Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH

UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI JAKARTA UTARA

(Implementation of Land Procurement Policy


for Public Interest in North Jakarta)

Mohammad Mulyadi
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah diterima: 9 September 2017


Naskah dikoreksi: 2 November 2017
Naskah diterbitkan: Desember 2017

Abstract: The research based on the assumptions on the phenomena used as the study object is intended to
examine and to analyze the nature of land policy in North Jakarta Municipal Administration is designated for
public interest. Referring to the purpose of the research achieved, this study aims at: 1) Identifying and describing
the form of interpretation of land acquisition for public interest; 2) Identifying and explaining the form of land
procurement organization for public interest; 3). Identifying and explaining the form of land acquisition for
public purposes. This study used qualitative approach, with data collection conducted prioritizing the views
of informants. The results of land acquisition research for public interest were conducted with the help of land
procurement committee. One duty of the committee is to conduct research on the legal status of the right to
the land that will be waived or claimed and supporting documents as well as to undertake inventory over land
including buildings or standing structures built upon it.
Keywords: policy, land procurement, public interest.

Abstrak: Penelitian yang disusun berdasarkan asumsi terhadap fenomena yang dijadikan objek kajian
dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana kebijakan pertanahan di Pemerintah Kota Adminsitrasi
Jakarta Utara yang diperuntukkan bagi kepentingan umum. Merujuk pada maksud penelitian yang dicapai, maka
penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana bentuk interpretasi pengadaan tanah
untuk kepentingan umum; 2) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana bentuk pengorganisasian pengadaan tanah
untuk kepentingan umum; 3) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana bentuk pelaksanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pengumpulan data dilakukan
mengutamakan pandangan informan. Hasil penelitian pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan
dengan bantuan panitia pengadaan tanah. Panitia pengadaan tanah ini bertugas untuk mengadakan penelitian
mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya
serta melakukan inventarisasi atas tanah dan bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut.
Kata kunci: kebijakan, pengadaan tanah, kepentingan umum.

Pendahuluan Misalnya pelaksanaan urusan terkait dengan


Sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun sumber daya alam seperti tanah merupakan sumber
2004 tentang Pemerintahan Daerah diberlakukan, daya alam yang dapat diperbaharui (renewable
secara simultan daerah otonom melaksanakan resources). Tanah memiliki karakteristik
semua urusan ini sesuai dengan kewenangan tersendiri dibandingkan sumber daya lainnya
yang dimiliki masing-masing daerah otonom. serta berperan untuk kelangsungan hidup bangsa,
Dalam pelaksanaannya, daerah diberi ruang untuk untuk kepentingan umum dan untuk kepentingan
mengembangkan kreatifitas sesuai dengan kondisi kelestarian lingkungan hidup (sustainability). Oleh
dan situasi masing-masing daerah. Outcome yang karena itu, sumber daya tanah, ini perlu diatur
dihasilkan beragam antara daerah otonom yang dengan sangat bijaksana dengan tanpa mengurangi
satu dibandingkan dengan daerah otonom yang prinsip otonomi daerah.
lain. Pada umumnya hasilnya kurang memuaskan Provinsi Jakarta juga sebagai Ibu Kota
dan bahkan cenderung kontraproduktif dengan Negara Republik Indonesia, oleh karena memiliki
apa yang diharapkan, utamanya urusan yang kekhususan tersebut Pemerintah Daerah Provinsi
potensial memberikan pendapatan asli bagi daerah. DKI Jakarta memiliki kewenangan yang diatur

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 145


dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa: “Pelepasan
Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan
Indonesia. Adapun kewenangan tersebut diatur melepaskan hubungan hukum antara pemegang
dalam Bab V tentang kewenangan dan Urusan hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya
Pemerintah Provinsi pasal 4 mencakup : dengan memberikan ganti kerugian atas dasar
a. Tata ruang, sumber daya alam, dan lingkungan musyawarah”, yang dalam perkembangannya,
hidup, hal ini dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor
b. Pengendalian penduduk dan permukiman 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
c. Transportasi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
d. Industri dan perdagangan Umum (Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005)
e. Pariwisata. yang diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 yang telah dilengkapi dengan Peraturan
Oleh karena kewenangan mencakup tata ruang,
Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007.
sumber daya alam serta lingkungan hidup, maka
Istilah pengadaan tanah jika dianalisis
penataan tersebut tidak terlepas dari lahan/tanah
mengandung arti lebih baik daripada pembebasan
yang ada. Tanah yang ada dahulu merupakan tanah
tanah karena dapat menghindari adanya paksaan,
persawahan, lambat laun berubah fungsi menjadi
intimidasi dalam proses pengambilan tanah milik
kawasan pemukiman penduduk, perkantoran, areal
masyarakat. Pengambilan tanah dilakukan dengan
bisnis dan lain-lain.
memperhatikan peranan tanah dalam kehidupan
Sebagai negara agraris, tanah merupakan
masyarakat dan prinsip penghormatan terhadap
lahan penghidupan bagi tiap-tiap orang untuk
hak-hak yang sah atas tanah. Di dalam mengadakan
mencapai kemakmuran di berbagai bidang, selain
penaksiran/penetapan mengenai besarnya ganti
itu tanah juga merupakan modal dasar dalam
rugi Panitia Pengadaan Tanah harus mengadakan
pembangunan suatu bangsa dan manfaatnya harus
musyawarah dengan para pemilik/pemegang hak
dapat diusahakan dengan sebaik-baiknya. Sesuai
atas tanah berdasarkan harga umum setempat.
dengan perkembangan zaman pesatnya proses
Bilamana telah terjadi kata sepakat mengenai besar
pembangunan di Indonesia bukan saja memaksa
atau bentuk ganti rugi, maka dilakukan pembayaran
harga tanah di berbagai tempat akan naik, tetapi
ganti rugi sejumlah yang telah disepakati atau
juga telah menciptakan fenomena tanah sebagai
disetujui bersama. Bersamaan dengan pembayaran
“komoditi ekonomi” yang mempunyai nilai
ganti rugi itu dilakukan pula penyerahan atau
sangat tinggi, sehingga besar kemungkinan laju
pelepasan tanahnya dengan disaksikan oleh
pertumbuhan pembangunan di Indonesia akan
sembilan orang anggota Panitia Pengadaan Tanah
mengalami hambatan.
(P2T) atau sekurang-kurangnya tiga orang anggota
Keterikatan antara orang dengan tanah yang
panitia (Ketua P2T, Sekretaris P2T, dan Lurah)
dimiliki, menyebabkan proses pengambilalihan
anggota P2T tersebut antara lain yaitu:
tanah penduduk tanpa adanya unsur “kerelaan”
1. Sekretaris Kota selaku Ketua P2T
dari pemegang hak akan menimbulkan banyak
2. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup
masalah. Persoalan pengadaan tanah, pencabutan
selaku Wakil Ketua P2T
hak atau apapun namanya selalu menyangkut dua
3. Kepala Kantor Pertanahan selaku Sekretaris
dimensi yang harus ditempatkan secara seimbang
P2T
yaitu kepentingan “pemerintah” dan kepentingan
4. Kepala Sub Dinas Perumahan dan Gedung
“warga masyarakat”. Dua pihak yang terlibat itu
Pemda Kota selaku anggota
yaitu “penguasa” dan “rakyat” harus sama-sama
5. Kepala Sub Dinas Pertanian dan Kehutanan
memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan
Kota selaku anggota
yang berlaku mengenai pengadaan tanah. Dan
6. Kepala Bagian Tata Ruang dan Lingkungan
bila ketentuan itu tidak diindahkan akan timbul
Hidup selaku anggota
persoalan-persoalan yang bisa memicu terjadinya
7. Kepala Bagian Hukum selaku anggota
sengketa.
8. Camat (setempat)
Menurut Abdurrahman (2011:10) yang
9. Lurah (setempat)
dimaksud dengan pembebasan tanah (Pijsgeving)
adalah: “Melepaskan hubungan hukum semula yang Sebagai salah satu lembaga pelayanan
terdapat di antara pemegang hak atas tanah dengan masyarakat, terdapat berbagai isu kritis yang perlu
cara pemberian ganti rugi dengan pihak yang diperhatikan, antara lain menyangkut:
bersangkutan”. Sedangkan menurut Keputusan

