Anda di halaman 1dari 14

EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No.

2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

HUKUM PIDANA ADAT


SEBAGAI SUMBER PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA NASIONAL

FERY KURNIAWAN

Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Pamulang

dosen00952@unpam.ac.id

ABTRAK

Dalam hukum adat tersebut ada hukum yang mengatur masalah harta
benda dan kekeluargaan dan terdapat juga hukum dellik adat yang dapat juga
disebut sebgai Hukum pidana adat, atau hukum pelanggaran adat.Hukum delik
adat adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur peristiwa atau perbuatan
kesalahan yang berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat, sehingga perlu
diselesaikan agar keseimbangan masayarakat tidak terganggu. Keberadaan hukum
pidana adat pada masyarakat merupakan pencerminan kehidupan masyarakat
tersebut dan pada masing-masing daerah memiliki hukum pidana adat yang
berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat yang ada di daerah tersebut dengan ciri
khas tidak tertulis dan terkodifikasi Beberapa daerah mempunyai system hukum
adat yang sudah di legal formalkan
Kata Kunci: Pidana Adat, Hukum Pidana Nasional

PENDAHULUAN Disamping itu Etika dan


Dalam kehidupan sosial, Norma sejak lama menjadi standar
suatu masyarakat khususnya bagi pergaulan hidup di tengah
masyarakat Indonesia tidak bisa masyarakat yang beradab. Etika dan
dilepaskan dari hukum, sebagaimana norma menjadi aturan yang
adagium yang sering kita dengar menentukan apakah perilaku
yakni ibi ius ibi societas (dimana ada manusia tertentu patut atau tidak.
masyarakat disitu terdapat hukum) Berdasarkan hal itu orang dapat
oleh karenanya Indonesia menjadi mengetahui apa yang dia dapat
suatu negara yang berdasarkan harapkan dari orang lain. Untuk
hukum (rechts staat). Dalam sistem suatu kehidupan bersama aturan
hukum Indonesia, dikenal tiga sistem demikian mutlak perlu. Perilaku kita
hukum yang menjadi bagian yang sehari-hari dipengaruhi oleh banyak
tidak terpisahkan satu dengan yang etika dan normanorma yang tidak
lainnya, yakni hukum adat, hukum tercantum dalam undang-undang,
Islam, dan hukum barat. yang kadang-kadang tidak diakui

13
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

oleh hukum dan bahkan tidak atau hukum tidak resmi (unofficial
diungkapkan. Norma yang mengatur law), atau dalam konteks Indonesia
perilaku manusia adalah norma disebut hukum adat (adat
hukum. Norma tersebut hidup dalam law/adatrecht).
pergaulan dan lama kelamaan Ada semacam kesepakatan
menjadi aturan dan hukum yang hukum yang disepakati oleh
mengikat tingkah laku masyarakat masyarakat adat tertentu secara
pemeluknya dan dibanyak tempat kontinyu, dari generasi ke generasi,
disebut sebagai hukum adat. tentang suatu yang dilarang atau
Dalam hukum adat tersebut suatu yang diperbolehkan. Suatu
ada hukum yang mengatur masalah yang dilarang inilah apabila
harta benda dan kekeluargaan dan dilanggar akan mendapat sanksi
terdapat juga hukum dellik adat yang untuk mewujudkan keadilan, baik
dapat juga disebut sebgai Hukum keadilan bagi si pelanggar, keadilan
pidana adat, atau hukum pelanggaran bagi seseorang yang dilanggar,
adat.Hukum delik adat adalah aturan- termasuk mewujudkan keadilan
aturan hukum adat yang mengatur masyarakat adat seutuhnya. Rasa
peristiwa atau perbuatan kesalahan ingin mewujudkan keadilan ini yang
yang berakibat terganggunya oleh para pakar hukum pidana adat
keseimbangan masyarakat, sehingga dikatakan sebagai pemulihan
perlu diselesaikan agar keseimbangan yang telah terganggu,
keseimbangan masayarakat tidak sehingga kemudian adat dapat
terganggu. Adat bangsa Indonesia menjadi sumber hukum pidana
yang “Bhinneka Tunggal Ika” ini nasional.
tidak mati, melainkan selalu Sumber hukum sebenarnya
berkembang, senantiasa bergerak adalah kesadaran masyarakat tentang
serta berdasarkan keharusan selalu apa yang dirasakan adil dalam
dalam keadaan evolusi mengikuti mengatur hidup kemasyarakatan
proses dan perkembangan peradaban yang tertib dan damai. Jadi, sumber
bangsanya. hukum tersebut harus mengalirkan
Ketika dilihat dari kearifan aturan-aturan (norma-norma) hidup
masyarakat adat Indonesia yang yang adil dan sesuai dengan perasaan
bercorak religios-magis, secara dan kesadaran hukum (nilai-nilai)
konkrit terkristalisasi dalam produk masyarakat, yang dapat menciptakan
hukum masyarakat lokal, yang dalam suasana damai dan teratur karena
ancangan antropologi hukum disebut selalu memperhatikan kepentingan
hukum kebiasaan (customary), masyarakat. Oleh karenanya,
hukum rakyat (folk law), hukum pembaharuan hukum pidana di sini
penduduk asli (indigenous law), haruslah dilakukan secara
hukum tidak tertulis (unwritten law), menyeluruh dan sistematis dengan

