui udara-disimpan aspirations and indeed, the soul of the nation”
atau di atas wilayahnya). Dipertegas dalam (Kalimat ini berasal dari Cheryl Saunders –
Pasal 2: For the purposes of this Convention the Guru Besar Hukum Tata Negara pada
territory of a State shall be deemed to be the land Universitas Melbourne Asutralia, dikutip
areas and territorial waters adjacent there to under dalam Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti,
the sovereignty, suzerainty, protection or mandate 2015, Memaknai Konstitusi, Makna dan
of such State (Untuk tujuan Konvensi ini Aktualisasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
wilayah Negara dianggap menjadi lahan dan hlm ix.
perairan teritorial yang berdampingan
40

1945, sebagai nilai dasar yang wajib dan perbuatan hukum yang mengenai
ditindaklanjuti dengan norma berupa bumi, air dan ruang angkasa.
pembentukan Undang-undang Nomor 5 Atas dasar tersebut Negara mengatur
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar berbagai hal terkaait dengan tanah, karena
Pokok-pokok Agraria, (Selanjutnya hak tertinggi adalah hak bangsa, baru
disingkat UUPA). Sampai saat ini UUPA kemudian hak menguasai tanah oleh
menjadi dasar untuk mengatur peruntukan Negara. Menurut Bakrie, Seluruh Wilayah
tanah. Ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD Indonesia adalah kesatuan tanah air dari
1945 dijewantahkan dalam Pasal 2 ayat (1) seluruh rakyat Indonesia yang bersatu
yang menyatakan bahwa: sebagai Bangsa Indonesia4”.
“Atas dasar ketentuan dalam Pasal Nilai dasar yang dimuat dalam Pasal
33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan hal- 33 ayat (3) UUD 1945 itu, menyangkut
hal sebagai yang di maksud dalam Pasal 1, obyek dimana kedudukan Negara sebagai
bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk subyek hukum berupa badan hukum
kekayaan alam yang terkandung (rechts persoon), karena Negara sebagai
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi organisasi besar yang menyelenggarakan
kekayaan alam yang terkandung di sistem kehidupan berbangsa, bernegara,
dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dan bermasyarakat. Kehidupan berbangsa,
dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi bernegara, dan bermasyarakat itu
kekuasaan seluruh rakyat.” ditujukan kepada siapa? Ditujukan kepada
Dalam penjelasan umum UUPA segenap rakyat Indonesia, yang pada
angka 2 lebih lanjut dijelaskan bahwa: kenyataannya adalah majemuk dalam
“ ........tidak perlu dan tidak pula pada berbagai hal, mulai keragaman bahasa,
tempatnya, bahwa Bangsa Indonesia keragaman berpakaian, keragaman
ataupun Negara bertindak sebagai pemilik budaya, sampai keragaman dalam hukum
tanah. Adalah lebih tepat jika Negara , adat dan keragaman dalam
sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh memperlakukan tanah sebagai haknya.
rakyat (bangsa) bertindak selaku Badan Daya tangkap yang tersurat dalam
Penguasa “. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 itu tidak
Negara dalam kedudukannya ditangkap sepenuhnya dalam UUPA.
sebagai organisasi kekuasaan seluruh Buktinya pernyataan yang secara jujur
rakyat, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat menyatakan pengaturan tanah oleh Negara
2 UUPA diberi wewenang untuk : tidak lepas dari resepsi dari hukum barat
a. mengatur dan menyelenggarakan dan hukum adat ke dalam UUPA.
peruntukan, penggunaan, persediaan Sayangnya UUPA tidak melakukan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang konkretisasi terhadap pengakuan dan
angkasa; pengaturan hak atas tanah. Sedangkan
b. menentukan dan mengatur hubungan- dalam ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUPA,
hubungan hukum antara orang-orang menyebutkan:
dengan bumi, air dan ruang angkasa; Hak menguasai dari Negara tersebut
c. menentukan dan mengatur hubungan- diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan
hubungan hukum antara orang-orang, kepada daerah-daerah Swatantra dan

4 Lihat Muhammad Bakri. Hak bangsa tersebut bukan hak pemilikan dalam
merupakan hak penguasaan atas tanah yang pengertian yuridis. Maka dalam rangka Hak
tertinggi dalam hukum tanah nasional. Hak- Bangsa ada hak milik perorangan atas tanah.
hak penguasaan atas tanah yang lain, secara Tugas kewenangan untuk mengatur
langsung maupun tidak langsung bersumber penguasaan dan memimpin penggunaan tanah
padanya. Hak bangsa mengandung dua unsur, bersama tersebut pelaksanaannya dilimpahkan
yaitu kepunyaan dan unsure tugas kepada Negara. Muhammad Bakri, Hak
kewenangan untuk mengatur dan memimpin Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma
penguasaan dan penggunaan tanah yang Baru Untuk Reforma Agraria), Citra Media
dipunyainya. Hak bangsa atas tanah bersama Hukum: Yogyakarta: 2007, hlm.42.
41

