Anda di halaman 1dari 187

Direktorat Lelang

PENGETAHUAN
LELANG
1

SEJARAH LELANG DUNIA

Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti peningkatan
harga secara bertahap. Tak ada seorang pun yang secara pasti mengetahui kapan
pertama kali lelang dilaksanakan. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa
lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi.
Bangsa Yunani setiap tahun melakukan wedding auction, yaitu lelang anak perempuan
dewasa untuk dijadikan sebagai istri. Seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Pada wedding auction ini, perempuan yang berwajah menarik akan
memperoleh banyak penawaran dengan harga tinggi. Sementara perempuan yang kurang
menarik seringkali harus menambahkan mas kawin atau menawarkan barang berharga
kepada peserta agar bersedia mengajukan penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga
dapat terjual lelang.
2

SEJARAH LELANG DUNIA

Pada masa kerajaan Romawi, setelah perang usai prajurit-prajurit Romawi sering
berkeliling ke negara yang kalah perang untuk mencari dan mengumpulkan harta yang
tersisa untuk disita sebagai rampasan perang, serta mencari-cari penduduk untuk
dijadikan budak. Harta rampasan perang dan budak tersebut kemudian dijual secara
lelang dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membiayai perang berikutnya.
Istilah-istilah khusus bagi orang-orang yang berhubungan dengan lelang, antara lain:
Magister Auctionarium, adalah Juru Lelang berlisensi yang berwenang melaksanakan
lelang; Dominus, adalah penjual atau pemilik barang yang akan dijual; Argentaurius,
adalah orang yang melakukan pengaturan pelaksanaan lelang dan dapat memberikan
jasa keuangan; Praeco, adalah orang yang mengumumkan dan mempromosikan lelang
dan dapat berperan sebagai pengarah penawaran/afslager.

SEJARAH LELANG DUNIA


Di Inggris tercatat lelang dilakukan pertama kali pada tahun 1674, dikenal istilah English
auctions, yang dikenal dengan sebutan lelang terbuka secara lisan.
Lelang lukisan yang dilaksanakan di Summerset House, lelang aset properti yang yang
diumumkan di surat kabar London Evening Post pada tanggal 8 Maret 1739. Saat itu. Juru
Lelang membuka lelang dengan menawarkan harga sebesar nilai limit kemudian dilanjutkan
dengan penawaran yang lebih tinggi dari peserta. English auctions dilakukan di kedai-kedai kopi
dan tempat penginapan. Lelang dilaksanakan setiap hari dan katalog lelang dicetak untuk
menginformasikan barang-barang yang tersedia untuk dilelang secara detail dan spesifik.
Katalog lelang dicetak dan didistribusikan sebelum dilaksanakan lelang barang antik atau lelang
barang lainnya. Juru Lelangnya dipilih dari orang yang memiliki kharisma, bersemangat,
dan pandai dalam menghibur peserta lelang.
4

SEJARAH LELANG DUNIA


Sekitar abad XVII dan abad XVIII, penyelenggaraan lelang lebih terorganisasi, dilakukan secara
teratur, dihadiri lebih banyak peserta lelang dan dilaksanakan di tempat-tempat yang lebih
representatif.
Dikenal sistem auction candle di Inggris untuk melelang barang-barang rumah tangga, dengan
penawaran yang semakin meningkat sampai diperoleh satu orang penawar tertinggi. Lelang
dimulai saat lilin dinyalakan, kemudian penawar terakhir dan tertinggi ditetapkan sebagai
pemenang lelang pada saat lilin habis dan padam. Metode ini digunakan agar peserta lelang
tidak mengetahui secara pasti saat lelang berakhir dan menghindari penawaran pada saat-saat
terakhir lelang (last-second bid). Kadang-kadang sebagai pengganti lilin, digunakan balap lari
untuk menentukan waktu penawaran lelang.

SEJARAH LELANG DUNIA


Di Swedia, tahun 1674 berdiri Stockholm Auction House (Stockholms Auktionsverk) yang
merupakan Balai lelang tertua di dunia.
Saat ini balai lelang terbesar di dunia adalah Balai Lelang Christie di London yang didirikan
sekitar tahun 1766, diikuti dengan Balai Lelang Sotheby di New York, AS yang berdiri tahun
1744.
Pada tahun 1600-an, peziarah dari bangsa Inggris mendarat di Pantai Timur Amerika dan
memperkenalkan lelang. Kemudian lelang berkembang populer selama masa kolonialisasi
dunia dengan menjual pakaian binatang, hasil pertanian, kayu lapis, ternak, peralatan dan
budak. Pada tahun 1617, pedagang Belanda pernah melakukan lelang budak di Jamestown,
dan pada tahun 1769 ditemukan selebaran pelelangan budak di Charleston, South Carolina.

SEJARAH LELANG DUNIA

Di Amerika tahun 1860-an, saat perang saudara (Civil War), lelang atas barang-barang
rampasan perang dan sisa-sisa perang. Hanya pejabat yang berpangkat Kolonel yang boleh
melaksanakan lelang sehingga dikenal dengan istilah Colonel Auction, Untuk mengenang
masa-masa dulu, kadang-kadang juru lelang Amerika menggunakan pakaian militer berpangkat
Kolonel dalam memimpin lelang. Lelang barang antik telah dilaksanakan di Amerika sekitar
tahun 1876 saat merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-100. Pada waktu itu, lelang
terhadap barang-barang furniture sangat diminati.
Pada tahun 1883, Amerika memiliki balai lelang seni milik Asosiasi Seni Amerika di New York.
Asosiasi seni ini berperan dalam membentuk integritas juru lelang, penciptaan penampilan
barang-barang antik yang dilelang agar lebih menarik, dan pakaian khas juru lelang
menggunakan pakaian formal malam dengan dasi kupu-kupu. Hal ini kemudian diadopsi oleh
Balai Lelang Sotheby dalam penyelenggaraan lelangnya.
7

SEJARAH LELANG DUNIA

Di Jepang, tahun 1995, Masatakan Fujisaki menciptakan sistem lelang internet yang disebut AUCNET,
menggeser sistem lelang langsung, yang menggunakan tempat lelang sebagai pasar fisik tempat
bertemunya pembeli dan penjual (marketplace), ke sistem lelang melalui pasar maya (virtual market atau
market space). Para dealer yang berniat menjual mobil bekas menelepon ke AUCNET dan kemudian
pemeriksa dari AUCNET mendatangi, memeriksa, dan mengumpulkan informasi rinci tentang mobil yang
ditawarkan. Informasi beserta foto-foto tentang mobil kemudian dikirimkan kepada para dealer mobil
bekas yang berlangganan sistem informasi yang dikeluarkan oleh AUCNET. Setiap akhir minggu, staf di
AUCNET memimpin lelang mobil bekas melalui layar monitor komputer, yang diikuti oleh para dealer
mobil bekas di seluruh Jepang dari kantor masing-masing. Lelang internet ini kemudian diikuti oleh situs
lelang Onsale, yang di-launch pada bulan Mei 1995 dan situs lelang yang paling populer sekarang, yaitu
eBay yang di-launch pada bulan September 1995.

PENAWARAN LELANG

1. Ascending-Bid Auction/English Auction/Terbuka Naik-Naik

2. Descending-Bid Auction/Dutch Auction/Terbuka Turun-turun


3. First Price Sealed-Bid Auction/Tertulis Tertutup (tertinggi yang menang)
4. Second Price Sealed-Bid Auction/Vickrey Auction/Tertulis tertutup (namun pemenang hanya perlu
membayar sebesae harga penawaran tertinggi yang kedua)
Varian dari English Auction dikenal pula istilah Amsterdam Auction, dimana proses penawaran dilakukan
dengan terbuka lisan naik-naik sampaidengan terdapat 2 penawaran tertinggi. Selanjutnya untuk dua
penawaran yang tertinggi tersebut dialnjutkan dengan lelang tertutup

Winners Curse
Winners curse adalah kejadian yang memungkinkan pemenang
lelang membayar lebih dari nilai barang lelang (Krishna, 2002, p.
85). Terjadinya winners curse dijelaskan oleh Levin (1986, p.
894) sebagai akibat dari kegagalan penilaian dalam lelang
common value. Jika semua peserta lelang memiliki estimasi yang
tidak bias dan penawaran harga meningkat, maka peserta lelang
dengan estimasi paling tinggi akan memenangkan lelang. Namun
jika peserta lelang tidak tepat saat menggunakan pertimbangan,
maka ia bisa memenangkan lelang dengan nilai penawaran
dibawah keuntungan normal atau bahkan rugi. Kesalahan
sistematik untuk memperhitungkan hal tersebut disebut juga
dengan winners curse.
10

SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak
Februari tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908
No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Sejalan dengan hal tersebut,
berdirilah Unit Lelang Negara di Indonesia.
Sebagai pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barangbarang milik pejabat yang mutasi.
Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
11

SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Setelah keluar Staatsblad 1908 Nomor 189, terbentuklah Unit Lelang Negara
dengan struktur organisasi di tingkat pusat yaitu Inspeksi Urusan Lelang yang
bertanggung jawab kepada Direktuur van Financient (Menteri Keuangan).
Sedangkan ditingkat Daerah terdapat unit operasional yang disebut Kantor
Lelang Negeri (Vendu Kantoren) yang antara lain berada di Batavia (Jakarta),
Bandung, Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Makassar, Banda Aceh,
Medan, dan Palembang.

12

SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Pada tahun 1919, Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie mengangkat Pejabat
Lelang Kelas II (Vendumesteer Klas II) untuk menjangkau daerah-daerah yang
belum terdapat Kantor Lelang Negeri dan frekuensi pelaksanaan lelang yang
rendah.
Pada saat itu jabatan Pejabat Lelang Kelas II dirangkap oleh Notaris/PPAT,
Pejabat Pemda Tk. II, Bupati, Walikota, dan pejabat pemda lainnya.

13

Di awal berdirinya organisasi


Direktuur van
Financient
(sebutan Menteri Keuangan)

Saat itu juga dikenal komisi


yang

Inspeksi
Urusan Lelang

dibentuk

menjalankan aktivitas lelang


yaitu

Komisioner

Negara,
Vendu Kantoren

Vendumesteer Klas II

(Kantor Lelang Negeri)

(Pejabat Lelang)

(Batavia,
Bandung,
Cirebon,
Semarang,
Jogjakarta,
Surabaya,
Makassar, Banda Aceh,
Medan dan Palembang)

untuk

(diangkat pada
1919
menjembatani
yang tidak ada
Kantoren)

saat

ini

Lelang
dikenal

dengan istilah Balai Lelang.

tahun
untuk
daerah
Vendu
14

SEJARAH INSTITUSI LELANG DI


INDONESIA
Pada tahun 1960, dalam pembentukan Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen
Keuangan, terdapat ketentuan tiap departemen maksimum mempunyai 5 (lima) Direktorat
Jenderal. Unit Lelang digabung dan berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak dengan
pertimbangan:
1. Penerimaan negara yang dihimpun Unit Lelang Negara berupa Bea Lelang merupakan
salah satu jenis pajak tidak langsung.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
baru keluar, dimana lembaga lelang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan
pajak.

15

SEJARAH INSTITUSI LELANG DI


INDONESIA
Struktur organisasi Unit Lelang dari hasil penggabungan tersebut adalah:
a. Tingkat Pusat
Dinas Inspeksi Lelang (Eselon III)
b. Tingkat Daerah
Kantor Lelang Negeri Kelas I (Eselon IV) yang berjumlah 12 KLN di seluruh Indonesia,
kecuali KLN Jakarta setingkat Eselon III.
Kantor Pejabat Lelang Kelas II untuk kota dan kabupaten yang belum dibentuk Kantor
Lelang Negeri.

16

1960

Unit Lelang
Gabung

Dengan
Pajak

Pertimbangan
Unit
Lelang digabung dan
berada di bawah Ditjen
Pajak :

Ditjen Pajak

Unit Lelang

Pusat

Dinas Lelang Es. III

Unit Lelang Daerah

Kantor Lelang Negeri Kelas I


(eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III)

1.Penerimaan negara yang


dihimpun
unit
lelang
negara
berupa
Bea
Lelang yang merupakan
salah satu jenis pajak
tidak langsung.
2.Saat
itu
baru
saja
terbentuk
UndangUndang Nomor 19 tahun
1959 tentang Penagihan
Pajak
dengan
Surat
Paksa dimana lembaga
lelang sangat diperlukan
dalam
pelaksanaan
penagihan pajak.
17

SEJARAH LELANG DI
INDONESIA

Pada tahun 1970, penyebutan Kantor Lelang Negeri diubah menjadi Kantor Lelang Negara.
Struktur organisasi Kantor Lelang Negara pada waktu itu berada di bawah Direktorat Jenderal
Pajak c.q Dinas Lelang.
Pada tahun 1975, dibentuk unit lelang negara di tingkat Kanwil Ditjen Pajak setingkat eselon
IV/a dengan nama Seksi Pembinaan Lelang Bidang Pajak Tidak Langsung. Di tingkat pusat,
Sub Direktorat Lelang (eselon III)

18

SEJARAH LELANG DI
INDONESIA

Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang memberikan jasa lelang, Pada
waktu itu terdapat Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara yang juga memberikan pelayanan lelang.
Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara ini dikelola oleh swasta dan berkedudukan di kota-kota
besar tertentu di Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Medan.
Namun pada tahun 1972, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor D.15.4/III/D1/162 tanggal 2 Mei 1972, Lembaga Komisioner Lelang Negara dihapuskan.

19

Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga Komisioner


Lelang Negara (SK No.D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei
1972)
1. Bahwa
dengan
Inpres
9
tahun
1970,
pemindahtanganan
barang-barang
yang
dimiliki/dikuasai negara harus dilaksanakan di hadapan
Pejabat Lelang sesuai Undang-Undang.
2. Bahwa pelelangan-pelelangan pada umumnya sudah
dapat ditampung dan diselesaikan oleh Kantor Lelang
Negara dan atau Kantor-Kantor Pejabat Lelang Kelas II

20

Dasar Pemindahan Unit Lelang Negara dari Ditjen Pajak


ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), dengan SK
Menteri Keuangan N0. 428/KMK.02/1990, tanggal 4 April
1990.
1. Di tingkat pusat, ada Sub Direktorat Pembinaan Lelang.
2. Di tingkat kanwil, ada Seksi Bimbingan Lelang (eselon
IV).
3. Di tingkat operasional, ada Kantor Lelang Negara.

21

Unit Lelang

Ditjen Pajak

1990

BUPN

Pusat

Daerah

Kanwil

Operasional

Subdit Pembinaan Lelang


Eselon III
Seksi
Bimbingan Lelang
Es. IV

Kantor
Lelang Negara
22

SEJARAH INSTITUSI LELANG DI


INDONESIA

Tanggal 1 Juni 1991, berdasarkan Keppres N. 21 tahun 1991, nama BUPN (Badan Urusan Piutang Negara)
diganti menjadi BUPLN (Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara). Terjadi pengembangan dan pengukuhan
organisasi unit lelang, antara lain Biro Lelang Negara (tingkat pusat), Bidang Lelang (tingkat kanwil), dan KLN
(tingkat operasional).
Pada tahun 1996, Pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/KMK.01/1996 tanggal 25
Januari 1996 kembali memberikan peluang kepada pihak swasta untuk berperan serta dalam mengembangkan
lelang di Indonesia melalui pendirian Balai Lelang yang berada dalam pembinaan dan pengawasan BUPLN.

23

1991

1990

2006
2000
24

SEJARAH INSTITUSI LELANG DI


INDONESIA

Kantor Pusat DJKN bertempat di Gedung Syafrudin Prawiranegara, beralamat di Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4,
Jakarta Pusat.
Unit vertikal Kantor Pusat DJKN terdiri dari:
Unit Eselon II di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Eselon III di KPKNL yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kanwil DJKN berjumlah 17 sedangkan KPKNL berjumlah 70.
Direktorat Lelang sebagai salah satu unit di DJKN saat ini sedang berupaya untuk menyukseskan Rancangan Undang-Undang
Tentang Lelang dalam rangka memperkuat lembaga lelang di Indonesia. Program simplipying and securing of acta
(penyederhanaan dan pengamanan risalah lelang), styling (seragam dan tool kit pejabat lelang), dan reporting and monitoring
(otomasi laporan realisasi pelaksanaan lelang) merupakan babak baru dalam sejarah lelang yang digulirkan oleh Direktorat Lelang.

25

DASAR HUKUM LELANG


Secara garis besar dasar
hukum lelang terbagi
menjadi
dua
bagian
:
Umum
Khusus
Umum : ketentuan perundang-undangan yang
tidak secara khusus mengatur tentang lelang,
tetapi ada pasal-pasal di dalamnya yang

26

KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN
LELANG
1.Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No. 23).
2.RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3.Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
5.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
27

KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN
LELANG
8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11.Undang-Undang

Nomor

37

Tahun

2004

tentang

Kepailitan

dan

Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.


12.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS.
13.Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
14.Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
15.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
28

KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
1.

Vendu Reglement

2.

Vendu Instructie

3.

PMK Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 106/PMK.06/2013.

4.

PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah


diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013

5.

PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah


diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013
29

KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 160/PMK.06/2013
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II
9. Per-6/KN/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
10. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
11. Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor PL Kelas II.
12. PP Nomor 1 Tahun 2013 mengatur tentang tarif PNBP.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang terkait lainnya.
30

VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang masih aktif)
Pasal 1 a : Lelang wajib dilakukan dihadapan Pejabat Lelang.
Pasal 1 b : Penjual menentukan cara penawaran lelang.
Pasal 3 : Penggolongan Pejabat Lelang
Pasal 4 : Lelang diluar tanggungan Pemerintah
Pasal 5 : Permohonan Lelang
Pasal 6 : Dispensasi waktu lelang
Pasal 7 : Kewajiban menerima permohonan lelang
Pasal 8 : Penetapan Jadwal Lelang
Pasal 10 : Bea Lelang
Pasal 19 : Bea Lelang Penjual
Pasal 20 : Tempat lelang
Pasal 21 : Syarat-syarat Penjualan
Pasal 30 : Penentuan pemenang diantara 2 orang penawar yang sama
Pasal 32 : Pembelian dengan kuasa (Acta de command)
Pasal 35 : Risalah Lelang
Pasal 37 : Bentuk Risalah Lelang
Pasal 38 : Penandatanganan Risalah Lelang dan bea meterai untuk minuta
Pasal 39 : Perbaikan Risalah Lelang
Pasal 40 : Sanksi bagi Pejabat Lelang
Pasal 41 : Penyimpanan Risalah Lelang
Pasal 42 : Salinan/Kutipan/Grosse
Pasal 45 : Upah persepsi untuk juru lelang tingkat 2
Pasal 49 : Pengecualian lelang tanpa dihadapan Pejabat Lelang
31

VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang tidak sesuai dengan
Pasal 1a : Denda atas pelaksanaan lelang tidak dihadapan Pejabat Lelang sebesar Rp.10.000,00
kondisi)
Pasal 2 : Kuasa dari Juru Lelang
Pasal 9 : Pengawas menentukan paling sedikit berapa harus ditawar
Pasal 18 : Uang miskin
Pasal 22 : Jangka waktu pembayaran harga lelang selama 3 bulan
Pasal 23 : Denda atas keterlambatan pembayaran
Pasal 24 : Tagihan pemerintah mempunyai hak utama terhadap pembeli
Pasal 25 : Pembayaran tangguh
Pasal 26 : Jaminan atas pembayaran tangguh
Pasal 27 : Pembayaran tangguh lebih dari Rp25
Pasal 28 : Penolakan pembayaran tangguh
Pasal 29 : Penunjukan pemenang lelang dengan pembayaran tangguh
Pasal 31 : Penilaian jaminan pembeli oleh Penjual
Pasal 33 : Tagihan pemerintah
Pasal 34 : Surat Perintah membayar uang
Pasal 43 : Pembayaran duplikat kwitansi harus bayar 25 sen
Pasal 44 : Biaya perjalanan dan penginapan juru lelang.
Pasal 46 : Ketentuan yang lebih dulu dari VR
Pasal 48 : Juru lelang sebagai pemegang buku

32

VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang sudah dihapus/dicabut)
Pasal 11 s.d. 17 dihapus
Pasal 36 dicabut
Pasal 47 dicabut

33

PENGERTIAN LELANG
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
(Pasal 1 VR Jo Pasal 1 angka 1 PMK 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)

Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat


Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah.
(Pasal 1a VR Jo Pasal 2 PMK 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
34

Persamaan Lelang dengan Tender


1. Dilakukan di muka umum;
2. Didahului dengan pengumuman.

Perbedaan Lelang dengan Tender


1. Tender adalah pembelian/pengadaan barang atau
pembelian jasa pemborongan pekerjaan, sedangkan
lelang adalah penjualan barang.
2. Tender tidak dipimpin oleh Pejabat Lelang.
3. Penawaran dalam tender hanya dilakukan secara
tertulis.
4. Dalam tender, penjual banyak dan calon pembeli hanya
35
satu. Sedangkan dalam lelang adalah sebaliknya.

Perbandingan Lelang dengan Tender

36

1. Dilakukan pada suatu saat dan tempat yang


telah ditentukan;
2. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu;
3. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga
yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara
lisan atau secara tertulis yang kompetitif;
4. Peserta mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan
sebagai pemenang/pembeli;
5. Pelaksanaan
lelang
dilakukan
dengan
campur
tangan/dihadapan/di depan Pejabat Lelang;
6. Setiap pelaksanaan lelang harus dibuat Risalah Lelang oleh
Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang.

UnsurUnsur
Lelang

37

ASAS-ASAS LELANG
Untuk mewujudkan optimalisasi hasil lelang, diperlukan
pelaksanaan lelang yang efisien, terbuka, pasti dan
akuntabel. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, setiap
pelaksanaan lelang harus selalu memperhatikan asas
keterbukaan, asas persaingan, asas kepastian hukum,
asas efisiensi dan asas akuntabilitas.

38

ASAS-ASAS LELANG
Beberapa asas yang mendasari ketentuan-ketentuan dalam peraturan
lelang dan tercermin dalam pengertian lelang yang dapat dikemukakan
antara lain adalah:

Asas Transparansi (Transparency/Publicity),


Asas Persaingan (Competition),
Asas Kepastian (Certainty),
Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Asas Efisiensi (Efficiency),

39

ASAS-ASAS LELANG
1. Asas Transparansi (Transparency/Publicity),
Keterbukaan dalam pelelangan.
Adanya keharusan bahwa setiap pelelangan didahului dengan
pengumuman lelang, baik dalam bentuk iklan, brosur, atau undangan.
Pengumuman lelang dapat dilakukan melalui media cetak dan atau
media elektronik. Selain untuk menarik peserta lelang sebanyak
mungkin, pengumuman lelang juga dimaksudkan sebagai kontrol sosial
dan perlindungan publik.
Pengumuman lelang berperan sebagai sumber bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
pelaksanaan lelang.
40

ASAS-ASAS LELANG
2. Asas Persaingan (Competition),
Para peserta lelang akan bersaing dan peserta dengan penawaran
tertinggi yang sudah mencapai atau di atas harga limit yang akan
dinyatakan sebagai pemenang.
3. Asas Kepastian (Certainty),
Independensi Pejabat Lelang seharusnya mampu membuat kepastian
bahwa penawar tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan bahwa
pemenang lelang yang telah melunasi kewajibannya akan
memperoleh barang beserta dokumennya.

41

ASAS-ASAS LELANG
4. Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Pelaksanaan lelang dapat dipertanggungjawabkan karena Pemerintah
melalui Pejabat lelang berperan untuk mengawasi jalannya lelang dan
membuat akta autentik yang disebut Risalah Lelang.
5. Asas Efisiensi (Efficiency),
Lelang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang ditentukan dan
transaksi terjadi pada saat itu juga maka diperoleh efisiensi biaya dan
waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat dikonversi
menjadi uang.
42

PUBLIK
PRIVAT
BUDGETER
43

FUNGSI LELANG
Fungsi
Budgeter
Mengumpulkan
penerimaan
negara
dalam
bentuk
Bea
Administrasi dan Bea
Lelang. Dalam hal ini
lelang mengemban fungsi
budgetair. Lelang juga
dibebani
tugas
mengamankan
Pajak,
antara
lain
Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal
25 atas lelang tanah atau
tanah dan bangunan dan
Bea Perolehan Hak atas
Tanah
dan
atau
Bangunan
(BPHTB).

Fungsi
privat
lelang
terletak
pada
hakekat
lelang dilihat dari tinjauan
perdagangan, di mana
lelang merupakan sarana
untuk
mempertemukan
penjual dan pembeli dalam
transaksi jual beli barang
dengan cara-cara yang
diatur Undang-undang.

Fungsi publik tercermin dari :


a) Mengamankan asset yang dimiliki/dikuasai negara untuk
meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi dari pengelolaan asset
tersebut.
b) Pelayanan penjualan barang dalam rangka mewujudkan law
enforcement yang mencerminkan keadilan, keamanan dan kepastian
hukum seperti penjualan barang sitaan Pengadilan, Kejaksaan,
44
Pajak dan sebagainya.

Prosedur Lelang
KPKNL
PEMOHON
LELANG

Permohonan lelang
diajukan kepada
KPKNL untuk
ditetapkan jadwal
lelangnya.

KPKNL
menyerahkan
Hasil Lelang +
Salinan RL kepada
Pemohon Lelang
KPKNL

Pemohon lelang
mengumumkan di
surat kabar

Peserta yang berminat


akan menyetorkan
jaminan lelang ke bank
persepsi
Lelang
dilaksanakan
sesuai
pengumuman

Pelunasan Harga
Lelang ke KPKNL
Pemenang lelang wajib
membayar Bea Lelang +
Harga Lelang paling lambat
5 hari kerja sebagai syarat
mendapatkan kutipan
risalah
Bea Lelang disetorkan ke
Kas Negara melalui Bank
Persepsi

Peserta lelang yang


menawar paling tinggi
ditetapkan sebagai
Pemenang lelang oleh
Pejabat Lelang

45

Penjelasan Prosedur Lelang


1. Persiapan Lelang
a. Penjual mengajukan permohonan lelang.
b. Penelitian berkas oleh KPKNL/Pejabat Lelang
c. KPKNL/Pejabat Lelang meminta kelengkapan dokumen (jika ada
kekurangan)
d. Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II menetapkan Jadwal
Lelang.
e. Pengumuman Lelang oleh Penjual (termasuk Ralat jika ada)
f. Peminat menyetor/menyerahkan uang jaminan.
g. Registrasi Peserta Lelang

46

Penjelasan Prosedur Lelang


2. Pelaksanaan lelang
a. Pembacaan Kepala RL atau Uploud Kepala RL
b. Penjelasan dan tanya jawab
c. Menunjukkan/memperlihatkan asli dokumen kepemilikan
jika tidak ada bukti kepemilikan, PL menjelaskan ke peserta
d. Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang, Penawar
yang tertinggi disahkan sebagai Pemenang Lelang /
Pembeli.
e. Memutuskan sengketa/perselisihan antar peserta (jika ada)
f. Penandatanganan kaki Risalah Lelang

47

Penjelasan Prosedur Lelang


3.Purna lelang
a. Pembuatan rincian hasil lelang
b. Pemenang Lelang wajib membayar Harga Lelang, Bea Lelang dan
kewajiban lain
c.

KPKNL/PL

II

menyerahkan

Kutipan

Risalah

Lelang

/dokumen

kepemilikan
(dalam hal dokumen kepemilikan diserhkan kepada KPKNL/PL II)
d. KPKNL /PL II menyetor

hasil

bersih

lelang kepada

Penjual/Pemohon Lelang dan menyetor Bea Lelang


ke kas negara.
48

e. Pengembalian jaminan lelang (bagi yang tidak ditunjuk sebagai

Hal-hal Yang perlu Diperhatikan


Terkait Prosedur Lelang
1. Tahap Persiapan Lelang

a. Surat permohonan diajukan kepada KPKNL/PL II secara tertu


disertai persyaratan lelang
(syarat umum dan syarat khusus)

b. Khusus lelang eksekusi ikan hasil illegal fishing, permohonan da


persyaratan dapat
dikirimkan terlebih dahulu melalui email atau faks.
c.Kepala

KPKNL/PL

II

tidak

boleh

menolak

permohonan

sepanjan

persyaratan lengkap
dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.49

Hal-hal Yang perlu Diperhatikan


Terkait Prosedur Lelang
1. Tahap Persiapan Lelang (lanjutan)
e.

Pengumuman Lelang memang tanggung jawab penjual, teta

KPKNL merevieu
Pengumuman Lelang

f. Pengumuman lelang Ulang harus menunjuk pengumuman lelan


terakhir.
g.Uang jaminan lelang besarnya 20 % s.d 100 % dari nilai limit
h.

Dalam hal lelang eksekusi, nilai limit sekurang-kurangnya sam

dengan \
nilai likuidasi

50

Hal-hal Yang perlu Diperhatikan


Terkait Prosedur Lelang
2. Tahap Pelaksanaan Lelang
a. Penawaran lelang paling sedikit sesuai limit.
b. Lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 peserta
c. Untuk lelang non eksekusi sukarela barang bergerak, PL dapat

menetapkan penawar tertinggi dibawah limit, setelah ad


persetujuan
tertulis dari Pemilik Barang
d.Penawaran melalui email dengan nilai sama, maka PL menetapkan
pemenang yang email-nya lebih dulu diterima.
51

Hal-hal Yang perlu Diperhatikan


Terkait Prosedur Lelang
2. Tahap Pelaksanaan Lelang (lanjutan)

a. Penawaran lelang melalui email, internet closed biding da


tromol pos dibuka pada

saat lelang oleh PL bersama-sama Penjual dengan disaksikan oleh


(dua) orang saksi.

b. Peserta lelang yang tidak mengajukan penawaran maka dikenaka


black-list 3 (tiga)

bulan tidak boleh ikut lelang dalam wilayah kerja Kanwil, kecua
untuk
52
lelang tanpa kehadiran peserta (email, internet, tromol pos)

Hal-hal Yang perlu Diperhatikan


Terkait Prosedur Lelang
3. Tahap Purna Lelang
a. Pengembalian UJL harus ke Penyetor atau kuasa yang sah
b. Pastikan tarif bea lelang sudah sesuai, cek & ricek

c. Untuk objek lelang Barang Bergerak yang dijual bersama-sam


dengan Barang Tidak

Bergerak (dipaket), maka bea lelang sesuai tarif Bea Lelan


Barang Bergerak
d. Untuk Lelang Barang Rampasan tidak dipungut PPh 25

b. Kutipan RL yang hilang atau rusak bisa diterbitkan Kutipan Risala


Lelang Pengganti

53

JENIS LELANG
LELANG EKSEKUSI
LELANG NONEKSEKUSI WAJIB
LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA

54

LELANG EKSEKUSI
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela.
55

Contoh
Lelang
Eksekusi

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1.Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN),
2.Lelang Eksekusi Pengadilan,
3.Lelang Eksekusi Pajak (Pajak Pusat/Pajak Daerah),
4.Lelang Eksekusi Harta Pailit,
5.Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT),
6.Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
7.Lelang Eksekusi Barang Rampasan,
8.Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia,
9.Lelang Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang Dikuasai Negara-Bea
Cukai,
10.Lelang Barang Temuan,
11.Lelang Eksekusi Gadai,
12.Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001.

56

LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela.

57

Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1.Lelang Barang Milik Negara/Daerah,
2.Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D)
Nonpersero,
3.Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai,
4.Lelang Barang Gratifikasi,

Contoh
Lelang
Noneksek
usi Wajib

5.Lelang Aset Properti Barang Bongkaran BMN karena perbaikan,


6.Lelang Barang Habis Pakai Eks Pemilu,
7.Lelang Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih (BJDA) Eks Bank Dalam
Likuidasi,
8.Lelang Aset Eks Kelolaan PT. PPA,
58

Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:


9.Lelang Aset Settlement Obligor Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham
(PKPS) Akta Pengakuan Utang (APU),
10.Lelang Aset Inventaris Eks. BPPN,
11.Lelang Aset Properti Eks. BPPN,
12.Lelang Balai Harta Peninggalan atas Harta Peninggalan Tidak Terurus dan

Contoh
Lelang
Noneksek
usi Wajib

Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir,


13.Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam (BMKT),
14.Lelang Aset Bank Indonesia, dan
15.Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.

59

Lelang NonEksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1.Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,

Contoh
Lelang
Noneksekusi
Sukarela

2.Lelang Aset Milik Bank Dalam Likuidasi (atas permintaan Tim


Likuidasi),
3.Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan
4.Lelang Barang Milik Swasta.

60

Dokumen Persyaratan Lelang


Bersifat Umum
1. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual, kecuali pemohon lelang adalah
perorangan, atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak
Penjual;
2. daftar barang yang akan dilelang;
3. Surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, dalam hal objek lelang berupa
tanah/bangunan dengan dokumen kepemilikan HGB atau Hak Pakai di atas tanah Hak
Pengelolaan.
4. Informasi tertulis yang diperlukan untuk penyerahan/penyetoran hasil bersih lelang.
5. syarat lelang tambahan dari Penjual/Pemilik Barang (apabila ada), sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

61

Dokumen Persyaratan Lelang


Bersifat Khusus,
berbeda untuk masing-masing jenis lelang.
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
(Perdirjen Kekayaan Negara Nomor 6/KN/2013 :
a. Pasal 6 (lelang eksekusi),
b. Pasal 7 (lelang noneksekusi wajib),
c. Pasal 8 (lelang noneksekusi sukarela), dan
d. Pasal 9 (objek lelang berbentuk saham).

