Anda di halaman 1dari 9

BEBERAPA KETENTUAN

DALAM UUJN DAN


PERUBAHANNYA
Undang Undang No 30 Tahun 2004
&
Undang - Undang No 02 Tahun 2014
BAB I s/d BAB III
Kelompok I
Lisnawaty

124214509

Anggarani Paramita

124214523

Anak Agung Fajar Martini Dewi

124214507

Didik Setiawan

124214506

R.Moeraditya P Poetra

124214512

Diah Ayuning Trias

124214521

M.Abdullah

124214500

Agus Suliyawan

124214524

Catatan Perubahan UU Jabatan Notaris Nomor


30 tahun 2004

1.PASAL 3 -Jangka waktu Magang

Salah satu syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris adalah telah menjalani magang atau nyata-nyata

telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturutturut pada kantor notaris setelah lulus strata dua kenotariatan, demikian sebagaimana ditentukan di
dalam Pasal 3 huruf f UUJN.

Berdasarkan ketentuan tersebut, berkaitan dengan magang tersebut maka ada 3 (tiga) hal yang harus
dipenuhi, yaitu:

a.Jangka waktu magang adalah 24 (dua puluh) empat bulan;

b.Jangka waktu magang tersebut dihitung mulai setelah seorang calon notaris lulus strata dua
kenotariatan;

c.Jangka waktu magang tersebut harus dijalankan oleh seorang calon notaris secara berturutturut.

Ketiga syarat tersebut harus dipenuhi barulah seorang calon notaris dapat dikalatakan memenuhi syarat
magang sebagaimana ditetapkan dalam UUJN.

Berbeda dengan sebelumnya dimana masa magang hanya 12 (dua belas) bulan dengan berlakunya
perubahan UUJN maka masa magang menjadi 24 (dua puluh empat) bulan setelah seorang calon notaris
lulus strata dua kenotaritan dan masa magang tersebut tidak boleh terputus, harus berturut-turut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 88 UUJN tersebut jelas bahwa proses pengkatan Notaris yang telah diajukan
sebelum berlakunya Perubahan UUJN tetap diproses berdasarkan ketantuan yang lama akan tetapi khusus
untuk masa magang tetap berlaku masa magang yang telah ditentukan di dalam pasal 3 UUJN yaitu 2
(dua) tahun setelah calon Notaris ybs lulus dari strata dua kenotariatan, tanpa ada pengecualian. Dengan
demikian dengan berlakunya Perubahan UUJN (17 Januari 2014) semua proses pengkatan yang belum
diterbitkan Sknya pada tanggal berlakunya Perubahan UUJN, harus memenuhi syarat masa magang 2
(dua) tahun tersebut dan untuk itu tidak dapat dibuat kebijakan pengangkatan yang mengakomodir masa
magang yang kurang dari 2 (dua) tahun setelah lulus starat dua kenotariatan dengan alasan apapaun
juga karena hal tersebut berrati melanggar UU.

Perbandingan UUJN No.30 Tahun 2004 dan


UUJN N0. 2 Tahun 2014 pada pasal 7dan 8
Perbandingan UUJN No.30 Tahun 2004 dan

UUJN N0. 2 Tahun 2014 pada pasal 7 dan 8 :


- Dalam waktu 30 hari sudah wajib
menjalankan tugas-tugasnya.

- Pada pasal 8 tidak ada perubahan yaitu mengenai


masa
jabatan notaris

Pasal 7 & 8 UUJN 2014


Dalam waktu 60 hari sudah wajib

menjalankan tugas-tugasnya namun dengan


syarat dan sanksi.
Pada pasal 8 tidak ada perubahan yaitu
mengenai masa jabatan notaris.

Pasal 13
Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih.

Pemberhentian notaris diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri


Hukum dan Ham No 25 tahun 2014 pasal 70 ayat 1 :
dalam hal pemberhentian notaris dengan tidak hormat karena alasan dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, keputusan pemberhentian notaris
dari jabatannya dan penetapan notaris lain sebagai pemegang protokol
ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, pasal 8, pasal 9 pasal
10 pasal 11, pasal 12, dan pasal 13 diatur dalam peraturan menteri.

Dalam hal ini ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Hukum
dan Ham No 25 tahun 2014

Pasal 15 ayat 1 UUJN sudah sangat jelas menentukan Notaris berwenang membuat akta
autentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan ... semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak
juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Jadi
prinsipnya Notaris adalah
merupakan satu-satunya pejabat umum yang berwenanag untuk membuat semua akta
otentik, kecuali undang
-undang menetapkan pejabat lain juga berwenanag untuk membuat akta otentik yang
bersangkutan atau kecuali
Undang-undang menunjuk pejabat lain yang berwenang untuk membuat akta otentik tersebut.
3. Kewajiban Notaris Untuk melekatkan surat atau dokumen pada Minuta Akta
Pasal 16 ayat (1) huruf c menentukan Dalam menjalankan jabatannya, Notaris
wajib:...c.melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;
Pasal ini demikian juga penjelasannya, tidak menjelaskan surat atau dokumen apa yang
dimaksud di dalamnya. Sepanjang berkaitan dengan surat kuasa di bawah tangan maka hal
tersebut telah diatur secara tegas di dalam Pasal 47 UUJN.
Dalam kesimpulan Rapat PP INI pada tanggal 15 Januari 2014, yang disampaikan oleh
rekan Habib Adji dikatakan Pengertian surat dan dokumen adalah surat dan dokumen
yang berhubungan dengan identitas diri Penghadap;
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya surat atau dokumen yang wajib dilekatkan tersebut,
yang dilekatkan itu asli surat atau dokumen atau boleh fotokopinya. Pasal 16 ayat 1 huruf c
tersebut tidak menjelaskannya. Jika kita berpegang pada pengertian surat atau dokuemn
tentunya seharusnya yang wajib dilekatkan pada minuta akta ada asli surat/dokumen bukan
fotokopi dari surat/dokumen ybs.
Seandainya yang wajib dilekatkan pada minuta akta tersebut adalah asli surat/dokumen
maka kesimpulan yang diambil dalam rapat PP INI tidak dapat diterapkan, karena tidak akan
mungkin untuk melekatkan dokumen yang berhubungan dengan identitas diri Penghadap
seperti KTP atau kartu Keluarga.
Sehubungan dengan hal tersebut maka harus ada ketentuan lebih kanjut yang menjelaskan

4. Kewajiban melekatkan sidik jari penghadap pada Minuta Akta


Pasal 16 ayat (1) huruf c menentukan Dalam menjalankan jabatannya, Notaris
wajib:...c.melekatkan surat dan dokumen sertasidik jaripenghadap pada Minuta Akta;
Ketentuan ini telah mengurangi hakekat notaris sebagai pejabat umum, yang merupakan
jabatan kepercayaan. Dengan adanya kewajiban tersebut maka jelas terlihat bahwa pembentuk
UU sudah tidak mempercayai lagi notaris sebagai jabatan kepercayaan. Kata-kata atau
keterangan notaris yang menyebutkan adanya penghadap yang hadir dihadapan Notaris dengan
menggunakan kata-kata Berhadapan dengan saya ... atau Hadir dihadapan saya, ..... atau
Menghadap kepada saya, ..... sudah tidak dipercaya lagi, sudah kehilangan maknanya dan
karenanya akta yang dibuat oleh atau dihadapannya sebagai akta autentik juga sudah
diragukan kekuatan pembuktiannya sebagai alat bukti yang sempurna.
Namun demikian oleh karena hal tersebut telah menjadi UU maka Notaris yang berkewajiban
untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai bunyi sumpah jabatannya
wajib mematuhi ketentuan tersebut.
Kemudian apakah adanya pelekatan lembar sidik jari tersebut perliu diuraikan pada minuta
akta?
Menurut penulis hal tersebut sangat diperlukan. Kenapa demikian? Hal tersebut tentunya sangat
berkaitan dengan latar belakang dibuatnya ketentuan tersebut. Kewajiban melekatkan sidik jari
tersebut untuk memperkuat pembuktian mengenai pembuatan suatu akta agar penghadap tidak
mudah lagi untuki membantah adanya pembautan dan penandatanganan akta tersebut
dihadapan Notaris . Jika ini latar belakangnya maka untuk tercapainya maksud tersebut menurut
penulis harus ada 4 (empat) hal yang harus dipastikan berkaitan dengan pelekatan sidik jari
tersebut, yatiu:
1.
Sidik jari tersebut benar beralas dari jari penghadap yang bersangkutan;
2. Sidik jari tersebut bersumber langsung dari jari tangan penghadap, dalam arti tidak melalui
prantara media lainnya;
3. Sidik jari tersebut diambil berkaitan dengan pembuatan akta tertentu;
4. Sidik jari tersebut diambil pada saat mulai berlangsungnya proses pembuatan akta
dan
sebelum penandatangan akta.

5. Kewajiban Notaris untuk membacakan Akta dihadapan penghadap dengan


dihadiri 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat dibawa
tangan
Pasal 16 ayat (1) huruf m menentukan:
Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:m. membacakan Akta di hadapan
penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang
saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan...

Pasal ini juga serta menimbulkan pertanyaan, apa makudnya, apakah notaris mempunyai
kewenangan membuat akta wasiat dibawah tangan?
Bukankah setiap akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris merupakan akta otentik.Akta
yang mana yang dibuat oleh atau dihadapan notaris tapi kedudukannya hanya sebagi akta
dibawah tangan selain akta-akta yang tidak memenuhi sayarat otentisitas atau akta-akta
yang pembuatannya melanggar ketentuan pasal tertentu dalam UUJN sehingga hanya
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta yang dibuat di bawah tangan.
Jika melihat redaksi pasal 16 ayat (1) huruf m tersebut dimana kehadiran 4 (empat) orang
saksi dikaitkan dengan akta wasiat, Mungkin sebenarnya maksud dari pembuatan UU
bukanlan pembuatan akta wasiat dibawah tangan akan tetapi pembuatann akta
pengalamatan surat wasiat rahasia (acte van supersciptie)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 940 KUHPerdata.Pasal 940 KUHPerdata menentukan
bahwa dalam pembuatan surat wasiat tertutup atau rahasia, surat wasiat tersebut
diserahkan kepada notaris dan kemudian Notaris membuat akta penyimpanan surat wasiat
tersebut dengan dihadiri oleh 4 (empat) orang saksi. Inilah yang munghkin dimaksud oleh
pembuat UU. Mungkin juga terdapat kekeliruan redaksi di dalam pasal 16 ayat 1 huruf m
tersebut, yang seharusnya bisa diperbaiki sebelum UU tersebut disahkan.
Kekeliruhan tersebut Bisa terjadi karena mereke terburu-buru di dalam merumuskan pasal
tersebut atau kurang paham terhadap masalah pembuatan surat wasiat.

6. Kewajiban menyimpan dokumentasi Notaris berupa gambar visual


Perubahan lain ada di dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a mengenai Kewajiban Notaris untuk bertindak
amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum. di antara huruf b dan huruf c disisipkan 1 (satu) huruf, yakni huruf b 1 yang
mewajibkan Notaris untuk melekatkan surat-surat dan dokumentasi penghadap dalam bentuk gambar
visual pada Minuta Akta.
Hal ini mungkin dapat dicontohkan, bahwa selain tanda-tangan, notaries juga diwajibkan untuk
melampirkan bukti dokumentasi dalam bentuk foto untuk proses penanda-tanganan akta tersebut.
7.
Bentuk Sanksi Notaris
Selain ada perubahan, di dalam Pasal 16 ada penambahan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (10) mengenai
sanksi bila Notaris melanggar kewajiban berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara,
pemberhentian hormat atau pemberhentian tidak hormat. Penambahan ayat (11) menyatakan selain
mendapatkan sanksi, bila pelanggaran kewajiban berakibat suatu akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum, maka hal
tersebut bisa dijadikan alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya,
ganti rugi dan bunga pada Notaris.
8. Kewajiban Notaris untuk menerima magang dikenakan sanksi jika menolak
Satu hal yang menarik adalah: pada pasal 16 ditambahkan ayat (12) tentang kewajiban Notaris untuk
menerima magang para calon notaries. Dalam UUJN No. 30/2004 ada ketentuan yang mengatur bahwa
Notaris diwajibkan untuk menerima magang calon notaries. Dalam RUUJN tersebut, ditambahkan
klausula bahwa Notaris yang melanggar kewajiban karena tidak mau menerima magang calon Notaris
maka dikenakan pula sanksi berupa peringatan tertulis.
Kewajiban ini terkadang dalam praktik agak sulit untuk diterapkan. Karena ada satu notaries yang
mengeluh bahwa memang dia tidak memiliki akta sama sekali, atau dalam bahasa gampangnya:
kurang laku. Jika dia harus menerima magang, sebenarnya calon notaries tersebut juga tidak bisa
mempelajari apapun. Namun kalau dia menolak, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi.
Sampai sekarang sanksi ini masih belum jelas pemberlakukannya dalam praktik. Karena penolakan
untuk menerima magang calon notaris juga bermacam-macam sebabnya. Bisa jadi juga karena
karakter dari calon notaris yang hendak magang tersebut juga tidak memenuhi criteria dari notaries
yang akan menerima magang tersebut.

SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai