Secara sederhana, sirkulasi hukum pidana adat penulis gambarkan sebagai berikut:
Ada nilai dan norma yang disepakati secara spontan oleh masyarakat adat
Ada tindakan melanggar nilai dan norma (aksi)
Ada sanksi terhadap pelanggaran terhadap nilai dan norma (reaksi dan koreksi)
Diharapkan keseimbangan masyarakat kembali pulih
Demikian seterusnya, apabila keseimbangan sudah pulih, terjadi aksi yang menyebabkan
keseimbangan masyarakat terganggu, maka ada reaksi yang ditetapkan dalam nilai dan
norma.
Sementera Van Vollenhoven berpendapat bahwa hukum pidana
adat adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan, meskipun dalam
kenyataannya peristiwa atau perbuatan itu hanya merupakan
perbuatan sumbang yang kecil saja
I Made Madyana mengatakan bahwa hukum pidana adat adalah
hukum yang hidup (living law), diikuti dan ditaati oleh masyarakat
adat secara terus-menerus, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pelanggaran terhadap aturan tata tertib tersebut dipandang dapat
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat karena dianggap
mengganggu keseimbangan kosmis masyarakat. Karenanya, bagi si
pelanggar diberikan reaksi adat, koreksi adat atau sanksi adat oleh
masyarakat dengan musyawarah bersama pemimpin atau pengurus
adat.
Didik Mulyadi memberi kesimpulan bahwa hukum pidana adat adalah
perbuatan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatutan yang
hidup dalam masyarakat, sehingga menimbulkan adanya gangguan
ketentraman dan keseimbangan masyarakat yang bersangkutan. Oleh
karena itu, untuk memulihkan ketentraman dan keseimbangan tersebut
terjadi reaksi-reaksi adat sebagai bentuk wujud mengembalikan
ketentraman magis yang terganggu dengan maksud sebagai bentuk
meniadakan atau menetralisir suatu keadaan sial akibat suatu
pelanggaran adat.
Tujuan hukum pidana adat
memulihkan keseimbangan hukum yang menjadi tujuan segala reaksi atau koreksi adat
sedangkan tujuan untuk memperbaiki orang yang salah, orang yang melanggar hukum,
sebagai salah satu dasar yang terdapat pada sistem hukum pidana barat, tidak terdapat
pada sistem hukum adat.
menciptakan keseimbangan berbagai kepentingan tersebut tiada lain agar terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Terciptanya kesejahteraan masyarakat itu sudah tentu karena
adanya kepastian dan keadilan yang sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat itu sendiri.
Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang sudah menandakan suka
melakukan kejahatan agar menjadi orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat
bagi masyarakat.
Melindungi kepentingan masyarakat adat
Menyelesaikan konflik yang terjadi diantara masyarakat adat
Milindungi kepentingan individu didalam bermasyarakat
Memenuhi rasa keadilan dengan cara penyelesaian konflik musyawarah adat
Pada asasnya, secara substansial sistem hukum pidana adat
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam suatu masyarakat
dengan bercirikan asas kekeluargaan, religius magis, komunal dengan
bertitik tolak bukan atas dasar keadilan individu akan tetapi keadilan
secara bersama. Tegasnya, hukum pidana adat lebih mengkedepankan
eksistensi pemulihan kembali keadaan terguncang akibat pelanggaran
yang dilakukan oleh pelaku.
Sama halnya dengan hukum pidana, hukum adat juga bertujuan untuk
melindungi kepentingan orang perseorangan atau hak asasi manusia
dan melindungi kepentingan masyarakt dengan pertimbangan yang
serasi dari kejahatan/ tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan
penguasa yang sewenang-wenang dilain pihak. Soepomo
menambahkan bahwa penggunakan hukum pidana adat diutamakan
adalah terciptanya suatu keseimbangan antara dunia lahir dan dunia
gaib, antara golongan manusia seluruhnya dan orang seorang, antara
persekutuan dan teman masyarakatnya.
Soepomo menambahkan bahwa penggunakan
hukum pidana adat diutamakan adalah
terciptanya suatu keseimbangan antara dunia lahir
dan dunia gaib, antara golongan manusia
seluruhnya dan orang seorang, antara persekutuan
dan teman masyarakatnya.
SEKIAN
TERIMA KASIH