Abstract
Chinese (Tionghoa) is one of groups of citizen that based on the rule article 131 IS have civil law.
Being involved in that law, there are some difficulties faced by the Chinese (Tionghoa). The
difficulties are in line to the sistems of cultures and belief they have which are very different from
the European.
The aims of this research are to find out the way of giving heritage from the ascendance or the
tendencyto decide it that has been done by the Indonesian-Tionghoa in Pekalongan and the ways
to solve the problems caused by it.
This is a descriptive qualitative research approach. the researcher found out the primer and
secondary data in descriptive ways to have the objectives of the research. The result of the
research shows that the way of giving heritage done by the Indonesian-Tionghoa in Pekalongan
based on the law used is that the position in family level between men dan women is the same so
that they will have the same opportunities and qualitities of wealth from the ascendances. If there
are problema due to the heritage giving, the family will have a discussion to solve it. If it cannot
be solved well so they can bring it to court.
78
Perdata (BW). Namun dalam Pekalongan. Alat analisis yang
79
pedoman ini dimaksudkan untuk pengalaman dan penghayatan-
eksis dalam alam makna simbolik, empiris (Law in Action). Oleh karena
80
Dalam konsep normatif, ditemukan atau tercipta untuk
untuk menjamin kepastiannya, dan Pendekatan ilmu sosial dalam hal ini
norma baik yang berupa asas moral, hukum waris perdata barat dalam
5
Ibid,. hal. 33
81
penelitian ini yang menggunakan daerah asal, yang terdiri dari
peranakan dan Totok, yang terdiri dengan orang Indonesia asli, sehari-
82
Cina, kurang lancar dalam banyak masyarakat Tionghoa
lain yang bersifat hukum materiil patrilineal yang selama ini dianut
83
menganggap anak laki-laki sebagai tersebut dapat diterima oleh
warisan selama salah satu orangtua Kota Pekalongan, walaupun tata cara
84
Hukum Waris, sehingga mengenai Hal ini dapat dilakukan dengan
pembagian warisan para ahli waris tegas oleh ahli waris tersebut
harus diterima dari warisan tersebut dalam suatu akta otentik atau
orang itu mempunyai hak dan warisan yang akan jatuh padanya
yang meninggal dan hal inilah yang warisan dan harta pribadi. Ahli
3. Menolak warisan
7
Wawancara dengan Notoku Yako,
tanggal 11 Maret 2014
85
Bilamana ahli waris menolak 1. Secara ab-intestaat (ahli waris
yang ada dalam wilayah menjadi ahli waris yang berhak. Ini
itu. (Pasal 1057 Kitab Undang- hubungan sebagai ahli waris menjadi
Dalam hal ini Panitera Pengadilan 2. Golongan dua (II) adalah orang
penolakan. keturunannya.
86
4. Golongan empat (IV) adalah Pewaris ada kemungkinan
tersebut di atas, ada ahli waris anak Pewarisan dengan surat wasiat dapat
a. Golongan anak luar kawin yang waris dalam garis lurus ke atas
anak yang lahir dari laki-laki dan yang harus menafsirkan apakah
87
berlangsung setelah pembuat waris. Legitiimaris tidak tersinggung
uraian yang tegas dalam testamen itu masih cakap untuk menikmati
kategori legaat, apabila jumlah harta ternyata tidak ada halangan untuk
88
dikurangi dengan jumlah LP ahli penyelesaiannya melalui jalur
89
diputuskan oleh hakim resmi. sangat kuat dan dididik untuk patuh
kekeluargaan.
90
notaris, meskipun tidak sesuai Amiruddin, Zainal Asikin, 2004,
Pengantar Metodologi
dengan sistem kekerabatan Penelitian Hukum, Jakarta,
Raja Grafindo Persada.
patrilineal dan tradisi / keyakinan
Ansori Ahmad, 2006, Sejarah dan
mereka. Kedudukan BW di Indonesia,
Jakarta: Rajawali.
91