PENGETAHUAN
LELANG
1
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti peningkatan
harga secara bertahap. Tak ada seorang pun yang secara pasti mengetahui kapan
pertama kali lelang dilaksanakan. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa
lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi.
Bangsa Yunani setiap tahun melakukan wedding auction, yaitu lelang anak perempuan
dewasa untuk dijadikan sebagai istri. Seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Pada wedding auction ini, perempuan yang berwajah menarik akan
memperoleh banyak penawaran dengan harga tinggi. Sementara perempuan yang kurang
menarik seringkali harus menambahkan mas kawin atau menawarkan barang berharga
kepada peserta agar bersedia mengajukan penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga
dapat terjual lelang.
2
Pada masa kerajaan Romawi, setelah perang usai prajurit-prajurit Romawi sering
berkeliling ke negara yang kalah perang untuk mencari dan mengumpulkan harta yang
tersisa untuk disita sebagai rampasan perang, serta mencari-cari penduduk untuk
dijadikan budak. Harta rampasan perang dan budak tersebut kemudian dijual secara
lelang dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membiayai perang berikutnya.
Istilah-istilah khusus bagi orang-orang yang berhubungan dengan lelang, antara lain:
Magister Auctionarium, adalah Juru Lelang berlisensi yang berwenang melaksanakan
lelang; Dominus, adalah penjual atau pemilik barang yang akan dijual; Argentaurius,
adalah orang yang melakukan pengaturan pelaksanaan lelang dan dapat memberikan
jasa keuangan; Praeco, adalah orang yang mengumumkan dan mempromosikan lelang
dan dapat berperan sebagai pengarah penawaran/afslager.
Di Amerika tahun 1860-an, saat perang saudara (Civil War), lelang atas barang-barang
rampasan perang dan sisa-sisa perang. Hanya pejabat yang berpangkat Kolonel yang boleh
melaksanakan lelang sehingga dikenal dengan istilah Colonel Auction, Untuk mengenang
masa-masa dulu, kadang-kadang juru lelang Amerika menggunakan pakaian militer berpangkat
Kolonel dalam memimpin lelang. Lelang barang antik telah dilaksanakan di Amerika sekitar
tahun 1876 saat merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-100. Pada waktu itu, lelang
terhadap barang-barang furniture sangat diminati.
Pada tahun 1883, Amerika memiliki balai lelang seni milik Asosiasi Seni Amerika di New York.
Asosiasi seni ini berperan dalam membentuk integritas juru lelang, penciptaan penampilan
barang-barang antik yang dilelang agar lebih menarik, dan pakaian khas juru lelang
menggunakan pakaian formal malam dengan dasi kupu-kupu. Hal ini kemudian diadopsi oleh
Balai Lelang Sotheby dalam penyelenggaraan lelangnya.
7
Di Jepang, tahun 1995, Masatakan Fujisaki menciptakan sistem lelang internet yang disebut AUCNET,
menggeser sistem lelang langsung, yang menggunakan tempat lelang sebagai pasar fisik tempat
bertemunya pembeli dan penjual (marketplace), ke sistem lelang melalui pasar maya (virtual market atau
market space). Para dealer yang berniat menjual mobil bekas menelepon ke AUCNET dan kemudian
pemeriksa dari AUCNET mendatangi, memeriksa, dan mengumpulkan informasi rinci tentang mobil yang
ditawarkan. Informasi beserta foto-foto tentang mobil kemudian dikirimkan kepada para dealer mobil
bekas yang berlangganan sistem informasi yang dikeluarkan oleh AUCNET. Setiap akhir minggu, staf di
AUCNET memimpin lelang mobil bekas melalui layar monitor komputer, yang diikuti oleh para dealer
mobil bekas di seluruh Jepang dari kantor masing-masing. Lelang internet ini kemudian diikuti oleh situs
lelang Onsale, yang di-launch pada bulan Mei 1995 dan situs lelang yang paling populer sekarang, yaitu
eBay yang di-launch pada bulan September 1995.
PENAWARAN LELANG
Winners Curse
Winners curse adalah kejadian yang memungkinkan pemenang
lelang membayar lebih dari nilai barang lelang (Krishna, 2002, p.
85). Terjadinya winners curse dijelaskan oleh Levin (1986, p.
894) sebagai akibat dari kegagalan penilaian dalam lelang
common value. Jika semua peserta lelang memiliki estimasi yang
tidak bias dan penawaran harga meningkat, maka peserta lelang
dengan estimasi paling tinggi akan memenangkan lelang. Namun
jika peserta lelang tidak tepat saat menggunakan pertimbangan,
maka ia bisa memenangkan lelang dengan nilai penawaran
dibawah keuntungan normal atau bahkan rugi. Kesalahan
sistematik untuk memperhitungkan hal tersebut disebut juga
dengan winners curse.
10
SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak
Februari tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908
No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Sejalan dengan hal tersebut,
berdirilah Unit Lelang Negara di Indonesia.
Sebagai pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barangbarang milik pejabat yang mutasi.
Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
11
SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Setelah keluar Staatsblad 1908 Nomor 189, terbentuklah Unit Lelang Negara
dengan struktur organisasi di tingkat pusat yaitu Inspeksi Urusan Lelang yang
bertanggung jawab kepada Direktuur van Financient (Menteri Keuangan).
Sedangkan ditingkat Daerah terdapat unit operasional yang disebut Kantor
Lelang Negeri (Vendu Kantoren) yang antara lain berada di Batavia (Jakarta),
Bandung, Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Makassar, Banda Aceh,
Medan, dan Palembang.
12
SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Pada tahun 1919, Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie mengangkat Pejabat
Lelang Kelas II (Vendumesteer Klas II) untuk menjangkau daerah-daerah yang
belum terdapat Kantor Lelang Negeri dan frekuensi pelaksanaan lelang yang
rendah.
Pada saat itu jabatan Pejabat Lelang Kelas II dirangkap oleh Notaris/PPAT,
Pejabat Pemda Tk. II, Bupati, Walikota, dan pejabat pemda lainnya.
13
Inspeksi
Urusan Lelang
dibentuk
Komisioner
Negara,
Vendu Kantoren
Vendumesteer Klas II
(Pejabat Lelang)
(Batavia,
Bandung,
Cirebon,
Semarang,
Jogjakarta,
Surabaya,
Makassar, Banda Aceh,
Medan dan Palembang)
untuk
(diangkat pada
1919
menjembatani
yang tidak ada
Kantoren)
saat
ini
Lelang
dikenal
tahun
untuk
daerah
Vendu
14
15
16
1960
Unit Lelang
Gabung
Dengan
Pajak
Pertimbangan
Unit
Lelang digabung dan
berada di bawah Ditjen
Pajak :
Ditjen Pajak
Unit Lelang
Pusat
SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Pada tahun 1970, penyebutan Kantor Lelang Negeri diubah menjadi Kantor Lelang Negara.
Struktur organisasi Kantor Lelang Negara pada waktu itu berada di bawah Direktorat Jenderal
Pajak c.q Dinas Lelang.
Pada tahun 1975, dibentuk unit lelang negara di tingkat Kanwil Ditjen Pajak setingkat eselon
IV/a dengan nama Seksi Pembinaan Lelang Bidang Pajak Tidak Langsung. Di tingkat pusat,
Sub Direktorat Lelang (eselon III)
18
SEJARAH LELANG DI
INDONESIA
Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang memberikan jasa lelang, Pada
waktu itu terdapat Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara yang juga memberikan pelayanan lelang.
Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara ini dikelola oleh swasta dan berkedudukan di kota-kota
besar tertentu di Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Medan.
Namun pada tahun 1972, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor D.15.4/III/D1/162 tanggal 2 Mei 1972, Lembaga Komisioner Lelang Negara dihapuskan.
