Anda di halaman 1dari 14

PEWARISAN BAGI WARGA NEGARA INDONESIA

KETURUNAN TIONGHOA DI KOTA PEKALONGAN

THE HERITAGE GIVING BY THE INDONESIA – TIONGHOA IN


PEKALONGAN

ISTI SULISTYORINI (Fakultas Hukum Universitas Pekalongan)

Abstract

Chinese (Tionghoa) is one of groups of citizen that based on the rule article 131 IS have civil law.
Being involved in that law, there are some difficulties faced by the Chinese (Tionghoa). The
difficulties are in line to the sistems of cultures and belief they have which are very different from
the European.
The aims of this research are to find out the way of giving heritage from the ascendance or the
tendencyto decide it that has been done by the Indonesian-Tionghoa in Pekalongan and the ways
to solve the problems caused by it.
This is a descriptive qualitative research approach. the researcher found out the primer and
secondary data in descriptive ways to have the objectives of the research. The result of the
research shows that the way of giving heritage done by the Indonesian-Tionghoa in Pekalongan
based on the law used is that the position in family level between men dan women is the same so
that they will have the same opportunities and qualitities of wealth from the ascendances. If there
are problema due to the heritage giving, the family will have a discussion to solve it. If it cannot
be solved well so they can bring it to court.

Key word : heritage giving, Tionghoa, vicil law.

PENDAHULUAN - Golongan Eropa dan yang

Keanekaragaman suku dipersamakan dengan

bangsa di Indonesia ini terjadi akibat mereka

politik hukum pemerintah Kolonial - Golongan Timur Asing

Belanda, politik hukum tersebut Tionghoa dan non

terlihat dalam pasal 131 IS. Menurut Tionghoa

pasal 131 IS golongan penduduk - Golongan Bumi Putera

terdiri dari:1 Masyarakat Tionghoa adalah

salah satu golongan penduduk yang


1
Ansori Ahmad, 2006, Sejarah dan menurut pasal 131 IS berlaku Hukum
Kedudukan BW di Indonesia, Jakarta:
Rajawali, hal. 25.

78
Perdata (BW). Namun dalam Pekalongan. Alat analisis yang

implementasinya tidak semua digunakan untuk membantu

ketentuan-ketentuan yang diatur menganalisa dan menjawab

dalam Kitab Undang-Undang permasalahan dalam penelitian ini

Hukum Perdata diikuti dan bahkan adalah paradigma definisi sosial.

ada kalanya dikesampingkan, Teori yang termasuk ke

misalnya ketentuan-ketentuan yang dalam paradigma definisi sosial

berkaitan dengan pewarisan diantaranya adalah, teori

sebagaimana diatur dalam Buku II interaksionisme simbolik, menurut

KUH Perdata. Hal ini disebabkan teori interaksi simbolik, fungsi

sistem kekerabatan masyarakat simbolik dari hukum adalah untuk

Tionghoa yang patrilinial berbeda memberikan pedoman umum

dengan KUHPerdata yang parental. mengenai bagaimana orang harus

Dari pernyataan di atas dapat berperilaku. Kadang-kadang simbol-

dirumuskan permasalahan sebagai simbol itu dipergunakan supaya

berikut: pola-pola atau mendapatkan suatu pedoman nyata

kecenderungan apa yang dipakai (sebagai informasi) bagi perilaku-

sebagai dasar pelaksanaan pewarisan perilaku dari organisasi masyarakat,

pada masyarakat WNI Keturunan bagian-bagian masyarakat, termasuk

Tionghoa di Kota Pekalongan; didalamnya individu yang menjadi

bagaimana cara penyelesaian anggota masyarakat yang mana

sengketa pewarisan pada masyarakat

WNI Keturunan Tionghoa di Kota

79
pedoman ini dimaksudkan untuk pengalaman dan penghayatan-

mengimplementasikan hukum.2 penghayatan internal yang

Substansi teori simbolik ini membuahkan gambaran yang

adalah bahwa kehidupan lengkap.3

bermasyarakat terbentuk melalui

proses interaksi dan komunikasi METODE PENELITIAN

antar individu dan antar kelompok Penelitian ini menggunakan

dengan menggunakan simbol-simbol metode penelitian kualitatif dengan

yang dipahami maknanya melalui pendekatan socio-legal-research.