62

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Umum

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum


untuk semua jenis lelang terdiri dari:
salinan/fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual, kecuali
Pemohon Lelang adalah perorangan, atau Perjanjian/Surat Kuasa
penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual;
daftar barang yang akan dilelang;
surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, dalam hal
objek lelang berupa tanah dan/atau bangunan dengan dokumen
kepemilikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah
Hak Pengelolaan;

63

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Umum

4. Informasi tertulis yang diperlukan untuk penyerahan/


penyetoran hasil bersih lelang berupa:
a.data yang diperlukan untuk pengisian Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP) sekurang-kurangnya meliputi kode satker Pemohon Lelang,
kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), kode Mata Anggaran Penerimaan
(MAP), apabila hasil bersih lelang sesuai ketentuan harus
disetorkan langsung ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan;
atau
b.nomor rekening Pemohon Lelang, apabila hasil bersih harus
disetorkan ke Pemohon Lelang.
64

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Umum

5. Syarat lelang tambahan dari Penjual/Pemilik Barang (apabila


ada), sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, antara lain:
a.jangka waktu bagi Peserta Lelang untuk melihat, meneliti
secara fisik barang yang akan dilelang;
b.jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau
c.jadwal penjelasan lelang kepada Peserta Lelang sebelum
pelaksanaan lelang (aanwijzing).

65

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), terdiri dari:


1)salinan/fotokopi

Pernyataan Bersama/Penetapan Jumlah

2)salinan/fotokopi

Surat Paksa;

3)salinan/fotokopi

Surat Perintah Penyitaan;

4)salinan/fotokopi

Berita Acara Sita;

5)salinan/fotokopi

Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan;

6)salinan/fotokopi

Perincian Hutang;

Piutang Negara;

7)salinan/fotokopi

Surat Pemberitahuan Lelang kepada


Penanggung Hutang/Penjamin Hutang; dan
8)asli/fotokopi

bukti kepemilikan/hak atas barang yang akan dilelang atau


khusus lelang harta kekayaan selain agunan, apabila bukti kepemilikan/hak
tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan dari Kepala Seksi Piutang Negara
bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.

66

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Pengadilan terdiri dari:


1)salinan/fotokopi putusan dan/atau penetapan pengadilan;
2)salinan/fotokopi penetapan aanmaning/teguran kepada tereksekusi dari ketua
pengadilan;
3)salinan/fotokopi penetapan sita oleh ketua pengadilan;
4)salinan/fotokopi Berita Acara Sita;
5)salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban tereksekusi yang harus
dipenuhi, kecuali untuk eksekusi pembagian harta gono-gini;
6)salinan/fotokopi Surat Pemberitahuan Lelang kepada termohon eksekusi; dan
7)asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
67

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Pajak (Pajak Pemerintah Pusat/Daerah) terdiri dari:


1)salinan /fotokopi Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar/Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/Surat Keputusan Pembetulan/Surat
Keputusan Keberatan/putusan banding;
2)salinan/fotokopi Surat Teguran;
3)salinan/fotokopi Surat Paksa;
4)salinan/fotokopi Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
5)salinan/fotokopi Berita Acara Pelaksanaan Sita;
6)perincian jumlah tagihan pajak yang terakhir dan biaya penagihan; dan
7)asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
68

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Harta Pailit terdiri dari:


1)salinan/fotokopi putusan pailit dari Pengadilan Niaga;
2)salinan/fotokopi daftar boedel pailit;
3)surat pernyataan dari Balai Harta Peninggalan/kurator, sebagai
bertanggungjawab apabila terjadi gugatan perdata atau tuntutan pidana;

pihak

yang

akan

4)asli dan/atau fotokopi bukti peralihan hak atau bukti/dokumen lain yang menyatakan aset
merupakan milik Terpailit, dalam hal aset masih tertulis milik pihak ketiga;
5)Penetapan/keterangan dari Hakim Pengawas mengenai dimulainya keadaan insolvensi;
6)asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundangundangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya; dan
7)Surat persetujuan Hakim Pengawas bahwa boedel pailit dijual melalui lelang, dalam hal
terhadap putusan pailit diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
69

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) terdiri dari:


a.

salinan/fotokopi Perjanjian Kredit;

b.

salinan/fotokopi Sertifikat Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan;

c.

fotokopi sertifikat hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan;

d.

salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban debitor yang harus dipenuhi;

e.

salinan/fotokopi bukti bahwa:

1) debitor wanprestasi, antara lain surat-surat peringatan;


2) debitor telah pailit, antara lain berupa putusan pailit, dan/atau penetapan insolvensi (dalam hal Pemohon Lelang kreditor
separatis); atau
3) debitor merupakan Bank Dalam Likuidasi, Bank Beku Operasional, Bank Beku Kegiatan Usaha, atau Eks

BPPN;

f.
surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan
perdata dan/atau tuntutan pidana;
g.
salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor oleh kreditor, yang diserahkan ke
KPKNL sebelum lelang dilaksanakan, kecuali debitor Hak Tanggungan adalah Bank Dalam Likuidasi, Bank Beku Operasional,
Bank Beku Kegiatan Usaha, atau Eks BPPN; dan
h. surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya menyatakan bahwa nilai limit ditetapkan berdasarkan
hasil penilaian dari Penilai dengan menyebutkan nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian, dalam hal:
1) bank kreditor akan ikut menjadi Peserta Lelang; atau
2) nilai limit paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
70

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Acara


Pidana terdiri dari:
a.

salinan/fotokopi Surat Izin Penyitaan dari Pengadilan;

b.

salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;

c.

salinan/fotokopi Berita Acara Sita;

d.
persetujuan dari tersangka/kuasanya atau Surat Pemberitahuan Lelang
kepada tersangka;
e.
Izin Lelang dari Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara, apabila perkara sudah dilimpahkan ke Pengadilan; dan
f.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak
tidak
dikuasai,
harus
ada
surat
pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak
disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya.
71

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Barang Rampasan terdiri dari:


a.
salinan/fotokopi Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
b.

salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;

c.

salinan/fotokopi Berita Acara Sita;

d.
salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Oditurat Militer/ Komisi
Pemberantasan Korupsi; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.

72

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia terdiri dari:


a.
salinan/fotokopi Perjanjian Pokok;
b.
salinan/fotokopi Sertifikat Jaminan Fidusia dan Akta Jaminan Fidusia;
c.
salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban debitor yang harus dipenuhi;
d.
salinan/fotokopi bukti bahwa:
1) debitor wanprestasi, antara lain surat-surat peringatan; atau
2} debitor telah pailit, antara lain putusan pailit, dan/atau penetapan insolvensi (dalam
hal Pemohon Lelang kreditor separatis);
e.
surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang yang akan dilelang
dalam penguasaan Penjual;
f.
surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya akan
bertanggung jawab apabila terjadi gugatan;
g.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak; dan
h. salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor
oleh kreditor, yang diserahkan ke KPKNL sebelum lelang dilaksanakan.
73

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai/Barang Yang


Dikuasai Negara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi Surat Keputusan/Penetapan Kepala Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai tentang Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai/Barang Yang Dikuasai Negara;
b.
salinan/fotokopi Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tentang
Penjualan Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai/Barang Yang Dikuasai Negara;
c.

salinan/fotokopi Surat Keputusan Pembentukan Panitia Lelang; dan

d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.

74

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Barang Temuan terdiri dari:


a.

salinan /fotokopi Berita Acara Barang Temuan;

b.

salinan/fotokopi pengumuman barang temuan;

c.

salinan/ fotokopi Surat Keputusan Penjualan Barang Temuan; dan

d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/ hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak
dengan menyebutkan alasannya.

75

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Gadai terdiri dari:


a.

salinan/fotokopi Perjanjian Utang Piutang/Perjanjian Kredit;

b.

salinan/fotokopi Perjanjian Gadai/Akta Gadai;

c.

salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban debitor yang harus dipenuhi;

d.

salinan/fotokopi bukti bahwa:

1} debitor wanprestasi, antara lain surat-surat peringatan; atau


2) debitor telah pailit, antara lain putusan pailit, dan/atau penetapan insolvensi (dalam
hal Pemohon Lelang kreditor separatis);
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual
bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan
alasannya; dan
f.
salinan /fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor
oleh kreditor, yang diserahkan ke KPKNL sebelum lelang dilaksanakan.
76

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
b.

salinan/fotokopi Surat Perintah Penyitaan;

c.

salinan/fotokopi Berita Acara Sita;

d.
salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Komisi Pemberantasan
Korupsi; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/ hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
77

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus


Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara/Daerah terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi
Barang;

Surat

Persetujuan/Penetapan

Penjualan

dari

Pengelola

b.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
c.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai dengan bukti kepemilikan/hak
dengan menyebutkan alasannya.

78

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik BUMN/BUMD Nonpersero terdiri dari:


a.
salinan/fotokopi Surat Keputusan Persetujuan Penghapusan aset BUMN/BUMD
Nonpersero dari Menteri yang berwenang/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Komisaris;
b.
salinan/fotokopi Surat Persetujuan Presiden/DPR/DPRD, dalam hal peraturan
perundang-undangan menentukan adanya persetujuan tersebut;
c.

salinan/fotokopi Surat Keputusan Penghapusan dari Direksi/Kepala Daerah;

d.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak
tidak
dikuasai,
harus
ada
pernyataan
tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai
bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya.
79

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Barang Yang Menjadi Milik Negara Direktorat


Jenderal Bea dan Cukai (bukan penghapusan inventaris Bea dan Cukai)
terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tentang
Barang Yang Menjadi Milik Negara;
b.
salinan/fotokopi Surat Keputusan/Persetujuan Menteri Keuangan tentang
Barang Yang Menjadi Milik Negara untuk dijual secara lelang;
c. salinan/fotokopi Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tentang
Penjualan Barang Yang Menjadi Milik Negara;
d.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
80
menyebutkan alasannya.

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus


Lelang Noneksekusi Wajib Barang Gratifikasi terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi Keputusan /Surat Persetujuan/Penetapan Penjualan melalui
Lelang dari Pengelola Barang;
b.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
c.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai dengan bukti kepemilikan/hak
dengan menyebutkan alasannya.

81

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Properti Barang Bongkaran Barang Milik Negara
Karena Perbaikan (Renovasi, Rehabilitasi, atau Restorasi) terdiri dari:
a.

fotokopi persetujuan penjualan dari Pengelola Barang; dan

b.

salinan/fotokopi surat keputusan tentang pembentukan panitia penjualan lelang.

82

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Barang Habis Pakai Eks Pemilihan Umum terdiri
dari:
a.

fotokopi persetujuan penjualan dari Pengelola Barang;

b.
salinan/fotokopi surat keputusan tentang pembentukan panitia penjualan
lelang; dan
c.
salinan/fotokopi surat persetujuan penghapusan dari Arsip Nasional Republik
Indonesia, khusus lelang formulir dan surat suara.

83

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih
(BJDA) Eks Bank Dalam Likuidasi (BDL) terdiri dari:
a. salinan/fotokopi dokumen pelepasan hak atas tanah baik notariil maupun di bawah
tangan dari pemegang hak kepada BDL dan/atau fotokopi Akta Kuasa Menjual dari
pemilik asal kepada Tim Likuidasi;
b.
salinan/fotokopi Akta Kuasa Menjual dari Tim Likuidasi BDL kepada Menteri
Keuangan (apabila ada);
c.
salinan/fotokopi Berita Acara Serah Terima Aset BDL dari Tim Likuidasi kepada
Menteri Keuangan;
d.

salinan/fotokopi Daftar Aset Bank dalam Neraca Akhir Likuidasi; dan

e.

asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak.

84

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Eks Kelolaan PT Perusahaan Pengelola Aset


(PPA) terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi Berita Acara Serah Terima Aset eks. Kelolaan
PT PPA kepada Menteri Keuangan.
b.
salinan/fotokopi dokumen pendukung peralihan status aset
dalam hal aset bukan atas nama Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN); dan
c.

asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak.