19
20
21
Unit Lelang
Ditjen Pajak
1990
BUPN
Pusat
Daerah
Kanwil
Operasional
Kantor
Lelang Negara
22
Tanggal 1 Juni 1991, berdasarkan Keppres N. 21 tahun 1991, nama BUPN (Badan Urusan Piutang Negara)
diganti menjadi BUPLN (Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara). Terjadi pengembangan dan pengukuhan
organisasi unit lelang, antara lain Biro Lelang Negara (tingkat pusat), Bidang Lelang (tingkat kanwil), dan KLN
(tingkat operasional).
Pada tahun 1996, Pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 47/KMK.01/1996 tanggal 25
Januari 1996 kembali memberikan peluang kepada pihak swasta untuk berperan serta dalam mengembangkan
lelang di Indonesia melalui pendirian Balai Lelang yang berada dalam pembinaan dan pengawasan BUPLN.
23
1991
1990
2006
2000
24
Kantor Pusat DJKN bertempat di Gedung Syafrudin Prawiranegara, beralamat di Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4,
Jakarta Pusat.
Unit vertikal Kantor Pusat DJKN terdiri dari:
Unit Eselon II di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Eselon III di KPKNL yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kanwil DJKN berjumlah 17 sedangkan KPKNL berjumlah 70.
Direktorat Lelang sebagai salah satu unit di DJKN saat ini sedang berupaya untuk menyukseskan Rancangan Undang-Undang
Tentang Lelang dalam rangka memperkuat lembaga lelang di Indonesia. Program simplipying and securing of acta
(penyederhanaan dan pengamanan risalah lelang), styling (seragam dan tool kit pejabat lelang), dan reporting and monitoring
(otomasi laporan realisasi pelaksanaan lelang) merupakan babak baru dalam sejarah lelang yang digulirkan oleh Direktorat Lelang.
25
26
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN
LELANG
1.Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No. 23).
2.RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3.Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
5.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
27
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN
LELANG
8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11.Undang-Undang
Nomor
37
Tahun
2004
tentang
Kepailitan
dan
Penundaan
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
1.
Vendu Reglement
2.
Vendu Instructie
3.
PMK Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 106/PMK.06/2013.
4.
5.
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 160/PMK.06/2013
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II
9. Per-6/KN/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
10. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
11. Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor PL Kelas II.
12. PP Nomor 1 Tahun 2013 mengatur tentang tarif PNBP.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang terkait lainnya.
30
VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang masih aktif)
Pasal 1 a : Lelang wajib dilakukan dihadapan Pejabat Lelang.
Pasal 1 b : Penjual menentukan cara penawaran lelang.
Pasal 3 : Penggolongan Pejabat Lelang
Pasal 4 : Lelang diluar tanggungan Pemerintah
Pasal 5 : Permohonan Lelang
Pasal 6 : Dispensasi waktu lelang
Pasal 7 : Kewajiban menerima permohonan lelang
Pasal 8 : Penetapan Jadwal Lelang
Pasal 10 : Bea Lelang
Pasal 19 : Bea Lelang Penjual
Pasal 20 : Tempat lelang
Pasal 21 : Syarat-syarat Penjualan
Pasal 30 : Penentuan pemenang diantara 2 orang penawar yang sama
Pasal 32 : Pembelian dengan kuasa (Acta de command)
Pasal 35 : Risalah Lelang
Pasal 37 : Bentuk Risalah Lelang
Pasal 38 : Penandatanganan Risalah Lelang dan bea meterai untuk minuta
Pasal 39 : Perbaikan Risalah Lelang
Pasal 40 : Sanksi bagi Pejabat Lelang
Pasal 41 : Penyimpanan Risalah Lelang
Pasal 42 : Salinan/Kutipan/Grosse
Pasal 45 : Upah persepsi untuk juru lelang tingkat 2
Pasal 49 : Pengecualian lelang tanpa dihadapan Pejabat Lelang
31
VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang tidak sesuai dengan
Pasal 1a : Denda atas pelaksanaan lelang tidak dihadapan Pejabat Lelang sebesar Rp.10.000,00
kondisi)
Pasal 2 : Kuasa dari Juru Lelang
Pasal 9 : Pengawas menentukan paling sedikit berapa harus ditawar
Pasal 18 : Uang miskin
Pasal 22 : Jangka waktu pembayaran harga lelang selama 3 bulan
Pasal 23 : Denda atas keterlambatan pembayaran
Pasal 24 : Tagihan pemerintah mempunyai hak utama terhadap pembeli
Pasal 25 : Pembayaran tangguh
Pasal 26 : Jaminan atas pembayaran tangguh
Pasal 27 : Pembayaran tangguh lebih dari Rp25
Pasal 28 : Penolakan pembayaran tangguh
Pasal 29 : Penunjukan pemenang lelang dengan pembayaran tangguh
Pasal 31 : Penilaian jaminan pembeli oleh Penjual
Pasal 33 : Tagihan pemerintah
Pasal 34 : Surat Perintah membayar uang
Pasal 43 : Pembayaran duplikat kwitansi harus bayar 25 sen
Pasal 44 : Biaya perjalanan dan penginapan juru lelang.
Pasal 46 : Ketentuan yang lebih dulu dari VR
Pasal 48 : Juru lelang sebagai pemegang buku
32
VENDU REGLEMENT
(Pasal-pasal yang sudah dihapus/dicabut)
Pasal 11 s.d. 17 dihapus
Pasal 36 dicabut
Pasal 47 dicabut
33
PENGERTIAN LELANG
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
(Pasal 1 VR Jo Pasal 1 angka 1 PMK 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
36
UnsurUnsur
Lelang
37
ASAS-ASAS LELANG
Untuk mewujudkan optimalisasi hasil lelang, diperlukan
pelaksanaan lelang yang efisien, terbuka, pasti dan
akuntabel. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, setiap
pelaksanaan lelang harus selalu memperhatikan asas
keterbukaan, asas persaingan, asas kepastian hukum,
asas efisiensi dan asas akuntabilitas.
38
ASAS-ASAS LELANG
Beberapa asas yang mendasari ketentuan-ketentuan dalam peraturan
lelang dan tercermin dalam pengertian lelang yang dapat dikemukakan
antara lain adalah:
39
ASAS-ASAS LELANG
1. Asas Transparansi (Transparency/Publicity),
Keterbukaan dalam pelelangan.
Adanya keharusan bahwa setiap pelelangan didahului dengan
pengumuman lelang, baik dalam bentuk iklan, brosur, atau undangan.
Pengumuman lelang dapat dilakukan melalui media cetak dan atau
media elektronik. Selain untuk menarik peserta lelang sebanyak
mungkin, pengumuman lelang juga dimaksudkan sebagai kontrol sosial
dan perlindungan publik.
Pengumuman lelang berperan sebagai sumber bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
pelaksanaan lelang.
40
ASAS-ASAS LELANG
2. Asas Persaingan (Competition),
Para peserta lelang akan bersaing dan peserta dengan penawaran
tertinggi yang sudah mencapai atau di atas harga limit yang akan
dinyatakan sebagai pemenang.
3. Asas Kepastian (Certainty),
Independensi Pejabat Lelang seharusnya mampu membuat kepastian
bahwa penawar tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan bahwa
pemenang lelang yang telah melunasi kewajibannya akan
memperoleh barang beserta dokumennya.
41
ASAS-ASAS LELANG
4. Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Pelaksanaan lelang dapat dipertanggungjawabkan karena Pemerintah
melalui Pejabat lelang berperan untuk mengawasi jalannya lelang dan
membuat akta autentik yang disebut Risalah Lelang.
5. Asas Efisiensi (Efficiency),
Lelang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang ditentukan dan
transaksi terjadi pada saat itu juga maka diperoleh efisiensi biaya dan
waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat dikonversi
menjadi uang.
42
PUBLIK
PRIVAT
BUDGETER
43
FUNGSI LELANG
Fungsi
Budgeter
Mengumpulkan
penerimaan
negara
dalam
bentuk
Bea
Administrasi dan Bea
Lelang. Dalam hal ini
lelang mengemban fungsi
budgetair. Lelang juga
dibebani
tugas
mengamankan
Pajak,
antara
lain
Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal
25 atas lelang tanah atau
tanah dan bangunan dan
Bea Perolehan Hak atas
Tanah
dan
atau
Bangunan
(BPHTB).
Fungsi
privat
lelang
terletak
pada
hakekat
lelang dilihat dari tinjauan
perdagangan, di mana
lelang merupakan sarana
untuk
mempertemukan
penjual dan pembeli dalam
transaksi jual beli barang
dengan cara-cara yang
diatur Undang-undang.
Prosedur Lelang
KPKNL
PEMOHON
LELANG
Permohonan lelang
diajukan kepada
KPKNL untuk
ditetapkan jadwal
lelangnya.
KPKNL
menyerahkan
Hasil Lelang +
Salinan RL kepada
Pemohon Lelang
KPKNL
Pemohon lelang
mengumumkan di
surat kabar
Pelunasan Harga
Lelang ke KPKNL
Pemenang lelang wajib
membayar Bea Lelang +
Harga Lelang paling lambat
5 hari kerja sebagai syarat
mendapatkan kutipan
risalah
Bea Lelang disetorkan ke
Kas Negara melalui Bank
Persepsi
45
46
47
KPKNL/PL
II
menyerahkan
Kutipan
Risalah
Lelang
/dokumen
kepemilikan
(dalam hal dokumen kepemilikan diserhkan kepada KPKNL/PL II)
d. KPKNL /PL II menyetor
hasil
bersih
lelang kepada
KPKNL/PL
II
tidak
boleh
menolak
permohonan
sepanjan
persyaratan lengkap
dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.49
KPKNL merevieu
Pengumuman Lelang
dengan \
nilai likuidasi
50
bulan tidak boleh ikut lelang dalam wilayah kerja Kanwil, kecua
untuk
52
lelang tanpa kehadiran peserta (email, internet, tromol pos)
53
JENIS LELANG
LELANG EKSEKUSI
LELANG NONEKSEKUSI WAJIB
LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA
54
LELANG EKSEKUSI
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela.
55
Contoh
Lelang
Eksekusi
56
LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela.
57
Contoh
Lelang
Noneksek
usi Wajib
Contoh
Lelang
Noneksek
usi Wajib
59
Contoh
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
60
61
62
63
65
2)salinan/fotokopi
Surat Paksa;
3)salinan/fotokopi
4)salinan/fotokopi
5)salinan/fotokopi
6)salinan/fotokopi
Perincian Hutang;
Piutang Negara;
7)salinan/fotokopi
66
pihak
yang
akan
4)asli dan/atau fotokopi bukti peralihan hak atau bukti/dokumen lain yang menyatakan aset
merupakan milik Terpailit, dalam hal aset masih tertulis milik pihak ketiga;
5)Penetapan/keterangan dari Hakim Pengawas mengenai dimulainya keadaan insolvensi;
6)asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan perundangundangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti kepemilikan/hak tidak
dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya; dan
7)Surat persetujuan Hakim Pengawas bahwa boedel pailit dijual melalui lelang, dalam hal
terhadap putusan pailit diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
69
b.
c.
d.
e.