proses belajar. Realita kehidupan itu Hukum di samping merupakan

tidaklah muncul secara empiris kumpulan peraturan-peraturan yang

dalam alam amatan, dan sifatnya normatif, juga dilihat

menempatkan dalam wujud perilaku sebagai suatu gejala sosial yang

yang terpola dan terstruktur secara empiris sifatnya. Hukum didekati

obyektif (apalagi normal) dan dari 2 (dua) sudut pandang, yaitu

karenanya bisa diukur-ukur. Realita hukum dipelajari dan diteliti secara

kehidupan itu sesungguhnya hanya normatif (Law in Books) dan secara

eksis dalam alam makna simbolik, empiris (Law in Action). Oleh karena

karena itu akan sulit “ditangkap” itulah di dalam penelitian socio-legal

lewat pengamatan dan pengukuran hukum selalu dikaitkan dengan

begitu saja dari luar, realitas-realitas masalah sosial.4

itu hanya mungkin ditangkap lewat


3
Burhan A., 2004, Metode Penelitian
2
Amiruddin, Zainal Asikin, 2004, Hukum, Jakarta, Asdi Mahasatup, hal. 51
4
Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, Amirudin, Zaenal Asikin, Op.Cit.,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal. 20 hal. 133

80
Dalam konsep normatif, ditemukan atau tercipta untuk

hukum adalah norma yang menyelesaikan perkara.5

diidentikkan dengan keadilan yang Dalam penelitian ini yang

harus diwujudkan, ataupun norma akan diteliti pelaksanaan hukum

yang telah diwujudkan sebagai mengenai pewarisan bagi Warga

perintah yang eksplisit dan yang Negara Indonesa Keturunan

secara positif telah terumus jelas Tionghoa di Kota Pekalongan.

untuk menjamin kepastiannya, dan Pendekatan ilmu sosial dalam hal ini

berupa norma-norma yang digunakan untuk melihat hukum

merupakan produk dari seorang sebagai perilaku yang konkrit.

hakim pada waktu hakim itu Perubahan apa yang terjadi di

memutuskan suatu perkara dengan masyarakat warga negara Indonesia

memperhatikan terwujudnya keturunan Tionghoa dengan

kemanfaatan/kemaslahatan bagi para diberlakukannya Kitab Undang-

pihak yang berperkara. Karena setiap undang Hukum Perdata, khususnya

norma baik yang berupa asas moral, hukum waris perdata barat dalam

keadilan, ataupun yang telah kaitannya dengan hukum

dipositifkan sebagai hukum kekerabatan mereka, serta bagaimana

perundang-undangan maupun yang cara warga negara Indonesia

judge made law selalu eksis sebagai keturunan Tionghoa dalam

bagian dari suatu sistem doktrin atau menyelesaikan sengketa warisnya.

ajaran bagaimana hukum harus Pendekatan yang digunakan dalam

5
Ibid,. hal. 33

81
penelitian ini yang menggunakan daerah asal, yang terdiri dari

ilmu sosial sebagai alat bantunya berbagai She (marga/klan) yang

adalah pendekatan kualitatif induktif dimaksud dengan Tionghoa

fenomeologis karena ingin peranakan adalah mereka yang lahir

menjelaskan, menganalisa serta di Indonesia (khususnya Jawa),

mengkritisi pemahaman pada apa berdarah campuran dengan orang

yang ada di balik kepala aktor. Indonesia, cenderung tidak

Spesifikasi penelitian ini terpengaruh dengan budaya

adalah penelitian deskriptif, yaitu leluhurnya, sehari-hari di rumah

suatu penelitian yang bertujuan memakai bahasa Indonesia atau

melukiskan keadaan atau objek bahasa daerah, dalam konsep lama

permasalahan tanpa bermaksud tidak berorientasi ke negeri Cina dan

mengambil kesimpulan-kesimpulan dalam perkembangan terakhir

yang berlaku umum, selanjutnya cenderung menganut agama samawi

dianalisis untuk menemukan suatu (Katolik, Protestan, dan Islam).

pemecahan masalah. Sedangkan yang dimaksud Tionghoa

Totok, dalam konsep lama adalah

PEMBAHASAN mereka yang lahir di negeri asalnya,

Masyarakat Tionghoa di berorientasi ke negeri Cina,

Indonesia, seperti yang tinggal di menganut agama dan budaya

kota-kota lain dibedakan antara leluhurnya, tidak berdarah campuran

peranakan dan Totok, yang terdiri dengan orang Indonesia asli, sehari-

dari beberapa suku (etnik), maupun hari di rumah menggunakan bahasa

82
Cina, kurang lancar dalam banyak masyarakat Tionghoa

menggunakan bahasa Indonesia dan menjadi alternatif pilihan yang

bahasa lokal. Dalam konsep baru, memang dimunculkan tanpa adanya

orang melihat Tionghoa Totok pelarangan terhadap pemberlakuan-

terutama dalam penggunaan bahasa nya dalam masyarakat Tionghoa

Indonesia atau bahasa lokal yang yang apabila dengan sengaja

tidak lancar, sehari-hari di rumah memang memilih adat Tionghoa

menggunakan bahasa Cina dan dalam pembagian warisnya.

