Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ADAT DI INDONESIA PERSPEKTIF SOSIOLOGI DAN

ANTROPOLOGI HUKUM ISLAM

Dedi Sumanto

Fakultas Syari·ah IAIN Sultan Amai Gorontalo


Jl. Gelatik No. 1 Kel. Heledulaa Utara Kota Gorontalo
e-mail: dedisumanto@iaingorontalo.ac.id

Abstract: This paper aims to reveal the implementation of customary law in terms of the form of marriage carried
out in several regions in the portrait of the sociology and anthropology of Islamic law. The study was
carried out with a socio-cultural approach through phenomena in the field that were in accordance with
the literature and empirical observations of each customary event related. The method used is Library
Research and observing phenomena in the field regarding customary law that applied in the
community. The results of the study in customary law shown that based on reality, social and cultural
customary law communities in Indonesia indicated the form of marriage as an Honest Marriage,
Semenda Marriage, Free Marriage, Mixed Marriage and Out of Law Marriage as the forms of legal
cultural habits that exist in a customary community in the form of unwritten so that the functions and
applications can be carried out in accordance with the obedience of the law based on a sense of justice in
society and practice in the community where the written law is not always in line with developments in
society. It can be conluded that the written rules cannot solve existing problems and sometimes it does
not reflect a sense of justice in society.

Kata Kunci: hukum adat, budaya hukum, masyarakat dan perkawinan

PENDAHULUAN hubungan kelompok yang ada dalam


masyarakat dengan perorangan sebagai
C orak hukum adat terbuka artinya
dapat menerima masuknya unsur-
anggota dalam satu kesatuan yang
dikenal dengan istilah masyarakat hukum
unsur yang datang dari luar asal saja
adat.
tidak bertentangan dengan hukum adat
Tatanan hukum adat di Indonesia
sendiri. Sederhana artinya bersahaja, tidak
yang menjadi masalah utama dalam
rumit, tidak tertulis, mudah dimengerti
perkawinan yang dipotret dari sisi sosiologi
dan dilaksanakan berdasarkan saling
dan antropologi hukum islam dengan
percaya mempercayai. Potensi multi keanekaragaman budaya yang disejajarkan
tafsir misalnya dapat dilihat dari aspek dengan pola kehidupan dalam masyarakat
siapa yang termasuk dalam masyarakat dan perbedaan bentuk hukum
hukum adat, hal tersebut menimbulkan perkawinan adat disebabkan karena
perdebatan tentang identitas personal adanya perbedaan sistem kekerabatan
individu yang berada dalam kelompok atau sistem keturunan yang dianut oleh
masyarakat dalam hukum adat, berkaitan
dengan pengakuan menyangkut
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `182

