Dedi Sumanto
Abstract: This paper aims to reveal the implementation of customary law in terms of the form of marriage carried
out in several regions in the portrait of the sociology and anthropology of Islamic law. The study was
carried out with a socio-cultural approach through phenomena in the field that were in accordance with
the literature and empirical observations of each customary event related. The method used is Library
Research and observing phenomena in the field regarding customary law that applied in the
community. The results of the study in customary law shown that based on reality, social and cultural
customary law communities in Indonesia indicated the form of marriage as an Honest Marriage,
Semenda Marriage, Free Marriage, Mixed Marriage and Out of Law Marriage as the forms of legal
cultural habits that exist in a customary community in the form of unwritten so that the functions and
applications can be carried out in accordance with the obedience of the law based on a sense of justice in
society and practice in the community where the written law is not always in line with developments in
society. It can be conluded that the written rules cannot solve existing problems and sometimes it does
not reflect a sense of justice in society.
ikat yang kuat dalam masyarakat. Ada Kriteria lain yang dapat
sanksi tersendiri dari masyarakat jika digunakan sebagai patokan untuk
melanggar aturan hukum adat. Hukum memberi arti pada masyarakat dalam
adat yang hidup dalam masyarakat ini hukum adat menyangkut norma yang
bagi masyarakat yang masih kental dianut oleh masyarakat tersebut.
budaya aslinya akan sangat terasa. Norma yang dimaksud hendaknya
Penerapan hukum adat dalam telah melalui proses pelembagaan
kehidupan sehari-hari juga sering sehingga bersifat mengikat perilaku
diterapkan oleh masyarakat. Bahkan warga masyarakat. Dengan demikian
seorang hakim, jika ia menghadapi norma tersebut memenuhi kebutuhan
sebuah perkara dan ia tidak dapat masyarakat akan keteraturan.
menemukannya dalam hukum tertulis, Patokan lain yang dapat
ia harus dapat menemukan hukumnya dipergunakan adalah melihat
dalam aturan yang hidup dalam masyarakat secara deskriptif, yaitu
masyarakat, artinya hakim juga harus menyangkut tentang masyarakat dan
mengerti perihal hukum adat. Hukum kebudayaannya. Dengan melihat
adat dapat dikatakan sebagai hukum masyarakat secara deskriptif berarti
perdatanya masyarakat Indonesia. segala penjelasan terkait dengan
Selain itu, dimensi terminologi batasan mengenai masyarakat hukum
hukum adat berserta masyarakat adat, harus menghubungkan
adatnya mempunyai kolerasi erat, masyarakat dengan kaedah atau nilai
integral dan bahkan tidak terpisahkan. yang dianut masyarakat tersebut dan
Lazimnya hukum adat diungkapkan juga tentang bagaimana kehidupan
dalam bentuk petatah dan petitih, budayanya dalam pengertian sehari-
sebagai contoh, dalam masyarakat hari. Patokan ini dapat dipandang
Aceh yang dikenal dengan ungkapan: sebagai pendekatan Antropologi suku
´Matee anek mepat jerat matee adat phat adat dan karenanya ia diidentifikasi
WDPLWDµ (kalau anak mati masih dapat sebagai satuan sosial.
dilihat pusaranya, tetapi kalau adat di Sistem hukum adat pada
hilangkan/mati, maka akan sulit dicari) dasarnya berdasarkan pada alam
(Lilik Mulyadi, 2015: 2). Ungkapan pikiran bangsa Indonesia yang tidak
ODLQQ\D ´berupa ´0XULS , NDQXQJ HGHW sama dengan alam pikiran masyarakat
PDWH , NDQXQJ EXPLµ (Keharusan Barat. Oleh karena itu sistem hukum
mengikuti aturan adat sama dengan adat dan sistem hukum Barat terdapat
keharusan ketika mati harus masuk ke beberapa perbedaan di antaranya:
perut bumi).
Hukum Adat di Indonesia Persepektif Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam `184