Anda di halaman 1dari 12

 

Analisis Kehidupan Masyarakat Tionghoa Suku Totok


Dan Tionghoa Peranakan Pada Abad 17 Di Batavia

Sri Lisminingsih

ABA BSI
sri.slg@bsi.ac.id

ABSTRACT - Batavia is one of the trade centers in Indonesia. In which made the better trade
during the period by Tionghoa people. Although, they came early by the force from the Dutch
people, they eventually came over by their own willingness. The term to call out the Tionghoa
People is various in Indonesia, such as the Totok Chinese and the Peranakan Chinese. They
suffered in life during the Dutch Colonial period either in economy, trade or in education sector.
The Dutch Colonial undertook the tricks of action to squeeze the Tionghoa, by rising up the tax.
Nevertheless, the trick was unsuccessful, The Tionghoa people kept on their own success.

Key Word: Batavia, Totok Tionghoa people, Peranakan Tionghoa people

1. PENDAHULUAN kelamaan orang-orang Tionghoa pun


Orang-orang Tionghoa sudah ada di Bumi bermigrasi dengan membawa serta keluarganya
Nusantara jauh sebelum orang-orang Belanda khususnya kaum wanita, yaitu sejak tahun
datang. Nusantara pada saat itu masih dikuasai 1850-an. Kaum Tionghoa yang baru datang
raja-raja. Ketika Belanda di bawah kekuasaan pada tahun 1850-an itu, masih
VOC datang ke Nusantara, mereka bermaksud mempertahankan kebudayaannya. Orang-orang
untuk menjajah wilayah ini. Mereka lalu Tionghoa yang kedua orang tuanya orang
berniat untuk mendirikan Batavia dan Tionghoa ini disebut dengan Tionghoa Totok,
menjadikannya kota perdagangan. Karena sedangkan orang Tionghoa yang kedua orang
jumlah orang lokal tidak cukup banyak, tuanya campuran antara orang Tionghoa dan
Belanda kemudian mulai memasukkan orang- orang pribumi disebut dengan Tionghoa
orang Tionghoa ke Nusantara secara paksa Peranakan.
untuk membangun Batavia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Orang Tionghoa yang datang ke mengetahui riwayat orang Tionghoa khususnya
Nusantara kebanyakan berasal dari Tiongkok orang-orang Tionghoa Totok dan orang-orang
Selatan. Mereka yang datang sebagian besar Tionghoa Peranakan di Batavia dan juga untuk
menetap di pesisir Utara pulau Jawa, karena mengetahui kondisi mereka pada masa
jumlahnya yang kecil mereka membaur dengan kekuasaan Belanda. Dalam penelitian ini
masyarakat pribumi. Semakin lama jumlah terdapat permasalahan pokok, yaitu kedatangan
orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke orang Tionghoa ke Batavia, sejarah berdirinya
Nusantara semakin banyak. Pada awal abad 17 Batavia, dan kondisi Orang Tionghoa Totok
mereka datang dengan paksaan oleh pihak dan Tionghoa Peranakan pada masa kekuasaan
(VOC) Belanda, tapi pada akhirnya mereka Belanda di Batavia.
bermigrasi karena keinginannya sendiri. Hal ini Penelitian ini juga difokuskan pada
disebabkan karena di Tiongkok sangat susah pembahasan mengenai sejarah kedatangan
sekali untuk mendapatkan mata pencaharian Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan ke
demi kelangsungan hidup mereka, sedangkan Batavia dan perkembangan mereka menjadi
di Nusantara banyak lahan untuk mencari orang Tionghoa serta kondisi mereka pada
nafkah. Selain itu, perang dan bencana alam masa pemerintahan Belanda.
yang sering terjadi di Tiongkok Selatan juga
menjadi alasan para perantau untuk bermigrasi 2. TINJAUAN PUSTAKA
ke Nusantara. 2.1. Kedatangan orang-orang Tionghoa di
Mula-mula yang bermigrasi ke Nusantara Nusantara
adalah kaum laki-laki. Mereka tidak hanya Orang-orang Tionghoa sudah ada di
berdagang, tetapi juga menjadi buruh di pabrik Nusantara sejak abad ke-5. Nusantara pada saat
gula atau menjadi petani. Kehidupan mereka itu, masih dikuasai oleh raja-raja. Orang
semakin lama semakin berkembang dan Tionghoa yang pertama kali datang ke
berhasil. Karena keberhasilan tersebut, lama Nusantara adalah Fa Hsien (法显făxiăn)
 
 

seorang pendeta dari Tiongkok. Pendeta Fa didorong oleh perdagangan, jumlah migrasi
Hsien berada di Nusantara pada tahun 414 SM, semakin meningkat. Kehadiran orang-orang
ketika ia dalam perjalanan kembali dari India Eropa seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan
atau Srilanka menuju Tiongkok. Di tengah- Belanda membuat wilayah Asia Tenggara
tengah perjalanan sekembalinya Fa Hsien dari semakin ramai. Mereka mulai menjadikan
Ceylon, tiba-tiba badai menghantam kapal beberapa pelabuhan di kawasan tersebut
layar yang ia tumpangi. Badai tersebut sebagai pusat kegiatan ekonomi mereka di
mengakibatkan kapal yang ditumpangi Pendeta wilayah ini. Situasi ini membagi peluang bagi
Fa Hsien mengalami kerusakan parah hingga orang-orang Tionghoa untuk turut
terdampar di Pulau Jawa. Ia dan pengikutnya berpartisipasi lebih aktif dalam perdagangan.
terdampar di sebuah daerah di Pulau Jawa yang Memungkinkan mereka untuk tinggal di
bernama Tarumanegara, yang menurut lidah wilayah Nusantara dalam waktu yang lama
pengucapan orang Tionghoa disebut To-lo-moi. lagi.
Jejak Fa Hsien ini, kemudian diikuti oleh Gelombang ketiga terjadi, ketika
dua pendeta lainnya yang juga melakukan Nusantara berada di bawah pemerintahan
perjalanan dari India. Mereka adalah pendeta Belanda. Saat itu sudah banyak ditemukan
Hsuen Tsang (玄奘; pinyin: Xuán Zàng ) pada pemukiman orang-orang Tionghoa di beberapa
tahun 629-645 SM dan pendeta I Tsing ( 義淨; daerah seperti Kalimantan Barat, Pantai Timur
pinyin: Yì Jìng ) pada tahun 671 SM. Seorang Sumatra dan sepanjang pesisir Utara pulau
pendeta yang bernama I Tsing (Yijing) Jawa. Tahap ini menandai orang-orang
melakukan perjalanan agama dari Canton ke Tionghoa sudah ada dalam jumlah besar,
Nalanda melalui Sriwijaya. Pendeta I Tsing mereka tidak hanya didorong oleh kepentingan
mengembara di luar Tiongkok selama 25 tahun. dagang, tetapi juga oleh kebutuhan ekonomi
Kedatangannya ke Sriwijaya tidaklah sebentar, secara umum. Bahkan mereka yang tadinya
ia tinggal selama empat belas tahun dan banyak datang dengan paksaan oleh Belanda yang
menulis segala adat istiadat dan kejadian di sengaja mendatangkan mereka untuk mengatasi
Sriwijaya. Hanya I Tsing saja pendeta Budha kekurangan tenaga kerja bagi proyek
Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India pertambangan dan perkebunan, lama-kelamaan
melalui dan menetap selama belasan tahun di mereka datang atas keinginannya sendiri.
Sriwijaya (Setiono, 2003:19). Gelombang ketiga inilah puncak dari Migrasi
Kemudian pada abad IX, orang-orang orang Tionghoa dari Tiongkok bagian selatan
Tionghoa mulai berdatangan ke bumi di Bumi Nusantara.
Nusantara, yaitu pada jaman Dinasti Tang
(618-907 M), untuk berdagang dan mencari 2.2. Sejarah Kedatangan Orang-orang
nafkah. Daerah yang pertama kali mereka Tionghoa di Batavia
datangi adalah Palembang yang pada masa itu Pada tahun 1611, ketika Pieter Both
merupakan pusat perdagangan kerajaan menjadi Gubernur Jenderal VOC yang masih
Sriwijaya. Kemudian para perantau ini pergi ke berkedudukan di Maluku, ia mengutus
pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah dan bawahannya Jan Pieterszoon Coen untuk
akhirnya menetap di sana. membeli hasil bumi terutama lada ke Banten.
Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Di Banten, Coen berkenalan dengan Souw
Nusantara dilakukan dalam beberapa Beng Kong (苏鸣岗; pinyin: sū míng găng)
gelombang atau tahap. Gelombang pertama atau yang lebih sering dipanggil Bencon oleh
terjadi, ketika Nusantara masih diperintah oleh orang-orang Belanda, seorang pedagang
Raja-raja. Kedatangan orang Tionghoa semata- Tionghoa yang sangat berpengaruh dan
mata didorong oleh hubungan perdagangan. mempunyai perkebunan lada yang luas sekali.
Jumlah mereka masih sedikit dan belum Setiap pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
membentuk satuan-satuan komunitas yang dan Belanda yang ingin membeli hasil bumi
menetap di Nusantara. Mereka datang ke dari petani Banten harus melakukan negosiasi
wilayah Nusantara khususnya di Kerajaan harga dengan Souw Beng Kong.
Sriwijaya mengikuti angin musim yang Pada masa itu masyarakat Tionghoa
merupakan sarana utama pelayaran pada masa berdiam di sebuah kampung yang dikelilingi
itu. Mereka hanya bermukim di sekitar pohon bambu yang kelak terkenal dengan
pelabuhan untuk jangka waktu yang tidak sebutan “bambu Cina”. Kebanyakan dari
terlalu lama. Tahap pertama ini dikenal sebagai mereka datang dari pesisir Tiongkok Selatan,
kedatangan bangsa Tionghoa untuk berdagang. yang pada mulanya datang untuk berdagang
Gelombang kedua terjadi setelah dan memuat barang-barang dagangannya ke
kedatangan Bangsa Eropa di wilayah Asia jung-jung untuk kembali ke negerinya. Akan
Tenggara pada abad ke-16. Walaupun masih tetapi kemudian, banyak di antara mereka yang
 
 

memutuskan untuk tinggal dan mencari memberi kebebasan kepada orang Tionghoa
penghidupan di sini. Orang-orang Tionghoa ini untuk membangun rumahnya di mana saja
menjual barang-barang dagangannya di mereka suka.
Pelabuhan Banten. Pelabuhan Banten Setiap hari, ada saja orang Tionghoa yang
merupakan sebuah pelabuhan yang ramai masuk ke Batavia. Daerah perumahan
dikunjungi para pedagang mancanegara. Pada berkembang dengan cepat, baik di dalam kota
bulan Pebruari hingga April para pedagang maupun di luarnya. Demikian juga sektor
Tionghoa berdatangan untuk membeli hasil perdagangan berkembang dengan pesat. Boleh
bumi, terutama lada dan kopra. dikatakan Souw Beng Kong turut membangun
Peran orang-orang Tionghoa ini sangat fondasi untuk mengembangkan kota Batavia
penting dalam memajukan perdagangan di yang dimulai oleh Jan Pieterszoon Coen.
Kesultanan Banten. Oleh karena itu Jan
Pieterszoon Coen mencoba mempengaruhi 2.3. Sejarah Berdirinya Batavia
Souw Beng Kong yang terkenal sebagai Pada awal abad ke-17, Belanda
pedagang yang piawai, tapi Coen tidak membentuk Perusahaan Dagang Hindia Timur
berhasil. Sebaliknya Sultan Banten merasa yang lebih dikenal dengan sebutan VOC,
puas dengan keberadaan Souw Beng Kong dan sebagai pemegang monopoli untuk melakukan
orang-orang Tionghoa lainnya, karena orang- perdagangan di Nusantara. VOC merupakan
orang Tionghoa inilah yang banyak perusahaan khusus yang dijalankan oleh sebuah
mengajarkan teknologi baru terutama di bidang Dewan Direktur yang disebut sebagai Heeren
pertanian. Orang-orang Tionghoa mengajarkan XVII, yakni tujuh belas orang perwakilan
cara menanam padi di sawah yang berpetak- pedagang saham. Perusahaan ini dibentuk pada
petak dengan menggunakan pematang dan tahun 1602, untuk tujuan nasional, dan para
mengairinya. direkturnya bertanggung jawab kepada
Ketika Jan Pieterszoon Coen berhasil Parlemen Belanda.
mendirikan Batavia pada tahun 1619, Pada tahun 1605, Belanda berhasil
penduduk setempat tidak mau berhubungan merebut Benteng Victoria di Ambon yang
dengan Belanda. Demikian juga dengan orang- menjadi tempat penting bagi perdagangan
orang Tionghoa, karena sebelum tahun 1614 mereka di kepulauan rempah-rempah. Namun,
pihak Belanda telah membuat suatu perjanjian Ambon terlalu jauh di Nusantara bagian timur
dengan pangeran Jayakarta yang melarang untuk dijadikan pusat pengawasan aktivitas
orang-orang Tionghoa membangun rumah di perdagangan yang lebih luas yang meliputi
sekitar loji yang didirikannya. Padahal ketika seluruh Nusantara. Belanda mencari sebuah
itu sudah banyak orang Tionghoa yang pelabuhan di wilayah perdagangan populer di
mendirikan rumah dan tinggal di tepi laut di Nusantara bagian barat, dekat Melaka dan Selat
dekat tempat loji itu didirikan sehingga banyak Sunda.
rumah orang Tionghoa yang harus dibongkar Belanda segera mengalihkan perhatiannya
dan pindah ke tempat lain. ke Jayakarta atau Jacatra, sebagaimana mereka
Orang-orang Tionghoa tidak bisa menyebut wilayah di sekitar teluk Jakarta
menerima dengan perlakuan Coen terhadap sekarang, sebagai lokasi yang berpotensi
mereka. Mereka pun memboikot Belanda, dijadikan markas besar. Alasan mengapa
pemboikotan ini semakin lama semakin hebat. Belanda memperhatikan Jayakarta adalah,
Para pedagang Tionghoa tidak mau lagi pertama, Jayakarta seperti Banten, pelabuhan
menjual barang dagangannya kepada Belanda. ini dekat dengan Selat Sunda yang sering
Tidak ada lagi orang Tionghoa yang bersedia dilalui kapal-kapal Belanda dalam perjalanan
memperbaiki sepatu-sepatu tentara Belanda. melintasi Samudera Hindia dari dan ke Eropa
Pada situasi seperti ini, Coen mulai sadar melewati Tanjung Harapan. Kedua, walaupun
bahwa ia harus mempergunakan tangan Souw merupakan bawahan Banten, penguasanya
Beng Kong untuk mempengaruhi dan yaitu Pangeran Jayakarta, sudah tidak lagi
mengurus orang-orang Tionghoa ini. tunduk pada Banten dan berupaya membangun
Di bawah pimpinan Souw Beng Kong, kekayaan dan kemandirian dengan cara
jumlah penduduk Tionghoa di Batavia menarik para pedagang dari Banten.
meningkat pesat. Kalau pada tahun 1619 hanya Orang Belanda datang ke Jayakarta
ada 400 orang, pada tahun 1622 bertambah sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di
menjadi 1.000 orang. Mereka pada umumnya Banten pada tahun 1596. Pada tahun 1610,
hidup dari berdagang dan bertani. Pemboikotan sebuah ditandatangani kontrak antara Belanda
kepada Belanda yang semula dilakukan oleh dan Pangeran Jayakarta. VOC mendapat ijin
orang-orang Tionghoa berangsur-angsur untuk membangun satu rumah kayu dengan
dihentikan, karena pemerintah Belanda kini fondasi batu di Jayakarta sebagai kantor
 
 

dagang. Kemudian mereka menyewa lahan yang kemudian menjadi pengusaha dan
sekitar 1,5 hektar di tepi bagian timur muara pedagang.
Sungai Ciliwung, untuk dijadikan kompleks Demi memajukan perdagangan di
perkantoran, gudang, dan tempat tinggal orang Batavia, Coen mengajukan gagasan kolonisasi
Belanda. Bangunan utamanya dinamai Nassau Batavia untuk Eropa. Coen berpikir bahwa cara
Huis. inilah yang terbaik untuk mendapatkan
Jan Peiterszoon Coen yang ketika itu penduduk yang setia dan terampil serta dapat
menjadi gubernur Jenderal (1618-1632), melakukan pekerjaan penting untuk VOC.
mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis Batavia sekaligus bertindak sebagai garnisun
yang dinamakan Mauritius Huis, dan lokal sehingga VOC dapat menghemat
membangun tembok batu yang tinggi, yang pengeluaran untuk pertahanan. Namun
dilengkapi dengan beberapa meriam. Semua kenyataannya Coen hanya menerima sedikit
bangunan tersebut mereka persiapkan untuk sekali orang Eropa yang ingin datang ke
menyerang Jayakarta. Batavia.
Pada tanggal 30 Mei 1619, Belanda di Dengan majunya perdagangan, pada abad
bawah pimpinan J.P. Coen menyerang ke-18 Batavia sudah mendapat julukan “Ratu
Jayakarta yang memberi mereka ijin untuk Timur” (Queen of The East), karena
berdagang, dan mengalahkan pasukan kemegahan gedung-gedungnya, kemakmuran
kesultanan Banten serta menguasai hampir penduduknya termasuk para budak beliannya,
seluruh pemukiman penduduk. Berawal hanya dan jaringan perdagangan internasionalnya
dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda yang maha luas dengan dukungan
berhasil menguasai seluruh kota. Semula Coen keperkasaannya di lautaniii.
ingin menamakan kota ini Nieuwe Hollandia.
Namun de Heeren Seventien di Belanda 2.4. Kemunduran Batavia
memutuskan untuk menamakan kota ini Masa kejayaan kota Batavia sekitar tahun
menjadi Batavia, untuk mengenang bangsa 1730, ketika populasi di dalam tembok
Batavieren. Nama Batavia sendiri tidak lantas berjumlah sekitar 20.000 jiwa dan 15.000 jiwa
disetujui oleh pemerintahan Belanda atau di daerah pinggir kota. Orang Tionghoa
VOC. Nama Batavia akhirnya disetujui pada memberikan kontribusi besar terhadap
tanggal 4 Mei 1621 oleh Dewan Direktur VOC. kemakmuran kota dengan industri gula mereka
Kata Batavia sendiri adalah nama yang yang berada di sekitar Batavia. Namun pada
diberikan orang Belanda pada koloni dagang paruh kedua abad ke-18, industri tersebut
yang sekarang tumbuh menjadi Jakarta, ibu mengalami kemunduran. Penyebabnya adalah
kota Indonesia. Demi pembangunan kota pembantaian orang-orang Tionghoa yang
Batavia, Belanda banyak mendatangkan budak- terjadi pada tahun 1740 dan perang perlawanan
budak dari Bali, Sulawesi, Maluku, dan pesisir orang-orang Tionghoa terhadap Belanda, serta
Malabar, India termasuk orang-orang Tionghoa kombinasi antara kebijakan penetapan harga
untuk dijadikan pekerjaii. Batavia didirikan di pemerintah yang tidak menguntungkan dan
pelabuhan bernama Jayakarta yang direbut dari sulitnya mendapatkan kayu yang menjadi
kekuasaan Kesultanan Banten. Sebelum bahan bakar penggilingan tebu. Karena hutan
dikuasai Banten, bandar ini dikenal sebagai telah dibakar habis untuk pertanian, kayu bakar
Kelapa atau Sunda Kelapa, dan merupakan harus dibawa dari tempat yang lebih jauh.
salah satu pusat perdagangan Kerajaan Sunda. Akibat dari kemunduran ini adalah jumlah
Dari kota pelabuhan inilah VOC penggilingan tebu yang tumbuh mencapai 131
mengendalikan perdagangan dan kekuasaan buah di sekitar Batavia pada tahun 1710, turun
militer dan politiknya di seluruh wilayah menjadi 55 buah pada tahun 1780. Penurunan
Nusantara. jumlah penggilingan tebu ini, menyebabkan
Kota Batavia dibangun menurut pola kota penurunan produksi gula terutama sangat
Belanda dengan sejumlah kanal, jalan raya, dan mempengaruhi penyulingan arak yang
gedung-gedung megah. Tenaga kerja diambil merupakan salah satu industri yang paling
dari para tawanan perang dan budak belian, dan menguntungkan di Batavia, serta
orang-orang Tionghoa yang dipaksa datang mempengaruhi aktivitas terkait lainnya seperti
dari pantai Tiongkok Selatan. Batavia yang pembuatan bata dan tembikar, pembakaran
lokasinya strategis dan mudah mencapai jalur- kapur dan pertukangan kayu.
jalur perdagangan ke Indonesia Timur, Timur Namun demikian pelabuhan Batavia
jauh dan Eropa dijadikan pusat militer dan masih menjadi fokus bisnis VOC, dan hal ini
administrasi yang relatif lebih aman bagi membuat mereka harus datang setiap hari ke
pergudangan, pertumkaran barang dan kantor di Kota. Akan tetapi, sebagian penduduk
perdagangan. Orang-orang Tionghoa inilah Batavia yang dapat membangun kediaman di
 