14
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

memperhatikan nilai-nilai yang Dari pernyataan Ter Haar


berkembang dimasyarakat. Jadi, tersebut, Hilman Hadikusuma
ukuran untuk mengkriminalisasi berpendapat bahwa hukum
suatu perbuatan bergantung pada pidana adat adalah hukum yang
nilai-nilai dan pandangan kolektif menunjukkan peristiwa dan
yang terdapat di masyarakat perbuatan yang harus
mengenai apa yang benar, baik, diselesaikan (dihukum) karena
bermanfaat atau sebaliknya. “Das peristiwa dan perbuatan itu telah
rechts wird nicht gemacht, es ist und mengganggu keseimbangan
wird mit dem volke” yang berati masyarakat. Jadi Ter Haar
hukum itu tidak dibuat, tetapi berada berasumsi bahwa yang dianggap
dan berkembang dengan jiwa bangsa suatu pelanggaran (delict) ialah
seperti pendapatnya Von Savigny. setiapgangguan segi satu
Dengan demikian yang (eenzijding) terhadap
diuraikan dalam hukum adat delik keseimbangan dan setiap
adalah tentang peristiwa dan penubrukan dari segi satu pada
perbuatan yang merupakan delik adat barang-barang kehidupan
dan bagaimana cara menyelesaikan materiil dan imateriil orang
sehingga keseimbangan masyarakat seorang atau dari orang-orang
tidak lagi merasa terganggu. banyak yang merupakan suatu
kesatuan (gerombolan).Tindakan
HASIL DAN PEMBAHASAN sedemikian itu menimbulkan
Pengertian hukum pidana adat suatu reaksi yang sifatnya dan
Konsep pidana merupakan besar kecilnya ditetapkan oleh
teori yang selalu berkembang sesuai hukum adat (adat reactie), karena
tempat dan waktu.Sehingga setiap reaksi mana keseimbangan dapat
komunitas atau masyarakat adat dan harus dipulihkan kembali
mempunyai persepsi sendiri (kebanyakan dengan jalan
mengenai delik atau hukum pidana. pembayaran pelanggaran berupa
Beberapa ahli berpendapat mengenai barang-barang atau uang).Untuk
hukum adat antara lain: dapat disebut tindak pidana adat,
a. Ter Haar berpendapat bahwa perbuatan itu harus
yang dimaksud delik atau mengakibatkan kegoncangan
pelanggaran adalah adanya dalam neraca keseimbangan
perbuatan sepihak yang oleh masyarakat. Kegoncangan itu
pihak lain dengan tegas atau tidak hanya terdapat apabila
secara diam-diam dinyatakan peraturan hukum dalam suatu
sebagai perbuatan yang masyarakat dilanggar, tetapi juga
mengganggu keseimbangan. apabila norma-norma kesusilaan,