masing-masing masyarakat hukum adat tingkah laku dan berlaku di dalam


di Indonesia. masyarakat. Pada kenyataan antara
Bertitik tolak pada pandangan di hukum adat dengan adat kebiasaan itu
atas, maka hukum pada hakekaktnya batasnya tidak jelas (Tolib Setiady,
dalam masyarakat hukum adat yang 2009: 8).
timbul suatu sistem kemasyarakatan Pengertian hukum adat menurut
yang ditelaah dengan menggunakan Prof. Dr. Cornellis Van Vollenhoven
pendekatan-pendekatan sosiologi Sebagai seorang yang pertama-tama
dan antropologi hukum Islam, maka menjadikan hukum adat sebagai ilmu
hubungan dengan hukum adat yang pengetahuan, sehingga hukum adat
ada di Indonesia diperoleh gambaran menjadi sejajar kedudukannya dengan
yang netral. Hukum adat dilihat sebagai hukum lain di dalam ilmu hukum
bagian sub sistem hukum yang sejajar menyatakan sebagai berikut: ´+XNXP
kedudukannya dan sama peranannya adat adalah aturan-aturan perilaku
bagi warga yang menganutnya khususnya yang berlaku bagi orang pribumi dan
di Indonesia. orang-orang timur asing yang disatu
Berdasarkan asumsi itu, maka dapat pihak mempunyai sanksi (maka
diidentifikasi masalah yang mungkin dikatakan sebagai hukum) dan dilain
terjadi dalam proses pertemuan hukum pihak tidak dikodifikasikan (maka
adat dengan hukum Islam yang dipotret dikatakan adat) (Tolib Setiady, 2009: 9).
dari sisi sosiologi dan antropologi hukum Pengertian hukum adat menurut
Islam, tanpa adanya prasangka, yang Soejono Soekanto, beliau menyatakan
terpenting adalah hukum itu benar-benar bahwa hukum adat adDODK ´hukum
memenuhi rasa keadilan masyarakat dan adat pada hakikatnya merupakan
warga-warganya. hukum kebiasaan, artinya kebiasaan-
kebiasaan yang mempunyai akibat
hukum. Kebiasaan yang merupakan
PEMBAHASAN
hukum adat adalah perbuatan yang
1. Pengertian Hukum Adat di Indonesia diulang-ulang dalam bentuk yang
VDPDµ (Tolib Setiady, 2009: 22).
Istilah hukum adat adalah Hukum adat merupakan hukum
merupakan terjemahan dari istilah tradisional masyarakat yang
EDKDVD %HODQGD ´Adat Rechtµ \DQJ merupakan perwujudan dari suatu
awalnya dikemukakan oleh Prof. Dr. kebutuhan hidup yang nyata serta
Christian Snouck Hurgronje nama merupakan salah satu cara pandangan
muslimnya H. Abdul Ghafar di hidup yang secara keseluruhannya
dalam bukunya berjudul ´'H merupakan kebudayaan masyarakat
$WMHKHUVµ menyatakan bahwa: tempat hukum adat tersebut berlaku.
Hukum adat adalah adat yang Hukum adat juga merupakan nilai-nilai
mempunyai sanksi, sedangkan adat yang hidup dan berkembang di dalam
yang tidak mempunyai sanksi adalah masyarakat suatu daerah. Walaupun
merupakan kebiasaan normatif, yaitu sebagian besar hukum adat tidak
kebiasaan yang terwujud sebagai tertulis, namun ia mempunyai daya
183 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

ikat yang kuat dalam masyarakat. Ada Kriteria lain yang dapat
sanksi tersendiri dari masyarakat jika digunakan sebagai patokan untuk
melanggar aturan hukum adat. Hukum memberi arti pada masyarakat dalam
adat yang hidup dalam masyarakat ini hukum adat menyangkut norma yang
bagi masyarakat yang masih kental dianut oleh masyarakat tersebut.
budaya aslinya akan sangat terasa. Norma yang dimaksud hendaknya
Penerapan hukum adat dalam telah melalui proses pelembagaan
kehidupan sehari-hari juga sering sehingga bersifat mengikat perilaku
diterapkan oleh masyarakat. Bahkan warga masyarakat. Dengan demikian
seorang hakim, jika ia menghadapi norma tersebut memenuhi kebutuhan
sebuah perkara dan ia tidak dapat masyarakat akan keteraturan.
menemukannya dalam hukum tertulis, Patokan lain yang dapat
ia harus dapat menemukan hukumnya dipergunakan adalah melihat
dalam aturan yang hidup dalam masyarakat secara deskriptif, yaitu
masyarakat, artinya hakim juga harus menyangkut tentang masyarakat dan
mengerti perihal hukum adat. Hukum kebudayaannya. Dengan melihat
adat dapat dikatakan sebagai hukum masyarakat secara deskriptif berarti
perdatanya masyarakat Indonesia. segala penjelasan terkait dengan
Selain itu, dimensi terminologi batasan mengenai masyarakat hukum
hukum adat berserta masyarakat adat, harus menghubungkan
adatnya mempunyai kolerasi erat, masyarakat dengan kaedah atau nilai
integral dan bahkan tidak terpisahkan. yang dianut masyarakat tersebut dan
Lazimnya hukum adat diungkapkan juga tentang bagaimana kehidupan
dalam bentuk petatah dan petitih, budayanya dalam pengertian sehari-
sebagai contoh, dalam masyarakat hari. Patokan ini dapat dipandang
Aceh yang dikenal dengan ungkapan: sebagai pendekatan Antropologi suku
´Matee anek mepat jerat matee adat phat adat dan karenanya ia diidentifikasi
WDPLWDµ (kalau anak mati masih dapat sebagai satuan sosial.
dilihat pusaranya, tetapi kalau adat di Sistem hukum adat pada
hilangkan/mati, maka akan sulit dicari) dasarnya berdasarkan pada alam
(Lilik Mulyadi, 2015: 2). Ungkapan pikiran bangsa Indonesia yang tidak
ODLQQ\D ´berupa ´0XULS , NDQXQJ HGHW sama dengan alam pikiran masyarakat
PDWH , NDQXQJ EXPLµ (Keharusan Barat. Oleh karena itu sistem hukum
mengikuti aturan adat sama dengan adat dan sistem hukum Barat terdapat
keharusan ketika mati harus masuk ke beberapa perbedaan di antaranya:
perut bumi).
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `184

Hukum Barat Hukum Adat


Mengenal hak suatu barang dan hak Tidak mengenal dua
orang seorang atas sesuatu objek yang pembagian hak tersebut,
hanya berlaku terhadap sesuatu orang perlindungan hak
lain yang tertentu ditangan hakim.
Mengenal hukum umum dan hukum Berlainan dari pada batas
privat antara lapangan public
dan lapangan privat pada
hukum Barat
Hukum adat dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk budaya 2. Legalitas atas Berlakunya Hukum
hukum yang oleh masyarakatnya Adat dalam Hukum Negara
secara temurun digunakan untuk di Indonesia.
mengatur pedoman hidup dalam suatu
Hukum adat dapat dikatakan
masyarakat hukum adat. Kehidupan
sebagai aturan tidak tertulis yang
masyarakat hukum adat terikat oleh
hidup di dalam masyarakat adat suatu
solidaritas akan persamaan
daerah dan akan tetap hidup selama
kepentingan dan kesadaran. Sebagai
masyarakatnya masih memenuhi
budaya hukum, hukum adat
hukum adat yang telah diwariskan
merupakan formulasi aturan yang
kepada mereka dari para nenek
pembentukannya tanpa melalui aturan
moyang sebelum mereka. Oleh karena
yang pembentukannya tanpa legeslatif,
itu, keberadaan hukum adat dan
melainkan lahir dari opini-opini
kedudukannya sebagai tata hukum
popular dan diperkuat oleh sanksi yang
Nasional tidak yang dapat dipungkiri
bersifat kebiasaan (Suriyaman Mustari
walaupun hukum adat tidak tertulis
Pide, 2015: 24-25).
dan berdasarkan asas legalitas bahwa
Dengan bentuknya sebagai
hukum yang tidak sah. Hukum adat
kebiasaan itulah, maka budaya hukum
akan selalu ada dan hidup di tengah-
yang ada dalam suatu masyarakat
tengah masyarakat.
hukum adat cenderung berbentuk tidak
Menurut Barda Nawawi Arief,
tertulis (unwritten law. Karakter lain
menyebutkan bahwa dengan adanya
dari budaya hukum dalam suatu
perumusan asas legalitas yang formal
masyarakat hukum adat adalah
di dalam Pasal 1 KUHP, hukum tidak
hukum yang berlaku senantiasa
tertulis atau hukum yang hidup di
mempertimbangkan dan
dalam masyarakat sama sekali tidak
memperhatikan kondisi psikologi
mempunyai tempat sebagai sumber
anggota masyarakat, sehingga
hukum yang positif. Dengan kata lain,
substansi fungsi dari aplikasi ketaatan
adanya Pasal 1 KUHP itu seolah-olah
akan hukum didasari atas rasa
hukum pidana tidak tertulis yang
keadilan dan rasa butuh hukum dalam
hidup atau pernah ada di masyarakat,
masyarakat (Suriyaman Mustari Pide,
sering ditidurkan atau dimatikan.
2015: 25).
185 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Semasa zaman penjajahan, ´3HUDGLODQ *DPSRQJµ atau ´3HUDGLODQ