 

daerah lain dan menempuh perjalanan yang Kedatangan orang Tionghoa dalam
lebih jauh mulai meninggalkan Batavia. Pada jumlah besar, membuat Batavia menjadi kota
tahun 1779, populasi turun menjadi 12.131. perdagangan yang sangat besar. Kebanyakan
orang dan 160.986 orang tinggal di luar kota, orang Tionghoa tinggal di luar kota Batavia.
yaitu sebuah wilayah luas yang membentang ke Perkembangan ini menimbulkan kecemasan
Selatan hingga ke pegunungan. bagi Belanda karena lebih sulit mengawasi
Kota yang ketika awal abad 18 terkenal orang Tionghoa yang berada di luar kota. Oleh
dengan julukan “Kota Ratu dari Timur” ini, karena itu Belanda menanggapi perkembangan
sudah tidak indah lagi. Rumah-rumah yang ini dengan mengeluarkan peraturan-peraturan
sebelumnya dihuni para pedagang terkaya, yang semakin lama semakin keras. Pada
kantor-kantor tempat mereka menjalankan mulanya, mereka berupaya menetapkan kuota
bisnisnya, dan gudang-gudang yang orang Tionghoa yang diizinkan masuk Batavia
menampung persediaan barang dagangan yang dengan kapal jung-jung. Namun, peraturan itu
melimpah, kini ditinggalkan, ditelantarkan, dihindari dengan cara mendaratkan para tenaga
atau diubah menjadi kandang kuda atau tempat kerja di luar pelabuhan Batavia, kemudian
penyimpanan kereta kuda. Akibatnya nilai menyelundupkan mereka masuk ke Batavia.
rumah-rumah di kota Batavia menurun drastis. Krisis terjadi ketika VOC yang
menanggapi melimpahnya persediaan dalam
3. METODE PENELITIAN pasar gula di dunia, dengan jalan menutup
Dalam penelitian ini digunakan metode pabrik-pabrik penggilingan tebu di sekitar
kualitatif, yaitu mendiskripsikan fenomena- Batavia. Sehingga Belanda mengurangi
fenomena atau apa yang terjadi dari objek. komunitas orang-orang Tionghoa di Batavia
Sedangkan tekhnik pengumpulan datanya dan melarikan mereka ke daerah-daerah di luar
dengan studi literature, yaitu pengumpulan data Batavia. Namun keinginan Belanda untuk
atau tinjauan pustaka. Metode atau tahapan mengurangi komunitas orang-orang Tionghoa
kegiatan yang tercakup, meliputi: a) heuristik, ini, bagi kalangan orang-orang Tionghoa
adalah kegiatan mencari dan menemukan sendiri yang sedang tertekan karena penutupan
sumber yang diperlukan. b) kritik sumber, pabrik tempat mereka bekerja sehari-hari,
sumber untuk penulisan ilmiah harus terlebih justru beredar isu bahwa rencana Belanda
dahulu dinilai melalui kritik ekstern dan kritik tersebut merupakan kedok untuk membuang
intern. Tujuan utama kritik sumber adalah mereka ke laut.
untuk menyeleksi data. c) interpretasi, adalah
penafsiran akan arti fakta dan hubungan antara 4.2. Penyebutan Orang-Orang Tionghoa di
satu fakta dengan fakta yang lain, dan d) Batavia
historiografi, adalah penulisan hasil penelitian Penyebutan untuk orang-orang Tionghoa
atau merangkaikan fakta berikut maknanya di Nusantara khususnya di Batavia ada
secara kronologis/diakronis dan sistematis, bermacam-macam, diantaranya; Tionghoa
menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Benteng, Tionghoa Udik, Tionghoa Totok, dan
Tionghoa Peranakan. Masih ada lagi beberapa
4. PEMBAHASAN sebutan untuk Etnis Tionghoa ini. Bahkan
4.1. Orang Tionghoa Batavia sebutan-sebutan itu bukan lah berasal dari
Ketika Belanda mulai menjejakkan kalangan orang pribumi, melainkan dari
kakinya di wilayah ini, Belanda menjalin kalangan orang Tionghoa sendiri pada
hubungan baik dengan orang Tionghoa. Orang umumnya. Akan tetapi di dalam penulisan ini
Tionghoa bahkan diizinkan dan didorong untuk tidak dibahas secara tentang Tionghoa Udik
berdagang karena barang-barang yang mereka dan Tionghoa Benteng, di sini hanya akan
bawa ke Batavia berguna bagi penduduk lokal membahas tentang orang Tionghoa Totok dan
serta bagi perdagangan VOC dengan Eropa. orang Tionghoa Peranakan saja.
Selain membawa uang perak Belanda, mereka A. Orang Tionghoa Benteng
kembali ke Tiongkok dengan membawa Disebut orang Tionghoa Benteng karena
barang-barang yang ditujukan untuk pasar mereka adalah warga Tionghoa yang melarikan
Tiongkok, seperti lada, cendana, dan bahan diri dari peristiwa pembantaian orang-orang
makanan mewah (sarang burung dan teripang). Tionghoa di Batavia pada tahun 1740.
Peran orang Tionghoa di Batavia sangat Tionghoa Batavia ini berlindung di sekitar
dominan, terutama dalam bidang benteng yang banyak tersebar di daerah
perekonomian. Jika tidak ada orang Tionghoa, Tangerang, salah satunya adalah Benteng
Batavia tidak bisa berkembang dan kehilangan Makasar (Benmak) dimana saat ini telah
tenaga untuk memenuhi kebutuhannya. berubah menjadi pertokoan Robinson. Selain
itu warga Tionghoa Benteng juga berasal dari
 
 

daerah Banten yang masuk ke kawasan sekali kurang dari 200 orang. Akan tetapi,
Tangerang dan bermukim di daerah kawasan jumlah imigran yang datang ke Batavia
teluk naga. semakin lama semakin banyak. Hal ini
B. Orang Tionghoa Udik membuat populasi penduduk Tionghoa tidak
Tionghoa udik adalah masyarakat terbendung lagi.
Tionghoa yang bermukim di luar benteng Di bawah tekanan Belanda, Tiongkok
Batavia (ommenlanden), seperti kawasan menghapus larangan migrasi bagi orang
Tanah Abang, dimana mereka umumnya Tionghoa. Imigrasi Tionghoa secara masal dari
bekerja sebagai petani yang menyuplai Tiongkok ke Nusantara dan negara-negara lain
kebutuhan warga yang bertempat tinggal di di Asia Tenggara berlangsung selama periode
dalam Benteng Batavia, sekaligus menjadi Perang Dunia II. Orang Indonesia asli
penahan dari masuknya musuh VOC dari menyebut mereka orang-orang Tionghoa
Mataram. Pada saat terjadinya huru-hara 1740, Totok, artinya orang keturunan ayah dan ibu
mereka melakukan pemberontakan kepada yang kedua-duanya Tionghoa. Orang Tionghoa
VOC yang memeras penduduk termasuk peranakan menyebut mereka singkeh (xin
Tionghoa Udik. Pemberontakan berhasil ke新客), yang berarti tamu baru.
ditumpas bahkan mereka akhirnya harus Orang Tionghoa Totok yang datang ke
dibantai secara kejam pada tanggal 8-10 Batavia kebanyakan bekerja sebagai pedagang.
Oktober 1740, sehingga mereka melarikan diri Mereka melihat peluang perdagangan di
ke Tangerang dan banyak pula yang lari ke Batavia sangat maju, apalagi Batavia
daerah lain. mempunyai pelabuhan yang menjadi akses
C. Orang Tionghoa Totok keluar masuk orang-orang Eropa. Mereka
Orang Tionghoa Totok adalah orang yang datang dengan membawa barang-barang dari
mempunyai garis keturunan Tionghoa murni. Tiongkok yang kemudian mereka jual di
Kedua orang tuanya mempunyai keturunan Batavia.
Tionghoa. Ada juga yang menyebutkan tidak Kepiawaian orang Tionghoa Totok dalam
hanya itu, tetapi Tionghoa Totok juga lahir di perdagangan, membuat mereka menguasai
tanah leluhur, tanah air mereka yaitu di perekonomian di Batavia. Hal ini membuat
Tiongkok. orang pribumi dan orang Tionghoa dari
D. Orang Tionghoa Peranakan kelompok lain merasa tersaingi dengan adanya
Orang yang keturunan Tionghoa nya tidak mereka. Sehingga timbullah persaingan dalam
murni lagi. Hanya saja, salah satu dari orang bidang perdagangan. Keberhasilan orang-orang
tuanya mempunyai keturunan Tionghoa. Baik Tionghoa Totok dalam perekonomian dan
dari orang tua perempuan atau dari orang tua perdagangan dijadikan “tambang emas” bagi
laki-laki. Tempat kelahiran pun tidak di tanah pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda
air leluhur, jadi bisa dibilang darah campuran. memungut pajak yang tinggi dari kelompok
orang Tionghoa Totok ini.
4.3. Ciri-Ciri Orang Tionghoa Totok Namun demikian, keberadaan orang-
Tuturan orang Tionghoa Totok masih orang Tionghoa Totok ini di Batavia
lebih asli Tiongkok, orang Tionghoa Totok menjadikan Batavia menjadi kota perdagangan
menggunakan salah satu bahasa dari Tiongkok yang sangat maju. Karena peran mereka dalam
Selatan, dan sebagian besar adalah orang-orang bidang perdagangan, merupakan keuntungan
bukan Hokkien, yaitu Hakka, Kanton, atau bagi orang-orang Batavia dan Pemerintah
Konghu chu dan lain-lain. Mereka masih Belanda, membuat perekonomian Batavia
berbicara dalam salah satu bahasa Tiongkok menjadi lebih berkembang maju.
Selatan tersebut dan berkumpul sesuai dengan
tuturan masing-masing. 4.4. Kehidupan Keluarga dan Sistem
Kelompok etnis Tionghoa Totok Kekerabatan Orang Tionghoa Totok
merupakan pendatang baru yang tiba di di Batavia
Nusantara pada abad ke-19 dan awal abad ke- Sistem kekerabatan orang Tionghoa
20. Hal itu terjadi pada waktu pergolakan Totok berdasarkan garis keturunan pria atau
politik di Tiongkok berlangsung dan juga patrilineal, dan mereka tetap memegang teguh
bersamaan dengan naiknya permintaan akan sistem kekerabatan ini. Sehingga dalam
tenaga manusia di negara-negara jajahan di keluarga orang Tionghoa Totok masih
Asia Tenggara. Mereka banyak melakukan menganggap bahwa anak laki-laki lebih
imigrasi keberbagai daerah di Nusantara, salah penting dibanding dengan anak perempuan.
satu daerah yang mereka singgahi adalah Menurut orang Tionghoa Totok, anak
Batavia. Ketika pertama kali mereka datang ke laki-laki lebih berbakti terhadap orang tua.
Batavia, jumlah mereka masih sangat sedikit Anak laki-laki dalam keluarga bertanggung
 