cenderung menganut ajaran-ajaran Dalam perkembangan waris

leluhurnya, yaitu Han San Wei Yi adat Tionghoa berlaku pada

(tiga ajaran yang hakekatnya satu) masyarakat Tionghoa di Indonesia

sebagai hasil pembauran ajaran Kong pada umumnya berlangsung dengan

Hu Tzu, Taoisme dan Budhisme.6 banyak perubahan. Perubahan-

Sebagai akibat perubahan ini secara spesifik

diperlakukannaya Hukum Perdata sebenarnya perlahan-lahan

Eropa dan ketentuan undang-undang menggeser sistem kekerabatan

lain yang bersifat hukum materiil patrilineal yang selama ini dianut

maka Hukum Perdata Adat orang sangat kental dalam budaya

Tionghoa tidak mempunyai kekuatan Tionghoa. Sistem patrilineal

hukum lagi. Berdasarkan hasil cenderung terpengaruh dengan

wawancara dari para responden, sistem kekerabatan parental.

penulis menemukan bahwa masih Masyarakat Tionghoa di Indonesia


6
Wawancara dengan Hery Nugroho, dalam anggapan tradisi asli yang
Ketua Organisasi Keagamaan Tri Dharma,
tanggal 13 Maret 2014

83
menganggap anak laki-laki sebagai tersebut dapat diterima oleh

segala-galanya tanpa ada tawar masyarakat Tionghoa sekitarnya. Hal

menawar atau pertimbangan lain. ini lebih disebabkan karena

Sekarang berubah konsepnya, yaitu sebenarnya telah terjadi asimilasi

dalam hal-hal tertentu bisa saja anak dalam budaya.

laki-laki tidak lagi menjadi satu- Masyarakat Tionghoa di Kota

satunya ahli waris yang dominan. Pekalongan mayoritas penganut

Disini dapat berlaku suatu agama Nasrani, tetapi mereka masih

perkecualian dengan kemungkinan melaksanakan adat budaya Tionghoa

karena sifat-sifat buruk yang ada (leluhurnya, misalnya memperingati

pada anak laki-laki. Hak-hak hari raya Imlek, maka di gerejapun

dominan dalam tradisi pewarisan diadakan misa Imlek begitu juga

adat Tionghoa dikesampingkan, anak hari-hari raya yang lain).

laki-laki tidak menjadi pilihan, Dipilihlah KUHPerdata

sebaliknya anak perempuan dapat dalam pembagian warisan di

saja ditunjuk sebagai pengolah harta kalangan masyarakat Tionghoa di

warisan selama salah satu orangtua Kota Pekalongan, walaupun tata cara

masih hidup. Keadaan-keadaan ini adat budaya Tionghoa masih tetap

meskipun dalam masyarakat dilaksanakan, dengan alasan bahwa

Tionghoa itu sendiri masih menuai mereka sudah menjadi Warga

beberapa kritikan, tetapi dengan Negara Indonesia, maka seharusnya

berbagai kondisi dan kenyataan yang juga berlaku hukum positif

ada pembenaran terhadap tindakan Indonesia, termasuk didalamnya

84
Hukum Waris, sehingga mengenai Hal ini dapat dilakukan dengan

pembagian warisan para ahli waris tegas oleh ahli waris tersebut

tidak lagi memikirkan berapa yang dengan menyatakan secara tegas

harus diterima dari warisan tersebut dalam suatu akta otentik atau

berdasarkan kedudukannya dalam dalam suatu tulisan di bawah

keluarga. Para prinsipnya setiap tangan bahwa ia akan menerima

orang itu mempunyai hak dan warisan yang akan jatuh padanya

kewajiban dan adanya keinginan secara diam-diam. Ahli waris

untuk mengetahui kelanjutan dari secara diam-diam telah melunasi

hak dan kewajiban seseorang jika hutang si pewaris. Akibat dari

yang bersangkutan meninggal, dan penerimaan secara murni ini

untuk ini diperlukan aturan yang mempunyai akibat terjadinya

menampung segala akibat dari orang percampuran harta yaitu harta

yang meninggal dan hal inilah yang warisan dan harta pribadi. Ahli

menimbulkan adanya Hukum Waris waris ini diwajibkan melunasi

akibat data orang yang meninggal.7 segala hutang pewaris dengan

Dalam pelaksanaan harta pribadinya.