BPPN;
f.
surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan
perdata dan/atau tuntutan pidana;
g.
salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor oleh kreditor, yang diserahkan ke
KPKNL sebelum lelang dilaksanakan, kecuali debitor Hak Tanggungan adalah Bank Dalam Likuidasi, Bank Beku Operasional,
Bank Beku Kegiatan Usaha, atau Eks BPPN; dan
h. surat pernyataan dari kreditor selaku Pemohon Lelang yang isinya menyatakan bahwa nilai limit ditetapkan berdasarkan
hasil penilaian dari Penilai dengan menyebutkan nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian, dalam hal:
1) bank kreditor akan ikut menjadi Peserta Lelang; atau
2) nilai limit paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
70
b.
c.
d.
persetujuan dari tersangka/kuasanya atau Surat Pemberitahuan Lelang
kepada tersangka;
e.
Izin Lelang dari Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara, apabila perkara sudah dilimpahkan ke Pengadilan; dan
f.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak
tidak
dikuasai,
harus
ada
surat
pernyataan/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak
disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya.
71
c.
d.
salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Oditurat Militer/ Komisi
Pemberantasan Korupsi; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
72
d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
74
b.
c.
d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/ hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak
dengan menyebutkan alasannya.
75
b.
c.
d.
c.
d.
salinan/fotokopi Surat Perintah Lelang dari Kejaksaan/Komisi Pemberantasan
Korupsi; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/ hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan
menyebutkan alasannya.
77
Surat
Persetujuan/Penetapan
Penjualan
dari
Pengelola
b.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
c.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai harus ada pernyataan tertulis/surat keterangan dari
Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai dengan bukti kepemilikan/hak
dengan menyebutkan alasannya.
78
d.
salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia Penjualan
Lelang; dan
e.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak
tidak
dikuasai,
harus
ada
pernyataan
tertulis/surat keterangan dari Penjual bahwa barang-barang tersebut tidak disertai
bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan alasannya.
79
81
Lelang Noneksekusi Wajib Aset Properti Barang Bongkaran Barang Milik Negara
Karena Perbaikan (Renovasi, Rehabilitasi, atau Restorasi) terdiri dari:
a.
b.
82
Lelang Noneksekusi Wajib Barang Habis Pakai Eks Pemilihan Umum terdiri
dari:
a.
b.
salinan/fotokopi surat keputusan tentang pembentukan panitia penjualan
lelang; dan
c.
salinan/fotokopi surat persetujuan penghapusan dari Arsip Nasional Republik
Indonesia, khusus lelang formulir dan surat suara.
83
Lelang Noneksekusi Wajib Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih
(BJDA) Eks Bank Dalam Likuidasi (BDL) terdiri dari:
a. salinan/fotokopi dokumen pelepasan hak atas tanah baik notariil maupun di bawah
tangan dari pemegang hak kepada BDL dan/atau fotokopi Akta Kuasa Menjual dari
pemilik asal kepada Tim Likuidasi;
b.
salinan/fotokopi Akta Kuasa Menjual dari Tim Likuidasi BDL kepada Menteri
Keuangan (apabila ada);
c.
salinan/fotokopi Berita Acara Serah Terima Aset BDL dari Tim Likuidasi kepada
Menteri Keuangan;
d.
e.
84
85
c.
86
b.
c.
Surat Keterangan dari polisi/instansi yang berwenang tentang asal usul
kendaraan bermotor (khusus untuk objek lelang kendaraan bermotor).
87
88
Lelang Noneksekusi Wajib Balai Harta Peninggalan (BHP), atas Harta Peninggalan
Tidak Terurus dan Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir terdiri dari:
a.
salinan/fotokopi penetapan atau putusan Pengadilan Negeri yang menyatakan
tentang ketidakhadiran (untuk Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir);
b.
salinan/fotokopi Laporan resmi dari Lurah/Camat setempat tentang adanya orang
yang meninggal tanpa ahli waris, atau adanya putusan pengadilan, atau adanya penolakan
warisan dari ahli waris (untuk Harta Peninggalan Tidak Terurus);
c.
salinan/fotokopi pengumuman tentang Orang yang Dinyatakan Tidak Hadir /Orang
yang meninggal tidak ada ahli waris atau si ahli waris menolak warisan;
d.