 

jawab penuh terhadap orang tua mereka. Selain Pemerintah Belanda sendiri selama abad
itu, anak laki-laki juga yang nantinya akan ke-19, tidak pernah memperhatikan pendidikan
meneruskan garis keturunan orang Tionghoa orang-orang Tionghoa baik yang Totok
Totok. maupun Peranakan, karena status sosial
A. Adat Istiadat Orang Tionghoa Totok di mereka masih diragukan.
Batavia Sekolah tradisional Tiongkok pertama di
Orang Tionghoa Totok dalam perkawinan Nusantara dibuka pada tahun 1729, namun
poligami sering sekali dilakukan. Sedangkan tidak lama kemudian ditutup karena salah
dalam hal perceraian, dalam menyelesaikannya dalam pengelolaannya. Baru pada akhir abad
dengan sikap yang tidak baik. Bahkan ke-19, beberapa ratus sekolah untuk orang-
pertengkaran dalam menyelesaikan masalah orang Tionghoa Totok dan Peranakan dibuka di
pun sering sekali terjadi. Jawa dan luar Jawa. Termasuk di Batavia pada
Begitupula dalam hal pernikahan, orang abad ini. Para hartawan pernah mendirikan
Tionghoa Totok biasanya yang mencarikan sekolah gratis untuk anak-anak yang kurang
pasangan hidup bagi anak-anaknya. Orang tua mampu. Sekolah ini bernama Gie Oh (Yu Xue /
lebih berperan andil dalam hal perjodohan. Hal 育 学) yaitu “sekolah gratis”. Sekolah ini
ini dikarenakan, mereka ingin kehidupan terletak di belakang Klenteng Kim Tek Ie (Jin
keluarga anak-anak mereka lebih baik. de Yuan / 金 德 院) di kawasan Petak
B. Kegiatan Perekonomian Orang Tionghoa Sembilan, Glodok, Jakarta Barat.
Totok di Batavia Sekolah-sekolah tersebut dikenal dengan
Seperti yang sudah diketahui bahwa sebutan sekolah Hokkian, karena bahasa
orang-orang Tionghoa Totok rata-rata bermata pengantarnya adalah bahasa Hokkian, seperti
pencaharian sebagai pedagang. Bahkan dari sekolah-sekolah sebelumnya buku-buku
awal kedatangan orang-orang Tionghoa pun pelajaran hanya buku-buku klasik ajaran
sudah berdagang. Orang Tionghoa Totok ini Konghuchu yang hanya harus dihafal oleh
melakukan kegiatan perdagangan dengan cara murid-murid.
membawa barang-barang dari negara asal Pada tahun 1850-an, Belanda mulai
mereka di Tiongkok, kemudian mereka jual ke banyak mendirikan sekolah-sekolah swasta
Batavia dan berbagai daerah lainnya di yang eksklusif, yang sebagian besar dari
Nusantara. muridnya adalah anak-anak Belanda. Karena
Biasanya orang Tionghoa Totok ini sekolah ini sangat kesulitan untuk menarik
mengambil langsung barang-barang tersebut ke anak-anak pribumi, yang kebanyakan belum
Tiongkok ataupun meminta bantuan keluarga lancar atau bahkan tidak bisa berbicara bahasa
yang ada di Tiongkok untuk membawanya ke Belanda. Maka yang masuk ke sekolah tersebut
Batavia dengan jalur perlayaran. Barang- adalah anak-anak dari orang Belanda.
barang yang biasa mereka jual di Batavia Sekolah yang dibuka oleh Belanda pada
adalah tembikar, tembaga, dan juga tektil. masa pemerintahannya berbeda-beda untuk
Barang-barang tersebut mereka jual kepada setiap golongannya, seperti HIS (Hollandsch-
orang-orang Eropa yang ada di Batavia. Inlandsche School), HCS (Hollandsch-
Tidak hanya itu saja, orang Tionghoa Chineesche School), dan ELS (Europeesch
Totok juga menjual rempah-rempah yang ada Lagere School). HIS adalah sebuah sekolah
di Batavia ke Tiongkok. Rempah-rempah untuk anak-anak Bumiputra, HCS adalah
tersebut terdiri dari, kopra, lada, palawija, dan sebuah sekolah untuk anak-anak Tionghoa.
lain-lain. Sedangkan ELS untuk anak-anak Belanda,
C. Pendidikan Orang Tionghoa Totok di anak-anak golongan atas Bumiputra dan Timur
Batavia Asing. Jadi di ELS anak-anak golongan elite
Ketika Orang-orang etnis Tionghoa baik dari berbagai penduduk dapat bertemu satu
Totok maupun Peranakan sudah mapan, dengan lain.
mereka barulah mementingkan pendidikan bagi Belanda menjamin pekerjaan untuk anak-
anak-anak mereka. Namun pada masa anak orang kaya pribumi atau anak orang
pemerintahan Belanda sekolah belum ada, perwira Tionghoa Totok yang mampu lulus
sebagian yang mampu harus menggaji guru- dari sekolah-sekolah yang didirikan oleh
guru untuk mengajar anak-anaknya. Belanda. Mereka bisa diterima menjadi bupati,
Biasanya guru yang mengajar anak-anak gubernur, residen, dan lain-lain di
tersebut, hanya mengajar membaca karya-karya Pemerintahan Belanda.
klasik dan ajaran-ajaran Konghuchu (Gong Fu
Zi / 孔 夫 子), tanpa memahami maknanya. 4.5. Kondisi Orang-orang Tionghoa Totok
Sehingga anak-anak tidak bisa berbicara dan Pada Masa Pemerintahan Belanda di
menulis dalam bahasa Tiongkok sederhana. Batavia
 