15
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

keagamaan, dan sopan santun Dharmasastra, Catur Agama,


dalam masyarakat dilanggar. Awig-Awig (Bali), kitab Babad
Berbeda dengan hukum Jawa (Jawa kuno), dan lain
pidana positif yang berlaku di sebagainya.Jadi, selama
Indonesia sekarang ini, peristiwa perbuatan itu menyebabkan
dan perbuatan itu dihukum kegoncangan pada keseimbangan
karena adanya hukum tertulis dalam suatu masyarakat adat
yang mengaturnya.Selama yang sudah mapan, maka
peristiwa dan perbuatan itu tidak perbuatan itu dapat dikatakan
diatur dalam undang-undang, melanggar hukum.
maka tidak dapat dikatakan delik. b. Soepomo menjabarkan lebih rinci
Hal ini disebut dengan asas bahwa antara perbuatan yang
legalitas yang tertuang dalam dapat dipidana dan perbuatan
pasal 1 ayat (1) Kitab Undang- yang hanya mempunyai akibat di
Undang Hukum Pidana (KUHP), wilayah perdata tidak ada
yang berbunyi: “Suatu perbuatan perbedaan struktur. Artinya,
tidak dapat dipidana, kecuali antara “hukum pidana” dan
berdasarkan kekuatan ketentuan “hukum perdata” yang perbedaan
perundang-undangan pidana strukturnya dibedakan
yang telah ada.” wilayahnya dalam hukum positif,
Sementara hukum pidana dalam hukum pidana adat tidak
adat menitikberatkan pada membedakan struktur itu.
“keseimbangan yang terganggu”. Apakah itu masuk dalam wilayah
Selama keseimbangan suatu pidana atau perdata, selama
masyarakat adat itu terganggu, “mengganggu keseimbangan”
maka akanmendapat sanksi. masyarakat, maka ia
Hukum pidana adat tidak dikategorikan sebagai delik atau
mengenal asas legalitas tindak pidana.
sebagaimana hukum positif c. Sementera Van Vollenhoven
karena selain ketentuan berpendapat bahwa hukum
hukumnya masih sederhana, pidana adat adalah perbuatan
hukum pidana adat tidak yang tidak boleh dilakukan,
mengenal kodifikasi. Dengan meskipun dalam kenyataannya
kata lain, hukum pidana adat peristiwa atau perbuatan itu
tidak mengenal hukum tertulis hanya merupakan perbuatan
meskipun beberapa masyarakat sumbang yang kecil saja.
adat di Indonesia sudah d. Hukum pidana adat atau delik
mengenal kodifikasi hukum adat. adat adalah mengatur mengenai
Misalnya kitab Kuntara Raja Niti tindakan yang melanggar rasa
(Lampung), Manawa keadilan dan kepatutan yang

16
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

hidup ditengah masyarakat, dengan antropologi dan sosiologi


sehingga menyebabkan dari pada perundang-undangan.
terganggunya ketentraman serta g. Didik Mulyadi memberi
keseimbangan masyarakat. Untuk kesimpulan bahwa hukum pidana
memulihkan ketentraman dan adalah perbuatan yang melanggar
keseimbangan tersebut, maka perasaan keadilan dan kepatutan
terjadi reaksi adat. yang hidup dalam masyarakat,
e. I Made Madyana mengatakan sehingga menimbulkan adanya
bahwa hukum pidana adat adalah gangguan ketentraman dan
hukum yang hidup (living law), keseimbangan masyarakat yang
diikuti dan ditaati oleh bersangkutan. Oleh karena itu,
masyarakat adat secara terus- untuk memulihkan ketentraman
menerus, dari satu generasi ke dan keseimbangan tersebut
generasi berikutnya. Pelanggaran terjadi reaksi-reaksi adat sebagai
terhadap aturan tata tertib bentuk wujud mengembalikan
tersebut dipandang dapat ketentraman magis yang
menimbulkan kegoncangan terganggu dengan maksud
dalam masyarakat karena sebagai bentuk meniadakan atau
dianggap mengganggu menetralisir suatu keadaan sial
keseimbangan kosmis akibat suatu pelanggaran adat.
masyarakat. Karenanya, bagi si h. Van Vollenhoven menyebutkan
pelanggar diberikan reaksi adat, delik adat sebagai perbuatan
koreksi adat atau sanksi adat oleh yang tidak diperbolehkan.
masyarakat dengan musyawarah Hilman Hadikusuma
bersama pemimpin atau pengurus menyebutkan hukum pidana adat
adat. adalah hukum yang hidup (living
f. Hilman Hadikusuma law) dan akan terus hidup selama
menyebutkan hukum pidana adat ada manusia budaya, ia tidak
adalah hukum yang hidup (living akan dapat dihapus dengan
law) dan akan terus hidup selama perundang-undangan. Andaikata
ada manusia budaya, ia tidak diadakan juga undang-undang
akan dapat dihapus dengan yang menghapuskannya, akan
perundang-undangan. Andaikata percuma juga. Malahan, hukum
diadakan juga undang-undang pidana perundang-undangan akan
yang menghapuskannya, akan kehilangan sumber kekayaannya
percuma juga. Malahan, hukum oleh karena hukum pidana adat
pidana perundang-undangan akan itu lebih erat hubungannya
kehilangan sumber kekayaannya dengan antropologi dan sosiologi
oleh karena hukum pidana adat dari pada perundang-undangan. I
itu lebih erat hubungannya Made Widnyana menyebutkan