salinan/fotokopi ijin penjualan dari Pengadilan Negeri setempat dan Menteri Hukum
dan HAM RI;
e.
surat pernyataan dari BHP yang ditetapkan akan bertanggungjawab apabila terjadi
gugatan perdata atau tuntutan pidana; dan
f.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak apabila berdasarkan peraturan
perundang-undangan diperlukan adanya bukti kepemilikan/hak, atau apabila bukti
kepemilikan/hak tidak dikuasai, harus ada surat pernyataan/surat keterangan dari Penjual
bahwa barang- barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan/hak dengan menyebutkan
alasannya.
89
d.
e. salinan/fotokopi surat keterangan dari Penjual mengenai asal barang yang akan
dilelang.
90
Lelang Noneksekusi Wajib Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama tidak
memerlukan dokumen yang bersifat khusus.
92
surat pernyataan dari pemilik barang bahwa barang tidak dalam sengketa;
b.
surat persetujuan suami/istri
merupakan harta bersama;
Pemohon
Lelang dalam
c.
surat persetujuan/surat kuasa dari seluruh ahli waris (sesuai surat keterangan
waris dari pejabat yang berwenang) dalam hal objek lelang merupakan boedel waris;
d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan hak (kecuali untuk barang bergerak
yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak);
e.
surat persetujuan dari RUPS/Komisaris/Pemilik sesuai dengan anggaran dasar,
dalam hal objek lelang merupakan aset badan hukum; dan
f.
surat pernyataan dari Pemilik Barang/Penjual yang isinya menyatakan bahwa
nilai limit tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari
Penilai dengan menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.
93
c.
d.
asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak (kecuali untuk barang bergerak
yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak); dan
e.
Surat pernyataan dari BUMN/BUMD yang isinya menyatakan bahwa nilai limit
tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari Penilai dengan
menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.
94
Bank
Dalam
Likuidasi
(atas
a.
salinan/fotokopi Akta Notaris Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
atau Penetapan Pengadilan Negeri perihal susunan anggota Tim Likuidasi;
b.
Surat Kuasa dari Rapat Umum Pemegang Saham kepada Ketua Tim Likuidasi
untuk mewakili Tim Likuidasi sebagai Penjual (untuk Tim Likuidasi yang dibentuk oleh
RUPS);
c.
d.
surat pernyataan dari Tim Likuidasi yang isinya menyatakan bahwa nilai limit
tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari Penilai dengan
menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan penilaian.
95
Dalam hal objek lelang berupa saham, selain dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus sebagaimana Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 juga disyaratkan dokumen
sebagai berikut:
a.
b.
daftar saham yang akan dilelang, dibuat secara terinci dan sekurangkurangnya memuat nama pemilik saham, jumlah saham, nominal saham, dan dasar
hukum kepemilikan saham;
c.
asli bukti kepemilikan/surat saham untuk saham perseroan tertutup atau
surat keterangan dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT Kustodian Sentral
Efek Indonesia, disingkat PT KSEI) bahwa saham tersebut ada sebagai saham
perseroan terbuka; dan
d.
surat penyataan Pemohon Lelang bahwa saham yang akan dilelang telah
diblokir yang didukung dengan surat keterangan dari PT KSEI untuk saham perseroan
terbuka.
96
PENGUMUMAN LELANG
97
PENGUMUMAN LELANG
98
Pengertian
Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat
tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang
berkepentingan. (Pasal 1 angka 3)
Tujuan
Untuk memenuhi asas transparansi dalam pelaksanaan lelang. Agar
pelaksanaan lelang dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga
bagi yang berminat dapat menghadiri dan mengikuti pelaksanaan
lelang. Juga memberi kesempatan kepada pihak ketiga yang merasa
dirugikan untuk mengajukan sanggahan/verzet.