 

Semenjak adanya perbedaan antara orang- bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah
orang Tionghoa Totok dan orang-orang setempat. Hal itu dikarenakan, sudah adanya
Tionghoa Peranakan pada tahun 1850, di percampuran bahasa dan budaya dari daerah-
Nusantara khususnya di Batavia, kondisi daerah tempat mereka tinggal.
orang-orang Tionghoa pada masa pemerintahan Orang Tionghoa Peranakan dari generasi
Belanda memang sangat baik, terutama pada sebelum perang menggunakan bahasa Melayu
bidang perekonomian, perdagangan dan lain- Tionghoa sebagai bahasa percakapan. Struktur
lain. Meskipun awalnya kehidupan mereka di dasar bahasa itu adalah struktur bahasa Melayu,
Nusantara dapat dikatakan sulit, tapi perlahan tetapi banyak disisipi istilah-istilah Hokkien
kehidupan mereka semakin meningkat. Bahkan dan Belanda.
keberhasilan mereka di bidang-bidang tersebut Menjelang berakhirnya abad ke-19,
memberi kekhawatiran pada pemerintahan orang-orang Tionghoa yang kebanyakan terdiri
Belanda. Berbagai cara pun Belanda lakukan dari suku Hokkien bekerja sebagai pedagang
untuk menghambat jalur keberhasilan mereka dan karyawan. Hanya ada sejumlah kecil
di Batavia, salah satunya adalah dengan Tionghoa dari suku Hokkien yang menjadi
menaikkan pajak. petani. Para imigran Tionghoa yang baru
Meskipun Belanda mencoba untuk datang membentuk kelompok peralihan yang
menghambat laju kehidupan orang-orang kecil dan selanjutnya dengan cepat membaur
Tionghoa, namun tetap saja orang-orang ke dalam masyarakat pribumi. Tempat tinggal
Tionghoa berhasil dalam bidang-bidangnya. orang Tionghoa peranakan dari generasi
Belanda secara terus-menerus menekan sebelum Perang Dunia II, terpusat di Jawa dan
perekonomian orang Tionghoa Totok ini. beberapa daerah perkotaan di luar wilayah
Namun rencana Belanda untuk menekan Jawa, di tempat yang banyak kesempatan untuk
perekonomian orang Tionghoa tidak berdagang, salah satunya adalah Batavia.
membuahkan hasil. Sampai akhirnya pada Semula orang Tionghoa Peranakan yang
tahun 1920-an terjadi krisis ekonomi di seluruh ada di Batavia sangat banyak dan belum
dunia yang menyebabkan pengusaha- terpecah menjadi beberapa kelompok. Namun
pengusaha Tionghoa, mengalami kemunduran setelah terjadinya kerusuhan pada tahun 1740,
akibat krisis ekonomi tersebut, orang-orang sebagian orang-orang Tionghoa Peranakan ini
Tionghoa Peranakan pun ikut terkena bersembunyi keberbagai daerah di luar benteng
dampak dari krisis tersebut. Batavia. Di antara mereka ada yang
Namun ketika terjadi krisis ekonomi bersembunyi di daerah Tangerang dan juga ke
dunia, justru membuat orang Tionghoa Totok Tanah Abang. Orang Tionghoa Peranakan yang
tidak kehabisan akal. Mereka berusaha bersembunyi di luar benteng Batavia ini
menstabilkan perekonomian mereka sendiri menyebut dirinya sebagai Tionghoa Benteng
dengan mengimpor barang-barang dari dan Tionghoa Udik.
Tiongkok yang kemudian dijual di Nusantara Orang Tionghoa Peranakan yang
dan berbagai daerah, seperti Jawa dan Sumatra bermukim di Batavia dan daerah sekitarnya,
termasuk Batavia. Jumlah pengusaha- bermata pencaharian sebagai Petani. Apalagi
pengusaha Tionghoa Totok pun makin Belanda semakin memperluas lahan pertanian
meningkat. Mereka umumnya berkecimpung untuk mereka, sehingga bisa membawa
dalam bidang perdagangan dan industri. keuntungan bagi pemerintah Belanda itu
Keberhasilan orang Tionghoa Totok ini sendiri. Akan tetapi kaum Tionghoa Peranakan
dalam mengatasi krisis ekonomi yang menimpa dari generasi sebelum Perang Dunia II paling
dunia membuat Belanda semakin banyak berusaha di bidang perdagangan.
memanfaatkan kondisi ini. Belanda bahkan Walaupun demikian, bagi kaum Tionghoa
tidak hanya menaikkan pajak, tetapi juga Peranakan yang berpendidikan dan
meminta upeti dari hasil perdagangan orang pengetahuan mereka berbahasa Melayu dan
Tionghoa Totok ini. Terlihat jelas bahwa bahasa Belanda juga tinggi, para Tionghoa
orang-orang Tionghoa Totok lebih berhasil Peranakan itu kemudian menjadi pegawai
dibandingkan orang-orang Tionghoa orang Belanda.
Peranakan. Meskipun krisis ekonomi melanda,
mereka justru tidak begitu saja menyerah. 4.7. Kehidupan Keluarga dan Sistem
Karena, orang-orang Tionghoa Totok Kekerabatan Orang Tionghoa
cenderung berani mengambil risiko tinggi Peranakan di Batavia
sebagai wirausahawan. Orang Tionghoa Peranakan telah banyak
4.6. Ciri-Ciri Orang Tionghoa Peranakan berubah dari sistem patrilineal ke sistem
Tuturan orang-orang Tionghoa Peranakan bilateral. Orang Tionghoa Peranakan ini tidak
Peranakan biasanya sudah tercampur dengan lagi menganggap garis keturunan mengikuti
 
 

“bapak”, melainkan garis keturunan mengikuti Belanda dengan dalih-dalih yang bermacam-
“ibu”. macam.
Dalam kekerabatan orang Tionghoa Pemerintah Belanda pun mengajukan
Peranakan keluarga pihak wanita mempunyai berbagai persyaratan untuk masuk ke sekolah
kedudukan yang setingkat dengan pihak yang mereka dirikan, di antaranya adalah harus
keluarga laki-laki. Hal inilah yang merupakan bisa dan terbiasa berbahasa Belanda di rumah,
suatu perubahan ke arah struktur kekerabatan bayaran sekolahnya jauh lebih mahal dibanding
bilateral. Hal ini terjadi disebabkan karena yang lain, dan harus ada surat rekomendasi dari
dalam struktur kekerabatan mereka tidak jelas asisten residen.
lagi batas hubungan patrilineal dan matrilineal Pembedaan dalam hal status sosial
setelah berada di Nusantara dua sampai tiga tersebut, membuat anak-anak Tionghoa
generasi. Demikian juga pandangan orang Peranakan merasa diperlakukan sangat tidak
Tionghoa Peranakan tidak membeda-bedakan adil atau merasa didiskriminasi oleh
anak-anak laki-laki dan perempuan. pemerintah Belanda. Kemudian orang-orang
1. Adat Istiadat Orang Tionghoa Tionghoa Peranakan mengadakan pertemuan
Peranakan di Batavia antar orang-orang Tionghoa. Dalam pertemuan
Orang Tionghoa Peranakan lebih patuh tersebut mereka berupaya untuk
dan lebih setia pada kehidupan keluarga, memperjuangkan hak mereka sama seperti
bahkan mereka sangat tidak menyetujui dengan orang-orang Tionghoa lainnya,
terhadap perkawinan poligami, Penyelesaian terutama dalam hal pendidikan dan status
yang dilakukan oleh orang Tionghoa Peranakan sosial.
lebih bersifat kekeluargaan, termasuk ketika Pada tanggal 17 Maret 1900, pertemuan
mereka memilih pasangan suami atau istri, tersebut menghasilkan gagasan untuk
mereka pasti meminta nasihat terlebih dahulu mendirikan sebuah perkumpulan orang-orang
kepada orang tuanya. Tionghoa Peranakan di Batavia. Perkumpulan
Demikian pula dalam hal keyakinan ini bernama THHK Tiong Hoa Hwee Koan.
religius, pada masyarakat Tionghoa Peranakan Maksud dan tujuan didirikannya THHK adalah
upacara-upacara pemujaan kepada para arwah :
nenek moyang senantiasa dikerjakan secara 1. Memperbaharui adat istiadat Tionghoa
teratur dan dipandang sebagai suatu kewajiban sesuai dengan ajaran Nabi Khong Hoe
dalam tradisi kekeluargaan. Tjoe (Gong Fu Zi / 孔 夫 子) dengan
2. Kegiatan Perekonomian Orang Tionghoa mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-
Peranakan di Batavia anak Peranakan Tionghoa.
Kegiatan perekonomian orang-orang 2. Pengadaan gedung bagi pertemuan
Tionghoa Peranakan, pada umumnya mereka anggota perkumpulan untuk membahas
tidak hanya berdagang tetapi juga bertani dan dan mencari pemecahan masalah-masalah
menjadi buruh pabrik di Batavia. Orang yang dihadapi oleh masyarakat Tionghoa.
Tionghoa Peranakan bekerja untuk Belanda, 3. Menyelengggarakan perpustakaan untuk
mereka menggarap ladang dan juga di pabrik- meningkatkan pengetahuan para anggota.
pabrik yang dibuat oleh pemerintah Belanda. Setahun kemudian, pada tanggal 17 Maret
Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai 1901 perkumpulan ini kemudian mendirikan
buruh di pabrik gula, oleh karena itu produksi sebuah sekolah yang bernama Tiong Hoa Hak
gula menjadi komoditi paling utama di Batavia. Tong (Zhonghua Xue Tang :中华 学堂).
Hal ini membuat Belanda mendapatkan Tujuan dari didirikannya sekolah tersebut
keuntungan besar dari produksi pabrik. Bahkan adalah untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran
pemerintah Belanda melarang orang Eropa Konghuchu sebagai tujuan pokok resinisasi
untuk memproduksi gula, Belanda meminta (mentionghoakan kembali) orang-orang
orang Eropa menyerahkan gudang gula mereka Tionghoa di Batavia pada masa pemerintahan
kepada Belanda. Sehingga Belanda lebih Belanda.
banyak mempekerjakan orang Tionghoa
Peranakan. 4.8. Kondisi Orang Tionghoa Peranakan
3. Pendidikan Orang Tionghoa Peranakan Pada Masa Pemerintahan Belanda di
di Batavia Batavia
Pendidikan anak-anak Tionghoa Tidak berbeda dengan orang Tionghoa
Peranakan tidak sebaik anak-anak Tionghoa Totok, orang Tionghoa Peranakan pun
Totok. Anak-anak Tionghoa Peranakan yang mendapatkan perlakuan yang sama dari
tidak mampu, ditolak untuk bersekolah di Belanda. Belanda memanfaatkan orang
sekolah yang didirikan oleh pemerintah Tionghoa Peranakan apalagi pada
pemerintahan Belanda orang-orang Tionghoa
 
 

Peranakan yang berpendidikan tinggi sangat orang Tionghoa Peranakan. Kebanyakan dari
sedikit sekali, sehingga Belanda memanfaatkan mereka masih berorientasi ke Tiongkok tempat
Orang Tionghoa Peranakan dengan cara kelahiran orang tua mereka. Mereka terbagi
memperbudak mereka untuk bekerja di pabrik- dalam kelompok-kelompok sesuai dengan
pabrik yang Belanda dirikan. Karena orang- bahasa yang mereka gunakan. Orang Totok
orang Tionghoa Peranakan lebih konserfatif lebih erat berhubungan dengan sesama mereka
dalam menjalankan usaha. Orang-orang sekalipun berbeda kelompok bahasanya,
Tionghoa Peranakan cenderung lebih berminat daripada dengan kaum peranakan.
atau memilih menjadi kaum profesional Banyak nasionalis Tiongkok di Nusantara
dibanding menjadi wirausahawan. yang berusaha untuk mempersatukan orang-
Namun ketika terjadinya krisis ekonomi orang Tionghoa Totok dan orang-orang
yang menimpa dunia pabrik-pabrik Belanda Tionghoa Peranakan, tetapi usaha mereka
pun tidak lagi beroperasi. Hal ini dikarenakan, selalu gagal. Karena perbedaan budaya di
pemerintah Belanda mulai kehilangan pangsa antara kedua kelompok itu.
pasar. Orang Eropa pun mulai meninggalkan Pertikaian antara orang-orang Tionghoa
Batavia, sehingga daya beli pun semakin Peranakan dan orang-orang Tionghoa Totok
berkurang. sering terjadi, terbukti dengan makin
Krisis yang terjadi berlangsung sangat menyurutnya gerakan pro Tiongkok dan
lama dalam waktu sepuluh tahun, kemudian timbulnya berbagai organisasi sosiopolitis
pada tahun 1930-an, perekonomian orang- dengan berbagai tujuannya. Orang-orang
orang Tionghoa mulai beranjak lebih baik, Tionghoa Peranakan sering mengeluh bahwa
terutama bagi orang-orang Tionghoa orang-orang Tionghoa Totok mendominasi
Peranakan. Hal ini terbukti dengan adanya sektor-sektor perekonomian dan yang menjadi
pergeseran profesi dalam pekerjaan, misalnya korban adalah orang-orang Tionghoa
dari buruh menjadi tengkulak, pedagang, Peranakan.
ataupun sebagai pemilik penggilingan beras. Sebaliknya orang-orang Tionghoa Totok
Selain pergeseran profesi tersebut, pada juga mengatakan bahwa orang-orang Tionghoa
tahun 1930-an bertambah pula dominasi dalam Peranakan tidak patriotik serta bertingkah laku
bidang perdagangan eceran oleh orang-orang selayaknya orang Tionghoa asli pada umumnya
Tionghoa Peranakan. Industri pabrik kretek, (Tiongkok). Orang-orang Tionghoa Peranakan
batik dan tekstil kecil juga dimiliki oleh orang- juga bersikap kritis terhadap orang-orang
orang Tionghoa Peranakan, sedangkan orang Tionghoa Totok, dengan mengatakan bahwa
pribumi sebagian besar justru masih berkutat di orang Tionghoa Totok terlalu bersikap patriotik
bidang agraria dan dinas-dinas pemerintah dan tidak dapat membaur dengan sekitarnya .
Belanda.
Bahkan orang-orang Tionghoa Peranakan 5. PENUTUP
yang telah berpendidikan mulai menekuni Wilayah Nusantara merupakan wilayah
bidang-bidang yang spesialisasi, di antaranya Asia Tenggara yang banyak didatangi para
adalah menjadi dokter, akuntan, dan pengajar. pendatang asing seperti orang Eropa,
Dapat dikatakan pada tahun 1930-an, Belanda, Portugis, bahkan para pendatang
merupakan tahun kebangkitan orang-orang dari Tionghoa pun tertarik dengan
Tionghoa terutama orang-orang Tionghoa bermacam–macam hasil perdagangan rempah
Peranakan. Mereka berhasil menyisihkan para yang melimpah dan menjanjikan di
pedagang dan usahawan kecil orang-orang beberapa wilayah Nusantara. Imigran
pribumi, tetapi bukan menyisihkan usahawan- Tionghoa ini pertama kali datang ke kota
usahawan Belanda. Palembang, yang pada masa itu merupakan
pusat perdagangan dari kerajaan Sriwijaya.
4.9. Pertikaian Tionghoa Peranakan dan Kedatangan para pendatang Tionghoa
Tionghoa Totok di Batavia tidak hanya didasari oleh perdagangan dan
Orang-orang Tionghoa Peranakan pada ekonomi saja, tetapi juga demi mengatasi
umumnya berorientasi ke Nusantara. Biasanya kekurangan tenaga kerja pertambangan dan
mereka melekatkan dirinya dengan tempat perkebunan oleh pihak Belanda. Kehadiran
kelahiran mereka di Nusantara, tidak dengan pendatang lain seperti bangsa Portugis ke
provinsi di Tiongkok Selatan tempat asal wilayah Asia Tenggara sekitar abad 15,
nenek-moyang mereka. Bahkan di kalangan memulai kekuatan dari Eropa untuk
mereka tidak lagi berbicara bahasa Tionghoa. mendominasi Asia tetapi hal tersebut dapat
Sedangkan orang Tionghoa Totok, di saingi oleh Belanda dan Inggris. Oleh
khususnya dari generasi tua, kurang karena itu pihak Belanda membentuk
berorientasi ke Nusantara dibandingkan dengan Perusahaan Dagang Hindia Timur atau
 