146 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


a. Sosialisasi mekanisme mengenai pengadaan harga independen), kisaran nilai ganti rugi
tanah untuk kepentingan umum ditetapkan dengan kelayakan nilai harga
(1) Peraturan pengadaan tanah/keputusan tanah yang didasarkan transaksi jual beli
Gubernur DKI Jakarta (Regulasi) dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan
Lokasi objek tanah yang masuk dalam tetap berpedoman pada hasil musyawarah.
rencana pembangunan untuk kepentingan Sementara ganti rugi bangunan ditetapkan
umum, setelah ditetapkan dalam Keputusan dengan Keputusan Kepala Dinas
Gubernur DKI Jakarta tentang Penguasaan Perumahan dan Gedung Pemerintah
Lahan Untuk Kepentingan Umum, banyak Daerah Provinsi DKI Jakarta, sedangkan
masyarakat yang tidak mengetahui sejak untuk penetapan ganti rugi tanaman
diberlakukannya Keputusan tersebut. ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas
Kurangnya sosialisasi sejak awal atas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI
terbitnya Keputusan Gubernur DKI Jakarta Jakarta, yang ditetapkan berdasarkan
mengakibatkan ketidaksiapan masyarakat kriteria dan jenis pada tanaman produktif
dalam menerima proyek pembangunan yang telah ditentukan nilai ganti ruginya.
di lingkungan tempat tinggal mereka, b. Sumber Daya Manusia
terlebih masyarakat tersebut harus rela Faktor yang memengaruhi kelancaran
meninggalkan tempat tinggal yang telah pelaksanaan proyek pengadaan tanah
menjadi bagian hidup mereka. adalah sumber daya manusia. Kemampuan/
(2) Mekanisme pelaksanaan pengadaan tanah pengetahuan serta jumlah perangkat kerja yang
bidang tanah yang telah menjadi rencana memadai mulai dari tingkat Provinsi hingga
proyek kepentingan umum dalam Kelurahan memiliki peran dalam percepatan
penyelenggaraan teknis di lapangan dimulai terselenggaranya kegiatan. Sebagai ujung
dari pematokan trace dari Dinas Tata tombak di masyarakat, aparatur pemerintah
Ruang Provinsi DKI Jakarta, inventarisasi kelurahan dengan jumlah pegawai 15 sampai
tanah oleh Kantor Pertanahan Kota dengan 25 orang dan skill yang minim, sangat
Administrasi Jakarta, dan inventarisasi memengaruhi kelancaran proyek pengadaan
bangunan oleh Suku Dinas Kota tanah. Pihak Kelurahan dalam membantu
Administrasi Jakarta, serta inventarisasi proses sosialisasi di lapangan, pendataan
tanaman produktif milik warga oleh tanah, hingga pemberkasan administrasi
Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan sebagai persyaratan untuk proses pembebasan
Kota Administrasi Jakarta. Setelah hal tanah warga sangat minim pegawai. Rata-rata
itu dilaksanakan proses pengumuman terdapat satu orang Kasi Pemerintahan dan
peta inventarisasi sementara dalam kurun Ketentraman/Ketertiban dibantu satu sampai
waktu 2 (dua) minggu yang diterbitkan dua orang staf di kelurahan dengan volume
oleh Kantor Pertanahan. Pengumuman peta kerja yang dilaksanakan sesuai Tugas Pokok
hasil inventarisasi disampaikan kepada dan Fungsi (Tupoksi) ditambah dengan tugas
warga dilaksanakan di kantor Kelurahan yang dibebankan Lurah atas program kebijakan
setempat. Pengumuman pada warga dari tingkat kecamatan dan Walikota bahkan
disampaikan oleh Lurah selaku anggota tingkat Provinsi yang harus dikerjakan. Sebagai
P2T melalui surat pengumuman kepada contoh: menyukseskan Program Adipura,
warga yang lokasi tanah dan bangunanya seluruh perangkat kerja kelurahan “All Out”
terkena dalam trace pembebasan tanah. mengerjakan tugas kegiatan di lapangan pada
Dengan waktu yang sempit, serta lokasi titik penilaian Adipura, selain itu juga
surat pengumuman yang dilayangkan kegiatan sosial di tingkat RT-RW yang sering
kemasyarakat melalui RT-RW setempat melibatkan perangkat kerja kelurahan yang
terkadang tidak seluruhnya sampai kepada merupakan tugas pokok pembinaan masyarakat
pemilik atau yang berkepentingan, terlebih oleh Kasi Pemerintahan dan Ketertiban
pemilik tanah tidak berdomisili dilokasi Masyarakat.
tersebut, sehingga menyulitkan pihak c. Koordinasi P2T
Kelurahan menyampaikan pengumuman Koordinasi antar unit terkait dalam pelaksanaan
tersebut. pengadaan tanah sering dipengaruhi oleh
(3) Ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman. kebijakan dari anggota panitia pengadaan tanah
Penetapan ganti rugi tanah berdasarkan itu sendiri. Keanggotaan Panitia Pengadaan
penilaian dari Tim appraisal (penaksir Tanah tersebut terdiri dari:

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 147


(1) Sekretaris Kota selaku Ketua P2T dokumentasi foto bangunan dan tanah,
(2) Asisten Pembangunan dan Lingkungan serta Berita Acara Pengukuran yang perlu
Hidup selaku Wakil Ketua P2T ditandatangani pemilik tanah maupun bangunan
(3) Kepala Kantor Pertanahan selaku merupakan kendala tersendiri di lapangan, di
Sekretaris mana terkadang dijumpai pemilik yang enggan
(4) P2T atau ragu menandatangani berita acara tersebut
(5) Kepala Sub Dinas Perumahan dan Gedung karena belum mendapatkan kejelasan hasil
Pemda Kota selaku anggota inventarisasi dari petugas di lapangan. Hal itu
(6) Kepala Sub Dinas Pertanian dan Kehutanan berakibat terlambatnya data diolah menjadi
Kota selaku anggota daftar inventariasi panitia pengadaan tanah.
(7) Kepala Bagian Tata Ruang dan Lingk. Sehingga pada akhirnya terjadi ukur ulang di
Hidup selaku anggota lapangan pada objek yang sama.
(8) Kepala Bagian Hukum selaku anggota
Mengingat luasnya masalah yang teridentifikasi
(9) Camat
dalam penelitian ini, maka penulis membatasi
(10) Lurah
hanya pada permasalahan pengadaan tanah yang
terkait dengan kepentingan umum. Hal ini didasari
Sering kali para anggota tersebut
pula pada pertimbangan bahwa permasalahan
mendelegasikan kepada staf dibawahnya untuk
pertanahan bagi kepentingan umum saat ini dapat
menghadiri rapat-rapat koordinasi P2T yang
dirasakan oleh banyak orang dan dirasakan saat ini.
sifatnya penting dalam pengambilan keputusan
Berdasarkan latar belakang masalah masalah
atau kegiatan proses penelitian berkas-berkas
dan batasan masalah yang telah dikemukakan
tanah dan bangunan warga. Dengan demikian,
tersebut di atas, maka secara rinci, rumusan masalah
staf yang hadir mewakili tersebut tidak dapat
penelitian dijabarkan sebagai berikut:
mengambil keputusan pada saat itu juga,
1. Bagaimana interpretasi pengadaan tanah untuk
sehingga perlu penjadwalan kembali pada
kepentingan umum?
rapat berikutnya. Contoh lain pada pembuatan
2. Bagaimana pengorganisasian pengadaan tanah
peta inventarisasi tanah dari kantor Pertanahan
untuk kepentingan umum?
baik peta pengumuman sementara maupun
3. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah
peta definitive yang “kurang” dipahami oleh
untuk kepentingan umum?
para Lurah, tetapi justru dimengerti oleh staf
dibawahnya, sehingga proses penandatanganan Penelitian yang disusun berdasarkan asumsi
peta inventarisasi sementara ataupun definitive terhadap fenomena yang dijadikan objek kajian
oleh Lurah butuh waktu berhari-hari bahkan dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis
beminggu-minggu. Selama Lurah masih “ragu” bagaimana kebijakan pertanahan di DKI Jakarta
dan belum mendapatkan penjelasan langsung yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
dari pihak Kantor Pertanahan tentang detail- Merujuk pada maksud penelitian yang dicapai,
detail bidang tanah yang telah diinventarisasi. maka penelitian ini bertujuan untuk :
Contoh lain jika ada keluhan warga atas hasil 1) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana
ukur tanah atau bangunan memerlukan waktu bentuk interpretasi pengadaan tanah untuk
berminggu-minggu untuk melakukan ukur kepentingan umum?
ulang di lapangan, padahal Ketua P2T telah 2) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana
mengeluarkan Surat Tugas Pengukuran Ulang bentuk pengorganisasian pengadaan tanah
di lapangan. Keterlambatan tersebut akibat untuk kepentingan umum?
kurangnya keseriusan dari tim teknis karena 3) Mengetahui dan menjelaskan bagaimana
padatnya kegiatan yang harus dikerjakan di bentuk pelaksanaan pengadaan tanah untuk
samping tugas pokok dan fungsinya serta kepentingan umum?
kurangnya jumlah staf.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Padatnya kegiatan juga diakibatkan
kualitatif karena peneliti bermaksud memperoleh
menumpuknya kegiatan kerja pada akhir tahun
gambaran yang mendalam dari pelaksanaan
anggaran oleh karena anggaran kegiatan yang
pengadaan tanah bagi kepentingan umum di Kota
terlambat cair. Sementara kegiatan pengadaan
Adiminstrasi Jakarta Utara. Pengumpulan data
tanah itu sendiri membutuhkan waktu yang
dilakukan mengutamakan pandangan informan
sekurangnya tiga sampai dengan lima bulan
(perspectif emic), dan peneliti sendiri memerankan
lamanya. Ketidaksiapan tim teknis dalam
diri sebagai instrumen utama (key instrument) yang
proses pendataan seperti: mempersiapkan
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan

148 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


pengumpulan data secara mendalam. Hal ini sesuai UUPA disebutkan bahwa negara (pemerintah)
dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1992:29): dinyatakan menguasai “hanya” menguasai tanah.
“Qualitative research has the natural setting as the Pengertian tanah “dikuasai” bukanlah berarti
source of data and researcher is key instrument”. “dimiliki” akan tetapi adalah pengertian yang
memberi wewenang tertentu kepada negara
Analisis Interpretasi Pengadaan Tanah Untuk sebagai organisasi kekuasaan. Hal ini dirumuskan
Kepentingan Umum secara tegas di dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA yang
Tanah adalah suatu harta yang ada di muka menegaskan, kewenangan negara adalah:
bumi ini yang dalam sepanjang sejarah peradaban a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
umat manusia tak henti-hentinya memberikan penggunaan, persediaan atau pemeliharaannya;
problema-problema rumit. Hal ini adalah logis, b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat
mengingat tanah tempat berpijaknya manusia dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang
dan tempat manusia hidup, sejalan dengan angkasa itu;
perkembangan umat manusia untuk hidup dan c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
berkembang tersebut, lambat laun tanah semakin hukum antara orang-orang dan perbuatan-
tinggi nilainya dan bahkan semakin sulit diperoleh. perbuatan hukum yang mengenai bumi, air
Interpretasi bahwa tanah yang kita miliki sewaktu- dan ruang angkasa, segala sesuatunya dengan
waktu dapat “diminta” untuk kepentingan umum tujuan untuk mencapai sebesar-besarnya
oleh pemerintah, tetapi dalam prosesnya masih kemakmuran rakyat dalam masyarakat adil dan
belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat. makmur.
Di Indonesia, yang memiliki kompleksitas
Suatu masalah yang kemudian muncul
masalah pertanahan yang begitu luas, telah
sehubungan kewenangan negara di atas adalah
menjadikan persoalan tanah sebagai salah satu
masalah pengadaan tanah untuk kepentingan
persoalan yang paling urgen diantara persoalan
umum. Praktis, hal ini bukanlah hal yang rumit.
lainya. Maka tak heran, pasca-Indonesia merdeka,
Mengingat pada dasarnya masyarakat Indonesia
hal pertama yang dilakukan oleh pemuka bangsa
sangat menjunjung tinggi kolektivitas sehingga
dikala itu adalah proyek “landreform” ditandai
pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 5
bukanlah menjadi masalah rumit. Namun, seiring
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
arus indistrialisasi masuk ke Indonesia, tepatnya
Agraria, selanjutnya disingkat UUPA.
dimulai pada fase ekonomi-politik “tanam paksa”
Suatu terobosan yang sangat revolusioner
(culturstelseel) di tahun 1830. Secara perlahan,
diakukan oleh UUPA yaitu dihapusnya sistem
paradigma masyarakat Indonesia mulai berubah,
“Domain Verklaring”. Domain Verlklaring adalah
yang sebelumnya menjunjung tinggi kolektivitas
sistem yang menentukan bahwa tanah yang tidak
kini menjadi individualistik.
dapat dibuktikan secara autentik maka dengan
Sesuai dengan objek penelitian, akan
sendirinya menjadi milik negara. Jelas hal ini sangat
dibahas secara khusus salah satu persoalan dalam
bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat
dunia pertanahan yaitu pengadaan tanah untuk
Indonesia yang berbasis adat, di mana bukti autentik
kepentingan umum. Di mana dalam hal ini kaitannya
tidak dikenal sebelumnya dan hanya mengandalkan
dengan pertemuan kepentingan antara kepentingan
asas saling kepercayaan.
individual atau suatu komunal (ulayat) sebagai
Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha
pemegang hak atas tanah dengan pihak pemerintah
Esa kepada umat manusia di muka bumi. Oleh karena
yang mendalihkan kepentingan umum.
itu, memang sudah menjadi kewajiban manusia
Sebagai bagian dari hukum agraria nasional,
untuk memelihara dan mengatur peruntukannya
peraturan pengadaan tanah harus mengacu pada
secara adil dan berkelanjutan demi kelangsungan
tujuan hukum agraria nasional dengan prinsip
hidup umat manusia di masa mendatang.
keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
Dalam konstitusi RI (UUD RI 1945) tepatnya
kepentingan umum. Hak atas tanah apapun yang
Pasal 33 Ayat (3) disebutkan bahwa : “Bumi dan air
ada pada seseorang tidaklah dapat dibenarkan
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
kalau tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
pribadinya, melainkan wajib pula memperhatikan
Yang perlu digarisbawahi dari bunyi pasal di
kepentingan umum. Ketentuan tersebut tidaklah
atas adalah kata dikuasai. Sekilas kata dikuasai
berarti bahwa kepentingan pribadi akan terdesak
menunjukkan negara adalah pemiliknya. Padahal
sama sekali oleh kepentingan umum. Kepentingan
tidak demikian adanya. Pada penjelasan umum

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 149


umum dan kepentingan pribadi haruslah saling melalui Keputusan Presiden Nomor 55
mengimbangi, hingga akhirnya akan tercapai tujuan Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
pokok kemakmuran, keadilan dan kebahagian Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
rakyat seluruhnya. Itulah yang menjadi tujuan dari Umum pasal 21 yang berbunyi apabila upaya
UUPA. penyelesaian yang ditempuh Gubernur
Dalam menjawab persoalan pengadaan tanah Kepala Daerah Tingkat I tetap tidak diterima
ini, di Indonesia telah diundangkan beberapa aturan oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi
yang antara lain: pembangunan yang bersangkutan tidak dapat
a. UU Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pencabutan dipindahkan, maka Gubernur Kepala Daerah
Hak-Hak Tanah dan Benda-Benda yang Ada Tingkat I yang bersangkutan mengajukan
Diatasnya usul penyelesaian dengan cara pencabutan
b. Permendagri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang hak atas tanah. Demikian pula halnya
Ketentuan-ketentuan Mengenai Tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Pembebasan Tanah, yang disusul Permendagri Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Nomor 2 Tahun 1976 dan Permendagri Nomor Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
2 Tahun 1985. Kepentingan Umum pada pasal 2 ayat 1
c. Keppres Nomor 55 Tahun 1993 Tentang yang menyebutkan pengadaan tanah bagi
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum. umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah
d. Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan dilaksanakan dengan cara pelepasan atau
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk penyerahan hak atas tanah atau pencabuan hak
Kepentingan Umum; dan atas tanah. Bentuk kewenangan yang diberikan
e. Perpres Nomor 65 Tahun 2006 Tentang undang-undang adalah untuk melakukan
Perubahan atas Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tindakan secara paksa mengambil dan menguasai
Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan tanah seseorang untuk kepentingan umum.
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Perbedaan yang menonjol antara pencabutan
Secara umum kebijakan pertanahan di Provinsi hak atas tanah dengan pembebasan tanah ialah
DKI Jakarta kurang berjalan dengan baik/belum jika dalam pencabutan hak atas tanah dilakukan
sesuai harapan, hal tersebut dikarenakan kebijakan dengan cara paksa, maka dalam pembebasan tanah
nasional di bidang pertanahan belum sepenuhnya dilakukan dengan berdasar azas musyawarah.
menyentuh pada permasalahan yang ada, serta Pentingnya langkah-langkah sosialisasi
kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah Provinsi terhadap masyarakat yang terkena proyek
DKI Jakarta masih kurang menyentuh terhadap kepentingan umum sangat menentukan atau
masalah-masalah yang ada dilapangan”. memengaruhi keberhasilan dan kegagalan
Pada prinsipnya hukum agraria Indonesia pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah untuk
mengenal dua bentuk pengadaan tanah yaitu: kepentingan pembangunan bagi kepentingan umum.
1. Dilaksanakan dengan cara pelepasan atau Sedangkan pelaksanaan sosialisasi ke masyarakat
penyerahan hak atas tanah (pembebasan hak yang terkena proyek kepentingan umum biasanya
atas tanah): Peraturan Presiden Nomor 65 melalui langkah-langkah sebagaimana berikut:
Tahun 2006 memberikan definisi pembebasan 1. P2T Kabupaten/Kota bersama instansi
tanah adalah melepaskan hubungan hukum pemerintah yang memerlukan tanah
antara pemegang hak atas tanah dengan tanah melaksanakan penyuluhan untuk menjelaskan
yang dikuasainya dengan memberikan ganti manfaat, maksud dan tujuan pembangunan
rugi atas dasar prinsip penghormatan terhadap kepada masyarakat serta dalam rangka
hak atas tanah melalui proses musyawarah. memperoleh kesediaan dari para pemilik.
2. Dilaksanakan dengan cara pencabutan hak atas 2. Penyuluhan dilaksanakan di tempat yang
tanah. ditentukan dalam surat undangan yang
Berdasarkan penjelasan umum UU Nomor dibuat oleh P2T Kabupaten/Kota dan dalam
20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak pelaksanaannya dipandu oleh P2T Kabupaten/
atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada Di Kota.
Atasnya, dapat dipahami bahwa sesungguhnya 3. Dalam hal penyuluhan sebagaimana dimaksud
pencabutan hak atas tanah adalah kewenangan diatas:
yang diberikan oleh undang-undang kepada a. Diterima oleh masyarakat, maka dilanjutkan
pemerintah, dalam hal ini presiden. Presiden dengan kegiatan pengadaan tanah;