17
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

hukum pidana adat adalah hukum 2.Posisi hukum Pidana adat dalam
yang hidup (the living law), Hukum Nasional.
diikuti dan ditaati oleh Hukum adat dapat menjadi
masyarakat adat secara terus sumber hukum positif dalam arti
menerus, dari satu generasi ke hukum pidana adat dapat menjadi
generasi berikutnya. Pelanggaran dasar hukum pemeriksaan di
terhadap aturan tata tertib Pengadilan dan juga sebagai
tersebut dipandang dapat sumber hukum negatif yaitu
menimbulkan kegoncangan ketentuan-ketentuan hukum adat
dalam masyarakat karena dapat menjadi alasan pembenar,
dianggap mengganggu alasan memperingan pidana atau
keseimbangan kosmis memperberat pidana.Apabila kita
masyarakat, oleh sebab itu, bagi memperhatikan bahwa hukum
si pelanggar diberikan reaksi tidak dapat dipisahkan dengan
adat, koreksi adat atau sanksi masyarakat, maka ada alasan pula
adat oleh masyarakat melalui untuk mengatakan bahwa sumber
pengurus adatnya. hukum dalam kaitan ini adalah
Konklusi dasar dari apa yang hukum pidana adat maka sumber
telah diterangkan konteks di atas hukum tersebut adalah
dapat disebutkan bahwa hukum masyarakat.
pidana adat adalah perbuatan Sebagai dasar
yang melanggar perasaan problematika substantif hukum
keadilan dan kepatutan yang pidana adat dan hukum pidana
hidup dalam masyarakat nasional, dengan sendirinya akan
sehingga menimbulkan adanya teratasi karena hukum yang
gangguan ketentraman dan nantinya akan terbangun adalah
keseimbangan masyarakat hukum yang benar-benar berasal
bersangkutan. Oleh karena itu, dari masyarakat dan hukum
untuk memulihkan ketentraman tersebut memang bersubstansikan
dan keseimbangan tersebut langsung dari nilai-nilai yang
terjadi reaksi-reaksi adat sebagai hidup di masyarakat. Dengan
bentuk wujud mengembalikan demikian hukum akan selalu linier
ketentraman magis yang dengan tuntutan keadilan bagi
terganggu dengan maksud seluruh masyarakat, serta hukum
sebagai bentuk meniadakan atau pidana adat di masa yang datang
menetralisir suatu keadaan sial akan menjadi sumber hukum dan
akibat suatu pelanggaran adat. menjadi dasar dalam pembentukan
hukum pidana nasional.

18
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

1. Dasar hukum berlakunya untuk mengelola tanah


hukum pidana adat. yang ada di wilayahnya.
Ada beberapa dasar hukum yang 4) UU No. 4 tahun 2004 yang
dapat dijadikan dasar dalam menggantikan UU No. 14
berlakunya Hukum Adat di tahun 1970 tentang
Indonesia pada saat ini antara lain : Ketentuan-ketentuan Pokok
1) Ketentuan UUD 1945. Dalam Kekuasaan Kehakiman.
pasal 18 B ayat (2) Undang 5) Undang-Undang No.39 tahun
Undang Dasar Negara 1999 tentang HAM ini, boleh
Republik Indonesia 1945 : dibilang sebagai
a. “Negara mengakui dan operasionalisasi dari TAP
menghormati kesatuan- MPR XVII/1998 yang
kesatuan masyarakat menegaskan bahwa hak-hak
hukum adat beserta hak- masyarakat hukum adat
hak tradisionalnya sebagai bagian dari Hak
sepanjang masih hidup Asazi Manusia.
dan sesuai dengan 6) UU No. 32/2004 tentang
perkembangan Pemerintahan Daerah, lebih
masyarakat dan prinsip tertuju pada penegasan hak-
Negara Kesatuan hak masyarakat hukum adat
Republik Indonesia, yang untuk mengelola sistem
diatur dalam undang- politik dan pemerintahannya
undang”. sesuai dengan ketentuan-
2) UU Drt. No. 1 tahun 1951 ketentuan hukum adat
tentang tindakan sementara setempat.
untuk menyelenggarakan Keberadaan hukum pidana adat
kesatuan susunan, kekuasaan pada masyarakat merupakan
dan acara pengadilan sipil. pencerminan kehidupan
3) UU No. 5 tahun 1960 masyarakat tersebut dan pada
tentang UUPA Pasal 2 masing-masing daerah memiliki
ayat (4) UUPA mengatur hukum pidana adat yang
tentang pelimpahan berbeda-beda sesuai dengan adat
wewenang kembali istiadat yang ada di daerah
kepada masyrakat hukum tersebut dengan ciri khas tidak
adat untuk melaksanakan tertulis dan terkodifikasi.
hak menguasai atas tanah, Beberapa daerah mempunyai
sehingga masyrakat system hukum adat yang sudah di
Hukum Adat merupakan legal formalkan misalnya di
aparat pelaksana dari hak Aceh dan di Sumatera Barat.
menguasai negara atas Masalahnya di Sumatera Barat