ditidurkannya hukum pidana tidak 'DPDLµ
tertulis itu masih dapat dimaklumi Perjalanan sejarah berlakunya
karena memang sesuai dengan politik hukum di Indonesia mencatat bahwa
hukum Belanda pada saat itu. Namun, banyak para ahli hukum justru
akan dirasakan lain apabila kebijakan mempelajari hukum adat sebagai
itu juga diteruskan seusai hukum yang hidup di masyarakat
kemerdekaan. Dengan adanya Pasal 1 Indonesia. Van Vollenhoven misalnya,
KUHP, hukum tidak tertulis/hukum PHQ\DWDNDQ EDKZD DSDELOD ´VHVHRUDQJ
yang hidup itu tidak pernah tergali dan ingin mendapatkan pengetahuan dan
terungkap secara utuh kepermukaan, keterangan tentang hukum yang hidup
khususnya dalam praktek peradilan di bumi ini, justru karena keragaman
pidana maupun dalam kajian akademik bentuknya pada zaman lampau dan
di Perguruan Tinggi. Selanjutnya, tidak sekarang, hukum adat merupakan
pernah berkembang dengan baik hukum asli masyarakat Indonesia,
´WUDGLVL \XULVSUXGHQVLµ maupun tradisi berakar pada adat istiadat atau
akademik/keilmuan mengenai hukum merupakan pancaran nilai-nilai dasar
pidana tidak tertulis itu. Kalau ada, budaya masyarakat Indonesia, yang
hanya dalam ruang yang sangat berarti pula mengikat dan menemukan
terbatas dan tidak utuh atau tidak segala pikiran tersebut diakui oleh
lengkap (Barda Nawawi Ari Arief, konstitusi, UUD 1945, yang berarti
1994: 25). perumusan hukum adat sebagai bagian
Apabila dikaji dari perspektif dari hukum-hukum dasar negara
Undang-Undang Nomor 1 dari Tahun Indonesia (St. Laksanto Utomo, 2016:
1951 di mana dalam ketentuan Pasal 5 134). Kusni Sulang (Anggota Lembaga
ayat (3) sub b masih dikenal Kebudayaan Dayak Palangka Raya)
eksistensinya Pengadilan Adat. Akan menegaskan bahwa kemajemukan
tetapi, setelah dikodifikasikan Undang- hukum adat sebagai Rahmat (Kusni
Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Sulang, 2011: 1).
Pokok Kekuasaan Kehakiman (Pasal 10 Dalam tradisi dan kajian hukum
UU Nomor 14 Tahun 1970), yang adat, kata legalitas (acuan yuridis)
kemudian dirubah dengan UU seringkali disampaikan untuk
Kekuasaan Kehakiman (UU Nomor 35 memberikan penjelasan terhadap
Tahun 1999, jis UU Nomor 4 Tahun sebuah tindakan atau aktivitas yang
2004, UU Nomor 48 Tahun 2009) tidak mendasarkan diri pada suatu aturan
dikenal lagi eksitensi Pengadilan Adat atau hukum positif yang tertulis dan
dalam tataran kebijakan legislasi sudah disahkan oleh pejabat negara
walaupun untuk daerah Aceh Nangroe yang berwenang dalam suatu
Darussalam sebagaimana UU Nomor bangsa/negara. Pada dasarnya,
11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan munculnya kata legalitas berawal
Aceh eksistensi Pengadilan Adat masih dari hasil penggalian para sarjana
diterapkan dan dikenal dengan istilah hukum terhadap ajaran hukum pidana,
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `186

yang pada perkembangannya dijadikan kesatuan masyarakat hukum adat beserta


sebagai sebuah asas hukum oleh para hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
sarjana hukum, dan diyakini sudah hidup dan sesuai dengan perkembangan
menjadi ajaran hukum umum yang masyarakat dan prinsip Negara
tidak saja bersifat. namun sudah Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
menjadi ajaran hukum yang bersifat dalam undang-XQGDQJµ. Melihat Pasal 18
universal atau lintas tempat (locus) dan B Ayat 2 UUD tersebut yang dijadikan
waktu (temporal) dari hukum positif. sebagai landasan yuridis atas
Dalam hukum pidana, asas legalitas ini berlakunya hukum adat di Indonesia,
sangat familiar dengan sebutan asas maka dapatlah dikatakan bahwa segala
nullum delictum, dimana secara detail praktik adat yang dilakukan oleh
asas ini menyatakan nullum delictum masyarakat hukum adat dihormati
nulla poena sine praevia lege ponali sepenuhnya oleh Negara, dengan
(Bachsan Mustafa, 2013: 161). Arti dari catatan bahwa praktik adat itu tetap
asas nullum delictum ini misalnya bisa berjalan sesuai dengan perkembangan
dilihat dalam Pasal 1 Ayat 1 Kitab masyarakat dan tidak melanggar atau
Undang-Undang Hukum Pidana bertentangan dengan prinsip Negara
.8+3 PHQJDWDNDQ EDKZD ´Suatu Kesatuan Republik Indonesia. Selama
peristiwa pidana atau perbuatan pidana ini hukum adat yang diakui
tidak dapat dikenai hukuman, selain atas eksistensinya oleh Negara Kesatuan
kekuatan peraturan undang-undang pidana Republik Indonesia, Negara juga
yang sudah ada sebelum peristiwa atau mengakui eksistensi agama dan
perbuatan pidana tersebutµ segenap ajarannya.
Mengacu pada penjelasan di atas Dasar atau acuan yuridis tentang
tentang maksud dari kata legalitas, ketentuan ini misalnya bisa dilihat
maka pada penjelasan di bawah ini dalam Pasal 28E dan Pasal 29 Ayat 1
akan menguraikan acuan hukum atau dan 2 Undang-Undang Dasar Negara
dasar hukum dari berlakunya hukum Kesatuan Republik Indonesia Tahun
adat, hukum Islam, dan hukum Negara 1945, Pasal ini mengatur dan berbunyi
Indonesia, khususnya pada persoalan VHEDJDL EHULNXW ´3DVDO D\DW
perkawinan. Berdasarkan Undang- Setiap orang bebas memeluk agama
Undang Dasar (UUD) Negara dan beribadat menurut agamanya,
Kesatuan Republik Indonesia Tahun memilih pendidikan dan pengajaran,
1945 yang dijadikan sebagai acuan memilih pekerjaan, memilih
dasar dalam pembangunan Peraturan kewarganegaraan, memilih tempat
Perundang-Undangan Nasional, tinggal di wilayah negara dan
Negara Indonesia mengakui dan meninggalkannya, serta berhak
menghormati kesatuan masyarakat kembali; ayat (2), setiap orang berhak
hukum adat beserta hak-hak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
tradisionalnya, ketentuan ini misalnya menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
bisa dilihat pada Pasal 18 B ayat 2 dengan hati nuraninya; Ayat 3, setiap
yang mengatakan bahwa:´1HJDUD orang berhak atas kebebasan
mengakui dan menghormati kesatuan- berserikat, berkumpul, dan
187 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

