Kelas :XI IA 4
No Abs :10
Remidial :PKN
1. Pengertian Keterbukaan
2. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut John Rawls, fi lsuf
Amerika Serikat yang dianggap salah satu fi lsuf politik terkemuka abad
ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari
institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran”.
Pada intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatunya pada
tempatnya Istilah keadilan berasal dari kata adil yang berasal dari bahasa
Arab. Kata adil berarti tengah. Adil pada hakikatnya bahwa kita
memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
3. Macam-Macam Keadilan
1. Keadilan individual
Keadilan individual adalah keadilan yang tergantung dari kehendak baik
atau buruk masing-masing individu. Misalnya, seorang ibu memberikan uang
saku kepada anaknya, sesuai kebutuhannya. Kalau ibu tersebut memberikan
uang saku yang sama kepada semua anaknya, tindakan ibu tersebut
dikatakan tidak adil meskipun ia memberi secara sama rata.
Ada juga keadilan yang tidak tergantung dari kehendak individu orang-
orang yang langsung bersangkutan. Misalnya, seorang pemilik pabrik
makanan yang tidak dapat menaikkan upah buruhnya, karena tergantung
harga produksi di pasaran. Sebagai seorang individu ia bukan orang yang
tidak adil, namun secara objektif ia dipandang tidak adil karena memberi
upah yang rendah pada buruhnya. Jadi, keadilan individual tidak hanya
tergantung dari kemampuan individu yang langsung bersangkutan, namun
juga tergantung dari struktur proses dalam masyarakat.
2. Keadilan sosial
Keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari
struktur kekuasaan dalam masyarakat. Adanya keadilan sosial ini dapat
dilihat dari sedikitnya/ketiadaan masalah ketidakadilan dalam masyarakat.
Maka membangun keadilan sosial berarti menciptakan struktur yang
memungkinkan pelaksanaan keadilan.
a. Aristoteles
Aristoteles membagi keadilan menjadi empat jenis, yaitu keadilan
komutatif, keadilan distributif, keadilan kodrat alam, dan keadilan
konvensional.
1) Keadilan komutatif
2) Keadilan distributif
4) Keadilan konvensional
b. Plato
Plato membagi keadilan menjadi dua jenis, yaitu keadilan moral dan
keadilan prosedural atau keadilan hukum.
1) Keadilan moral
1) Keadilan utilitaris
2) Keadilan intuisionis
1. Dalam UUD 1945 tercantum pada Pasal 27 Ayat 1 dan Ayat 2, Pasal
28, Pasal 29 Ayat 2, Pasal 30 Ayat 1, Pasal 31 Ayat 1 dan Pasal 34,
2. Undang-undang Nomor 39 tentang HAM pada Pasal 3 Ayat 2.
Masalah ketidakadilan yang paling jelas saat ini adalah kemiskinan dan
ketergantungan struktural yang terwujud dalam struktur proses politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan
taraf hidup rakyat dengan cara mengentaskan kemiskinan dan memperbaiki
struktur yang ada agar tercipta keadilan.
d. Asas keterbukaan
e. Asas proporsionalitas
f. Asas profesionalitas
g. Asas akuntabilitas
Di lain pihak, sebagai warga negara yang baik harus berpartisipasi dalam
upaya untuk meningkatkan jaminan keadilan. Partisipasi warga negara
dalam upaya peningkatan jaminan keadilan juga harus meliputi segala aspek
kehidupan yaitu poleksosbudhankam (politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan) agar terjadi hubungan timbak balik yang
harmonis dan seimbang. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan antara lain
dalam bidang politiknya.
Meskipun penggunaan hak pilih (hak suara) dalam suatu pemilihan umum
adalah hak subyektif warga negara (masyarakat / rakyat) yang telah
memenuhi syarat untuk memilih, akan tetapi dari aspek kepentingan negara
dan bangsa maka dapat dianggap bahwa penggunaan hak pilih / hak suara
warga negara dalam pemilihan umum, pada hakekatnya adalah sebagai
bentuk tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Melalui proses pemilihan umum, rakyat (warga negara)
menyerahkan kekuasaannya / kedaulatannya kepada pemerintah (dalam
arti luas yang mencakup Presiden beserta pembantu – pembantunya yaitu
para menteri, serta parlemen baik di tingkat pusat maupun daerah) untuk
mengelola / mengurus organisasi yang dinamakan negara. Pada umumnya,
negara sebagai asosiasi rakyat / rakyat mempunyai tujuan akhir yaitu
menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good,
common well).
Dengan demikian, ketentuan mengenai keiikutsertaan setiap warga negara
yang telah memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilihan umum, tidak
semata – mata dianggap sebagai hak yang memiliki pengertian boleh
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Tetapi, ketentuan mengenai
partisipasi warga negara dalam pemilihan umum harus dilihat sebagai
wujud tanggung jawabnya sebagai pemegang kedaulatan rakyat, terhadap
bangsa dan negara. Sehingga peranan setiap warga negara dalam
pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih / hak suaranya
merupakan fenomena sosial – politik yang sangat urgent dibahas secara
sosiologis berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia.
Fakta Riil (das sein), yaitu masih banyak warga negara Indonesia sebagai
pemegang kedaulatan rakyat, tidak menggunakan hak pilihnya dalam
Pemilihan Umum di Indonsia.
B. PERMASALAHAN
TANGGAPAN
A. Artikel Keterbukaan Dan Keadilan Dalam Kehidupan Berbangsa
Dan Bernegara