pembagian warisan, masing-masing 2. Menerima secara benefisier

ahli waris mempunyai kebebasan Ahli waris hanya diwajibkan

berkaitan pewarisannya dengan melunasi hutang pewaris terbatas

jalan: hanya sebatas aktiva yang ada

1. Menerima secara murni dalam harta peninggalan.

3. Menolak warisan
7
Wawancara dengan Notoku Yako,
tanggal 11 Maret 2014

85
Bilamana ahli waris menolak 1. Secara ab-intestaat (ahli waris

warisan, maka saat mulai berdasarkan Undang-Undang)

berlakunya dianggap terjadi sejak 2. Secara testamen (ahli aris karena

hari pewarisan. Penolakan suatu ditunjuk dalam surat

warisan baru terjadi dengan tegas wasiat/testamen)

dan harus dilakukan dengan Secara hukum, orang yang

pernyataan yang dibuat mempunyai hubungan sebagai ahli

kepaniteraan Pengadilan Negeri waris dengan pewaris tidak otomatis

yang ada dalam wilayah menjadi ahli waris yang berhak. Ini

hukumnya telah terbuka warisan lantaran ahli waris yang mempunyai

itu. (Pasal 1057 Kitab Undang- hubungan sebagai ahli waris menjadi

Undang Hukum Perdata).8 4 (empat) golongan:

Jadi ahli waris yang menolak 1. Golongan pertama (I) adalah

warisan harus datang menghadap suami/istri yang hidup bersama

Panitera Pengadilan Negeri setempat serta anak-anak dan

dan menyatakan kehendaknya. keturunannya

Dalam hal ini Panitera Pengadilan 2. Golongan dua (II) adalah orang

Negeri setempat membuat akta tua dan saudara-saudara serta

penolakan. keturunannya.

Untuk mendapatkan warisan 3. Golongan tiga (III) adalah

terdapat dua cara yaitu: keluarga dalam garis lurus ke

atas sesudah orang tua


8
Ali Affordh, 2000, Hukum Waris,
Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian,
Jakarta, Rineka Cipta, hal. 56.

86
4. Golongan empat (IV) adalah Pewaris ada kemungkinan

keluarga garis ke samping sebelum meninggal membuat

sampai derajat keenam.9 testamen yang isinya sebagian harta

Selain ahli waris yang diberikan kepada seseorang.

tersebut di atas, ada ahli waris anak Pewarisan dengan surat wasiat dapat

luar kawin. Anak luar kawin dapat menyimpang dari ketentuan-

digolongkan ke dalam dua golongan, ketentuan yang termuat dalam

yaitu: Undang-Undang akan tetapi para ahli

a. Golongan anak luar kawin yang waris dalam garis lurus ke atas

tidak dapat diakui, yaitu anak maupun ke bawah dijamin haknya

yang lahir dari hubungan zina, dengan adanya LP Legitiemen Portic

anak sumbang. (bagian mutlak). Dalam pembuatan

b. Golongan anak luar kawin yang tastemen, fungsi Notaris sangat

dapat diakui, golongan ini adalah penting karena Notarislah orang

anak yang lahir dari laki-laki dan yang harus menafsirkan apakah

perempuan, dimana keduanya tastemen yang akan dibuat masuk

tidak terikat dalam status jenis hibah wasiat (legaat) atau

perkawinan dengan orang lain penunjukan sebagai ahli waris

dan di antara keduanya tidak ada (erfstelling).

larangan kawin kecuali apabila Kesamaan antara testamen

keduanya melangsungkan yang berisi hibah wasiat dan

perkawinan. testamen yang berisi erfstelling


9
Effendi Derargin, 1997, Hukum adalah pelaksanaannya baru
Waris, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal.
29

87
berlangsung setelah pembuat waris. Legitiimaris tidak tersinggung

testamen atau pwaris wafat. atau terlanggar. Tata caranya

Kesamaan kedua adalah tidak ada pertama, dilihat apakah penerima

uraian yang tegas dalam testamen itu masih cakap untuk menikmati

masuk jenis legaat ataukah keuntungan dari harta peninggalan

erfstelling. Sedangkan perbedaannya pewaris berdasarkan testamen.

pertama suatu testamen masuk Kedua, apabila penerima testamen

kategori legaat, apabila jumlah harta ternyata tidak ada halangan untuk

warisan ditunjuk dengan pasti. menerima keuntungan dari harta

Karena penerima testamen peninggalan pembuat testamen,

jenis erfstelling mempunyai maka testamen semacam inilah yang

kedudukan sebagai ahli waris, dapat dilaksanakan.

dengan demikian mempunyai Untuk memenuhi testamen

kewajiban untuk melunasi utang tersebut, pertama-tama harus dicari

pewaris manakala harta dulu berapa besar bagian masing-

peninggalannya tidak cukup untuk masing ahli waris legitimaris, setelah

melunasinya, sedangkan penerima itu baru ditentukan berapa besar

testamen jenis legaat tidaklah bagian terstamen. Bagian testamen

demikian. diambil dari bagian bebas. Adapun

Tata cara pemenuhan besarnya bagian bebas untuk

testamen, maka dalam memenuhi testamen adalah dengan jumlah

perintah pewaris dalam testamen seluruh harta warisan bersih

harus dijaga ahar bagian LP ahli

88
dikurangi dengan jumlah LP ahli penyelesaiannya melalui jalur

waris legitimaris. hukum.

Cara penyelesaian sengketa, 2. Melalui Jalur Hukum

bila terjadi perselisihan dalam Apabila melalui jalur

masalah pewarisan dalam musyawarah mufakat tidak

masyarakat Tionghoa di Kota tercapai kesepakatan dengan

Pekalongan, dimana sudah tidak ada rukun dan damai, barulah

yang bisa disebut tetua adat perkaranya diselesaikan lewat

Tionghoa, maka penyelesaiannya jalur hukum. Penyelesaian jalur

dengan cara sebagai berikut: hukum ada 2 (dua) alternatif

1. Musyawarah Mufakat dalam penyelesaian yang

Artinya diselesaikan diantara berkaitan dengan masalah

para waris yang bersangkutan pewarisan:

dengan mengadakan pertemuan a. Jalur Peradilan

(musyawarah) keluarga di bawah Apabila tidak ada

pimpinan yang dituakan dari para kesepakatan dalam

ahliw aris atau salah seorang di pewarisan, barulah perkaran

antara waris yang berwibawa dan dengan terpaksa diajukan

bijaksana dari pihak ayah kepada pengadilan Negara

ataupun pihak ibu. Apabila tidak (pengadilan negeri untuk

ada kesepakatan di antara para Tionghoa non muslim dan

ahli waris mengenai hal yang pengadilan agama untuk

diperselisihkan maka Tionghoa muslim) untuk

89
diputuskan oleh hakim resmi. sangat kuat dan dididik untuk patuh

Usaha ini sebetulnya dan menghormati orang yang lebih

merupakan jalan yang kurang tua, sehingga apabila terjadi

bisa diterima oleh sebagian perselisihan/sengketa terutama

masyarakat Tionghoa di Kota mengenai pewarisan diselesaikan

Pekalongan karena dapat denganc ara musyawarah secara

berakibat pecahnya hubungan kekeluargaan.

kekeluargaan.

b. Jalur di Luar Peradilan KESIMPULAN

(ADR) Pembagian harta warisan

Banyak masalah yang pada masyarakat Tionghoa di Kota

berkaitan dengan pewarisan Pekalongan dihadapkan pada

diselesaikan melalui jalur di berbagai pilihan penggunaan hukum

luar peradilan dan waris yaitu dapat menggunakan

penyelesaian lewat jalur di hukum waris yaitu dapat

luar peradilan lebih bisa menggunakan Hukum Adat

diterima oleh para ahli waris. Tionghoa, KUHPerdata atau Hukum

Penyelesaian permasalahan Islam bagi yang beragama Islam.

pewarisan yang melalui ADR Namun sebagian besar masyarakat

di sini yang dimaksud adalah Tionghoa dalam pembagian waris

Notaris atau Hakim. hal ini disebabkan banyak

Pada dasarnya hubungan masyarakat Tionghoa dalam

keluarga pada masyarakat Tionghoa pelaksanaan pembagian waris lewat

90
notaris, meskipun tidak sesuai Amiruddin, Zainal Asikin, 2004,
Pengantar Metodologi
dengan sistem kekerabatan Penelitian Hukum, Jakarta,
Raja Grafindo Persada.
patrilineal dan tradisi / keyakinan
Ansori Ahmad, 2006, Sejarah dan
mereka. Kedudukan BW di Indonesia,
Jakarta: Rajawali.

DAFTAR PUSTAKA Burhan A., 2004, Metode Penelitian


Hukum, Jakarta, Asdi
Ali Affordh, 2000, Hukum Waris, Mahasatup.
Hukum Keluarga, Hukum
Pembuktian, Jakarta, Rineka Effendi Derargin, 1997, Hukum
Cipta. Waris, Jakarta, Raja Grafindo
Persada.

91

Anda mungkin juga menyukai