mengeluarkan pendapat. Pasal 29 ayat wanita kelar dari kewargaan adat


(1), Negara berdasarkan atas persekutuan hukum bapaknya,
Ketuhanan Yang Maha Esa; ayat (2), pindah dan masuk ke dalam
Negara menjamin kemerdekaan tiap- persekutuan hukum suami. Di
tiap penduduk untuk memeluk 6XODZHVL GLNHQDO GHQJDQ ´'RL 3DQDLµ
agamanya masing-masing dan untuk Uang panai (Suriyaman Mustari
beribadat menurut agamanya dan Pide, 2015: 26-32).
NHSHUFD\DDQQ\D LWXµ 'DUL DWXUDQ GL Pada umumnya, kedudukan
atas, sangat terlihat bahwa Negara bentuk perkawinan jujur berlaku
Indonesia sangat mengakui eksistensi DGDW ´SDQWDQJ FHUDLµ Jadi senang
agama di Indonesia, terlebih lagi bagi atau susah selama hidupnya isteri
agama Islam sebagai agama mayoritas dibawah kekuasaan kerabat suami.
Masyarakat Indonesia yang mencapai Jika suami wafat maka isteri harus
kurang lebih 90 persen penduduknya bersedia melakukan perkawinan
beragama Islam. dengan saudara suami. Jika
sebaliknya isteri yang wafat maka
3. Potret Hukum adat di Indonesia dari suami harus kawin dengan saudara
sisi Sosiologi dan Antropologi isteri.
Hukum Islam. b. Perkawinan Semenda
Diketahui bersama susunan Perkawinan semenda pada
masyarakat adat Indonesia berbeda- umumnya berlaku di lingkungan
beda, ada yang bersifat patrilineal, masyarakat adat yang matrilineal,
matrilineal, parental dan campuran, oleh dengan maksud mempertahankan
karenanya bentuk perkawinan yang garis keturunan ibu (wanita).
berlaku di Indonesia berbeda pula Dalam perkawinan semenda calon
diantaranya bentuk perkawinan adalah mempelai pria dan kerabatnya
sebagai berikut: tidak melakukan pemberian uang
a. Perkawinan Jujur jujur kepada pihak wanita,
Perkawinan jujur merupakan sebagaimana di minangkabau
perkawinan dengan pemberian berlaku adat pelamaran berlaku
(pembayaran) uang (barang) jujur, dari pihak wanita kepada pihak
pada umumnya berlaku pada laki-laki.
masyarakat hukum adat yang Pada umumnya dalam
mempertahankan garis keturunan perkawinan semenda kekuasaan
bapak (patrilineal). Pemberian uang pihak isteri yang lebih berperan,
jujur (Gayo: unjuk; Batak: boli, Tuhor, sedangkan suami tidak ubahnya
Parunjuk, Pangoli; Nias : beuli niha ; sebagai istilah ´QJLQMDP MDJRµ
Lampung : segreh, seroh daw, adat (meminjam Jantan) hanya sebagai
Timor-sawu : belis, Wellie; dan Maluku pemberi bibit saja dan kurang
beli, wilin) dilakukan oleh pihak tanggung jawab atas
kerabat calon isteri, sebagai tanda keluarga/rumah tangga.
pengganti pelepasan mempelai c. Perkawinan bebas
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `188

Perkawinan ini pada Sistem perkawinan lari


umumnya berlaku di lingkungan dapat dibedakan antara
masyarakat adat yang bersifat ´Perkawinan lari bersama dan
parental (keorangtuaan), seperti SHUNDZLQDQ ODUL SDNVDDQµ
berlaku di kalangan masyarakat Perkawinan lari bersama (Belanda:
Jawa, Sunda, Aceh, Melayu, Vlucht; Benkulu: selarian; Lampung;
Kalimantan, dan Sulawesi dan sebambungan, metudau, nakat, cakak
dikalangan masyarakat Indonesia lakei; Bali: ngerorod, melamgkat;
yang modern. Dimana keluarga Bugis: silariang dan Ambon: lari bini).
atau kerabat tidak banyak lagi ikut Adalah perbuatan berlarian untuk
campur tangan dalam melakanakan perkawinan atas
keluarga/rumah tangga. persetujuan sigadis. Cara
d. Perkawinan campuran melakukan lari bersama, atau
Perkawinan campuran sigadis secara diam-diam diambil
menurut hukum adat adalah atau si gadis datang sendiri ke
perkawinan yang terjadi diantara tempat kediaman pihak bujang
suami isteri yang berbeda suku segala sesuatunya berjalan
bangsa, adat budaya, dan/atau menurut tata tertib adat berlarian.
berbeda agama yang dianut. Dalam Perkawinan lari paksaan
pasal 57 Undang-undang Nomor 1 (Belanda: shaak-hewelijk; Lampung:
tahun 1974 tentang Perkawinan dibembangkan, di tekep, ditenggeng
yang dimaksud dengan dan Bali: melangdang). Adalah
perkawinan campuran adalah perbuatan melarikan gadis dengan
perkawinan antara dua orang yang akal tipu atau dengan paksaan atau
di indonesia tunduk pada hukum kekerasan, tidak atas persetujuan
yang berlainan, karena perbedaan sigadis dan tidak menurut tata
kewarganegaraan dan salah satu tertib adat berlarian.
pihak berwarga negara Indonesia. Dengan adanya perbedaan
e. Perkawinan lari bentuk hukum perkawinan adat di
Perkawinan lari dapat atas lebih disebabkan karena
terjadi di suatu lingkungan terdapatnya perbedaan sistem
masyarakat adat, tetapi yang kekerabatan atau sistem keturunan
terbanyak berlaku adalah di yang dianut oleh masing-masing
kalangan masyarakat Batak, masyarakat hukum adat di
Lampung, Bali, Bugi/Makassar dan Indonesia. Di kalangan masyarakat
Maluku. Di daerah-daerah tersebut hukum adat yang menganut sistem
walaupun kawin lari ini NHNHUDEDWDQ ´patrilineal´ maka
merupakan pelanggaran adat, hukum perkawinan adat yang
namun terdapat tata tertib cara berlaku adalah bentuk perkawinan
menyelesaikan sesuai dengan ´jujur´ 'L GDHUDK %DWDN GLVHEXW
hukum adat yang berlaku dalam ´mangoli´ ´beleketµ GL /DPSXQJ
persekutuan masyarakat. segreh, seroh daw dan Su. Dan di
189 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Sulawesi GLNHQDO GHQJDQ ´Doi bersangkutan merupakan


3DQDLµ perwujudan dari kebudayaan
Sedangkan pada masyarakat dari masyarakat itu sendiri.
adat yang menganut sistem Adat atau sebuah kebiasaan
NHNHUDEDWDQ ´PDWULOLQHDOµ yang yang menjadi kebudayaan yang
mempertahankan garis keturunan telah mendarah daging pada
ibu (wanita), dalam perkawinan sebuah masyarakat, akan sulit
semenda calon mempelai pria dan untuk merubahnya. Karena dalam
kerabatnya tidak melakukan NDLGDK 8VKXO )LTLK ´Kebiasaan itu
pemberian uang jujur kepada pihak menjadi Hukumµ GHQJDQ NDWD ODLQ
wanita bentuk hukum perkawinan adat yang ada dalam suatu
adat yang berlaku adalah bentuk golongan menjadi hukum dalam
SHUNDZLQDQ ´VHPHQGDµ Pada kehidupannya sehari-hari yang
lingkungan masyarakat adat yang mana akan sangat sulit untuk
PHQJDQXW VLVWHP ´parentalµ DWDX merubahnya ke arah adat yang
´bilateral´ PDND KXNXP lain.
perkawinan adat yang berlaku Adat sudah banyak
DGDODK EHQWXN SHUNDZLQDQ ´EHEDVµ mengalami perlunakan berlakunya
(mandiri). pada zaman era yang semakin
Dalam perkembangnya, canggih yang serba digital seperti
beragai macam bentuk hukum ini, memang pendapat tersebut ada
perkawinan ini tumbuh bervariasi benarnya. Fakta ini didukung oleh
yang bermacam-macam menurut kenyataan bahwa sistem hukum
kepentingan kekerabatan yang yang dipakai di negara kita adalah
bersangkutan yang membedakan sistem Eropa Kontinental. Pada
dari sisi sosiologi dalam hukum sistem Eropa Kontinental, hukum
Islam adalah adanya hubungan tertulis (peraturan perundang-
timbal balik antara perubahan undangan) lebih mempunyai
sosial dalam bentuk fungsi yang lebih besar di dalam
perkawinan dengan penempatan penyelenggaraan negara maupun
hukum Islam dari sisi hukum adat pengaturan masyarakat, jika
yang berlaku di Indonesia. dibandingkan dengan hukum yang
Sedangkan dari antropologi hukum tidak tertulis.
Islam hanya melihat dari sisi dari Namun yang perlu diingat
segi sejarah dan keragaman bahwa dalam praktek di
fisiknya, masyarakatnya, serta masyarakat terkadang hukum
kebudayaannya. Oleh karena itu tertulis tidak selamanya sejalan
setiap masyarakat memiliki corak dengan perkembangan yang ada di
dan sifatnya sendiri, maka hukum masyarakat, sehingga aturan yang
tiap masyarakat dalam hukum adat tertulis tidak dapat menyelesaikan
sebagai salah satu penjelmaan masalah-masalah yang ada dan
geester-structur masyarakat terkadang tidak mencerminkan
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `190

rasa keadilan di dalam masyarakat. mencerminkan asas legalitas berlakunya


Jika hal ini terjadi, maka terjadi hukum adat bagi negara Indonesia
kesenjangan antara hukum tertulis sebagai adat kebiasaan.
dengan hukum yang hidup di Bentuknya sebagai kebiasaan itulah,
masyarakat, maka hukum tidak maka budaya hukum yang ada dalam
tertulislah (hukum adat) nantinya suatu masyarakat hukum adat cenderung
yang akan menyelesaikan masalah berbentuk tidak tertulis (unwritten law),
yang terjadi di tengah-tengah hukum yang berlaku senantiasa
masyarakat sebagai potret mempertimbangkan dan memperhatikan
berlakunya hukum adat di kondisi psikologi anggota masyarakatnya.
Indonesia. Hal ini memberikan Pada masyarakat hukum adat menganut
keleluasaan kepada hakim untuk VLVWHP NHNHUDEDWDQ ´patrilineal dan
memahami, menggali dan matrilineal, disamping itu juga
mengikuti nilai-nilai hukum yang pada lingkungan masyarakat adat yang
hidup di masyarakat. Dengan PHQJDQXW VLVWHP ´parentalµ DWDX
demikian eksistensi hukum adat ´bilateral´ PDND KXNXP SHUNDZLQDQ DGDW
hingga saat ini tetap mempunyai yang berlaku adalah bentuk perkawinan
peranan yang penting, terutama ´EHEDVµ PDQGLUL 6HODLQ LWX PDV\DUDNDW
dalam pembentukan hukum hukum adat juga dikenal adanya bentuk
Nasional yang akan datang, perkawinan campuran dan perkawinan
terutama dalam lapangan hukum lari.
kekeluargaaan. Hukum adat akan
menjadi salah satu sumber utama
dalam pembentukan hukum DAFTAR KEPUSTAKAAN
tertulis, sehingga aturan tertulis Bachsan Mustafa. (2013). Sistem Hukum
tersebut otomatis merupakan Indonesia Terpadu. Bandung: Citra
pencerminan dari hukum Aditya Bakti.
masyarakat. Dan tentu saja dengan
harapan bahwa ketika hukum Barda Nawawi Ari Arief. (1994). Beberapa
tertulis tersebut sudah Aspek Pengembangan Ilmu Hukum
diberlakukan di dalam masyarakat, Pidana (Menyongsong Generasi Baru
maka tidak terjadi lagi Hukum Pidana Indonesia). Semarang:
kesenjangan. Pidana Pengukuhan Guru Besar,
Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro.
PENUTUP
Kusni Sulang. (2011). Kemajemukan
Hukum adat merupakan hukum asli Hukum Adat Sebagai Rahmat.
masyarakat Indonesia, berakar pada adat Toddopuli.
istiadat atau merupakan pancaran nilai-
Lilik Mulyadi. (2015). Hukum Pidana Adat
nilai dasar budaya masyarakat Indonesia,
Kajian Asas, Toeri, Norma Praktik Dan
yang berarti pula mengikat dan
Prosedur,. Bandung: PT. Alumni.
menemukan segala pikiran tersebut
diakui oleh konstitusi, UUD 1945. Yang St. Laksanto Utomo. (2016). Hukum Adat.
191 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Jakarta: Rajawali Pers.


Suriyaman Mustari Pide. (2015). Hukum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Adat dahulu, kini dan akan datang. tentang Perkawinan.
Jakarta: Kencana.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Tolib Setiady. (2009). Intisari Hukum Adat (KUHP).
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Perundang-undangan
Undang-undang Dasar (UUD) Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945.

Anda mungkin juga menyukai