Anda di halaman 1dari 3

GHEA TIVANNY

17/418011/PHK/09903
TPA II

1. Ciri-Ciri Grosse Akta

Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang ciri-ciri dari grosse akta sebagai
berikut :

a. Grosse akta berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha


Esa”.
b. Dibawah grosse akta harus di cantumkan kata-kata ”sebagai Grosse
Pertama”.
c. Dcantumkan pula nama orang yang mana atas permintaannya grosse akta
itu diberikan.
d. Dicantumkan pula tanggal pemberian grosse akta tersebut.
e. Mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan
yang memiliki kekuatan hukum yang tetap.
f. Grosse akta bersifat assesoir.
g. Hanya notaris yang berwenang mengeluarkan Grosse Akta.
h. Pengeluaran grosse akta tidak memerlukan pesetujuan lebih dahulu dari
Debitur dan pengeluarannya pun tidak perlu diperjanjikan terlebih dahulu.

 Perbedaan Grosse akta dengan Perjanjian pada umumnya :


a. Pada bagian akhir dari grosse akta selalu tercantum kalimat: “Diberikan
sebagai grosse pertama oleh saya …. notaris di ….. kepada dan atas
perintah dari ……. (nama kreditur) pada hari ini …….tanggal ….. Ciri ini
dapat membedakan antara grosse akta dengan salinan akta biasa, s ebab
pada salinan akta biasa tidak memuat kalimat seperti di atas, tetapi hanya
tercantum kata-kata sebagai berikut : “Diberikan sebagai salinan yang sama
bunyinya.”
b. Grosse akta bersifat assesor, sedangkan perjanjian pada umumnya bisa
berupa perjannjian pokok (misalnya perjanjian kredit, AJB dll).
c. Grosse akta hanya notaris yang bewenang untuk membuat /mengeluarkan
grosse akta sedangkan perjanjian pada umunya dapat di keluarkan oleh
notaris, PPAT, maupun yg lainnya.
d. Grosse akta hanya berisikan jumlah/nominal pengakuan hutang tertentu
sedangkan pada perjanjian pada umumnya bisa berupa perjanjian apa saja
kecuali grosse akta..
e. Grosse akta memiliki kekuatan eksekutorial yang berbeda dengan
perjanjian pada umumnya (misal perjanjian sewa menyewa).
2. Urutan-urutan dan tata cara pemberian /pengeluaran suatu grosse akta
sebagai berikut :
a. Antara debitur dan kreditur mengadakan perjanjian hutang piutang oleh dan
di hadapan notaris, dalam kesempatan itu dibuat akta pengakuan hutang.
b. Kreditur meminta kepada notaris yang membuat akta pengakuan hutang
tersebut atau penggantinya, untuk mengeluarkan/memberikan grosse akta
atas pengakuan hutang tersebut. Permintaan ini dilakukan, baik pada saat
diadakan perjanjian hutang piutang tersebut ataupun beberapa waktu setelah
diadakannya perjanjian itu.
c. Atas dasar permintaan dari kreditur, maka notaris yang sebelumnya
membuat atas pengakuan hutang tersebut, atau penggantinya dapat
memberikan grosse akta pengakuan hutang berdasarkan minuta yang
disimpannya. Grosse akta pengakuan hutang tersebut dikeluarkan dengan
irah-irah pada bagian kepala akta”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
d. Grosse akta pengakuan ini, diberikan dengan nama grosse pertama diterima
dan disimpan oleh kreditur untuk keperluan kemudahan eksekusinya.
e. Apabila permohonan tersebut dapat dikabulkan, Pengadilan Negeri akan
membuat/mengeluarkan surat perintah kepada notaris yang bersangkutan
untuk mengeluarkan grosse keuda atau selanjutnya.

3. 20 alasan melakukan ppjb :

a. Objek jual beli tanah dalam proses balik nama;


b. Objek jual beli tanah dalam proses pemecahan tanah;
c. Jika penjual lebih dari satu orang dan salah satu penjual akanke kota atau
luar negeri;
d. Objek jual beli tanah dalam proses pembuatan sertifikat;
e. Objek jual beli tanah masih berupa SKT atau Letter C;
f. Calon penjual melakukan PPJB guna meminta uang muka sebagai tanda
keseriusan;
g. Bagi perusahaan developer digunakan untuk memperoleh dana awal (uang
muka) dari konsumen untuk memperlancar pembangunan rumah atau
apartemen;
h. Objek tanah jual beli dalam proses roya;
i. Pembayaran sebagai konsekuensi jual beli belum bisa dilaksanakan dengan
penuh atau lunas;
j. Surat-surat atau dokumen tanah belum lengkap;
k. Objek atau bidang tanah belum dapat dikuasai oleh para pihak , pihak
penjual maupun pihak pembeli , dalam hal ini pemilik asal ataupun pemilik
baru;
l. Besaran objek jual beli masih dalam pertimbangan atau negosiasi oleh para
pihak;
m. Pajak (SPPT PBB) Tahun berjalan belum terbit;
n. Objek jual beli tanah masih dalam proses pembagian warisan oleh para ahli
waris;
o. Objek jual beli tanah masih dalam jaminan bank atau bukan bank;
p. Objek jual beli tanah dalam sengketa di pengadilan;
q. Objek jual beli tanah yang di beli berasal dari lelang (berdasarkan risalah
lelang) yang belum di balik namakan ke pembeli atau pemenang lelang;
r. Pembeli membuat PPJB lunas dengan alasan akan menjual lagi tanah yang
di belinya sehingga terdapat PPJB dan kuasa lebih dari satu kali atau
bertingkat;
s. Penjual / Pembeli akan pindah ke luar kota;
t. Jika pajak-pajak yang dikenakan pada terhadap jual beli tanah belum dapat
di bayar baik oleh penjual atau pembeli.

Anda mungkin juga menyukai