masyarakat-masyarakat hukum adat, penguasa-penguasa dan mempunyai


sekedar diperlukan dan tidak bertentangan kekayaan yang berwujud ataupun tidak
dengan kepentingan nasional, menurut berwujud, di mana para anggota kesatuan
ketentuan-ketentuan Peraturan masing-masing mengalami kehidupan
Pemerintah. yang wajar menurut kodrat alam dan tidak
Setelah reformasi dengan tuntutan seorangpun di antara para anggota itu
yang salah satunya adalah tonomi daerah, mempunyai pikiran atau kecenderungan
merambah pula perlakuan bagi masyarakat untuk membubarkan ikatan yang telah
adat. Sehingga hasil amandemen ke 2 bertumbuh itu atau meninggalkan dalam
dalam Pasal 18B ayat (2), menyebutkan: arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk
Negara mengakui dan menghormati selama-lamanya.5
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat Sekarang ini dengan masa
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang demokrasi di Indonesia sebagian
masih hidup dan sesuai dengan masyarakat di daerah menuntut hak-hak
perkembangan masyarakat dan prinsip kedaerahan, salah satunya adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengakuan hak-hak masyarakat adat yaitu
yang diatur dalam undang-undang. tanah adat. Hanya saja Negara belum jelas
Ketentuan Pasal 18B ayat (2) ini, Negara memasukkan tanah adat itu sebagai hak
menyatakan pengakuannya terhadap jelas dan pasti dan seperti apa
subyek hukum Adat beserta hak-hak implementasinya. Adanya kekhawatiran
tradisionalnya. Hak-hak tradisional ini terhadap status hak tanah ulayat diberikan
dikalangan kita sering memperdebatkan, bisa menjadi masalah bagi Negara, karena
apakah juga termasuk tanah adat. UUPA adanya kepentingan-kepentingan yang
yang telah ada sejak tahun 1960, nuansa lebih besar lagi.
politik hukum yang dibangun sistem Banyak permasalahan tanah ini
hukum agraria, dalam arti sempit hukum terjadi di beberapa daerah dilator belakangi
tanah didasarkan pada hukum barat dan karena kepentingan tadi, dominasi Negara
hukum adat, tetapi UUPA dalam Pasal 3, dalam menguasai tanah oleh Negara,
menyebutkan: menyebabkan Negara terjebak pada
Dengan mengingat ketentuan- konflik pertanahan baik secara konflik
ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan bersifat vertikal maupun konflik yang
hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari bersifat horizontal. Kejelasan yang masih
masyarakat-masyarakat hukum adat, dianggap kabur dalam konstitusi kita, yaitu
sepanjang menurut kenyataannya. masih UUD 1945 mengenai bentuk pengakuan
ada, harus sedemikian rupa sehingga hak-hak masyarakat adat, dalam hal tanah
sesuai dengan kepentingan nasional dan adat. UUPA tidak memasukkan tanah adat
Negara, yang berdasarkan atas persatuan sebagai suatu status hak yang dimiliki oleh
bangsa serta tidak boleh bertentangan komunitas masyarakat adat, tetapi lebih
dengan Undang-undang dan peraturan- menekankan pada penguasaan tanah oleh
peraturan lain yang lebih tinggi. Negara. Sedangkan kepemilikan dilakukan
Adanya Pasal 18B ayat (2) UUD secara individual.6
1945 ini, mengenai pengertian masyarakat Bila di bidang kehutanan Undang-
hukum adat, menurut Roestandi undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Ardiwilaga bahwa: Kehutanan, tepatnya dalam Pasal 5 yang
Masyarakat hukum adat (adatrecht mengatur tentang status hutan. Dimana
gemeenschap) adalah tidak lain dari pada hutan menurut statusnya dikelompokkan
kesatuan manusia yang teratur, menetap di menjadi 2, yaitu hutan dengan status hutan
suatu daerah tertentu, mempunyai Negara, dan hutan dengan status hutan hak.

5 Roestandi Ardiwilaga, 1962, Hukum Agraria 6 Lihat ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2)
Indonesia, Penerbit Masa Bakti, Jakarta, hlm 23 UUPA, yang mengatur macam-macam hak atas
tanah.
42

Hutan adat masuk dalam kategori hutan sebagai tanah Negara. Artinya
Negara. Sehingga Mahkamah Konstitusi, mendudukan secara hukum dalam
pada 16 Mei 2013, Mahkamah Konstitusi kesetaraan yang sejajar dengan hak
mengeluarkan Putusan No.35/2012 yang lainnya.
monumental dengan menegaskan 2. Terbangunnya sistem hukum yang
konstitusionalitas hutan adat. Mahkamah bisa memberikan jaminan kepastian
Konstitusi (MK) memutuskan bahwa kata hukum bagi keberadaan tanah adat
“negara” dalam Pasal 1 angka 6 UU No. 41 yang sepanjang keberdaannya masih
tahun 1999 tentang Kehutanan diakui.
bertentangan dengan Konstitusi. Pasal
tersebut awalnya berbunyi: “hutan adat PEMBAHASAN
adalah hutan negara yang berada dalam
wilayah masyarakat hukum adat”diubah Status tanah Ulayat dalam konstitusi
oleh Putusan MK menjadi, “hutan adat Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar
adalah hutan yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia Tahun
masyarakat hukum adat.” 1945.
Hal kehutanan telah jelas, walaupun
a. Memaknai Status Tanah Ulayat
diakui implementasinya dilapangan masih
dalam Konstitusi Indonesia
tertatih-tatih, misalnya penataan ruang
Begitu banyak bahasan mengenai
yang setengah hati dari Daerah untuk
hukum adat dan tanah ulayat, tetapi kita
memasukkannya dalam Rencana Tata
terlupa mengenai status tanah adat itu
Ruang Wilayah (RTRW) baik Provinsi
seperti apa Negara mengakomodirnya
maupun Kab/Kota di Indonesia. Padahal
mulai dari konstitusi dan sistem hukum
memasukkan dalam tata ruang wilayah
yang ada. Jangan lupa bahwa secara tegas
Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadi
dan lugas, bangsa kita menyatakan Negara
kewajiban sebagai bentuk tanggungjawab
ini adalah Negara yang berdasarkan
Negara dalam konstitusi tadi mengakui
hukum, sebagaimana dalam Pasal 1 ayat
keberadaannya, meskipun dengan syarat
(3) UUD 1945, amandemen ketiga,
sepanjang masih ada keberadaannya.
menyatakan:
Untuk status tanah sampai saat sekarang
Negara Indonesia adalah negara
ini belum ada bentuk regulasi yang
hukum. Jelas hukum yang diinginkan,
menjadi norma konkret untuk mengatur
bukan menggunakan perundang-
status keberadaan tanah ulayat atau yang
undangan. Makna hukum itu luas sekali,
kita sebut dengan Hak Ulayat.
tergantung kita memaknainya dari sudut
pandang yang mana. Bila dipandang
B. Permasalahan
hukum itu sebagai suatu aturan normatif,
1. Apakah status hak ulayat dalam
maka menurut Jimly Asshiddiqie,
Konstitusi Indonesia, yaitu Undang-
menyatakan: Hukum adalah keseluruhan
Undang Dasar Negara Republik
aturan normatif yang mengatur dan
Indonesia Tahun 1945?
menjadi pedoman perilaku dalam
2. Apakah Hak Ulayat itu telah memiliki
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
kepastian hukum?
dengan di dukung oleh sistem sanksi
tertentu terhadap setiap penyimpangan
C. Tujuan Penulisan
terhadapnya.7
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
Hukum dipandang sebagai pedoman
ini, sebagai berikut:
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat
1. Menempatkan tanah Adat dalam
dan bernegara, jelas hukumlah yang
kedudukan sebagai tanah hak, bukan

7 Jimly Asshiddiqie, 2000, Pembentukan dan


Pembuatan Hukum, Jakarta, Universitas
Indonesia, hlm 54
43

membatasi perilaku, karena manusia yang tidak atau belum dihaki." 9 Pendapat
cenderung menyimpang dari apa yang lain yang menurut Penulis mendekati
seharusnya tidak dilakukan. Dalam hukum dengan pengelompokkan tanah ulayat dari
ada sumber-sumber formal, yang salah pengertian hak ulayat, yaitu seperti
satunya adalah kebiasaan (costum). pendapat dari Mertokusumo, beliau
Kebiasaan (costum) dilakukan berulang mengatakan bahwa hak ulayat adalah :
ulang juga menjadi hukum, termasuk "Hak atas tanah yang menjadi milik
dalam hal ini adalah hukum adat. Karena bersama masyarakat, yang merupakan hak
dia lahir dari adanya kebersamaan dan tertinggi kedudukannya. Hak ulayat
kekeluargaan dikalangan masyarakat mengandung dua unsur kepunyaan artinya
Indonesia yang beraneka ragam. semua anggota masyarakat mempunyai
Kebersamaa dan kekeluargaan adalah hak untuk menggunakan dan unsur
sebuah konsep budaya yang hidup di kewenangan yaitu untuk mengatur,
masyarakat Indonesia. Hal ini berbeda merencanakan dan memimpin
dengan kultur barat yang cederung hidup penggunaannya. Kemudian karena semua
secara individualistis. Bangsa Indonesia anggota masyarakat tidak mungkin
memiliki nilai-nilai luhur budaya yang melaksanakan pengurusan hak ulayat,
sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan maka tugas tersebut dilimpahkan kepada
gotong royong.8 kepala adat. Jadi pelimpahan itu, kepala
Tanah adat sebagai obyek, adat berhak memberikan hak-hak atas
dipandang sangat penting bagi masyarakat tanah kepada perseorangan seperti hak
adat. Masing-masing komunitas milik, hak yayasan, hak pakai dan lain-
masyarakat adat secara universal memiliki lain.10
kesamaan dalam memandang tanah. Tanah Pelimpahan inilah yang menjadi
dianggap tempat yang sakral dan perlu tanah adat perorangan yang kemudian bila
dijaga dan dipelihara. Tanah dipandang dia mendaftarkan kepada Negara secara
juga sebagai nilai dari suatu keberadaan formal, maka hapuslah sudah tanah adat
dan eksistensi hukum adat itu sendiri. tersebut, karena dengan sukarela dia
Untuk menuju status tanah adat dalam tunduk kepada hukum Negara untuk
kedudukan sebagai tanah hak, maka melegalisasi secara formal dalam bentuk
perting terlebih dulu dibedakan tanah adat hak milik, hak yayasan, hak pakai dan
tersebut. Tanah adat itu dapat dibedakan lainnya. Lalu dengan demikian bentuk
menjadi 2 (dua), yaitu tanah adat pengakuan tanah ulayat dalam hukum
perorangan dan tanah adat komunal, yang formal oleh Negara juga bisa dipandang
disebut Tanah Ulayat. Sedangkan hak hapusnya tanah ulayat? Disinilah Negara
ulayat itu menyangkut perbuatan apa saja berperan untuk memberikan bentuk
yang dapat dilakukan oleh masyarakat jaminan konstitusi atas tanah ulayat itu,
hukum adat. Menurut Boedi Harsono dengan tanpa meninggalkan hak
menyatakan bahwa: "Hak ulayat menguasai oleh Negara. Hak Bangsa
merupakan serangkaian dari pada adalah segala-galanya dan tertinggi dari
wewenang dan kewajiban-kewajiban suatu semua hak. Hak Negara merupakan bentuk
masyarakat hukum adat termasuk bentuk pengaturan atas hak-hak atas tanah,
lingkungan wilayahnya. Hak ulayat termasuk peruntukannya.
berlaku terhadap semua tanah wilayah itu, Atas pendapat ini, Penulis
baik yang sudah dihaki seseorang maupun merasakan adanya kokosongan konstitusi

8 Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat Dalam Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan,
Konstitusi Negara Pasca amandemen, Jurnal Jakarta, 1999, hal. 162-164
Mimbar Hukum, Vol 22, Nomor 3, Oktober 10 Mertokusumo, Pendaftaran Hak Atas Tanah

2010 hlm 453 Menurut UUPA, Karunika, Jakarta, 1988, hal.


9 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, 419
Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
44