150 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


b. Tidak diterima oleh masyarakat, maka 65 Tahun 2006 bukan berarti menghilangkan secara
P2T Kabupaten/Kota melaksanakan mutlak cara pencabutan tersebut, melainkan untuk
penyuluhan untuk musyawarah kembali memberikan kesan bahwa cara pencabutan adalah
(ulang) dalam jangka waktu paling lama cara paling terakhir yang dapat ditempuh apabila jalur
120 hari kalender terhitung sejak tanggal musyawarah gagal yaitu melalui proses consignatie
undangan pertama (Perpres Nomor 65 (penitipan ganti rugi) ke Pengadilan Negeri
Tahun 2006). setempat. Ini ditafsirkan secara imperatif di mana
4. Dalam hal penyuluhan kembali, sebagaimana jalur pembebasan tanah harus ditempuh terlebih
dimaksud diatas : dahulu sebelum mengambil jalur consignatie. Jika
a. Tetap tidak diterima oleh 75 % dari para pada Perpres Nomor 36 Tahun 2005 terdapat kesan
pemilik tanah, maka lokasinya dapat alternatif antara cara pembebasan dan pencabutan,
dipindahkan, instansi pemerintah yang maka pada Perpres Nomor 65 Tahun 2006 antara
memerlukan tanah dapat mengajukan cara pembebasan dan pencabutan sifatnya prioritas-
alternatif lokasi lain. baku. Ini agar pemerintah tidak sewenang-wenang
b. Tetap tidak diterima oleh masyarakat, dan segampangnya saja dalam mengambil tindakan
sedangkan lokasinya tidak dapat dipindahkan dalam kaitannya dengan pengadaan tanah. Artinya
ke lokasi lain sebagaimana kriteria ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia, Perpres No
dimaksud dalam pasal 39 Peraturan Kepala 65 Tahun 2006 lebih agak manusiawi dibandingkan
BPN Nomor 3 Tahun 2007. Berdasarkan peraturan-peraturan sebelumnya.
peraturan tersebut lokasi pembangunan Secara teknis dalam Perpres Nomor 65 Tahun
untuk kepentingan umum tidak dapat 2006 menyebutkan pelepasan tanah dilakukan dengan
dipindahkan secara teknis tata ruang ke lokasi bantuan P2T. P2T ini bertugas untuk mengadakan
lain apabila: berdasarkan aspek historis, penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya
klimatologis, geografis, geologis, topografis akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang
tidak ada dilokasi lain; dipindahkan ke mendukungnya serta melakukan inventarisasi atas
lokasi lain memerlukan pengorbanan, tanah, bangunan, serta tanaman yang berdiri di atas
kerugian, dan biaya yang lebih atau sangat tanah tersebut. Selanjutnya P2T ini akan menetapkan
besar; rencana pembangunan tersebut sangat besaran ganti rugi atas tanah yang haknya akan
diperlukan dan lokasi tersebut merupakan dilepaskan atau diserahkan.
lokasi terbaik dibandingkan lokasi lain atau Suatu terobosan kecil yang diberikan oleh Perpres
tidak tersedia lagi lokasi yang lain dan/atau Nomor 65 Tahun 2006 adalah dengan dicantumkannya
tidak dilokasi tersebut dapat menimbulkan pasal 18 A. Pasal 18 A menentukan apabila yang berhak
bencana yang mengancam keamanan dan atas tanah atau benda-benda yang ada di atasnya yang
keselamatan masyarakat yang lebih luas.) haknya dicabut tidak bersedia menerima ganti rugi
Maka P2T Kabupaten/Kota mengusulkan sebagaimana ditetapkan, karena dianggap jumlahnya
kepada Bupati/Walikota atau Gubernur kurang layak, maka yang bersangkutan dapat meminta
untuk wilayah DKI Jakarta menggunakan banding kepada Pengadilan Tinggi agar menetapkan
ketentuan pada Peraturan Presiden Nomor ganti rugi sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun
65 Tahun 2006 pasal 10 yaitu menitipkan 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
uang ganti rugi tanah dan benda-benda yang Benda-Benda yang Ada di Atasnya dan Peraturan
ada di atasnya kepada Pengadilan Negeri Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 tentang Acara
yang wilayah hukumnya meliputi lokasi Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi
tanah yang bersangkutan. Sehubungan dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah
5. Hasil pelaksanaan penyuluhan dituangkan dan Benda-Benda yang ada di Atasnya. Ketentuan
dalam Berita Acara Penyuluhan Pasal 18 A ini mempertegas ketentuan Pasal 8, UU
Nomor 20 Tahun 1961.
Sebelumnya oleh Perpres Nomor 36 Tahun 2005
Meskipun pengaduan ini sudah ditentukan
ditentukan secara tegas bahwa bentuk pengadaan
sebelumnya oleh UU Nomor 20 Tahun 1961 namun
tanah dilakukan dengan cara pembebasan hak atas
kurang memberikan kepastian hukum karena
tanah dan dengan cara pencabutan hak atas tanah.
Perpres yang ada hanya menegaskan pengajuan
Namun dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 65
keberatan kepada Bupati/Wali Kota, Gubernur,
Tahun 2006, hanya ditegaskan bahwa pengadaan
atau Menteri Dalam Negeri. Ini artinya memberikan
tanah dilakukan dengan cara pembebasan.
ruang untuk meminimalisir kesewenang-wenangan
Tidak dicantumkannya secara tegas cara
birokrasi eksekutif yang notabene adalah pihak
pencabutan hak atas tanah di dalam Perpres Nomor
yang paling berkepentingan dalam urusan ini.

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 151


Sekali lagi dengan berlakunya Perpres Nomor P2T Kabupaten/Kota/Propinsi. Sedangkan yang
65 Tahun 2006 ini, sedikit memberikan kepastian menyampaikan materi sosialisasi adalah penyuluh
hukum dan aturan-aturan pengadaan tanah yang dari instansi yang memerlukan lahan/tanah dengan
lebih demokratis. Dan sedikit menutup ruang bagi penyampaian atas program Pemerintah di lokasi
aparat pemerintah untuk bertindak sewenang- lahan yang ditetapkan oleh SK Gubernur Provinsi
wenang dan bekerja asal beres. DKI Jakarta, yang pada akhirnya akan memerlukan
Satu hal yang harus diwaspadai dan memang kerelaan masyarakat yang lahannya akan terkena
sering terjadi di lapangan di mana istilah “demi proyek tersebut.
kepentingan umum” dijadikan tameng oleh pihak Sudah semestinya sosialisasi/penyuluhan ini
pengusaha/spekulan tanah/pemilik modal besar yang diberikan secara serius dan seksama dan menyeluruh.
sengaja menanamkan modalnya dengan terlebih Dimulai dari arti penting program pemerintah,
dahulu telah mendapat informasi/mengetahui prosedur/SOP berdasarkan ketentuan yang ada,
proyek-proyek pengadaan tanah pemerintah daerah Schedule dan tindakan hukum yang telah ditempuh
untuk selanjutnya melakukan praktik “spekulasi” pemerintah atas program tersebut.
dengan dibantu oknum pemerintah dalam Selain itu perlu ada keterangan yang lebih jelas
memanfaatkan situasi yaitu pembelian tanah skala dan transparan yang disampaikan oleh pejabat yang
kecil/besar (praktik spekulan) pada lokasi yang kompeten kepada masyarakat, agar masyarakat tahu
akan dan telah ditetapkan sebagai lokasi penguasaan serta memahami bahwa tanah yang akan diserahkan
lahan oleh pemerintah daerah dengan dalih proyek tersebut sungguh dibangun oleh pemerintah daerah
pemerintah untuk kepentingan umum. untuk kepentingan masyarakat luas bukan kepentingan
Disini rakyat harus jeli memahami maksud suatu kelompok tertentu atau proyek titipan.
kepentingan umum sebagaimana yang telah Analisis mengenai interpretasi pengadaan tanah
disebutkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006, untuk kepentingan umum di atas mengemukakan
serta mengetahui prosedur ketetapan persyaratan berbagai prinsip dasar acuan atau acap kali
dari suatu proyek pengadaan tanah sebagaimana dinamakan dengan azas-azas. Secara konteks
diatur dalam Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 hukum, pengadaan tanah menurut (Sumardjono,
Tahun 2007. Oleh karena itu, sosialisasi lebih awal, 2008: 90-91) mencakup:
menyeluruh, dan berkelanjutan menjadi sangat a. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh
penting agar interpretasi warga terhadap kalimat siapapun dan untuk keperluan apapun harus
“demi kepentingan umum” menjadi alasan warga ada landasan haknya;
mau melepaskan hak atas tanah dan bangunan yang b. Semua hak atas tanah secara langsung maupun
mereka miliki. tidak langsung bersumber pada hak bangsa
Proyek pengadaan tanah yang dilakukan P2T (ini kaitannya dengan Pasal 33 Ayat (3) UUD
berdasarkan surat perintah tugas dari instansi yang juncto Pasal 1 dan 2 UU Pokok Agraria) cara
membutuhkan lahan diawali dengan pelaksanaan untuk memperoleh tanah yang sudah dihaki
sosialisasi yang dihadiri oleh P2T dan Instansi yang oleh seseorang/ badan hukum harus melalui
membutuhkan lahan pada suatu lokasi, sering tidak kata sepakat antar pihak yang bersangkutan
dihadiri oleh pejabat yang menguasai peraturan dasar (kaitannya dengan UU Nomor 39 Tahun 1999
pengadaan tanah dan tidak kompeten di bidangnya. tentang HAM);
Sangat disayangkan, dalam pelaksanaan sosialisasi c. Dalam keadaan yang memaksa artinya jalan lain
tersebut, informasi yang akan disampaikan tidak yang ditempuh gagal, maka presiden memiliki
dapat diterima secara jelas dan menyeluruh oleh kewenangan untuk melakukan pencabutan
masyarakat. hak tanpa persetujuan subjek hak menurut UU
Sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 20 Tahun 1961.
Nasional RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Nampaknya, aturan hukum Indonesia dipandang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor
memadai, namun dalam tataran implementatif
36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
masih banyak kelemahan/kekurangan. Dalam
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
konteks Indonesia, menurut pandangan Sumardjono
Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan
(2008) kelemahan regulasi yang mengatur masalah
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
aktivitas pengadaan tanah untuk kepentingan umum
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
beberapa variabel diantaranya adalah:
2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksánaan
a. Wujud produk hukumnya mestinya berupa
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang
undang-undang karena aspek yang diatur
berwenang memberikan penjelasan kepada
menyangkut hajat hidup orang banyak, bersifat
masyarakat berupa sosialisasi/penyuluhan adalah

152 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


esensial (hak asasi manusia/human rights) pegawai 10 sampai dengan 15 orang, sangat
konkretnya bertautan pangan dan papan dalam memengaruhi kelancaran proyek pengadaan tanah.
konteks negara agraris. Pihak Kelurahan dalam membantu proses sosialisasi
b. masih luasnya makna kepentingan umum, di lapangan, pendataan tanah, hingga pemberkasan
persoalan yang mengemuka tanpa batas yang administrasi sebagai persyaratan untuk proses
jelas dan tegas; Ada satu dari tiga alternatif: pembebasan tanah warga sangat minim pegawai.
pertama hanya pedoman umum sehingga Pelibatan institusi harus terkait dengan tugas
mendorong penafsiran terbuka, kedua pokok dan fungsinya dalam sistem organisasi
mencantumkan dalam daftar kegiatan atau birokrasi, LSM juga harus terkait dengan kiprah
gabungan dari keduanya. masing-masing satuan organisasinya dengan
c. belum dipisahkan secara jelas dan tegas penggambaran yang jelas, sederhana apa tugas dan
pembedaan kegiatan pembangunan untuk tanggung jawab serta apa urgensinya pemangku
kepentingan umum dan bukan kepentingan kepentingan itu harus dilibatkan bukan pemangku
umum. kepentingan yang lain.
d. bentuk ganti rugi yang dimuat bersifat fisik dan Pada pengorganisasian pengadaan tanah
tidak mencantumkan yang nonfisik. Padahal untuk kepentingan umum, sangat penting adanya
harga perubahan status pemegang hak dari pembentukan P2T. Panitia ini merupakan ujung
profesi petani menjadi yang lain amat mahal tombak pelaksana pengadaan tanah untuk
misalnya menjadi buruh kasar, kuli bangunan, kepentingan umum. Keberadaan panitia ini
pemulung. merupakan sumber daya manusia yang sangat
e. peran dan kedudukan P2T, terutama dibutuhkan, karena tanpa adanya sumber daya
masalah independensinya sehingga mampu manusia pelaksana, maka setiap kebijakan termasuk
memerankan diri sebagai fasilitator para pihak kebijakan pengadaan tanah untuk kepentingan
secara independen. umum tidak dapat dilaksanakan. Hal ini juga yang
f. Regulasi menafsirkan secara keliru dan dikemukakan Edward III (1980:11) bahwa faktor
menunjukkan pemaksaan kehendak dalam sumber daya ini juga mempunyai peranan penting
penetapan ganti rugi yang tidak disepakati subjek dalam implementasi kebijakan. Lebih lanjut Edward
dengan menganalogikan konsinyasi (penitipan III (1980:11) menegaskan bahwa:
barang di panitera pengadilan menurut Pasal Bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-
1404 Kitab Undang-undang Hukum Perdata) ketentuan atau aturan-aturan, serta bagaimanapun
(Soemardjono, 2008: 102-105). akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan
Dalam uraian yang lain, Sumardjono menyatakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
bahwa dari sisi hukum dimensi keadilan (justice) kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya
harus diutamakan, artinya makna fungsi sosial untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka
terjadinya keseimbangan antara kepentingan umum implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
dan kepentingan perorangan. Tegasnya hak yang sah Sumber daya manusia merupakan salah satu
(legal) dari subjek hak atas tanah harus dilindungi variable yang memengaruhi keberhasilan dan
dan dihargai. Di sisi lain, keikhlasan pemegang hak kegagalan pelaksanaan kebijakan. Edward III
demi kepentingan masyarakat yang lebih luas juga (1980:53) kembali menegaskan bahwa “Probably
sepantasnya dihargai oleh pemerintah/pemerintah the most essential resources in implementing policy
daerah dan panitia pengadaan tanah (Sumardjono, is staff“. Sumber daya manusia (staf), harus cukup
2008: 249-252). (jumlah) dan cakap (keahlian). Mengingat beratnya
tugas panitia pengadaan tanah dalam menjalankan
Analisis Pengorganisasian Pengadaan Tanah tugasnya maka tentu saja sangat dibutuhkan
untuk Kepentingan Umum jumlah aparatur yang memadai, di samping itu juga
Faktor yang memengaruhi kelancaran memiliki kemampuan yang baik dan menguasai
pelaksanaan proyek pengadaan tanah adalah setiap bagian yang menjadi bidang tugasnya, seperti
sumber daya manusia. Pengetahuan serta jumlah contoh : aparatur/petugas yang bertugas melakukan
perangkat kerja yang memadai mulai dari tingkat sosialisasi, maka aparatur/petugas tersebut dituntut
provinsi hingga kelurahan memiliki peran dalam untuk mampu menyampaikan kepada masyarakat
percepatan terselenggaranya kegiatan. Sebagai yang akan diambil hak kepemilikan tanahnya
ujung tombak di masyarakat, aparatur pemerintah tentang maksud dan tujuan pengadaan tanah
kelurahan dengan jumlah pegawai dan skill yang tersebut serta menguasai dasar-dasar peraturan
minim rata-rata tingkat kelurahan memiliki jumlah yang berlaku atau memiliki wawasan yang luas.

