Anda di halaman 1dari 10

MANUSIA DAN KEADILAN

II.Tinjauan Pustaka
Beberapa pendapat mengenai pengertian keadilan sbb :

- Menurut Aristoteles, Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.


- Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
- Menurut Socrates, Keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa
pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
- Kong Hu Cu berpendapat bahwa Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah
sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
- Menurut W.J.S Poerwodarminto, kata adil berarti tidak berat sebelah dan tidak semena -
mena serta tidak memihak.

Secara umum, Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa
menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban,
maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain.
Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita
akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang
yang bijaksana.

Contoh Keadilan:

Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan
kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut
mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang
dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal
koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor
bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.

1. Keadilan Sosial
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, keadilan mempunyai arti sifat (perbuatan,
perlakuan dsb ) yang tidak berat sebelah ( tidak memihak ). Sedangkan sosial berarti segala
sesuatu yang mengenai masyarakat, kemasyarakatan atau perkumpulan yang bersifat dan
bertujuan kemasyarakatan (bukan dagang atau politik).

Seperti pancasila yang bermaksud keadilan sosial adalah langkah yang menetukan
untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk
mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.
5 Wujud keadilan sosial yang diperinci dalam perbuatan dan sikap:

Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang
yang bijaksana.

Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata
maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat
beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.

Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat
mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung
tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.

sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai


tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-kepentingannya,
dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.

Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta
dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung
bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan
masing-masing

sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif
dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan
masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan
lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

a. Macam – Macam Keadilan


o Keadilan Legal atau Keadilan Moral

Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than
man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto
menyebutnya keadilan legal.
o Keadilan Distributif

Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done
when equals are treated equally).

o Komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.


Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan
akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Contoh kasus dari Komutatif :

Dr.Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya, sebagai seorang dokter ia


menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Yanti menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya,
hubungan mereka berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling
mencintai. Bila dr. sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada
keadilan komutatif. Akan tetapi karena dr. sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu
merusak situasi rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga. Karena
Dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti merusak rumah
tangga Dr.Sukartono.

2. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang
ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata
dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan
perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui
kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan
dan niat.

Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung
kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia
dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan
memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun
kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur
atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya
sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.
3. Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang
diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah
berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.

Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan


yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya,
dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita.

· Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan
yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain.
Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan
aktiva.

- Pelaporan Keuangan yang Curang

Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan itu.
Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi perusahaan dapat saja melebihsajikan laba
dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya.

- Penyalahgunaan aktiva.

Penyalahgunaan (misappropriation) aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian


aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering kali mengkhawatirkan manajemen, tanpa
memerhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung
seiring dengan berjalannya waktu.

4. Keutamaan Nama Baik


Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia
menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak
ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau
perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau
perbuatannya.Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara
berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-
perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya.

Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala
kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak
sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta
maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang
sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama
hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan
dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

5. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Dimana ada korban yang
dirugikan atas reaksi itu, pembalasan dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang
seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.

Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan akan


memberikan pembalasan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu dengan surga. Bagi yang
tidak bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan atau siksaan dan bagi yang mengingkari
perintah Tuhanpun diberikan pembalasan atau siksaan api neraka.

Pembalasan disebabkan sifat dendam. Dendam merupakan sifat yang di benci oleh
tuhan, dan merupakan sifat tercela, sifat ini belum akan merasa puas apabila diri kita belum
membalaskan kekecewaan atau kekesalan hati kita terhadap oarang yang melakukan
kejahatan kepada kita.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul,
manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia bermuat
amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah
perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena itu manusia tidak
menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar, maka manusia berusaha mempertahankan hak
dan kewajibannya itu. Mempetahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadilan mempunyai arti sifat (perbuatan, perlakuan dsb ) yang tidak berat
sebelah tidak memihak )atau semua sama di depan mata hukum. Sedangkan sosial
berarti segala sesuatu yang mengenai masyarakat, kemasyarakatan atau
perkumpulan yang bersifat dan bertujuan kemasyarakatan (bukan dagang atau
politik). Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari
berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Keadilan sesuatu yang
seharusnya di peroleh oleh setiap insan baik di masyarakat atau pun dimana saja.
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Karena pada dasarnya dalam unsur
hidp manusia harus ada keadilan untuk menentukan antara kebenaran dan
kebohongan/kecurangan.
Kejujuran adalah sifat baik yang berasal dari hati nurani seseorang dan
kecurangan adalah hal yang dilarang karena akan merugikan diri sendiri,dan
kebiasaan kecurangan yang dilakukan akan mendapatkan kecurangan yang setimpal
yang bersipat merugikan pribadi sendiri.
Nama baik adalah harga mati setiap insan,karena manusia dilahirkan suci
tanpa noda. Setiap manusia tidak akan pernah mebiarkan nama baik atau harga
dirinya ternodai apabila itu semua tidak benar,pasti yang baik itu akan dipertahankan.
1.2 Tujuan
.Makalah Tentang Manusia Dan Keadilan ini di buat Bertujuan untuk Menambah
Pemahaman khususnya bagi yang membaca dan pada umumnya di sampaikan
kepada Masyarakat,sehingga Keadilan yang di impikan setiap manusia bisa di
dapatkan sebagai mana seharusnya di dapatkan setiap orang.
1.3 Mamfaat
Diharapkan dengan adanya makalah kami dapat membantu dalam pembahasan dan
pandangan mengenai hubungan MANUSIA DAN KEADILAN. Dan semoga hal baik
yang ada di makalah ini dapat diamalkan dan hal yang buruk semoga di tinggalkan.
MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

TENTANG

MANUSIA DAN KEADILAN

DI SUSUN

OLEH : KELOMPOK I

MUNAWAR (1111111016)

ULTRA MASWIRA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014
DAFTAR PUSTAKA

Budiwati,Yulia dan Dewi Mutiara.(2002).”Manusia dan Kebudayaan” Ilmu Budaya Dasar.


Jakarta : Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Dkinanti Krisnukerti (18-Oktober-2013). Ilmu Budaya Dasar (Manusia dan Keadilan).

Wahyono,Efendi,(2002). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Pusat Penerbit Universitas


Terbuka.

Widio Nugroho dan Ahmad Muchji (04 November 2012). Ilmu Budaya Dasar. Universitas
Gunadarma.
III. Kesimpulan Dan Saran

3.1 Kesimpulan
1. Keadilan adalah suatu hal yang harus di dapatkan oleh setiap orang sesuai yang
tercantum di dalam UUD 1945.
2. Yang dinamakan keadilan adalah tidak membeda – bedakan antara satu dengan yang
lainnya.
3. Kejujuran datangnya dari nurani hati yang paling dalam, seperti pepatah mengatakan
“katakan yang benar itu walaupun pahit”.
4. Berbuat kecurangan akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
5. Nama baik merupakan hal yang harus di jaga sejak lahir,yaitu dengan berbuat baik
(tidak tercela).
6. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan akan
memberikan pembalasan bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu dengan surga. Bagi
yang tidak bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan atau siksaan dan bagi yang
mengingkari perintah Tuhanpun diberikan pembalasan atau siksaan api neraka.

3.2 Saran
Berbuat baik,jujur,adil hal yang harus kita lakukan sehingga kita akan mendapatkan
balasan yang setimpal dari yang maha kuasa.

Anda mungkin juga menyukai