dalam hukum terhadap bentuk pengakuan Negara dalam hal ini Indonesia
oleh Negara bagi tanah ulayat. Memang dengan konstitusinya yaitu UUD 1945
benar dan Penulis sepakat secara mendasar mengakomodir nilai-nilai universal dalam
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 itulah yang keragaman budaya, hukum, sosial, dan
menaungi, Lalu bagaimana dengan bentuk ekonomi. Kegaraman ini menurut I
pengakuan Negara terhadap Pasal 18B ayat Nyoman Nurjaya, mengatakan: It is a fact
(2) UUD 1945. Dimana kita mendudukan that Indonesia is a multicultural country
Tanah Ulayat, sekali lagi tanah ulayat, interms of ethnicity, religion, language,
bukan pada pengertian tanah adat. Tanah and social stratifications, including the
adat akhirnya ditafsirkan sebagai tanah existence of multi-system of law namely
perorangan. Jadi disini dibatasi tanah State law on the one hand and religious
ulayat, sebagai bentuk penguasaan tanah law, customary law or adat law on the
secara bersama-sama (communal). Hak other hand.11
yang dimiliki dan pemanfaatan bersama Fakta ini tidak bisa dikesampingkan
pula. oleh Negara dalam menuangkan nilai-nilai
Penulis sependapat dengan dasar dalam konstitusi. Lalu apa yang jadi
pengertian yang disampaikan persoalannya. Persoalannya adalah Negara
Mertokusumo di atas. Karena pada merupakan organisasi terbesar yang wajib
faktanya sangat mendekati dengan mampu mengayomi seluruh tumpah darah
kenyataan yang sesungguhnya, riil terjadi tanah air Indonesia, sebagai hak bangsa.
dimasyarakat Indonesia secara universal. Namun demikian pula Negara wajib
Hanya dalam tatanan masing-masing mampu memberikan jaminan kepastian
masyarakat adat berbeda hukum status suatu obyek yang berada
memberlakukannya. Hampir sebagian dalam penguasaan dan pengaturan Negara.
besar konflik tanah melibatkan masyarakat Dalam hal ini Penulis berpendapat, hak
adat yang menuntut haknya atas tanah menguasai oleh Negara atas tanah juga ada
karena Negara dengan hak menguasai oleh pembatasan, karena adanya Pasal 18B ayat
Negara mengabaikan keberadaan mereka (2) UUD 1945 itu dapat dimaknai sebagai
dalam menjaga dan memelihara tanah bentuk pembatasan, karena konstitusi telah
ulayatnya. Namun demikian, Penulis juga memberikan pengakuan, meskipun disertai
secara obyektif mengatakan terjadi syarat, “sepanjang”. Pendapat penulis ini
kekaburan tanah ulayat di beberapa daerah, diperkuat oleh Bakrie, berpendapat:
salah satunya adalah Kalimantan (Borneo). Hubungan hukum antara Negara dengan
Sejak Van Vollen Hoven melakukan tanah melahirkan hak menguasai tanah
penelitian (research). Salah satu oleh Negara (HMN), hubungan hukum
kelemahan Tanah Ulayat batas wilayahnya antara orang dengan tanah melahirkan hak
yang didasarkan pada alam. Masa sekarang perorangan atas tanah. Peraturan
ini dimana kita selalu membutuhkan perundang-undangan di bidang agraria
adanya bentuk kepastian hukum, yang memberi kekuasaan yang besar kepada
salah satunya menyangkut status tanah Negara untuk menguasai semua tanah yang
adalah batas-batas yang jelas, berupa data ada di wilayah Indonesia, sehingga
fisik. Tanpa adanya kepastian hukum itu, berpotensi melanggar hak ulayat dan hak
maka dianggap kaburnya status hak perorangan atas tanah.12
tersebut.

11 I Nyoman Nurjaya and Rachmad Syafaat, 12 Bakrie, Abtraksi Disertasi Pembatasan Hak
Acces to Ecological Justice For The Menguasai Tanah Oleh Negara Dalam
Marginalized People of Indonesia: Is it a Hubungannya Dengan Hak Ulayat dan Hak
Genuine or Pseudo Recognition and Respect, Perorangan Atas Tanah., Fakultas Hukum,
Jurnal Indonesia Law Review, Vol 6, 1, 2016, Universitas Airlangga,
page106 http://repository.unair.ac.id/, 02 Nopember
2016.
45

Kedudukan Tanah Ulayat terhadap undang. Bila itu “hak” ditujukan pada
Hak Menguasai oleh Negara subyek hukum, maka kenapa tidak menjadi
Bicara soal kedudukan Tanah Adat, bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM),
maka harus dipertegas mengenai sebagaimana HAM tersebut disebutkan
kedudukan tanah adat seperti apa yang dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J.
dimaksud terhadap Hak menguasai tanah Baiklah, kembali lagi pada hak
oleh Negara. Menurut Abrar Saleng dalam menguasai oleh Negara, apa yang tertulis
Andi Bustamin Daeng Kunu, dalam konstitusi UUD 1945, mengenai
menjelaskan:13 HPN sebagai konsep tanah ulayat begitu kuatnya kepentingan
sampai saat ini belum mempunyai konsep dengan mengatasnamakan Negara.
serta makna yang jelas dan tegas yang Sehingga terkesan nuansa filsafat itu
dapat diterima oleh semua pihak dalam meyakinkan bahwa Pasal 18B ayat (2)
hubungannya dengan pengelolaan dan Negara bersungguh-sungguh mengakui
pemanfaatan sumber daya alam nasional, dan menghormati, tetapi tidak ada
sehingga mengundang banyak penafsiran penegasan Negara terhadap tanah ulayah
yang berimplikasi kepada itu sebagai suatu hak yang pasti.
implementasinya. Perbedaan implementasi Fakta sekarang ini, di banyak
ini baik dalam peraturan perundang- daerah, terjadi konflik tanah yang tidak
undangan maupun dalam pelaksanaannya jarang melibatkan Negara sebagai melalui
oleh departemen/instansi pemerintah Pemerintah dan Pemerintah Daerah
terkait. Akibatnya sering terjadi benturan sebagai pelaksanaan Negara. Konflik
atau komplik kepentingan dan Mesuji di Lampung, konflik perusahaan
kewenangan dalam pengelolaan dan pemegang usaha perkebunan dengan
pemanfaatan sumber daya alam nasional. warga setempat. Di Kalimantan banyak
Pendapat di atas menjadi salah satu konflik usaha kehutanan, pertambangan,
sandaran kita dan membuktikan bahwa dan perkebunan oleh Pemegang izin usaha
sebenarnya Hak menguasai oleh Negara itu itu dengan masyarakat adat. Konflik itu
masih menjadi ketidak jelasan. Tidak ada kemudian digunakan cara-cara lama yang
pembatasan yang jelas sampai dimana digunakan kolonial Belanda dengan politik
Negara itu menguasai. Bila penguasaan “deveda et ampera”, yaitu adu domba
secara mutlak itu bisa diterima, tetapi sesama kelompok masyarakat dengan
sebaiknya ada batasan yang jelas. Tanah kelompok masyarakat lain dengan
merupakan bagian dari Sumber Daya Alam mengatasnamakan masyarakat adat. Ini
(Natural resources) yang haknya dalam adalah fakta hukum yang secara empiris
pandangan sejarahnya, jauh sudah ada tidak bisa dibantah, bahwa Negara telah
penguasaan haknya oleh masyarakat adat menciptakan konflik pertanahan. Memang
sebelum negara ini terbentuk pada tanggal diakui banyak latar belakang terjadinya
17 Agustus 1945. konflik itu, dari persfektif antropologi
UUD 1945 sebagai konstitusi telah hukum, menurut I Nyoman Nurjaya,
menambahkan dalam amandemen kedua mengatakan:14 Fenomena konflik dalam
dalam Pasal 18B ayat (2), bentuk masyarakat muncul paling tidak karena
pengakuan hak-hak masyarakat adat ini adanya konflik Nilai (conflik of value),
meliputi apa saja menjadi sangat universal. konflik norma (conflict of norm), dan/atau
Tafsiran-tafsiran akan muncul ketika Pasal konflik kepentingan (conflict of interest)
ini memerintahkan dibentuk undang- dalam kehidupan bersama. Selain itu,

13 Andi Bustamin Daeng Kunu, Kedudukan 14I Nyoman Nurjaya, 2004, 2006, dalam Jurnal
Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Fiat berjudul: Pembangunan Hukum Negara
Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Dalam Masyarakat Multikultur: Perspektif
Januari-April 2012, ISSN 1978-5186, tanpa Hukum Progresif, Jurnal Hukum Progresif, Vol
halaman, http://download.portalgaruda.org, 3 No.2, Oktober 2007, hlm 14.
tanggal 2 Nopember 2016
46

secara empiris konflik-konflik yang terjadi konstitusi, karena menurut Bagir Manan
juga dapat bersumber dari persoalan dan Susi Dwi Harijanti, mengatakan:
dominasi dan diskriminasi dalam peraturan Mengapa harus ada pembatasan
hukum Negara (State law) dan perlakuan kekuasaan? Seperti sering kita dengar atau
pemerintah (government treatment) baca yang mengatakan “power tends to
terhadap masyarakat di daerah, yang corrupt, absolute power corrupts
mengabaikan, menggusur, dan bahkan absolutely (Action)”. Tanpa pembatasan,
mematisurikan nilai-nilai, prinsip-prinsip kekuasaan akan dijalankan secara
dan norma-norma hukum rakyat sewenang-wenang (arbitrary, willekeur).15
(customary law/fork law/indigenous Itulah kenapa kekuasaan Negara pun
law/adat law), termasuk sistem religi dan dibatasi. Walaupun nilai-nilai yang
tradisi komunitas-komunitas masyarakat tertuang dalam Konstitusi yaitu UUD 1945
adat (adat communities) atas nama tidak semua bisa terpenuhi, tetapi paling
pembangunan nasional (in the name of tidak adanya kejelasan dan kepastian
development), khususnya pembangunan di bentuk pengakuan dan penghormatan itu
bidang hukum yang dikemas sebagai oleh Negara. Hal ini menjadi perdebatan,
pembangunan hukum nasional. Hak apakah Konstitusi itu mampu memuat
menguasai Negara dipandang tidak ada semua nilai-nilai universal. maka lebih
kompromi terhadap keberadaan hak-hak lanjut Bagir Manan dan Susi Dwi
masyarakat adat, khususnya adalah tanah Harijanti, mengatakan: Apakah kalau
ulayat. Pengambilalihan tanah oleh sudah ada konstitusi, akan ada pembatasan
investor dengan izin yang diperoleh dari kekuasaan? Belum tentu. Mengapa?
Negara menjadi senjata utama, bahwa izin Realitas pembatasan kekuasaan tidak
itu adalah segalanya. Masyarakat adat ditentukan konstitusi atau kaidah hukum,
yang sejak lama mengelola tanah melainkan oleh tingkah laku
ulayatnya secara bersama-sama menjadi penyelenggara Negara, dan tingkah laku
hilang. Fakta-fakta ini menjadi renungan penyelenggara Negara ditentukan pula
kita bersama bahwa Negara ini dibangun oleh berbagai hal seperti idiologi, tatanan
karena adanya unsur-unsur yang saling politik, kepentingan kekuasaan dan lain-
berhubungan erat. Salah satu unsur tidak lain.16
terpenuhi, maka tidak mungkin Negara Dari semua itu yang terpenting
Republik Indonesia (NKRI) ini ada. Tanah adalah menurut Penulis, Konstitusi UUD
merupakan salah satu unsur, masyarakat 1945 terhadap Pasal 18B ayat (2), belum
pun juga unsur terbentuknya Negara, maka ada kejelasan yang pasti bagaimana
tidak salah UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat Negara mengakomodir pengakuan status
(2) menyatakan: “Kedaulatan berada di tanah ulayat bukan lagi sebagai bagian dari
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut tanah Negara, melainkan menjadi tanah
Undang-Undang Dasar” Hak menguasai hak. Sayangnya, UUPA dalam batang
oleh Negara, adalah bentuk kekuasaan tubuh Pasal 1 sampai Pasal 15 memuat
yang dominasi sekali untuk kepentingan yang menjadikan hak ulayat dalam hal ini
tertentu, sehingga perlu diperdebatkan tanah ulayat sebagai bagian keragaman
kepentingan yang mana. Biasanya dengan status hukum tanah dari dualismenya
atas nama Negara, ini adalah kepentingan hukum tanah yaitu hukum barat dan
yang lebih besar. Makna ini dimakanai hukum adat. Demikian pula dalam
sebagai bentuk legalisasi untuk penjelasan, secara sadar pembentuk UUPA
menghilangkan kepentingan yang ini menjadikan Hukum adat sebagai salah
dianggap kecil. Jelas bahwa kekuasaan satu dasar pembentukan UUPA
Negara terhadap hak menguasai Negara tersebut.Hanya saja dari Pasal 16 dan
atas tanah pun dibatasi dipertegas dalam seterusnya mengenai macam-macam hak

Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, 2015,


15 16Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, 2015,
Op Cit, hlm 146. Op Cit
47

tidak ada satupun pasal yang memberikan Sebaran Undang-undang memang


ruang kepastian dengan menyebutkan mengatur sebagian terkait dengan
Tanah Ulayat sebagai salah satu macam- pengakuan hak-hak masyarakat adat,
macam hak. Secara berimbang juga khususnya tanah ulayat. Seperti dalam
Penulis memberikan kesimbangan hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009
terhadap kepastian hukum Tanah Ulayat tentang Mineral dan Bara, tepatnya dalam
yang dibangun pun adalah terbatas. Bila ketentuan Pasal 66 sampai Pasal 73
tidak, maka Negara juga tidak berdaya mengatur tentang Izin Tambang Rakyat,
dalam menghadapi persoalan yang lebih tambang rakyat dimaknai adalah tambah
besar, misalnya menyangkut kedaulatan tradisional diatas tanah ulayat dilakukan
Negara. Pada sekarang ini dimana Negara bersama-sama, juga diatur dengan izin
dihadapkan untuk dapat menerapkan Negara. Sekarang Izin Tambang Rakyat
keseimbangan, yaitu teori kekuatan atau (IPR) ini pengaturannya di atur
teori pengakuan. Kedua teori ini menurut Kabupaten/Kota, maka dengan adanya
Soedikno Mertokusumo, mengatakan: berlakuknya Undang-undang Nomor 23
1. Teori kekuatan (machtstheorie) hukum Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mempunyai kekuatan berlaku secara menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.
sosiologis apabila dipaksakan Sebaran lain juga masih sebatas pengakuan
berlakunya oleh penguasa, terlepas dari dalam upaya penyelesaian masalah tanah
diterima ataupun tidak oleh warga ulayat, yaitu dalam Undang-undang
masyarakat. Nomor 39 Tahun 2014 tentang
2. Teori Pengakuan Perkebunan, mengatur upaya penyelesaian
(anerkennungstheorie) hukum terlebih dulu mengenai penggunaan tanah
mempunyai kekuatan berlaku dengan masyarakat adat oleh investor
sosiologis apabila diterima dan diakui sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1)
oleh warga masyarakat.17 dan ayat (2), menyebutkan:
Tentunya penerapan teori ini “ Ayat (1) Dalam hal tanah yang ditujukan
bukanlah pilihan (choice), melainkan untuk Usaha Perkebunan merupakan
adalah membangunnya dengan Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
kesimbangan dari keduanya. Konstitusi Adat, Pelaku Usaha Perkebunan harus
kita UUD 1945 Pasal 18B ayat (2) masih melakukan musyawarah dengan
sebatas pengakuan, tidak menjadikan Masayarakat Hukum Adat pemegang Hak
Tanah ulayat sebagai suatu kekuatan Ulayat untuk memperoleh persetujuan
hukum, kekuatan dalam membangun mengenai penyerahan Tanah dan
ekonomi dan sosial kedepan. imbalannya.” “Ayat (2) Musyawarah
1. Kejelasan Tanah Ulayat dapat dengan Masyarakat Hukum Adat
pengakuan agar terjamin kepastian pemegang Hak Ulayat sebagaimana
hukum dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
a. Reforma Hukum Tanah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
Perlindungan Tanah Ulayat dalam perundang-undangan”.
Sistem Hukum Indonesia Ketentuan Pasal ini bisa diterima,
Sekarang ini pembangunan hukum tetapi menjadi persoalannya adalah
di Indonesia terkait dengan reformasi bagaimana apabila tidak ada jalan
hukum pertanahan masih jalan ditempat. musyawarah. Jelas sebagaimana di
Upaya yang yang dihadirkan dalam tertuang pada ayat (2) itu, dilaksanakan
membangun hukum pertanahan, terutama sesuai ketentuan peraturan perundang-
bentuk jaminan kepastian hukum belum undangan.
ada, hanya sebatas pada pengakuan dan Tafsirannya sangatlah melemahkan
upaya penyelesaian konflik tanah. bagi masyarakat adat, tidak ada daya tawar

17 Soedikno Mertokusumo 2002, Mengenal


Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm 87
48

untuk menolak. Sebab peraturna yang di Indonesia disebabkan oleh adanya


dimaksud adalah Alternatif Dispute ketimpangan penguasaan Sumber Daya
Resolution (ADR), yaitu sebagaimana Alam antara masyarakat yang
disatur dalam Undang-Undang Republik menggantungkan hidup dari ekonomi
Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Tentang berbasis sumber daya alam (tanah, hutan,
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian perkebunan, jasa lingkungan, dan lainnya)
Sengketa. Akhirnya bila tidak dengan penguasaan oleh sektor bisnis,
terselesaikan, maka dilaksanakan upaya khususnya sektor industri skala besar
hukum litigasi atau melalui jalur perkebunan, kehutanan dan pertambangan
pengadilan. dan penguasaan oleh Negara yang masih
Mengingat bahwa masyarakat menegasi adanya hak-hak masyarakat
hukum adat itu dianggap sebagai subyek adat.18 Berkenaan dengan perlindungan
hukum yang berbentuk badan, maka untuk hukum, tentunya dengan hukum dasar dan
bisa melakukan upaya penyelesaian dalam dasar-dasar hukum tersebut belum
musyawarah masyarakat adat terlebih dulu memberikan jaminan perlindungan hukum
telah ditetapkan terlebih dulu secara bagi masyarakat adat, khususnya pada
hukum. Hal ini sebagaimana diatur dalam obyek tanah ulayat. Menurut Fitzgerald ,
Pasal 13, Undang-undang Nomor 39 Teori perlindungan hukum, sebagaimana
Tahun 2014 tentang Perkebunan, yaitu: dalam Satjipto Rahardjo19, bahwa hukum
Masyarakat Hukum Adat sebagaimana bertujuan mengintegrasikan dan
Pasal 12 ayat (l) ditetapkan sesuai mengkoordinasikan berbagai kepentingan
peraturan perundang-undangan. dalam masyarakat karena dalam suatu
Ketentuan ini kemudian lalulintas kepentingan, perlindungan
mengkerdilkan kembali masyarakat adat terhadap kepentingan tertentu dapat
dalam mempertahankan dan atau dilakukan dengan cara membagi berbagai
memperoleh haknya sebagai masyarakat kepentingan di lain pihak.
adat atas tanah ulayatnya. Bagaimana bila Pendapat ini menekankan pada
belum ditetapkan, tentunya Pihak pencapaian tujuan yaitu mengintegrasikan
pemegang izin usaha dengan paham dan mengkoordinasikan berbagai
positivistis ini berbpegang teguh pada kepentingan, sehingga kepentingan
ketentuan Undang-undang ini. masing-masing dapat terlindungi dan tidak
Penyelesaian melalui jalur pengadilan merugikan pihak lainnya. Sehingga Tanah
dianggap tidak efektif, meskipun Ulayat sebagai suatu kepentingan dari
memberikan kepastian hukum, tetapi eksistensi masyarakat adat dalam
persoalannya, tingkat kepercayaan (trust) mempertahankan tanah ulayatnya, maka
kepada pengadilan sekarang ini masih Negara berkewajiban untuk memberikan
rendah. Keberpihakan pengadilan tidak perlindungan hukum yang sama dengan
jarang masih mengabaikan keberadaan hak-hak yang lain.
masyarakat adat yang masih mengelola
tanah ulayat secara terus-menerus. b. Aktualisasi Kepastian Tanah Ulayat
Reforma hukum tanah di Indonesia belum dalam mendapatkan Statusnya
bisa memberikan peluang hukum bagi dalam Hukum Indonesia
masyarakat adat dalam memperjuangkan Memang bisa dipahami bahwa
tanah ulayat. Terbukti tingginya konflik keberadaan tanah ulayat sebagai bagian
tanah yang juga bagian dari Sumber Daya dari hak ulayat itu tidak ada jaminan
Alam (SDA). Tingginya konflik dalam keberlakuannya. Kenapa demikian?
pengelolaan sumber daya alam yang terjadi Karena sangat tergantung pada masyarakat