19
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan bagian dari upaya


dibentuk dan disusun melalui untuk mengatasi masalah-
Perda No. 13 Tahun 1983, masalah sosial (termasuk
tentang Nagari sebagai Kesatuan masalah kemanusiaan) dalam
Masyarakat Hukum Adat (baik di rangka mencapai/menunjang
kabupaten maupun kota) dan tujuan nasional
Perda No. 9 Tahun 2000 (kesejahteraan masyarakat
Tergugat Pemerintahan Nagari dan sebagainya).
(nagari sebagai pengganti desa) 2) Sebagai bagian dari kebijakan
dan Perda No. 2 Tahun 2007 kriminal, pembaharuan
tentang Pemerintahan Nagari hukum pidana pada
(baik di kabupaten termasuk hakikatnya merupakan bagian
Mentawai maupun kota), maka dari upaya perlindungan
sesuai dengan Pasal 1 angka 2 masyarakat (khususnya upaya
UU No.5/1986 Kerapatan Adat penanggulangan kejahatan).
Nagari merupakan badan dan 3) Sebagai bagian dari kebijakan
Pengurus KAN merupakan penegakan hukum,
Pejabat Tata Usaha Negara. pembaharuan hukum pidana
Keputusan KAN akan merupakan pada hakikatnya merupakan
Putusan Tata Usaha Negara, bagian dari upaya
sehingga jika ada pihak yang memperbaharui substansi
merasa dirugikan oleh keputusan hukum (legal substance)
KAN itu, yang mempunyai dalam rangka lebih
kompetensi absolut untuk mengefektifkan penegakan
mengadilinya adalah Peradilan hukum.
Tata Usaha Negara, bukan Dalam RUU KUHP
Peradilan Pidana.” nasional yang sudah dibahas di
RUU KUHP sebagai proses DPR sejak lebih dari 30 tahun
perkembangan hukum yang maka hukum adat dan Pidana
sedang berlangsung sampai saat adat menempati posisi strategis
ini mempunyai fungsi strategis dimana pasal 2 RUU KUHP
sebagai bagian pembaharuan tersebut menyatakan hakim
hukum nasional dengan tujuan disamping mengambil landasan
Due prosees of law. Dilihat dari hukum KUHP tersebut dapat
sudut pendekatan kebijakan maka pula mengambil dasar hukum
pembaharuan hukum nasional hukum adat untuk menjatuhkan
dapat dilihat : pidana pada seseorang. Sehingga
1) Sebagai bagian dari kebijakan eksistensi Hukum adat di RUU
sosial, pembaharuan hukum KUHP tersebut formalnya diakui
pidana pada hakikatnya Negara.

