3. Membeda-Bedakan Permasalahan
Apabila terjadi peristiwa pelanggaran maka dilihat bukan semata-mata
perbuatan dan akibatnya, tetapi juga apa yang menjadi latar belakang dan siapa
pelakunya. Dengan alam pemikiran demikian, maka dalam cara mencari penyelesaian
dan melakukan tindakan hukum terhadap suatu peristiwa menjadi berbeda-beda.
4. Peradilan Dengan Permintaan
Untuk memeriksa dan menyelesaikan perkara pelanggaran, sebagian besar
didasarkan pada adanya permintaan atau pengaduan, adanya gugatan atau tuntutan
dari pihak yang dirugikan atau diperlakukan tidak adil kecuali dalam hal yang
langsung merugikan dan menggangu keseimbangan masyarakat yang tidak dapat
diselesaikan dalam batas wewenang kekerabatan.
5. Tindakan Reaksi Atau Koreksi
Dalam hal melakukan tindakan reaksi atau koreksi dalam menyelesaikan
peristiwa yang mengganggu keseimbangan masyarakat, petugas hukum tidak saja
dapat bertindak terhadap pelakunya, tetapi juga terhadap keluarga atau kerabat pelaku
itu, atau mungkin diperlukan mebebankan kewajiban untuk mengembalikan
keseimbangan.
6. Tidak Prae-Existente
Hukum pidana adat tidak menganut sistem pra existente regel, artinya tidak
menganut asa legalitas dalam arti perbuatan pidana dalam hukum pidana adat tidak
ditentukan terlebih dahulu sebagai suatu tindak pidana dalam suatu perundangundangan tertulis, tetapi ditentukan begitu ada perbuatan yang mengganggu
keseimbangan dalam masyarakat.
Lahirnya Delik Adat
a. Tata-Tertib Adat Dilanggar
Tata-tertib adat adalah ketentuan-ketentuan adat yang bersifat tradisionil yang harus
ditaati oleh setiap orang dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Seperti ketentuan yang ada
didalamnya yang bersifat adat sesungguhnya adat, adat istiadat, adat nan diadatkan dan adat
nan teradat. Dan apabila ketentuan-ketentuan adat tersebut ada yang dilanggar, maka akan
berakibat timbulnya reaksi dan koreksi dari petugas hukum adat dan masyarakat.
Hukum adat tidak mengenal system hukum yang statis, maka hukum pidana adat pun
tidak statis. Ketentuan hukum adat dapat timbul, berganti dan berkembang dengan ketentuan
yang baru. Contoh pelanggaran aturan dusun di Sumatera Selatan yang sekarang diabaikan,
misalnya Simbur Tjahaja jika halaman rumah tidak dibersihkan dengan sepatutnya maka
yang empunya Rumah dihukum denda sampai 6 ringgit
Delik adat terjadi tidak selalu karena petugas hukum adat melanggar ketentuan adat yang
dipertahankan, tetapi bias saja terjadi karena yang bersangkutan sendiri merasa dirugikan.
Dengan demikian delik adat akan selalu timbul apabila masyarakat adat dan warga adatnya
merasa diperlakukan tidak adil baik oleh sesama warga adat maupun oleh pihak luar.
b. Keseimbangan Masyarakat Terganggu
dibebankan kepada orang lain, begitu juga orang lain dapat pula menanggung perbuatan
salah.
C. Pertanggungjawaban Kesalahan
Dalam hukum pidana adat tidak membedakan pada pelakunya, baik itu waras atau gila.
Tetapi hukum pidana adat menitik beratkan pada akibatnya oleh karena itu pihak yang
dirugikan dapat menuntut ganti rugi atau penyelesain akibat perbuatan pelakunya walaupun
pada orang gila ganti ruginya dapat berlaku lebih ringan daripada perbuatan salah yang
dilakukan orang sehat.
Pertanggung jawaban kesalahan yang dilakukan oleh pelakunya dinilai menurut ukuran
kedudukan pelaku itu didalam masyarakat, makin tinggi martabat seseorang didalam
masyarakat akan makin berat pula hukuman yang harus diterimanya. Ukuran penilaian
martabat ini sangat berpengaruh dikalangan yang susunan martabatnya bertingkat seperti di
Bali, Bugis, Lampung, dsb.
D. Menghakimi Sendiri
Menurut hukum pidana adat perorangan, keluarga atau kerabat yang menderita kerugian
sebagai akibat kesalahan seseorang, dapat bertindak sendiri menyelesaikan dan menentukan
hukuman ganti kerugian dan lain-lain terhadap pelaku yang telah berbuat salah tanpa
menunggu keputusan petugas hukum adat. Selain hak menghakimi sendiri oleh pihak
penderita, apabila perbuatan salah itu mengenai hak kebendaaan maka pihak yang terkena
berhak menuntut nilai ganti kerugian berdasarkan ukuran nilai bendanya. Barang biasa akan
lebih ringan nilai tuntutan ganti ruginya dari barang yang bersifa magis dan religious seperti
alat kelengkapan adat, pusaka warisan.dll.
E. Membantu dan atau mencoba berbuat salah
Menurut hukum pidana adat, suatu perbuatan itu serangkaian yang menyeluruh dan siapa
saja dan segala sesuatu bagaimanapun sifat dan bentuk perbuatan itu, segala sesuatunya yang
dianggap kesalahan yang harus diselesaikan apakah dengan hukuman atau ampunan, jika
dihukum maka semua dihukum, jika diampuni maka semua diampuni, tidak boleh dipisahpisahkan masalahnya, jika tidak demikian maka masalahnya dianggap belum selesai. Begitu
pula pada perbuatan percobaan melakukan kesalahan, apapun bentuk dan sifat percobaan
yang telah dilakukan untuk berbuat salah maka tidak dapat dihukum, kecuali usaha percobaan
itu mengganggu keseimbangan hukum masyarakat.
F. Kesalahan Residiv
Dalam hukum pidana adat semua perbuatan salah yang telah dilakukan maka akan
diperhitungkan dan dinilai keseluruhannya, untuk dapat di pertimbangkan apakah masih bisa
dimaafkan dan diampuni perbuatannya ataukan perlu diambil tindakan lebih jauh.
Penyelesaian oleh petugas hukum dapat saja diserahkan kepada keluarga atau kerabat yang
bersangkutan untuk diambil tindakan seperlunya atau jika kerabat bersangkutan
menyerahkanya pada petugas hukum maka pelaku residiv itu disingkirkan sama sekali dari
pergaulan masyarakat.
G. Berat Ringan Hukuman
Didalam peradilan adat yang pelaksanaannya selalu didasarkan pada asaz kekeluargaan,
kedamaian, kerukunan, dan rasa keadilan, maka hakim adat bebas menyelesaikan suatu kasus
pidana adat dengan memperhatikan suasana dan kesadaran masyarakat setempat. Adakalanya
menurut hukum adat itu kesalahan besar diselesaikan dengan hukuman ringan, ada kalanya
juga kesalahan kecil diselesaikan dengan hukuman yang berat. Permintaan maaf, permohonan
ampun dan mengakui kesalahan dapat menjadi alasan hakim adat untuk meringankan atau
membebaskan si bersalah dari hukuman dan mengganti hukuman itu dengan pendidikan budi
pekerti keagamaan.
H. Hak Mendapat Perlindungan
Menurut hukum adat yang berlaku dibeberapa daerah terdapat ketentuan bahwa seseorang
yang bersalah dapat dilindungi dari ancaman hukuman dari suatu pihak apabila ia datang
meminta perlindungan kepada kepala adat, penghulu agama atau raja.