18 Hayatul Ismi, Jurnal dengan judul: Ilmu Hukum, Vol 3, No 1, tahun 2012, tanpa
Pengakuan Dan Perlindungan Hukum Hak halaman, download tanggal 2 Nopember 2016
Masyarakat Adat Atas Tanah Ulayat Dalam 19 Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum,
Upaya Pembaharuan Hukum Nasional, Jurnal Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm 53
49

adat itu sendiri sebagai subyek hukum, menyangkut pelestarian sosial Desa Adat,
mau mempertahankan hukum adatnya pengaturan dan pengurusan wilayah adat,
beserta hak-hak adatnya seperti tanah sidang perdamaian adat, pemeliharaan
ulayat. Negara tidak bisa ikut campur ketenteraman dan ketertiban bagi
dalam menolak kehendak masyarakat adat masyarakat hukum adat, serta pengaturan
itu. Biasanya dalam pengamatan di pelaksanaan pemerintahan berdasarkan
beberapa tempat di Kalimantan saja. susunan asli. Hanya desa adat ini
Masyarakat tanpa sadar dengan sendirinya selajutnya juga masih terjadi pemutusan
telah mengikuti hukum formal yang dibuat mata rantai dengan status tanah ulayat,
Negara. Walalupun tidak sedikit daerah karena desa adat hubungannya dengan
yang justru memperkuatnya dengan pengaturan pemerintahan desa adat dan
penetapan hak-hak adat dan lembaga adat. penyelesaian permasalahan hukum adat.
Karena bagaimana pun juga hukum yang Selanjutnya dengan bentuk
hidup (living law) dimasyarakat, sangat aktualisasi oleh Pemerintah terhadap hak-
tergantung pada keinginan dari hak masyarakat adat dengan mengeluarkan
masyarakatnya dalam menghendaki Peraturan Menteri Dalam Negeri RI
hukum yang berlaku di kalangan mereka. Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Artinya dalam bentuk apapun dalam Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat
kehidupan termasuk yang sederhana dan Hukum Adat. Peraturan ini sebagai
tradisional pun ada hukum yang petunjuk kepada Pemerintah Daerah
mengaturnya. Sehingga ada adgium “Ubi Kabupaten, khususnya bila terdapat
societas ibi justicia”, artinya di mana ada masyarakat adat yang menuntut untuk
masyarakat dan kehidupan di sana ada pengakuan hak-haknya dilakukan dengan
hukum (keadilan). Lalu dalam ruang proses, sebagai berikut:
lingkup yang sangat besar, berupa Negara, a. Proses identifikasi Masyarakat Hukum
dimana hukum diletakan sebagai Adat;
penentuan pengambilan berbagai b. Verifikasi dan validasi Masyarakat
keputusan. Hukum Adat; dan
Aktualisasi saat ini dalam hukum di c. Penetapan Masyarakat Hukum Adat.
Indonesia masih dalam proses menuju Tahapan ini wajib dilaksanakan, lalu
bentuk, karena bentuk yang ada saat ini siapa yang melaksanakan? tentu saja yang
belum jelas terhadap status tanah ulayat. melaksanakan adalah Pemerintah Daerah
Berbagai kebijakan hukum pun dibuat, Kabupaten, dengan susunannya adalah:
seperti Undang-undang Nomor 6 tahun a. Sekretaris Daerah kabupaten/kota
2014 tentang Desa, membagi desa menjadi sebagai ketua;
2 (dua) kelompok yaitu (1) Desa dan (2) b. Kepala SKPD yang membidangi
Desa Adat. Bahkan dalam penjelasan pemberdayaan masyarakat sebagai
dengan mendasarkan dalam Pasal 18B ayat sekretaris;
(2) UUD 1945, maka dijelaskan:20 Dengan c. Kepala Bagian Hukum sekretariat
konstruksi menggabungkan fungsi self- kabupaten/kota sebagai anggota;
governing community dengan local self d. Camat atau sebutan lain sebagai
government, diharapkan kesatuan anggota; dan
masyarakat hukum adat yang selama ini e. Kepala SKPD terkait sesuai
merupakan bagian dari wilayah Desa, karakteristik masyarakat hukum adat
ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan sebagai anggota.
Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada Wilayah masyarakat adat yang akan
dasarnya melakukan tugas yang hampir ditetapkan sebagai wilayah adat tersebut,
sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah maka Panitia ini bekerja termasuk
dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menerima masukan-masukan dari tokoh