85

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Asset Settlement Obligor Penyelesaian


Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) Akta Pengakuan Utang (APU),
terdiri dari:
a.
salinan/ fotokopi dokumen perjanjian penyerahan aset ke Menteri
Keuangan berikut kuasa untuk menjual dan kuasa lainnya;
b.

salinan/ fotokopi Surat Keputusan Pembentukan Panitia Lelang; dan

c.

asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak.

86

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Inventaris Eks. BPPN terdiridari:


a.

salinan/fotokopi Berita Acara Hasil Inventarisasi dan Penilaian Tahun 2009;

b.

surat persetujuan penjualan aset dari Menteri Keuangan; dan

c.
Surat Keterangan dari polisi/instansi yang berwenang tentang asal usul
kendaraan bermotor (khusus untuk objek lelang kendaraan bermotor).

87

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Properti Eks BPPN terdiri dari:


a. salinan/fotokopi dokumen pendukung peralihan aset dalam hal aset bukan atas
nama BPPN atau bank;
b. daftar nominatif aset properti eks BPPN;
c.
Kutipan Berita Acara Hasil Inventarisasi dan Penilaian
terkait aset properti eks BPPN yang akan dilelang; dan
d.

asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak.

88

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Balai Harta Peninggalan (BHP), atas Harta Peninggalan
Tidak Terurus dan Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi penetapan atau putusan Pengadilan Negeri yang menyatakan
tentang ketidakhadiran (untuk Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir);
b.
salinan/fotokopi Laporan resmi dari Lurah/Camat setempat tentang adanya orang
yang meninggal tanpa ahli waris, atau adanya putusan pengadilan, atau adanya penolakan
warisan dari ahli waris (untuk Harta Peninggalan Tidak Terurus);
c.
salinan/fotokopi pengumuman tentang Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir /Orang
yang meninggal tidak ada ahli waris atau si ahli waris menolak warisan;
d.
salinan/fotokopi ijin penjualan dari Pengadilan Negeri setempat dan Menteri Hukum
dan HAM RI;
e.
surat pernyataan dari BHP yang ditetapkan akan bertanggungjawab apabila terjadi
gugatan perdata atau tuntutan pidana; dan
f.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual
bahwa barang- barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan
alasannya.
89

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Benda Berharga Muatan Kapal yang Tenggelam


(BMKT) terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi surat keputusan/persetujuan Menteri Keuangan tentang BMKT
untuk dijual secara lelang, kecuali untuk BMKT yang diangkat sebelum ditetapkan
PMK Nomor 184/PMK.06/2009;
b.
salinan/fotokopi surat keputusan Ketua Panitia Nasional BMKT tentang
penetapan status BMKT sebagai Barang Dikuasai Negara;
c.

salinan/fotokopi surat keputusan Pembentukan Panitia Lelang;

d.

daftar barang yang akan dilelang berikut nilai limitnya; dan

e. salinan/fotokopi surat keterangan dari Penjual mengenai asal barang yang akan
dilelang.

90

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Aset Bank Indonesia terdiri dari:


a.
salinan/fotokopi surat keputusan penghapusan dari:
1)Gubernur Bank Indonesia untuk tanah dan/atau bangunan berupa gedung kantor;
2)Anggota Dewan Gubernur yang membawahkan bidang Iogistik untuk bangunan berupa
rumah dinas dan/atau bangunan lainnya;
3)Pemimpin Satuan Kerja Pelaksana Category Management (CM) untuk inventaris dan
inventaris rutin yang pengadaannya dilakukan oleh Pelaksana CM;
4)Pemimpin Bank Indonesia dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) untuk
inventaris dan inventaris rutin yang pengadaannya dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia
(KBI) dan KPwBI;
5)Pemimpin Bank Indonesia dan Kepala KPwBI untuk inventaris dan inventaris rutin yang
pengadaannya dilakukan oleh Pelaksana CM dan dialokasikan kepada KBI dan KPwBI; atau
6)Anggota Dewan Gubernur yang membawahkan bidang penyelesaian aset untuk bangunan
berupa rumah dinas atau bangunan lainnya yang dikelola oleh Satuan Kerja yang
membidangi penyelesaian aset.
b.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Panitia Lelang; dan
91
c.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak.

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Noneksekusi Wajib Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama tidak
memerlukan dokumen yang bersifat khusus.

92

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela Barang Milik Swasta:


a.

surat pernyataan dari pemilik barang bahwa barang tidak dalam sengketa;

b.
surat persetujuan suami/istri
merupakan harta bersama;

Pemohon

Lelang dalam

hal objek lelang

c.
surat persetujuan/surat kuasa dari seluruh ahli waris (sesuai surat keterangan
waris dari pejabat yang berwenang) dalam hal objek lelang merupakan boedel waris;
d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan hak (kecuali untuk barang bergerak
yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak);
e.
surat persetujuan dari RUPS/Komisaris/Pemilik sesuai dengan anggaran dasar,
dalam hal objek lelang merupakan aset badan hukum; dan
f.
surat pernyataan dari Pemilik Barang/Penjual yang isinya menyatakan bahwa
nilai limit tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari
Penilai dengan menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.
93

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela aset BUMN/BUMD berbentuk Persero:


a.
salinan/fotokopi Surat Keputusan Persetujuan Penghapusan Barang dari
Menteri Negara BUMN/Menteri Keuangan/Dewan Komisaris/Rapat Umum Pemegang
Saham;
b.

salinan/fotokopi Surat Keputusan Penghapusan dari Direksi;

c.

salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Panitia Lelang;

d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak (kecuali untuk barang bergerak
yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak); dan
e.
Surat pernyataan dari BUMN/BUMD yang isinya menyatakan bahwa nilai limit
tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari Penilai dengan
menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.

94

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela aset milik


permintaan Tim Likuidasi) :

Bank

Dalam

Likuidasi

(atas

a.
salinan/fotokopi Akta Notaris Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
atau Penetapan Pengadilan Negeri perihal susunan anggota Tim Likuidasi;
b.
Surat Kuasa dari Rapat Umum Pemegang Saham kepada Ketua Tim Likuidasi
untuk mewakili Tim Likuidasi sebagai Penjual (untuk Tim Likuidasi yang dibentuk oleh
RUPS);
c.

asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak; dan

d.
surat pernyataan dari Tim Likuidasi yang isinya menyatakan bahwa nilai limit
tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari Penilai dengan
menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.

95

Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Dalam hal objek lelang berupa saham, selain dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus sebagaimana Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 juga disyaratkan dokumen
sebagai berikut:
a.

salinan/fotokopi Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus;

b.
daftar saham yang akan dilelang, dibuat secara terinci dan sekurangkurangnya memuat nama pemilik saham, jumlah saham, nominal saham, dan dasar
hukum kepemilikan saham;
c.
asli bukti kepemilikan/surat saham untuk saham perseroan tertutup atau
surat keterangan dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT Kustodian Sentral
Efek Indonesia, disingkat PT KSEI) bahwa saham tersebut ada sebagai saham
perseroan terbuka; dan
d.
surat penyataan Pemohon Lelang bahwa saham yang akan dilelang telah
diblokir yang didukung dengan surat keterangan dari PT KSEI untuk saham perseroan
terbuka.
96

PENGUMUMAN LELANG
97

Penjualan secara lelang wajib didahului dengan Pengumuman


Lelang yang dilakukan oleh Penjual (Pasal 41 ayat 1);

Penjual harus menyerahkan bukti Pengumuman Lelang sesuai


ketentuan kepada Pejabat Lelang (Pasal 41 ayat 2).

Pengumuman Lelang melalui media suratkabar, dilakukan di


tempat barang berada dan/atau tempat pelaksanaan lelang.

Dalam hal pengumuman lelang tidak dapat dilakukan di tempat


pelaksanaan lelang dan/atau di tempat barang berada, karena tidak
terdapat surat kabar harian, pengumuman lelang dilakukan di satu
surat kabar harian nasional/ibu kota propinsi yang mempunyai
peredaran di tempat pelaksanaan lelang (Pasal 51 ayat 2)

Pelaksanaan lelang yang objek lelangnya tersebar di 3 (tiga) kota


atau lebih, pengumuman lelang dapat dilakukan di satu surat kabar
harian yang mempunyai peredaran nasional (Pasal 51 ayat 3).

PENGUMUMAN LELANG
98

Pengertian
Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat
tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang
berkepentingan. (Pasal 1 angka 3)

Tujuan
Untuk memenuhi asas transparansi dalam pelaksanaan lelang. Agar
pelaksanaan lelang dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga
bagi yang berminat dapat menghadiri dan mengikuti pelaksanaan
lelang. Juga memberi kesempatan kepada pihak ketiga yang merasa
dirugikan untuk mengajukan sanggahan/verzet.

PENGUMUMAN LELANG
99

Isi Pengumuman Lelang (Pasal 42)

(1) Pengumuman Lelang paling sedikit memuat:


a. identitas Penjual;
b. hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang
dilaksanakan;
c. jenis dan jumlah barang;
d. lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak
adanya bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak
berupa tanah dan/atau bangunan;
e. spesifikasi barang, khusus untuk barang bergerak;
f. waktu dan tempat melihat barang yang akan dilelang;

PENGUMUMAN LELANG
100

g. Jaminan Penawaran Lelang meliputi besaran, jangka


waktu, cara dan tempat penyetoran, dalam hal
dipersyaratkan adanya Jaminan Penawaran Lelang;

h. Nilai Limit, kecuali Lelang Kayu dan Hasil Hutan


Lainnya dari tangan pertama dan Lelang Noneksekusi
Sukarela untuk barang bergerak;

i. cara penawaran lelang;

j. jangka waktu Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli; dan

k. alamat domain KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II yang


melaksanakan lelang khusus untuk penawaran lelang
melalui email.

PENGUMUMAN LELANG
101

(2) Pengumuman Lelang diatur sedemikian rupa sehingga terbit


pada hari kerja KPKNL dan tidak menyulitkan peminat lelang
melakukan penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang atau
penyerahan Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang.

PENGUMUMAN LELANG
102

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


1)Pengumuman
Lelang
harian
yang
terbit
tempat barang berada.

dilaksanakan
dan/atau
beredar

melalui
di
kota

surat
/

kabar
kabupaten

2)Dalam hal tidak ada surat kabar harian, Pengumuman Lelang diumumkan dalam surat kabar harian
yang terbit di kota / kabupaten terdekat atau di ibukota propinsi atau ibukota negara dan beredar di
wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang akan dilelang.

PENGUMUMAN LELANG
103

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


3)Pengumuman Lelang melalui surat kabar harian harus mempunyai tiras/oplah:
a. paling rendah 5.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat kabar harian yang terbit di kota / kabupaten; atau
b. paling rendah 15.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat kabar harian yang terbit di ibukota propinsi; atau
c. paling rendah 20.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat kabar harian yang terbit di ibukota negara.

4) Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat surat kabar harian yang memenuhi kriteria, Pengumuman Lelang dilakukan pada surat
kabar harian yang diperkirakan mempunyai tiras/oplah paling tinggi.

PENGUMUMAN LELANG
104

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


5)Pengumuman Lelang harus dicantumkan dalam halaman
utama/reguler dan tidak dapat dicantumkan pada halaman suplemen/tambahan/khusus.

6) Penjual dapat menambah Pengumuman Lelang pada


media lainnya guna mendapatkan peminat lelang seluas luasnya.

PENGUMUMAN LELANG
105
Pengaturan Pengumuman Lelang Berdasarkan Jenis Lelang
(Lihat Grafis Excel)

Pengumuman Lelang melalui Media Suratkabar


Pengumuman Lelang melalui media suratkabar, dilakukan di tempat
barang berada dan/atau tempat pelaksanaan lelang.

Dalam hal pengumuman lelang tidak dapat dilakukan di tempat


pelaksanaan lelang dan/atau di tempat barang berada, karena tidak
terdapat surat kabar harian, pengumuman lelang dilakukan di satu
surat kabar harian nasional/ibu kota propinsi yang mempunyai
peredaran di tempat pelaksanaan lelang (Pasal 51 ayat 2)

Pelaksanaan lelang yang objek lelangnya tersebar di 3 (tiga) kota


atau lebih, pengumuman lelang dapat dilakukan di satu surat kabar
harian yang mempunyai peredaran nasional (Pasal 51 ayat 3).

RALAT PENGUMUMAN LELANG


106

Pengumuman Lelang yang sudah diterbitkan melalui surat kabar


harian, atau melalui media lainnya, apabila diketahui terdapat
kekeliruan yang prinsipil harus segera diralat (Pasal 52 ayat 1).

Kekeliruan yang prinsipil menyangkut waktu dan tanggal lelang,


spesifikasi barang-barang, atau persyaratan lelang seperti besarnya
uang jaminan dan batas waktu penyetoran (Pasal 52 ayat 2).

Ralat tidak diperkenankan adalah ralat yang sengaja dimaksudkan


untuk tujuan :

a. mengubah besarnya Jaminan Penawaran Lelang;


b. memajukan jam dan tanggal pelaksanaan lelang;
c. memajukan batas waktu penyetoran/penyerahan Jaminan Penawaran
Lelang; atau
d. memindahkan lokasi dari tempat pelaksanaan lelang semula.

RALAT PENGUMUMAN LELANG


107

Rencana ralat Pengumuman Lelang diberitahukan secara tertulis


kepada Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II yang
bersangkutan paling singkat 2 (dua) hari kerja sebelum
pelaksanaan lelang. (Pasal 52 ayat 4).

Ralat Pengumuman Lelang harus diumumkan melalui surat kabar


harian atau media yang sama dengan menunjuk Pengumuman
Lelang sebelumnya dan dilakukan paling singkat 1 (satu) hari kerja
sebelum hari pelaksanaan lelang. (Pasal 52 ayat 5).

PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG


108

PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG


109

PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG


110

PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG


111

Manfaat Lelang bagi Penjual


1. Mengurangi rasa kecurigaan/tuduhan kolusi dari masyarakat atau dari
pemilik barang karena penjualannya dilakukan secara terbuka untuk
umum, sehingga masyarakat umum dapat mengontrol pelaksanaannya.
2. Menghindari kemungkinan adanya sengketa hukum.
3. Penjualan lelang sangat efisien karena didahului dengan pengumuman,
sehingga peserta lelang dapat terkumpul pada saat hari lelang.
4. Penjual

akan

mendapatkan

pembayaran

yang

cepat

karena

pembayaran dalam lelang dilakukan secara tunai.


5. Penjual mendapatkan harga jual yang optimal karena sifat penjualan
lelang yang terbuka dengan penawaran harga yang kompetitif.
112

Manfaat Lelang bagi Pembeli


1. Penjualan lelang didukung oleh dokumen yang sah karena sistem
lelang mengharuskan Pejabat Lelang meneliti lebih dahulu tentang
keabsahan penjual dan barang yang akan dijual (legalitas formal
subjek dan objek lelang)
2. Dalam hal barang yang dibeli adalah barang tidak bergerak berupa
tanah, pembeli tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk
membuat akta jual beli ke PPAT atau Notaris, tetapi dengan Risalah
Lelang pembeli dapat langsung ke Kantor Pertanahan setempat
untuk balik nama. Hal tersebut karena Risalah Lelang merupakan
akta otentik dan statusnya sama dengan akta notaris.
113

Berbagai Kelebihan Penjualan Lelang


1. Adil dan objektif, karena lelang dilaksanakan secara terbuka (transparan),
tidak ada prioritas di antara peserta lelang, kesamaan hak dan kewajiban
antara peserta akan menghasilkan pelaksanaan lelang yang objektif.
2. Aman, karena lelang disaksikan, dipimpin dan dilaksanakan oleh Pejabat
Lelang yang independen. PL meneliti lebih dulu secara formal tentang
keabsahan subjek dan objek lelang. Juga didahului dengan pengumuman
lelang, sehingga memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin
mengajukan keberatan.
3. Cepat, efisien & built in control, karena lelang didahului oleh
pengumuman lelang, sehingga peserta lelang dapat berkumpul pada hari
lelang dan pembayaran secara tunai.
4. Mewujudkan harga yang wajar & kompetitif. Penawaran yang khas
(kompetitif dan transparan), sehingga tercipta kompetisi dan harga yang
wajar.
5. Memberikan kepastian hukum & otentik, dibuat Risalah Lelang sebagai
berita acara yang otentik dan alat bukti yang sempurna serta dapat
digunakan langsung untuk balik nama (tidak perlu AJB yang dibuat oleh
Notaris/ PPAT).
114

Peran Lelang dalam Perekonomian


1. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai
harga/nilai suatu barang dalam hal subjektivitas
seseorang berpengaruh terhadap kualitas barang,
kreativitas pembuatan dan nilai artistik suatu barang.
2. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai
harga/nilai suatu barang pada saat situasi perekonomian
tidak menentu.
3. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai
status kepemilikan suatu barang.
4. Harga yang terbentuk pada lelang dapat menjadi standar
dan barometer dalam sektor perekonomian tertentu.
115

116

KOMPETENSI
PEJABAT
LELANG
Dalam setiap pelaksanaan lelang, seorang Pejabat
Lelang memiliki kompetensi (kewenangan/kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu agar
pelaksanaan lelang dapat berjalan lancar dan tertib,
serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
Kompetensi Pejabat Lelang dapat dikelompokkan
menjadi kompetensi absolut dan kompetensi relatif.
117

KOMPETENSI ABSOLUT
Kompetensi (kewenangan) absolut berkaitan dengan absolut berdasarkan
yurisdiksi kompetensi.
Definisi yurisdiksi adalah:
1. kekuasaan mengadili; lingkup kuasa kehakiman; peradilan;
2. lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab dalam suatu
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum.

118

KOMPETENSI ABSOLUT
Misal: kompetensi absolut terkait badan peradilan.
Menyangkut kewenangan badan peradilan apa untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perkara; sebagaimana diketahui berdasarkan Pasal 10
UU 35/1999 kita mengenal 4 (empat) lingkungan peradilan, yakni; peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
Peradilan Umumadalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara
pidana yang dilakukan oleh orang-orang sipil dan perkara perdata, kecuali
suatu peraturan perundang-undangan menentukan lain.
Peradilan Agamaadalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkaraperkara orang yang beragama Islam dalam bidang perkawinan, warisan,
wasiat, hibah, waqaf, dan shadaqah.
119

KOMPETENSI ABSOLUT
Peradilan Militeradalah memeriksa, mengadili, dan memutus perkaraperkara pidana yang dilakuka oleh anggota militer (baik dari angkatan darat,
angkatan laut, angkatan udara, dan kepolisian).
Peradilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, mengadili, dan
memutuskan sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata
usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian dan tidak dikeluarkannya suatu keputusan
yang dimohonkan seseorang sampai batas waktu yang ditentukan dalam
suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu telah merupakan
kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.

120

KOMPETENSI ABSOLUT
PEJABAT LELANG
Kompetensi Absolut Pejabat Lelang dimiliki berdasarkan yurisdiksi
untuk melaksanakan lelang. PL Kelas I berwenang melaksanakan
semua jenis lelang, sedangkan PL Kelas II berwenang melaksanakan
jenis lelang noneksekusi sukarela.
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang
Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela.
Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua
jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang.
121

KOMPETENSI ABSOLUT
PEJABAT
LELANG
Pejabat Lelang Kelas I dapat melaksanakan lelang atas permohonan Balai

Lelang, meskipun di wilayah kerjanya terdapat Pejabat Lelang Kelas II.


Pejabat Lelang Kelas I hanya dapat melaksanakan lelang setelah mendapat
surat tugas dari Kepala KPKNL.
Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang
melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan lelang atas permohonan
Balai Lelang dan Penjual/Pemilik Barang.
Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang Kelas II terbatas pada Lelang
Noneksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Barang Milik
BUMN/D berbentuk persero; Lelang harta milik bank dalam likuidasi (atas
permintaan Tim Likuidasi), kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan; Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing; dan Lelang Barang
Milik Swasta.
122

KOMPETENSI RELATIF
Kompetensi (kewenangan) relatif berkaitan dengan yurisdiksi wilayah
hukum.
Misal kompetensi relatif yang berkaitan dengan pengadilan. Maka
kewenangan relatif pengadilan merupakan kewenangan lingkungan
peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayahnya, yaitu untuk
menjawab pertanyaan Pengadilan Negeri wilayah mana yang
berwenang untuk mengadili suatu perkara?. Dalam hukum acara
perdata, menurut Pasal 118 ayat (1) HIR, yang berwenang mengadili
suatu perkara perdata adalah Pengadilan Negeri (PN) yang wilayah
hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat (actor sequitur forum rei).

123

KOMPETENSI RELATIF
PEJABAT LELANG
Kompetensi (kewenangan) relatif Pejabat Lelang adalah kompetensi yang dimiliki
berdasarkan yurisdiksi wilayah hukum atau wilayah kerja Pejabat Lelang.
Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.
Pejabat Lelang Kelas I mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
wilayah kerja KPKNL, tempat Pejabat Lelang Kelas I berkedudukan.
Pejabat Lelang Kelas II mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II.
Pejabat Lelang Kelas II mempunyai tempat kedudukan di kabupaten atau kota
dalam wilayah jabatannya.
Pejabat Lelang Kelas II yang diangkat dari Notaris mempunyai tempat
kedudukan yang sama dengan tempat kedudukan Notaris.
Pejabat Lelang Kelas II hanya dapat melaksanakan lelang dalam wilayah
jabatannya.
124

KOMPETENSI DALAM TUGAS


PEJABAT
LELANG
Dalam setiap pelaksanaan lelang, seorang Pejabat
Lelang memiliki kompetensi (kewenangan/kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu agar
pelaksanaan lelang dapat berjalan lancar dan tertib,
serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Banyak terdapat kompetensi setiap Pejabat
Lelang dalam melaksanakan tugasnya.
125

KOMPETENSI DALAM TUGAS


PEJABAT
LELANG
1. Melaksanakan suatu lelang.
2. Memungut bea lelang dan uang miskin.
3. Membatalkan pelaksanaan lelang sesuai dengan ketentuannya.
4. Meminta konfirmasi secara tertulis kepada bank penerbit mengenai
keaslian dan keabsahan garansi bank.
5. Meminta bantuan pemandu lelang, jika diperlukan.
6. Menentukan sendiri cara penawaran lelang, jika penjual tidak
menentukan cara penawaran lelang.
7. Mengesahkan penawaran tertinggi yang telah mencapai atau melampaui
nilai limit sebagai pembeli.
126

KOMPETENSI DALAM TUGAS


PEJABAT
LELANG
8. Mengesahkan peserta lelang yang penawarannya diterima lebih dulu
sebagai pembeli, jika terdapat peserta lelang yang mengajukan
penawaran tertinggi yang sama melalui surat elektronik.
9. Mengesahkan penawar tertinggi yang tidak mencapai nilai limit sebagai
pembeli, setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemilik barang,
dalam lelang sukarela tanpa menggunakan harga limit.
10. Membatalkan pengesahan sebagai pembeli lelang, dengan membuat
pernyataan pembatalan.
11. Membuat catatan keadaan pada bagian kaki risalah lelang bahwa
penjual/kuasa penjual tidak mau menandatangani risalah lelang.
127

KOMPETENSI DALAM TUGAS


12. Menolak permohonan lelang
yang bukan merupakan
kewenanggannya,
PEJABAT
LELANG
dokumen persyaratan lelang tidak lengkap atau tidak memenuhi legalitas
formal subjek dan objek lelang.
13. Meminta kelengkapan dokumen lelang.
14. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan
dokumen barang yang akan dilelang.
15. Meminta bantuan aparat keamanan, jika diperlukan.
16. Mengatur posisi duduk peserta /pengunjung lelang
17. Menegur/mengeluarkan peserta/pengunjung lelang yang melanggar tata
tertib lelang.
18. Menghentikan sementara pelaksanaan lelang, apabila diperlukan dalam
rangka menjaga ketertiban lelang.
128

129

Sistim Lelang di Indonesia


1. Dilihat dari cara pembayarannya
a. Lelang dengan tanggungan pemerintah.
b. Lelang di luar tanggungan pemerintah.
c. Lelang tunai.
d. Lelang kredit.

2. Dilihat dari perhitungan bea lelang


a. Lelang dengan harga eksklusif.
b. Lelang dengan harga insklusif.
130

Sistim Lelang di Indonesia


3. Dilihat dari cara penawarannya
a. Lelang dengan penawaran secara terbuka.
b. Lelang dengan penawaran secara tertutup.

4. Dilihat dari penggunaan harga limit


a. Lelang dengan harga limit.
b. Lelang tanpa harga limit.

131

132

Lelang, dari cara pembayaran :


Lelang dengan tanggungan pemerintah
Lelang di luar tanggungan pemerintah

133

Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah


Pasal 4 Vendu Reglement :
Kecuali dalam hal yang ditetapkan pada alinea
berikut, tagihan yang timbul dari penjualan yang
dilakukan di hadapan juru lelang atas beban
pembeli harus dibayar kepada pemerintah, yang
wajib membayar hasil penjualan kepada penjual,
dengan memperhatikan ketentuan pasal 34.
Jika penjual mengadakan ketentuan di antara
syarat-syarat penjualan, bahwa pembayaran oleh
para
pembeli
tidak
akan
dilakukan
kepada
pemerintah,
maka
pemerintah
tidak
wajib
134
membayar hasil lelang kepada penjual.

Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah


Dimana pemenang lelang/pembeli membayar harga lelang
berikut kewajiban-kewajiban pembayaran lainnya kepada
Pemerintah (Pejabat Lelang), kemudian Pemerintah yang
akan membayar/menyetor kepada Penjual dan kepada
yang berhak lainnya.
Apabila tidak diperjanjikan lain oleh Penjual, maka pada
prinsipnya lelang selalu dianggap dilakukan dengan
tanggungan pemerintah.
Tarif bea lelang (ditanggung penjual dan pembeli) yang
digunakan, sesuai dengan PP Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada
135
Kemenkeu.

Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah


Tarif bea lelang yang digunakan

LELANG EKSEKUSI BARANG YANG


DIRAMPAS UNTUK NEGARA

BTB
BB

LELANG EKSEKUSI BARANG YANG


SELAIN DIRAMPAS UNTUK NEGARA

LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA


OLEH PL KELAS II LUAR KB

BL Pembeli

0%

2%

0%

3%

BL Penjual

BL Pembeli

1.5%

2%

2%

3%

BL Penjual

BL Pembeli

BTB

1%

1.5%

BB

1.5%

2%

BL Penjual

BL Pembeli

BTB

0%

0.4%

BB

0%

0.5%

BTB
BB

LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA


OLEH PL KELAS I

BL Penjual

LELANG NONEKSEKUSI WAJIB


BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

BL Penjual

BL Pembeli

BTB

0%

1.5%

0%

2%

BL Penjual

BL Pembeli

BTB

1%

1.5%

1.5%

2%

BL Penjual

BL Pembeli

BTB

0%

0.2%

BB

0%

0.3%

BL Penjual

BL Pembeli

0.5%

1.5%

BL Penjual

BL Pembeli

BB

LELANG NONEKSEKUSI WAJIB


SELAIN BARANG MILIK
NEGARA/DAERAH

BB

LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA


OLEH PL KELAS II DALAM KB

LELANG NONEKSEKUSI WAJIB KAYU


DARI TANGAN PERTAMA

LELANG PEGADAIAN

Kayu

BB

1%

1%
136

Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah


Pasal 4 ayat (2)
Vendu Reglement :
Jika penjual mengadakan ketentuan di antara
syarat-syarat penjualan, bahwa pembayaran oleh
para
pembeli
tidak
akan
dilakukan
kepada
pemerintah,
maka
pemerintah
tidak
wajib
membayar hasil lelang kepada penjual.

137

Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah


Bahwa pemenang lelang/pembeli membayar harga
lelang berikut kewajiban-kewajiban lainnya langsung
kepada
Penjual.
a. Menurut Pasal
21 VR terhadap barang-barang milik negara tidak diperkenankan untuk dijual di
luar tanggungan pemerintah.
b. Harus disebutkan dengan tegas oleh Penjual dalam syarat-syarat penjualan.
c. Pembeli membayar harga langsung kepada penjual.
d. Pemerintah tidak terikat pada penjual untuk pembayaran hasil penjualan lelang.
e. Bea lelang dipungut oleh penjual.
f. Sistim ini untuk lelang noneksekusi sukarela dengan menggunakan jasa balai lelang yang
dilelang melaui PL Kelas I (KPKNL) dan lelang yang melalui PL Kelas II.
g. Tarif bea lelang, ditentukan khusus diluar PP No. 1 Tahun 2013.
138

Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah


Objek lelang yang diperbolehkan:
a. Barang-barang tetap yang diperkenankan dilelang di luar tanggungan pemerintah.
b. Barang-barang perdagangan dari tangan pertama kecuali kayu dapat dilakukan pelelangan di
luar tanggungan pemerintah (barang-barang baru untuk diperdagangkan yang biasanya dalam
partai besar dan pembelinya pada umumnya juga para pedagang).
c. Perusahaan di atas tanah sewa.
d. Kapal yang isinya 20 meter kubik atau lebih.
e. Efek / surat-surat berharga.

139

Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah


SALINAN BUKU PENJUALAN, PENYETORAN, DAN TUNGGAKAN HASIL LELANG
KPKNL .
BULAN ..

HASIL LELANG
Risalah Lelang

Jumlah

KE KAS NEGARA
Uang Jaminan

Pejabat Lelang
Jenis

Nomor

Tanggal

Nama

NIP

Lelang

Lelang (Non

Tanggungan Pemerintah

Tanggal
BEA LELANG

Hasil

Barang

Diluar Tanggungan

Pemerintah

Pemerintah

Penjual

Pembeli

10

11

Tanggal

Bea Lelang

Wanprestasi

Pokok
Lelang

PPh
Dengan Tanggungan

KE PENJUAL
Hasil Bersih Di Luar

Sifat
POKOK LELANG

Pemohon
Lelang/Penjual

Hasil Bersih

Uang Jaminan

Batal

PPh

Lelang

13

Tunggakan

24

25

Keterangan

Penyetoran

Wanprestasi
12

Jumlah
Penyetoran

14

15

Penjual

Pembeli

16

17

Balai Lelang)

(melalui Balai Lelang)

21

22

Batal
18

19

20

23

26

Email,

Laku
.

. .

..

..

..

.. ..

..

..

..

..

..

.. ..

..

..

..

Internet,

TAP
. ..

. ..

..

.. ..

.. . .

Tromol Pos,

Batal

.
..

.. .
.

..

.. ..

Wanprestasi

.
. ..

.. .
. .

Jumlah Penerimaan Lelang Bulan Ini

..

..

.. ..

..

..

..

..

..

.. ..

. .

. .

.. ..

..

..

140

Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah


Tarif bea lelang yang digunakan

Barang Bergerak
: BL Penjual 1,5% dan BL
Pembeli 2%
Barang Tidak Bergerak : BL Penjual 0,5% dan BL
Pembeli 1%
Barang Campuran
: BL Penjual 2% dan BL
Pembeli 3%

141

Kredit
Tunai
142

PEMBAYARAN LELANG SECARA


KREDIT
Diatur dalam Pasal 22, 25, 26, 27, 28, 29 Vendu Reglement;
Sekarang sudah tidak dipergunakan lagi.
Dalam hal lelang dengan Tanggungan Pemerintah, maka pembayaran tangguh harus
selalu ditolak oleh Pejabat Lelang kepada: a) mereka yang mempunyai profesi
pembelian barang dalam pelelangan; b) mereka yang belum membayar lunas hutang
lelangnya terdahulu; c) mereka yang dalam jangka waktu 12 bulan terakhir mendapat
tindakan khusus karena tidak membayar hutang lelang pada waktunya.

143

PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI


Diatur dalam Pasal 22, 29, 34, 37 Vendu Reglement;
Berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 476/MK/II/7/1972 tanggal 3 Juli 1972
Saat ini pembayaran dilakukan paling lambat 5 x 24 jam hari kerja setelah pelaksanaan lelang.
Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash) atau cek/giro.
Pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan melalui rekening KPKNL/Balai
Lelang/rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II atau secara langsung kepada
Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
Dalam hal pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan dengan cek/giro,
pembayaran harus sudah diterima efektif pada rekening KPKNL/Balai Lelang/rekening khusus
atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan
lelang.
Setiap pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh Pembeli harus dibuatkan kuitansi atau tanda
bukti pembayaran oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
144

PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI

Dalam hal pembeli tidak melunasi kewajiban pembayaran lelang, pada hari kerja berikutnya Pejabat
Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli dengan membuat Pernyataan Pembatalan.
Pembeli yang tidak dapat memenuhi kewajibannya setelah disahkan sebagai pembeli Lelang, tidak
diperbolehkan mengikuti lelang di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.
Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Kas Negara/Daerah, dilakukan paling lama 1
(satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL.
Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual terlebih dahulu, dilakukan paling lama
1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL, untuk selanjutnya
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara oleh Penjual.
Penyetoran bea lelang dan Pajak Penghasilan (PPh) ke Kas Negara paling lama 1 (satu) hari kerja
setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
Hasil Bersih Lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual/Pemilik Barang, paling lama 3 (tiga)
hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat
Lelang Kelas II.

145

LELANG EKSEKUSI
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela.
146

Pasal 5 Permenkeu No. 93/PMK.06/2010

Lelang
Eksekusi

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Eksekusi


Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Lelang Eksekusi Pengadilan, Lelang
Eksekusi Pajak, Lelang Eksekusi Harta Pailit, Lelang Eksekusi Pasal 6
Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi Benda Sitaan
Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Lelang
Eksekusi Barang Rampasan, Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia, Lelang
Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang
Dikuasai Negara-Bea Cukai, Lelang Barang Temuan, Lelang Eksekusi
Gadai, Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
147

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1.Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN),
2.Lelang Eksekusi Pengadilan,
3.Lelang Eksekusi Pajak (Pajak Pusat/Pajak Daerah),
4.Lelang Eksekusi Harta Pailit,
5.Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT),
6.Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
7.Lelang Eksekusi Barang Rampasan,
8.Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia,
9.Lelang Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang
Dikuasai Negara-Bea Cukai,
10.Lelang Barang Temuan,
11.Lelang Eksekusi Gadai,
12.Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Lelang
Eksekusi

148

Lelang
Eksekusi

Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari


kreditur pemegang hak agunan kebendaan yang terkait
dengan putusan pernyataan pailit, maka pelaksanaan
lelang dilakukan dengan memperhatikan UndangUndang Kepailitan.
(Pasal 14 Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen
kepemilikan kepada Pejabat Lelang paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum
pelaksanaan lelang, kecuali Lelang Eksekusi yang menurut peraturan
perundang-undangan tetap dapat dilaksanakan meskipun asli dokumen
kepemilikannya tidak dikuasai oleh Penjual.
(Pasal 18 (1) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal barang yang
akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang Eksekusi.
(Pasal 27 huruf b Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
149

Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang


Noneksekusi Wajib, jika Pembeli tidak melunasi
Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang
disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dalam waktu
1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 34 (1) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Eksekusi

Nilai Limit bersifat tidak rahasia. Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi
Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit
harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.
(Pasal 37 (1) & (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan
secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan
dilengkapi dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
150
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).

Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa


pralelang dan/atau jasa pascalelang oleh Balai Lelang
untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib,
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama
Balai Lelang yang digunakan jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).

Lelang
Eksekusi

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi,


mengacu pada Pasal 5 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang
eksekusi, mengacu pada Pasal 6 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang disetorkan seluruhnya
ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah pembatalan penunjukkan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 38 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
151

Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP


Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

Lelang
Eksekusi

Lelang Eksekusi Barang Yang Dirampas Untuk Negara :


a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 2%
b. Barang Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 3%
Lelang Eksekusi Barang Yang Selain Dirampas Untuk Negara :
a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
b. Barang Bergerak BL Penjual 2%, BL Pembeli 3%

152

LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela.

153

LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I.
Lelang Noneksekusi Sukarela, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II.
Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang
berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.

154

Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan
oleh Pejabat Lelang dalam hal barang yang akan dilelang
dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita pidana, khusus
Lelang Noneksekusi.
(Pasal 27 huruf d Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Noneksekusi

Untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta lelang
Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak dicantumkan dalam
pengumuman lelang.
(Pasal 37 (3) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang bergerak yang
menggunakan nilai limit ditetapkan oleh Pemilik Barang.
(Pasal 36 (4) Permenkeu No. 106/PMK.06/2013).
Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang tetap berupa tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Pemilik Barang, berdasarkan hasil penilaian dari penilai.
(Pasal 36 (4a) Permenkeu No. 106/PMK.06/2013).
155

Pasal 6 Permenkeu No. 93/PMK.06/2010

Lelang
Noneksekusi
Wajib

Lelang Noneksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang


Barang Milik Negara/Daerah, Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik
Negara/Daerah (BUMN/D), Lelang Barang Yang Menjadi Milik NegaraBea Cukai, Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang
Tenggelam (BMKT), dan Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari
tangan pertama.

156

Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:


1.Lelang Barang Milik Negara/Daerah,
2.Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah

Lelang
Noneksekusi
(BUMN/D) Wajib

Nonpersero,
3.Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai,
4.Lelang Barang Gratifikasi,
5.Lelang Aset Properti Barang Bongkaran BMN karena perbaikan,
6.Lelang Barang Habis Pakai Eks Pemilu,
7.Lelang Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih (BJDA) Eks Bank
Dalam Likuidasi,
8.Lelang Aset Eks Kelolaan PT. PPA,
157

Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:


9.Lelang Aset Settlement Obligor Penyelesaian Kewajiban
Pemegang Saham (PKPS) Akta Pengakuan Utang (APU),
10.Lelang Aset Inventaris Eks. BPPN,

Lelang
Noneksekusi
Wajib

11.Lelang Aset Properti Eks. BPPN,


12.Lelang Balai Harta Peninggalan atas Harta Peninggalan
Tidak Terurus dan Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan
Tidak Hadir,
13.Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam
(BMKT),
14.Lelang Aset Bank Indonesia, dan
15.Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.
158

Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi


Wajib, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dalam
waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 34 (1) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Noneksekusi
Wajib

Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan secara
tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan dilengkapi dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa pralelang dan/atau jasa
pascalelang oleh Balai Lelang untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib,
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama Balai Lelang yang digunakan
jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
159

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk


lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5 Perdirjen KN No.
6/KN/2013.

Lelang
Noneksekusi
Wajib

Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat


khusus untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 7
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang disetorkan seluruhnya
ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah pembatalan penunjukkan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 38 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).

160

Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP


Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

Lelang
Noneksekusi
Wajib

Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara/Daerah :


a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 2%
Lelang Noneksekusi Wajib Selain Barang Milik Negara/Daerah :
a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 1%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
Lelang Noneksekusi Wajib Kayu Dari Tangan Pertama :
BL Penjual 0%, BL Pembeli 1,5%

161

Pasal 7 Permenkeu No. 93/PMK.06/2010

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Lelang Noneksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada:


Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero, Lelang harta milik
bank dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan, Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan Lelang
Barang Milik Swasta.

162

Lelang NonEksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

terbatas pada:
1.Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,
2.Lelang Aset Milik Bank Dalam Likuidasi (atas permintaan
Tim Likuidasi),
3.Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan
4.Lelang Barang Milik Swasta.

163

Waktu pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan pada jam dan hari kerja KPKNL, kecuali
untuk Lelang Noneksekusi Sukarela, dapat dilaksanakan di
luar jam dan hari kerja dengan persetujuan tertulis Kepala
Kantor Wilayah setempat.
(Pasal 21 (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan melalui rekening Balai Lelang
atau langsung ke Balai Lelang untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang
diselenggarakan oleh Balai Lelang dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas
I/Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 30 (1) huruf b Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL,
jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh
persen) ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik
Pemilik Barang.
164
(Pasal 34 (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang


diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat
Lelang Kelas I, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran
Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas Negara
dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen)
menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 34 (3) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan
Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai
ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 34 (4) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak
melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 34 (5) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
165

Persyaratan adanya Nilai Limit sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat tidak diberlakukan pada Lelang Noneksekusi Sukarela
atas barang bergerak milik orang atau badan hukum/badan usaha
swasta.
(Pasal 35 (3) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli dalam pelaksanaan Lelang
Noneksekusi Sukarela yang tidak menggunakan Nilai Limit.
(Pasal 66 (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang eksekusi, mengacu
pada Pasal 8 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak dengan nilai limit tidak
dicantumkan dalam pengumuman lelang dan harga penawaran tertinggi belum mencapai nilai
limit, maka Pejabat Lelang menyatakan sebagai lelang ditahan. Selanjutnya Pejabat Lelang
tetap membuat Risalah Lelang dengan menyebutkan lelang ditahan.
(Pasal 34 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
166

Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL,


jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang
disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja
setelah pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang
dan 50% menjadi milik Pemilik Barang.
(Pasal 38 (2) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerja sama
dengan Pejabat Lelang Kelas I, jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran
lelang disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah
pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang dan 50% menjadi milik Pemilik
Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan Balai
Lelang.
(Pasal 38 (4) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II, jika
Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan
Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 38 (5) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
167

Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP


Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

Lelang
Noneksekusi
Sukarela

Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas I :


a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 1%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas II dalam Kawasan Berikat :
a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,2%
b. Barang Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,3%
Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas II luar Kawasan Berikat :
a. Barang Tidak Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,4%
b. Barang Bergerak BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,5%

168

SYARAT MENJADI PEJABAT LELANG


KELAS I
1. Sehat Jasmani dan rohani
2. Berpendidikan paling rendah sarjana (S1)
atau sederajat, diutamakan di bidang
hukum, ekonomi manajemen/akuntansi atau
penilai;
3. Berpangkat paling rendah Pengatur (Iic);
4. Lulus diklat Pejabat Lelang;
5. Tidak sedang menjalani hukuman sedang
atau berat, atau tidak pernah menjalani
hukuman berat;
6. Diusulkan oleh pimpinan unit (Kepala
KPKNL/Kakanwil/Direktur) Yogyakarta, 07 September 2015

SYARAT MENJADI PEJABAT LELANG


KELAS II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sehat Jasmani dan rohani


Berpendidikan paling rendah sarjana (S1), diutamakan
di bidang hukum, ekonomi manajemen/akuntansi atau
penilai;
Tidak pernah menjalani hukuman pidana
Tidak pernah terkena sanksi administrasi berat dan
punya integritas tinggi, khusus untuk pensiunan PNS
DJKN dengan pangkat terakhir penata (IIIc);
Memiliki kantor PL II paling kurang 36 m2
Tidak memilik kredit macet dan tidak termasuk dalam
DOT;
Lulus diklat Pejabat Lelang Kelas II, kecuali pensiunan
PNS DJKN yang pernah menjadi PL atau menguasai
lelang;
Telah mengikuti PKL, kecuali pensiunan PNS DJKN yang
pernah menjadi PL atau menguasai lelang
Memiliki NPWP

Yogyakarta, 07 September 2015

SEKILAS TENTANG BALAI


LELANG

Pmk NOMOR 176/PMK.06/2010


sebagaimana telah diubah PMK Nomor
171
160/PMK.06/2013

PROFIL BALAI LELANG

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN

172

PENGETAHUAN BALAI LELANG

PROFIL BALAI LELANG

Sektor Usaha

Tempat
Kedudukan

Status
Operasional

Uraian
83 Balai Lelang
di sektor Properti
12
di
sektor
Kendaraan dan
Alat Berat
4
di
sektor
Benda Seni
72 Balai Lelang
di Jakarta
29 Balai Lelang
di Luar Jakarta

Keterangan

Tempat kedudukan
Balai
Lelang
tersebar
di
9
(sembilan)
Kanwil
DJKN:
Jakarta,
Sumut,
Lampung,
Banten,
Jabar,
Jateng DIY, Jatim,
Bali Nusra, dan
Kalselteng.
73 Balai Lelang Keaktifan dilihat dari
Aktif
kepatuhan
Direktorat Lelang - DJKN
173
26 Balai Lelang pelaporan
dan

ADMINISTRASI BALAI LELANG

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN

174

Perizinan

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN

175

Pemberitahuan

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN

176

Wilayah Kerja & Kegiatan Usaha

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN

177

Hak Balai Lelang

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 22

Direktorat Lelang - DJKN

178

Kewajiban Balai Lelang

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 23

Direktorat Lelang - DJKN

179

Kewajiban Balai Lelang (contd)

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 23

Direktorat Lelang - DJKN

180

Pembinaan dan Pengawasan BL

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 24-28

Direktorat Lelang - DJKN

181

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Larangan
Pasal 29

Dalam melakukan kegiatannya, Balai Lelang


dilarang:

Direktorat Lelang - DJKN

182

Sanksi

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 30

Direktorat Lelang - DJKN

183

Sanksi - Denda

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 30

Direktorat Lelang - DJKN

184

Administrasi Perkantoran dan Pelaporan

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 40

Direktorat Lelang - DJKN

185

Administrasi Perkantoran dan Pelaporan

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 41

Laporan disampaikan kepada Dirjen cq. Direktur Lelang dan Ka Kanwil setempat paling lambat tanggal 10
(sepuluh) sesudah bulan laporan.
Laporan Tahunan paling lambat tanggal 10 sesudah tahun laporan
Direktorat Lelang - DJKN

186

PENGETAHUAN BALAI LELANG

Terima Kasih

Direktorat Lelang - DJKN

187

Anda mungkin juga menyukai