 

VOC untuk memegang monopoli laki dalam sebuah keluarga dari pada anak
perdagangan di Asia. Belanda mencari perempuan.
sebuah pelabuhan perdagangan yang strategis Kondisi orang Tionghoa Totok pada masa
di Nusantara bagian barat, dekat Melaka dan pemerintahan Belanda cukup sulit, Pemerintah
Selat Sunda. Mereka menjadikan Jayakarta Belanda bahkan meninggikan pajak yang harus
sebagai markas besar dan pada tahun 1619, dibayar orang Tionghoa Totok ini. Namun
pihak Belanda menyerang dan menguasai dalam hal pendidikan, Orang Tionghoa Totok
hampir seluruh wilayah Jayakarta kemudian sangat beruntung, karena pemerintah Belanda
mengganti nama kota tersebut menjadi membolehkan mereka untuk bersekolah di
Batavia setelah disetujui oleh Dewan sekolah-sekolah yang telah didirikan oleh
Direktur VOC pada 1621. Kota Batavia ini Belanda. Pemerintah Belanda pun menjamin
dibangun mengikuti tata kota Belanda pekerjaan untuk mereka yang telah lulus.
dengan kanal, jalan raya dan gedung megah. Sedangkan kondisi kehidupan orang
Orang Tionghoa yang dipaksa datang Tionghoa Peranakan pada masa pemerintahan
dari pantai Tiongkok Selatan dijadikan Belanda tidak beda jauh, hanya saja orang
budak-budak belian, namun kemudian orang Tionghoa Peranakan dijadikan buruh pabrik
Tionghoa ini yang menjadi pengusaha dan dan petani oleh orang Belanda. Akan tetapi
pedagang yang dominan terutama dalam kondisi pendidikan orang Tionghoa Peranakan
bidang perekonomian. Lama kelamaan tidak sebaik orang Tionghoa Totok, Belanda
perkembangan pesat dari orang-orang melarang orang Tionghoa Peranakan
Tionghoa ini mulai membuat cemas pihak bersekolah di sekolah Belanda, bahkan Belanda
Belanda. Oleh karena itu mereka membuat mengajukan beberapa syarat kepada orang
peraturan-peraturan yang keras sehingga Tionghoa Peranakan ini.
membuat orang-orang Tionghoa menjadi
tertekan dan merasa khawatir. DAFTAR PUSTAKA
Menjelang akhir abad 19, ada sejumlah Blackburn, Susan. 2011. Jakarta Sejarah 400
kecil orang Tionghoa dari suku Hokkian ini Tahun. Jakarta: Komunitas Bambu
yang menjadi petani. Kebanyakan dari Hidajat, Z. M. 1977. Masyarakat dan
orang imigran Tionghoa yang datang Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung:
membentuk kelompok kecil kemudian Tarsito.
membaur dengan orang pribumi. Para orang http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ib
Tionghoa ini biasa disebut orang Tionghoa ukota_Jakarta#Batavia_.281619.E2.80.93
Peranakan, dan banyak tinggal di wilayah 194 (diakses tanggal 22 November 2011,
Jawa salah satunya adalah di Batavia. Kaum 18:53:25)
Tionghoa Peranakan yang berpendidikan http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/20
tinggi dan memiliki pengetahuan dalam 11/03/29/tionghoa-dalam-lintasan-zaman-
berbahasa Melayu dan bahasa Belanda, negeri-ini/(diakses tanggal 7 Desember
menjadikan mereka pegawai orang Belanda. 2011, 19:11:38)
Sebenarnya orang-orang Tionghoa yang http://iccsg.wordpress.com/2006/01/23/perilak
menetap di beberapa wilayah Nusantara u-ekonimi-etnis-cina-di-indonesia-sejak-
terbagi atas dua kelompok, Orang Tionghoa tahun-1930-an- ( diakses tanggal 23
Totok dan orang Tionghoa Peranakan. Bagi Desember 2011, 19:45:01)
orang Tionghoa yang kedua orang tuanya http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/20
adalah keturunan orang Tiongkok disebut 11/03/29/tionghoa-dalam-lintasan-zaman-
dengan orang Tionghoa Totok karena dalam negeri-ini/ (diakses tanggal 9 Januari
penggunaan tuturan mereka lebih asli. 2012, 13:15:25)
Perbedaan lain terlihat pula dalam segi
ekonomi, dan sistem kekerabatan. Ong, Hok Ham. 2005. Riwayat Tionghoa
Orang Tionghoa Peranakan biasanya Peranakan di Jawa. Jakarta: Komunitas
tidak hanya berdagang tetapi juga ada yang Bambu.
menjadi buruh dan petani sedangkan orang Setiono, Benny G. 2002. Tionghoa Dalam
Tionghoa Totok menguasai bidang Pusaran Politik. Jakarta: Elkasa
perdagangan saja. Dalam sistem kekerabatan Suryadinata, Leo.1984. Dilema Minoritas
terlihat pula perbedaan yang cukup Tionghoa. Jakarta: Grafiti Pers
signifikan. Orang Tionghoa Peranakan tidak
membeda-bedakan anak keturunan mereka,                                                             
anak laki-laki dan perempuan semua sama  
saja sedangkan orang Tionghoa Totok
masih lebih menilai pentingnya anak laki-  
 
 

                                                                               
 

Anda mungkin juga menyukai