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 153


Tidak jarang terjadi kesalahpahaman antara petugas manusia tersebut harus mengetahui apa yang harus
P2T dengan masyarakat yang akan diambil hak dilakukan. Dengan pengetahuan berbagai peraturan
kepemilikan tanah sehingga terjadi ketegangan maupun perundang-undangan yang dimiliki P2T
bahkan dapat memicu perdebatan dan pertengkaran. maka mereka akan memahami tugas dan kewajiban
Dengan demikian aparatur/petugas P2T dituntut apa yang harus mereka lakukan.
untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, Masalah yang dihadapi mengenai kesiapan
wawasan yang luas, tegas dan lugas, serta berwibawa aparatur yang menjadi anggota P2T masing-masing
karena berhasil tidaknya proses pengadaan tanah ini unit tidak memadai dalam hal jumlah petugas dan
sangat tergantung dari performa kerja dari petugas kurang menguasai secara teknis. Hal ini disebabkan
tersebut. karena kurangnya sosialisasi di bidang peraturan
Komunikasi merupakan proses transformasi kebijakan pertanahan, bangunan, dan pertanian dan
kebijakan tidak hanya kepada para pelaku kebijakan kehutanan, rekrutmen pegawai yang tidak sesuai di
(policy implementors) dalam hal ini adalah P2T, bidangnya, serta keterbatasan jumlah pegawai. Pada
tetapi juga kepada kelompok sasaran (target prinsipnya P2T perlu meningkatkan pengetahuan
groups) atau masyarakat dan Lembaga Swadaya teknis. Menyangkut dalam penyelesaian masalah
Masyarakat (LSM) yang konsentrasi pada masalah di bidang pertanahan (sengketa/klaim) masih
kebijakan. Melalui proses komunikasi ini, para kurang memahami tugas pokok dan fungsi selaku
pelaku yang teridentifikasi dalam struktur birokrasi fasilitator serta kecenderungan kurang netral dalam
menjadi jelas apa yang menjadi substansi kebijakan, penanganannya.
mencakup apa yang menjadi tujuan, sasaran, dan Kriteria kemampuan dan skill yang dimiliki
arah kebijakan. personil P2T untuk melaksanakan tugasnya
Hal ini juga yang disampaikan Edward III tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila
(1980,10-11) pada bagian sebelumnya menegaskan tidak tersedia sumber daya manusia pelaksana
bahwa “No matter how clear and consistent yang memenuhi kualifikasi, baik secara moral
implementation order are and no matter accurately maupun profesional. Pertama, kualifikasi moral,
they are transmitted, if the personel responsible artinya bahwa dalam penentuan kepentingan
for carrying out policies lack the resources to do umum dibutuhkan orang-orang yang secara jelas
an affective job, implementation will not affective“. memunyai sikap, prilaku dan komitmen terhadap
Jika demikian, efektivitas pelaksanaan perangkat moral, menjaga kejujuran, dan kebenaran dalam
petugas panitia pengadaan tanah sangat tergantung menentukan pemanfaatan kepentingan umum
kepada sumber daya manusia yang bertanggung tersebut sehingga tidak ada lagi kepentingan umum
jawab melaksanakan kebijakan tersebut. Sekalipun sekedar kedok untuk mewujudkan kepentingan
aturan main pelaksanaan pengadaan tanah jelas dan pribadi. Kedua, kualifikasi profesional, artinya
kebijakan tersebut telah ditransformasikan dengan bahwa dalam penentuan kepentingan umum
tepat, namun manakala sumber daya manusia dibutuhkan orang-orang yang benar mengerti segala
terbatas dari jumlah maupun kualitas pelaksanaan kompleksitas persoalan hukum tanah, baik hukum
pengadaan tanah tidak akan berjalan efektif. positif maupun hukum yang hidup di masyarakat.
Meskipun demikian, agar diperoleh efektivitas Persoalan sengketa tanah yang akhir-akhir ini
pelaksanaan pengadaan tanah tidak hanya justru menggejala dan menimbulkan korban
mengandalkan banyaknya sumber daya manusia, manusia terjadi diakibatkan oleh kecerobohan dan
tetapi harus memiliki keterampilan yang diperlukan ketidaktahuan aparat tentang hukum tanah.
dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi Panitia dimaksud adalah P2T yang dibentuk oleh
tanggung jawabnya. Gubernur, yang susunan keanggotaan dan tugasnya
Oleh karena itu, sumber daya manusia pelaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Kepala
kebijakan (implementors) pengadaan tanah tersebut BPN Nomor 3 Tahun 2007 pasal 14 ayat (2) dan
juga membutuhkan informasi yang cukup, tidak hanya (3). Sedangkan untuk Perpres RI Nomor 36 Tahun
berkaitan dengan bagaimana cara melaksanakan 2005 dalam Pasal 6 ayat (5) menyebutkan susunan
kebijakan, tetapi juga mengetahui arti penting data keanggotaan panitia pengadaan tanah sebagaimana
mengenai kepatuhan pihak lain yang terlibat terhadap dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) terdiri
peraturan dan pengaturan yang berlaku. atas unsur perangkat daerah terkait dan untuk tugas
Hal itu ditegaskan oleh Edward III (1980:61) panitia ngadaan tanah diatur dalam Pasal 7.
bahwa ”it is not enough for there to be an adequate P2T dalam melaksanakan tugasnya diberikan
number of implementors to carry out a policy. sejumlah dana yang disebut sebagai biaya
Implementers must posses the skill necessary operasional dalam rangka membantu pengadaan
for the job at hand“. Selain itu, sumber daya tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

154 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


kepentingan umum. Biaya P2T tersebut diatur seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan,
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/ hubungan antara unit-unit organisasi yang ada
PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya.
Kepentingan Umum. Biaya operasional tersebut Koordinasi dengan berbagai pihak sangat mutlak
digunakan untuk pembayaran honorarium, diperlukan, hal ini dikarenakan upaya pengadaan
pengadaan bahan, alat tulis kantor, cetak/stensil, tanah untuk kepentingan umum ini tidak jarang
fotocopy/penggandaan, penunjang musyawarah, atau bahkan sering menuai masalah, untuk itu
sosialisasi, sidang-sidang yang berkaitan dengan jalinan komunikasi dan koordinasi akan sangat
proses pengadaan tanah, satuan tugas (satgas), memengaruhi hasil akhirnya.
biaya keamanan, dan biaya perjalanan dalam rangka
pengadaan tanah. Analisis Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk
Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Kepentingan Umum
Nomor 58/PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan tanah sebagai suatu perbuatan
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan hukum yang dilakukan oleh pemerintah untuk
Untuk Kepentingan Umum, maka terungkap mendapatkan tanah bagi kepentingan tertentu
bahwa Sumber daya yang memengaruhi efektivitas dengan cara memberikan ganti kerugian kepada
pelaksanaan kebijakan, selain sumber daya pemilik tanah (perorangan atau badan hukum)
manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan menurut tata cara dan besaran nominal tertentu. Hal
yang diperlukan untuk membiayai operasionalisasi ini sesuai dengan pendapat Bruce, John W. et.al.
pelaksanaan kebijakan. Terbatasnya anggaran (2006:2) bahwa:
yang tersedia dapat menyebabkan terhambatnya about land policy reform, but usually it is only in the
pelaksanaan kebijakan pengadaan tanah. subsequent work on law reform that competing claims
Hal tersebut ditegaskan oleh Edward III of diverse stakeholders are accommodated and a
(1980:80) dalam kesimpulan studinya yakni balance stuck between security of tenure and other
legitimate societal objectives, such as environmental
”Budgetary limitation, and citizens opposition limit
protection, equitable land distribution, and the State’s
the acquisition of adequate facilities. This in turn
need for compulsory acquisition of land for public
limit the quality of the services that implementers purposes.It is difficult to overstate the extent to which
can be provide to the public”. Kondisi tersebut juga laws relating to land affects the lives and welfare of
menyebabkan para pelaku kebijakan tidak dapat citizen.
melaksanakan tugas dan fungsi nya secara optimal
dan mereka tidak mendapatkan insentif sesuai Rasionalitasnya, dalam hampir semua kajian
dengan yang diharapkan sehingga menyebabkan pada literatur tentang aspek hukum pengadaan
gagalnya pelaksanaan program. Berkaitan dengan tanah, pemerintah atas nama negara memerlukan
hal itu, Van Horn dan Van Matter (1974) menyatakan tanah namun karena keterbatasan ketersediaan
”new towns study suggest that the limited supply tanah untuk pembangunan pengadaan tanah
of federal incentives was a major contributor to terhadap tanah yang dikuasai oleh negara (Pasal
the failure of the program”. Terbatasnya insentif 2, 6 dan 18 UU Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA))
tersebut tidak akan mampu mengubah sikap dan tidak mencukupi luasnya. Oleh karena itu, dengan
perilaku (disposisi) para pelaku kebijakan. Oleh ”terpaksa” berdasarkan Pasal 6 UUPA tentang
karena itu, agar para pelaku kebijakan memiliki fungsi sosial tanah, maka pemerintah mengambil
disposisi tinggi dalam melaksanakan kebijakan tanah-tanah hak (tanah yang padanya dilekati hak
diperlukan insentif yang cukup. individu atau badan hukum/keagamaan) dengan
Meskipun sumber-sumber baik sumber daya memberikan penggantian yang layak (Pasal 27
manusia maupun sumber daya anggaran (keuangan) huruf a, 34, 40 UUPA juncto PP Nomor 40 Tahun
untuk mengimplementasikan suatu kebijakan 1996, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006)
pengadaan tanah tersedia dengan cukup dan para Pemerintah telah menetapkan Perpres 36 Tahun
pelaksana (implementor)/P2T mengetahui apa 2005 dan Perpres 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan
dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka Tanah Bagi Kepentingan Umum dan Pembangunan.
mempunyai keinginan untuk melakukannya. Meskipun landasan hukum ini masih sangat lemah
Namun implementasi kebijakan pengadaan tanah justru kenyataan di lapangan berbagai proyek
untuk kepentingan umum ini bisa jadi masih belum infrastruktur terus dikembangkan. Namun demikian
efektif karena adanya ketidak efisien struktur banyak proyek infrastruktur masih menghadapi
birokrasi (deficiencies in bureaucratic structure). kendala yakni masalah pembebasan lahan yang
Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek dinilai belum dapat dilaksanakan secara optimal.