20Penjelasan Undang-undang Nomor 6 Tahun


2014 tentang Desa, Paragraf ke 8
50

adat, kepala adat, masyarakat adat. Jadi hanya saja penerapan oleh
keterlibatan mereka tidak masuk dalam masyarakat adat yang majemuk
kepanitiaan. Tentulah dalam hal ini bisa berbeda-beda tersebut menjadi nilai
saja panitia tidak bisa bekerja maksimal yang penting untuk
sesuai dengan masukan yang disampaikan memformulasikan UUD 1945
oleh masyarakat adat tersebut. Apalagi mengenai tanah ulayat.
kekuatan Peraturan Menteri ini bisa 2. Walaupun terlalu beratnya
disimpangi atau dengan kata lain tidak dilakukan amandemen UUD 1945,
dilaksanakan. Mengingat Peraturan maka penting kiranya meninjau
Menteri adalah peraturan teknis, bukan kembali UUPA sebagai Peraturan
norma pada tingkatan undang-undang, Pokok-pokok Agraria mengenai
apalagi nilai-nilai dasar dalam Konstitusi status tanah ulayat sebagai tanah
UUD 1945. hak.

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


KESIMPULAN DAN SARAN
Literatur
Dari hasil pemikiran singkat dalam
makalah ini, dapat disimpulkan sebagai Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti,
berikut: 2015, Memaknai Konstitusi, Makna
1. Bahwa Hukum dan Konstitusi di dan Aktualisasi, Jakarta, Raja
Indonesia belum memberikan Grafindo Persada
jaminan kepastian hukum atas Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria
obyek berupa tanah ulayat, karena Indonesia, Sejarah Pembentukan
sampai sekarang status tanah ulayat Undang-undang Pokok Agraria, Isi
itu sebagai bagian tanah Negara, dan Pelaksanaannya, Djambatan,
bukan sebagai tanah hak yang diakui Jakarta.
secara pasti. Harold J. Laski, 1947, The State in Theory
2. Bahwa Tanah Ulayat dalam status and Practice, New York, The
hukumnya belum jelas Viking Press, )
kedudukannya sebagai bagian dari Jimly Asshiddiqie, 2000, Pembentukan
tanah Negara atau sebagai tanah dan Pembuatan Hukum, Jakarta,
hak, Perintah dari Pasal 18B ayat (2) Universitas Indonesia
UUD 1945 untuk dibentuk Undang- Muhammad Bakri, 2007, Hak Menguasai
undang sampai saat ini belum ada Tanah Oleh Negara (Paradigma
undang-undang yang terkodifikasi Baru Untuk Reforma Agraria), Citra
khusus mengatur hak-hak Media Hukum: Yogyakarta
masyarakat hukum adat yang Roestandi Ardiwilaga, 1962, Hukum
didalamnya tentu saja termasuk Agraria Indonesia, Penerbit Masa
Tanah Ulayat, hanya aktualisasi Bakti, Jakarta
sekarang pun belum memberikan Mertokusumo, 1988, Pendaftaran Hak Atas
legitimasi yang kuat bagi kejelasan Tanah Menurut UUPA, Karunika,
status tanah ulayat. Jakarta.
Oleh karenanya adapun saran yang Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum,
bisa diberikan sesuai hasil analisis dan Bandung, Citra Aditya Bakti.
kesimpulan yang telah disampaikan, Soedikno Mertokusumo 2002, Mengenal
sebagai berikut: Hukum, Liberty, Yogyakarta
1. Sebaiknya dalam Konstitusi UUD Perundang-undangan
1945 terkait dengan hak berupa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Tanah ulayat ini bisa menjadi suatu Indonesia Tahun 1945
nilai yang universial diseluruh Undang-undang Republik Indonesia
Negara Republik Indonesia ini ada,
51

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Marginalized People of Indonesia:


Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Is it a Genuine or Pseudo
(Lembaran Negara Republik Recognition and Respect, Jurnal
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Indonesia Law Review, Vol 6, 1,
Tambahan Lembaran Negara 2016
Republik Indonesia Nomor 2013). I Nyoman Nurjaya, 2004, 2006, dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Jurnal berjudul: Pembangunan
tentang Desa (Lembaran Negara Hukum Negara Dalam Masyarakat
Republik Indonesia Tahun 2014 Multikultur: Perspektif Hukum
Nomor 7, Tambahan Lembaran Progresif, Jurnal Hukum Progresif,
Negara Republik Indonesia Nomor Vol 3 No.2, Oktober 2007
5495); Hayatul Ismi, Jurnal dengan judul:
Undang-Undang Republik Indonesia Pengakuan Dan Perlindungan
Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Hukum Hak Masyarakat Adat Atas
Perkebunan (Lembaran Negara Tanah Ulayat Dalam Upaya
Republik Indonesia Tahun 2014 Pembaharuan Hukum Nasional,
Nomor 308, Tambahan Lembaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol 3, No 1,
Negara Republik Indonesia Nomor tahun 2012, tanpa halaman,
5613) download tanggal 2 Nopember 2016
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Yanis Maladi, Eksistensi Hukum Adat
Indonesia Peraturan Menteri Dalam Dalam Konstitusi Negara Pasca
Negeri Nomor 52 Tahun 2014 amandemen, Jurnal Mimbar
Tentang Pedoman Pengakuan Dan Hukum, Vol 22, Nomor 3, Oktober
Perlindungan Masyarakat Hukum 2010
Adat
Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas
Tanah Masyarakat Hukum Adat dan
Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan
Tertentu

Sumber Lainnya

Andi Bustamin Daeng Kunu, Kedudukan


Hak Menguasai Negara Atas Tanah,
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum
Volume 6 No. 1 Januari-April 2012,
ISSN 1978-5186, tanpa halaman,
http://download.portalgaruda.org,
tanggal 2 Nopember 2016
Bakrie, Abtraksi Disertasi Pembatasan
Hak Menguasai Tanah Oleh Negara
Dalam Hubungannya Dengan Hak
Ulayat dan Hak Perorangan Atas
Tanah., Fakultas Hukum,
Universitas Airlangga,
http://repository.unair.ac.id/, 02
Nopember 2016
I Nyoman Nurjaya and Rachmad Syafaat,
Acces to Ecological Justice For The

Anda mungkin juga menyukai