20
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

Secara umum rasa damai dan memulihkan


pembaharuan hukum pidana keseimbangkan dalam
harus dilakukan dengan masyarakat.
pendekatan kebijakan, karena Harkristuti Harkrisnowo
memang pada hakikatnya ia selaku Direktur Jenderal
merupakan bagian dari suatu Perlindungan Hak Asasi Manusia
langkah kebijakan atau policy Kementerian Hukum dan HAM,
(yaitu bagian dari politik meminta para penyusun RUU
hukum/penegakan hukum, politik KUHP memperhatikan implikasi
hukum pidana, politik kriminal, masuknya delik adat ke dalam
dan politik sosial). Di dalam rancangan. Sebab, masih ada
setiap kebijakan (policy) sejumlah pertanyaan yang harus
terkandung pula pertimbangan dijawab agar perumusan undang-
nilai.Oleh karena itu, undang itu jelas.“Bagi orang,
pembaharuan hukum pidana pidana harus jelas,”
harus pula berorientasi pada ujarnya.’Guru Besar Universitas
pendekatan nilai. Indonesia itu menyinggung RUU
Misalnya dalam Pasal 1 KUHP ketika berbicara tentang
ayat (3) RUU KUHP sistem peradilan pidana terpadu
menyebutkan asas legalitas tidak (integrated criminal justice
boleh ditafsirkan sebagai system).
mengurai berlakunya hukum Pemantauan Komnas
yang hidup yang menentukan Perempuan di Sumatera Selatan
bahwa adat setempat seseorang dan Sulawesi Tengah
patut dipidana bilamana menunjukkan sebagian
perbuatan itu tidak ada perempuan masih menggunakan
persamaan dalam peraturan jalur non formal, terutama
perundang-undangan.Ini berarti mekanisme hukum adat, untuk
asas legalitas tidak mutlak. menyelesaikan kasus.Dalam hal
Dalam RUU juga dimuat sanksi tertentu, mekanisme hukum adat
delik adat berupa pemenuhan dianggap lebih cepat
kewajiban adat. “Hakim dapat menyelesaikan masalah
menetapkan kewajiban setempat ketimbang jalur formal
yang harus dilakukan terpidana”, pengadilan.Ternyata, di beberapa
jika keadaan menghendaki untuk daerah, hukum adat masih
memulihkan keseimbangan dan berlaku.“Aturan adat yang tidak
mendatangkan rasa damai dalam tertulis justru hidup,” kata
masyarakat.Tujuan pemidanaan komisioner Komnas Perempuan,
bukan semata-mata menghukum Sri Nurherwati.
pelaku, tetapi juga mendatangkan

21
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

KUHP Nasional di masa- Fungsi pengadilan kata Abdon


masa datang dapat menyesuaikan lebih diutamakan untuk menjaga
diri dengan perkembangan- agar penegakan hukum adat
perkembangan baru. Khusus berjalan.
sepanjang yang menyangkut 2. Sifat sifat hukum pidana adat
alasan sosiologis, hal ini dapat 1) Menyeluruh dan menyatukan
menyangkut yang bersifat karena dijiwai oleh sifat
ideologis maupun hal-hal yang kosmis yang saling
berkaitan dengan kondisi berhubungan sehingga
manusia, alam dan tradisi hukum pidana adat tidak
Indonesia sepanjang tetap dalam membedakan pelanggaran
kerangka bagian budaya bangsa yang bersifat pidana dan
(subsulture) dan bukan perdata.
merupakan budaya tandingan 2) Ketentuan yang terbuka
(counter culture). karena didasarkan atas
Sejalan dengan hal ketidakmampuan meramal
tersebut Sekretaris Jenderal apa yang akan terjadi
Aliansi Masyarakat Adat sehingga tidak bersifat pasti
Nusantara (AMAN), Abdon sehingga ketentuannya selalu
Nababan, mengatakan Aliansi terbuka untuk segala
memang ikut mendorong agar peristiwa atau pebuatan yang
RUU KUHP mengakomodir mungkin terjadi.
hukum adat. Fokusnya adalah 3) Membeda-bedakan
memungkinkan penyelesaian permasalahan dimana bila
kasus melalui hukum adat. terjadi peristiwa pelanggaran
"Harus ada penegasan tentang yang dilihat bukan semata-
itu," mata perbuatan dan akibatnya
Abdon menuturkan RUU tetapi dilihat apa yang
KUHP harus menjamin dengan menjadi latar belakang dan
menjelaskan bagaimana definis siapa pelakunya. Oleh karena
dan sistem peradilan hukum adat. itu, dengan alam pikiran
Jadi, perangkat hukum adat demikian maka dalam
setempat didahulukan dalam mencari penyelesaian dalam
penyelesaian perkara pidana yang suatu peristiwa menjadi
terkait langsung dengan adat berbeda-beda.
masyarakat setempat.Setelah 4) Peradilan dengan permintaan
perkara diputuskan hukum adat, dimana menyelesaikan
dibuatlah semacam berita acara pelanggaran adat sebagian
untuk didaftarkan pada besar berdasarkan adanya
Pengadilan Negeri setempat. permintaan atau pengaduan,

22
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

adanya tuntutan atau gugatan keseimbangan keluarga atau


dari pihak yang dirugikan masyarakat, walaupun
atau diperlakukan tidak adil. adakalanya perkaranya sampai
5) Tindakan reaksi atau koreksi ditangani oleh alat negara, dapat
tidak hanya dapat dikenakan ditempuh dengan cara melalui
pada si pelaku tetapi dapat pribadi dan atau keluarga yang
juga dikenakan pada bersangkutan, atau ditangani
kerabatnya atau keluarganya kepala kerabat, kepala adat,
bahkan mungkin juga kepala desa, ketua perkumpulan
dibebankan kepada organisasi dan alat negara.
masyarakat bersangkutan Mediasi Pidanadalam Ketentuan
untuk mengembalikan Hukum Pidana Adat
keseimbangan yang Berdasarkan penelitian yang
terganggu. dilakukan oleh berbagai kalangan
Hukum adat tidak mengenal akademisiterhadap penyelesaian
sistem “prae-existente regels”, konflik dalam masyarakat di
artinya tidak mengenal sistem Indonesia, pada dasarnya
pelanggaran hukum yang budayauntuk penyelesaian secara
ditetapkan terlebih dahulu musyawarah atau konsiliasi
sebagaimana dalam “asas merupakan nilai yang banyakdianut
legalitas” yang tertuang dalam oleh masyarakat di Indonesia.
Pasal 1 Kitab Undang-undang Berbagai suku bangsa di Indonesia
Hukum Pidana. Dalam hal ini I mempunyaibudaya penyelesaian
Made Widnyana menyatakan, konflik secara damai, misalnya
karena didasarkan atas masyarakat Jawa, Lampung,Bali,
ketidakmampuan meramal apa Sumatra Selatan, Lombok, Papua,
yang akan terjadi sehingga tidak Sulawesi Barat, dan masyarakat
bersifat pasti sehingga Sulawesi Selatan.
ketentuannya selalu terbuka Jenis hukum rakyat ini
untuk segala peristiwa atau merupakan sistem norma yang
pebuatan yang mungkin terjadi. mengejawantahkan nilai-nilai, asas,
Yang harus kita pahami disini struktur, kelembagaan, mekanisme,
ialah Hukum adat ini sendiri dan religi yang tumbuh, berkembang,
berlainan dengan hukum kriminal dan dianut mesyarakat lokal, dalam
Barat, hukum Adat tidak fungsinya sebagai instrumen untuk
mempunyai sistem pelanggaran menjaga keteraturan interaksi antara
yang tertutup. warga masyarakat (social order),
3. Cara penyelesaian hukum adat keteraturan hubungan dengan sang
Penyelesaian delik adat yang pencipta dan roh-roh yang dipercaya
berakibat terganggunya memiliki kekuatan supranatural

23
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

(spiritual order), dan menjaga sedangkan tujuan untuk memperbaiki


keteraturan perilaku masyarakat orang yang salah, orang yang
dengan alam lingkungannya melanggar hukum, sebagai salah
(ecological order). satudasar yang terdapat pada sistem
Penyelesaian delik adat yang hukum pidana barat, tidak terdapat
berakibat terganggunya pada system hukum adat.
keseimbangan keluarga atau Pada dasarnya hukum pidana
masyarakat, yang adakalanya perkara adat adalah hukum yang hidup dan
tersebut sampai harus ditangani oleh akan terus hidup, selama ada
alat Negara (polisi dan Jaksa), manusia dan budaya, ia tidak akan
sebenarnya dapat ditempuh dengan dihapus dengan perundang-
cara melalui pribadi dan atau undangan. Andaikata diadakan juga
keluarga yang bersangkutan, atau undang-undang yang akan
ditangani kepala kerabat, kepala menghapuskannya, maka akan
adat, kepala desa, ketua perkumpulan percuma saja, malahan hukum
organisasi dan alat Negara. pidana perundang-undangan akan
Penyelesaian konflik secara kehilangan sumber kekayaannya,
musyawarah itu secepat mungkin oleh karena hukum pidana adat lebih
diadakan proses perdamaian dekat dengan hubungannya dengan
berkembang sebagai hukum adat. antropologi dan sosiologi daripada
Perkembangan selanjutnya hukum perundang-undangan.
darihukum adat pada suku bangsa di Penyelesaian konflik secara
Indonesia khususnya terhadap musyawarah guna mencapai
penyelesaian konflik melalui penyelesaian antara pelaku dan
musyawarah memiliki berbagai korban tindak pidana sebagian besar
kesamaan yaitu konflik diarahkan masyarakat di Indonesia yang
padaharmonisasi atau kerukunan umumnya beragama Islam, banyak
dalam masyarakat serta tidak memperoleh pengaruh dari hukum
memperuncing keadaan, dengan Islam.
sedapat mungkin menjaga suasana Konflik-konflik dalam
perdamaian. masyarakat banyak dimintakan
Penyelesaian - penyelesaian penyelesaiannya kepadatokoh
konflik yang dilakukan melalui masyarakat, dan umumnya pada
mekanisme hukumadat baik untuk daerah-daerah yang pengaruh hukum
perkara perdata maupun perkara Islamnya kuat, seperti di Aceh,
pidana. Berbeda dengan hukum Sumatra Barat, dan Jawa maka para
pidana barat, tujuan hukum pidana tokoh masyarakatatau adat di
adat adalah memulihkan dalamnya termasuk para tokoh-tokoh
keseimbangan hukum yang menjadi agama. Penyelesaian konflik
tujuan segala reaksi atau koreksi adat yangdiselesaikan oleh tokoh-tokoh

24
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

agama Islam umumnya dilakukan Arief, Barda Nawawi. (2011). Bunga


dengan pendekatan. Rampai Kebijakan Hukum
Pidana (Perkembangan
KESIMPULAN Penyusunan Konsep KUHP
Hukum pidana adat adalah Baru). Edisi Kedua Cetakan ke-
perbuatan yang melanggar perasaan 3. Jakarta: Kencana.
keadilan dan kepatutan yang hidup Barda Nawawi Arief. (2007).
dalam masyarakat sehingga Beberapa Aspek Pengembangan
menimbulkan adanya gangguan Ilmu Hukum Pidana
ketentraman dan keseimbangan (Menyongsong Generasi Baru
masyarakat bersangkutan. Hukum Hukum Pidana Indonesia).
adat secara structural dan fungsional Semarang: Universitas
masih berlaku dalam hukum Diponegoro.
nasional dibuktikan dengan adanya Bzn, B. Ter Haar (2001). Asas-asas
praktek hukum ditengah masyarakat dan Susunan Hukum Adat.
yang didukung oleh undang undang Jakarta: PT Pradnya Paramita.
yang disebutkan diatas. Mengenai Hadikusuma, Hilman. (1984) Hukum
pidana adat sendiri terdapat praktek
Pidana Adat. Bandung: Alumni.
prakteknya di masyarakat adat Hadikusuma, Hilman. (1992).
Indonesia dan dalam RUU KUHP Pengantar Ilmu Hukum Adat
pidana adat diakui sebagai pijakan Indonesia. Bandung: CV Manda
hukum bagi hakim dalam Maju
memutuskan perkara , dan saat ini Keijzer, D. Schaffmeister, N. dan
RUU KUHP tersebut masih dibahas Sutorius, E. PH. (1995). Hukum
di DPR. Pidana Liberty .Yogyakarta.
Dengan demikian maka di Muladi. Proyeksi Hukum Pidana
dalam hukum Adat, suatu perbuatan Materil Indonesia di Masa
yang tadinya tidak merupakan delik Datang, Pidato Pengukuhan
adat, pada suatu waktu dapat Guru Besar. Semarang: FH
dianggap oleh hakim atau oleh UNDIP, TT.
kepala adat sebagai perbuatan yang Nurjaya, I Nyoman. (2008) Menuju
menentang tata tertib masyarakat
Pengakuan Kearifan Lokal
sedemikian rupa, sehingga dianggap dalam Pengelolaan Sumber
perlu diambil upaya adat (adatreaksi) Daya Alam: Perspektif
guna memperbaiki hukum. Antropologi Hukum, dalam
REFERENSI Rachmad Syafa’at, dkk, Negara,
Anwar, Chairul. (1997). Hukum Adat Masyarakat Adat dan Kearifan
Indonesia Menuju Hukum Adat Lokal. Malang: In-Trans
Minangkabau. Jakarta: Rineka Publishing.
Cipta.

25
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol. 1 No. 2 Tahun 2016
ISSN : 2502 - 5406

Santoso, Topo (1990) Pluralisme


Hukum Pidana Indonesia.
Jakarta: PT Ersesco.
Wignjodipuro, Surojo. (1982)
Pengantar Asas-Asas Hukum
Adat, Jakarta: Gunung Agung
Anggota IKAPI.

26

Anda mungkin juga menyukai