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 155


Mengacu pada ketentuan Pasal 33 Ayat (3) bagi kepentingan umum. Pada pelaksanaannya
Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen banyak menghadapi berbagai kendala, baik faktor
keempat dinyatakan bahwa: ”bumi, air dan kekayaan yang mendukung maupun yang menghambatnya.
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Faktor yang mendukung pelaksanaan pembebasan
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar tanah untuk kepentingan umum :
kemakmuran rakyat”. Untaian kata ini mengandung a. Kebijakan Pertanahan yang diatur dalam
makna bahwa di dalamnya memberikan kekuasaan Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang
(kewenangan) pada negara (pemerintah) untuk Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36
mengatur sumber daya alam yang terkandung Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
yang diabdikan bagi kesejahteraan segenap rakyat Umum, Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun
Indonesia. 2007, Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah
Menurut Pasal 2 UUPA, konstitusi hanya (P2T), adanya lembaga penaksir harga yang
memberi wewenang kepada negara untuk mengatur: independen (appraisal), lokasi tanah yang
a) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, telah memiliki alas hak yang jelas (sertifikat).
penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan b. Faktor yang menghambat :
bumi, air dan ruang angkasa; b. Kebijakan pertanahan tidak sepenuhnya
b) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan diketahui dan dipahami oleh perangkat kerja
hukum antara orang-orang dengan bumi, air P2T, P2T dan Pengguna Anggaran tidak
dan ruang angkasa; bekerja maksimal, masih terdapat kepemilikan
c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan tanah berupa girik dan over alih tanah garap
hukum antara orang-orang dan perbuatan- (belum bersertifikat), terdapat tumpang tindih
perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan kepemilikan (sengketa), serta terjadinya proses
ruang angkasa. peralihan hak setelah dikeluarkannya Surat
Keputusan Pengusaan Lahan oleh Gubernur.
Peraturan perundang-undangan di bidang
agraria, memberi kekuasaan yang besar kepada Permasalahan pokok dalam pelaksanaan
negara untuk menguasai semua tanah yang ada di pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
wilayah Indonesia, sehingga berpotensi melanggar kepentingan umum adalah mengenai penetapan
hak ulayat dan hak perorangan atas tanah. Oleh besarnya ganti rugi. Ketentuan mengenai pemberian
karena itu, di kalangan ahli hukum timbul gagasan ganti rugi ini telah diatur dalam ketentuan hukum
untuk membatasi wewenang negara yang bersumber tanah di Negara kita. UUPA mengatur bahwa untuk
pada hak menguasai tanah oleh negara atau HMN. kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa
Beberapa kesalahan pemaknaan oleh negara dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat,
dalam hal ini dilakukan oleh institusi pemerintah hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi
telah diteliti oleh Bakrie dalam disertasinya ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
mengemukakan keharusan pembatasan hak diatur dengan undang-undang. Ganti rugi yang
menguasai tanah oleh negara dalam hubungannya layak didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari
dengan hak ulayat dan hak perorangan atas tanah tanah atau benda yang bersangkutan. Pola penetapan
(Bakrie, 2009:52). ganti rugi atas tanah di negara kita ditetapkan
Pembangunan yang diperuntukan bagi melalui musyawarah dengan memperhatikan harga
kepentingan umum dewasa ini menuntut adanya umum setempat disamping faktor-faktor lain yang
pemenuhan kebutuhan akan pengadaan tanah memengaruhi tanah.
secara cepat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Sedangkan untuk pola penetapan besarnya
pemerintah dalam bentuk Perpres 65 Tahun 2006 ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat pada
yang merupakan penyempurnaan dari Perpres 36 saat ini sejak berlakunya Perpres Nomor 36 Tahun
Tahun 2005 yang mengatur Pengadaan Tanah Bagi 2005, Perpres Nomor 65 Tahun 2006, dan Peraturan
Pelaksanaan Pembangunan Demi Kepentingan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
Umum menjadi salah satu payung hukum bagi 2007 sudah lebih baik, karena penilaian harga ganti
pemerintah dalam hal mempermudah penyediaan rugi ditetapkan oleh Tim Apraisal (Penaksir harga
tanah untuk pembangunan tersebut. Melalui tanah independen) meski mengacu pada Nilai Jual
kebijakan tersebut, melalui mekanisme pencabutan Objek Pajak PBB Tahun berjalan untuk tanah yang
hak atas tanah, pemerintah mempunyai kewenangan memiliki alas hak sedangkan untuk tanah negara
untuk mengambil tanah milik masyarakat yang yang dikuasai warga dan memiliki surat garapan
secara kebetulan diperlukan untuk pembangunan yang dilegalisasi oleh pemerintah daerah sesuai

156 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tanahnya karena tidak setuju dengan rute jalan tol
Nomor 193 Tahun 2010 diberikan Santunan sebesar tersebut.
25% dari Nilai Jual Objek Pajak Tahun Berjalan Berdasarkan berbagai kendala di atas dapat
(NJOP), pada umumnya masyarakat menerima diketahui bahwa konsentrasi permasalahan
penggantian nilai ganti rugi tersebut. pengadaan tanah (melalui pelepasan atau
Penentuan besarnya ganti rugi didasarkan penyerahan hak) terletak pada besarnya ganti rugi.
pada hasil kesepakatan pemilik tanah dengan Di satu sisi pihak pemilik/yang menguasai tanah
instansi pemerintah yang memerlukan tanah. menginginkan besarnya ganti-rugi sesuai dengan
Hasil kesepakatan tersebut kemudian oleh P2T harga pasar setempat, sementara di sisi lain masih
sesuai dengan tugasnya dituangkan dalam Berita terbatasnya dana Pemerintah yang tersedia untuk
Acara Hasil Musyawarah Kesepakatan Harga pengadaan tanah.
Ganti Rugi Tanah, dan selanjutnya menerbitkan Berdasarkan hal tersebut wajar apabila banyak
Surat Keputusan Penetapan Besarnya Ganti Rugi warga yang tidak menerima nilai ganti rugi yang
Tanah. Musyawarah antara pemilik tanah dengan ditawarkan pemerintah. Di dalam kalangan warga
Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah sendiri terbagi ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu
tersebut berpedoman pada penilaian harga tanah kelompok yang menerima penawaran ganti rugi dan
yang dilakukan oleh Lembaga Penaksir harga/Tim kelompok yang menolak penawaran ganti rugi dari
Penilai Harga Tanah yang besaran kisarannya tidak pemerintah.
jauh daripada NJOP yang berlaku. Sebagaimana hasil penelitian pada kelompok-
Sesuai dengan Konsepsi Hukum Tanah kelompok masyarakat yang kontra terhadap
Nasional yaitu adanya keseimbangan antara proyek pengadaan tanah, pada umumnya bersedia
kepentingan umum dan kepentingan perseorangan melakukan musyawarah dengan pemerintah,
maka prinsip pengadaan tanah adalah mewujudkan terutama menyangkut pemberian ganti rugi, asalkan
pengadaan tanah yang memenuhi rasa keadilan, nilai besaran ganti rugi tersebut sesuai dengan
baik bagi masyarakat yang terkena pengadaan harapan. Kendati demikian, upaya pendekatan atau
tanah dengan diberi ganti kerugian yang dapat nilai penawaran berdasarkan taksiran harga dari tim
menjamin kelangsungan hidupnya dan bagi Instansi appraisal (lembaga independen) yang ditawarkan
Pemerintah yang memerlukan tanah untuk dapat pemerintah ini menimbulkan reaksi beragam di
memperoleh tanah serta perlindungan maupun kalangan warga, dikarenakan pola pikir individu
kepastian hukum. tak mungkin bisa diseragamkan. Belum semua
Hambatan-hambatan yang berasal dari warga menyepakati nilai ganti rugi, maka masalah
masyarakat pemegang hak atas tanah, bangunan pengadaan tanah mengalami hambatan yang serius.
dan tanaman serta benda-benda yang berkaitan Bahkan hambatan terbut bukan hanya nilai ganti
dengan tanah adalah kurangnya kesadaran rugi tetapi juga kendala bukti-bukti kepemilikan
warga masyarakat untuk berperan serta dalam yang kurang didukung oleh data kelengkapan
pembangunan dan kurangnya pemahaman terhadap berkas, seperti tidak lengkapnya bukti SPPT
artinya kepentingan umum, fungsi sosial hak atas PBB, tidak adanya surat keterangan ahli waris
tanah, akibat kurangnya pemahaman mengenai bagi tanah yang telah pemiliknya telah meninggal
rencana dan tujuan pembangunan proyek tersebut dunia, tidak adanya kepedulian dalam mengurus
yang sebelumnya telah dilakukan penjelasan dan bukti kepemilikan dan lain sebagainya. Persoalan–
penyuluhan dari P2T. persoalan tersebut sampai sekarang masih menjadi
Adanya perbedaan pendapat serta keinginan problematika rutin dalam pengadaan tanah.
dalam menentukan bentuk dan besarnya ganti Ganti kerugian menurut Hukum Tanah Nasional
rugi antara pemegang hak yang satu dengan ditetapkan menurut nilai pengganti yang berarti
pemegang hak lainnya terjadi karena pemilik tanah bahwa ganti rugi yang diterima dapat dimanfaatkan
cenderung mementingkan kepentingan individual untuk memperoleh penggantian terhadap tanah,
atau nilai ekonomis dari tanah. Hal tersebut sangat bangunan dan/atau tanaman semula dalam kualitas
menghambat kerja panitia dalam pelaksanaan yang minimal setara dengan yang sebelum terkena
pemberian ganti rugi karena sulitnya mencapai pengadaan tanah.
kesepakatan dalam setiap pelaksanaan musyawarah. Sesuai dengan Hukum Tanah Nasional yaitu
Penyelesaian hambatan tersebut dilakukan dan adanya keseimbangan antara kepentingan umum dan
adanya peran aktif dari instansi pemerintah yang kepentingan perseorangan maka prinsip pengadaan
memerlukan tanah dengan melakukan pendekatan- tanah adalah mewujudkan pengadaan tanah yang
pendekatan upaya sosialisasi kepada pemegang hak memenuhi rasa keadilan, baik bagi masyarakat
yang bersikeras tidak mau melepaskan hak atas yang terkena pengadaan tanah dengan diberi ganti

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 157


kerugian yang dapat menjamin kelangsungan mengenai status hukum tanah yang haknya akan
hidupnya dan bagi instansi pemerintah yang dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang
memerlukan tanah untuk dapat memperoleh tanah mendukungnya serta melakukan inventarisasi atas
serta perlindungan maupun kepastian hukum. tanah dan bangunan yang berdiri di atas tanah
Guna mewujudkan hal tersebut di atas tersebut. Selanjutnya P2T akan menetapkan besaran
maka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan
kepentingan umum dengan cara pembebasan hak-hak atau diserahkan.
atas tanah masyarakat haruslah diatur dalam suatu Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan
undang-undang, yang mencerminkan pengakuan dan umum, dilakukan dengan cara: 1) Memberikan
penghormatan terhadap hak asasi manusia khususnya penjelasan atau penyuluhan dengan cara pemberian
hak-hak keperdataan dan hak-hak ekonomi yang informasi secara dua arah dengan masyarakat yang
dimilikinya. Hal tersebut sampai saat ini belum terkena lokasi pembangunan; 2) Mengadakan
juga dapat diwujudkan di negara kita. Sampai saat penelitian dan inventarisasi atas bidang tanah,
ini Negara belum memiliki Undang-Undang yang bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang
mengatur secara khusus tentang Pengadaan Tanah, berkaitan dengan tanah yang haknya akan dilepaskan
melainkan diatur dengan Peraturan Presiden. atau diserahkan; 3) Mengadakan penelitian
Namun, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden mengenai status hukum bidang tanah yang haknya
Nomor 65 Tahun 2006 tersebut, dinilai telah sedikit akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang
memberikan kepastian hukum dan aturan-aturan mendukungnya; 4) Menerima hasil penilaian harga
pengadaan tanah yang lebih demokratis, serta tanah, bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lain
sedikit menutup ruang bagi aparat pemerintah untuk yang berkaitan dengan tanah dari Lembaga atau Tim
bertindak secara sewenang-wenang. Penilai Harga Tanah dan Pejabat yang bertanggung
jawab menilai bangunan dan/atau tanaman dan/
Penutup atau benda benda lain yang berkaitan dengan tanah;
Simpulan 5) Mengadakan musyawarah dengan para pemilik
Interpretasi pengadaan tanah di wilayah Jakarta dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah
Utara belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat dalam rangka bentuk dan/atau besarnya ganti rugi;
yang tanahnya digunakan untuk pembangunan 6) Menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang
sarana kepentingan umum, hal ini karena haknya akan dilepaskan atau diserahkan.
pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat yang
Saran
dilaksanakan oleh P2T sering kali terkendala oleh: 1)
Berdasarkan simpulan dari uraian dalam
Kesiapan sumber daya manusia dalam pelaksanaan
pembahasan sesuai dengan masalah yang diteliti,
sosialisasi pengadaan tanah untuk kepentingan
maka saran yang dapat diberikan adalah perlu
umum belum memadai, karena kurangnya jumlah
penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya
perangkat kerja dalam pelaksanaan tugas baik di
konsep implementasi kebijakan yang berpihak
lapangan maupun administrasi pemberkasan tanah;
pada kebutuhan masyarakat sehingga diperoleh
2) Masih kurangnya pengetahuan tentang kebijakan
pemahaman yang mendalam tentang implementasi
yang berlaku dari petugas pelaksana di lapangan
kebijakan yang memiliki dimensi interpretasi,
dalam hal pendataan tanah, bangunan, maupun
pengorganisasian dan pelaksanaan dari sebuah
tanaman, karena proses sosialisasi yang kurang dan
kebijakan khususnya pelaksanaan kebijakan
tidak menyeluruh baik sosialisasi proyek pengadaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Selain itu,
tanah, nilai ganti rugi, maupun peraturan-peratuan
pemerintah perlu memperhatikan kesiapan sumber
yang menjadi standar pedoman bagi masyarakat;
daya manusia pelaksana kebijakan pengadaan tanah
3) Pengantian petugas (mutasi pegawai), dalam
untuk kepentingan umum.
proses mendata dan memeriksa berkas tanah
warga maupun berkas bangunan warga. Sehingga
dalam hal proses pemberkasan tanah yang sifatnya
tertunda untuk dilaksanakan pembayaran ganti
DAFTAR PUSTAKA
rugi maka pada tahun anggaran berikutnya sering
tidak berkesinambungan dan dimulai dari awal lagi
untuk kesiapan suatu berkas tanah warga yang siap
diproses pembayaran ganti rugi. Buku
Abdurrahman. 2011. Masalah Hak-hak Atas Tanah,
Pengorganisasian pengadaan tanah untuk
Pembebasan Tanah dan Pengadaan Bagi Pelaksanaan
kepentingan umum dilakukan dengan bantuan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di
P2T. P2T bertugas untuk mengadakan penelitian Indonesia, (Edisi Revisi). Bandung: Citra Aditya.

158 | Aspirasi Vol. 8 No. 2, Desember 2017


Bakrie, Muhammad. 2009. Hak menguasai Tanah Oleh Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Negara, Paradigma Baru Untuk Reformasi Agraria. Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Yogyakarta: Citra Media. Untuk Kepentingan Umum.
Bogdan, R. C., Biklen, S. K. 1992. Qualitative Research Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
for Education: an Introduction to Theory and Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
Methods. Boston: Allyn & Bacon. 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Bruce, John W. et.al. 2006. Land Law Reform. Achieving
Development Policy Objectives. Washington DC: Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang
The World Bank. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Demi
Pembangunan.
Edwards III, George C. 1980. Implementing Public
Policy, Washington, D.C.: Congressional Quartely Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008
Press. Tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Sumardjono, Maria SW. 2008. Kebijakan Pertanahan:
Antara Regulasi dan Implementasi, Edisi Revisi. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975
Jakarta: Kompas. Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pembebasan Tanah.
Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Ketentuan Pelaksana Peraturan Presiden Nomor
Dasar Pokok-Pokok Agraria. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Pencabutan Hak-Hak Tanah Dan Benda-Benda Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan.
Yang Ada Diatasnya. Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 29 Tahuun 2007 Tentang Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Untuk Kepentingan Umum.
Indonesia.

Muhamad Mulyadi, Implementasi Kebijakan Pengadaan Tanah | 159

Anda mungkin juga menyukai