PENGUMUMAN LELANG
99
PENGUMUMAN LELANG
100
PENGUMUMAN LELANG
101
PENGUMUMAN LELANG
102
dilaksanakan
dan/atau
beredar
melalui
di
kota
surat
/
kabar
kabupaten
2)Dalam hal tidak ada surat kabar harian, Pengumuman Lelang diumumkan dalam surat kabar harian
yang terbit di kota / kabupaten terdekat atau di ibukota propinsi atau ibukota negara dan beredar di
wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang akan dilelang.
PENGUMUMAN LELANG
103
4) Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat surat kabar harian yang memenuhi kriteria, Pengumuman Lelang dilakukan pada surat
kabar harian yang diperkirakan mempunyai tiras/oplah paling tinggi.
PENGUMUMAN LELANG
104
PENGUMUMAN LELANG
105
Pengaturan Pengumuman Lelang Berdasarkan Jenis Lelang
(Lihat Grafis Excel)
akan
mendapatkan
pembayaran
yang
cepat
karena
116
KOMPETENSI
PEJABAT
LELANG
Dalam setiap pelaksanaan lelang, seorang Pejabat
Lelang memiliki kompetensi (kewenangan/kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu agar
pelaksanaan lelang dapat berjalan lancar dan tertib,
serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
Kompetensi Pejabat Lelang dapat dikelompokkan
menjadi kompetensi absolut dan kompetensi relatif.
117
KOMPETENSI ABSOLUT
Kompetensi (kewenangan) absolut berkaitan dengan absolut berdasarkan
yurisdiksi kompetensi.
Definisi yurisdiksi adalah:
1. kekuasaan mengadili; lingkup kuasa kehakiman; peradilan;
2. lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab dalam suatu
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum.
118
KOMPETENSI ABSOLUT
Misal: kompetensi absolut terkait badan peradilan.
Menyangkut kewenangan badan peradilan apa untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perkara; sebagaimana diketahui berdasarkan Pasal 10
UU 35/1999 kita mengenal 4 (empat) lingkungan peradilan, yakni; peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
Peradilan Umumadalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara
pidana yang dilakukan oleh orang-orang sipil dan perkara perdata, kecuali
suatu peraturan perundang-undangan menentukan lain.
Peradilan Agamaadalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkaraperkara orang yang beragama Islam dalam bidang perkawinan, warisan,
wasiat, hibah, waqaf, dan shadaqah.
119
KOMPETENSI ABSOLUT
Peradilan Militeradalah memeriksa, mengadili, dan memutus perkaraperkara pidana yang dilakuka oleh anggota militer (baik dari angkatan darat,
angkatan laut, angkatan udara, dan kepolisian).
Peradilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, mengadili, dan
memutuskan sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata
usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian dan tidak dikeluarkannya suatu keputusan
yang dimohonkan seseorang sampai batas waktu yang ditentukan dalam
suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu telah merupakan
kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.
120
KOMPETENSI ABSOLUT
PEJABAT LELANG
Kompetensi Absolut Pejabat Lelang dimiliki berdasarkan yurisdiksi
untuk melaksanakan lelang. PL Kelas I berwenang melaksanakan
semua jenis lelang, sedangkan PL Kelas II berwenang melaksanakan
jenis lelang noneksekusi sukarela.
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang
Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela.
Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua
jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang.
121
KOMPETENSI ABSOLUT
PEJABAT
LELANG
Pejabat Lelang Kelas I dapat melaksanakan lelang atas permohonan Balai
KOMPETENSI RELATIF
Kompetensi (kewenangan) relatif berkaitan dengan yurisdiksi wilayah
hukum.
Misal kompetensi relatif yang berkaitan dengan pengadilan. Maka
kewenangan relatif pengadilan merupakan kewenangan lingkungan
peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayahnya, yaitu untuk
menjawab pertanyaan Pengadilan Negeri wilayah mana yang
berwenang untuk mengadili suatu perkara?. Dalam hukum acara
perdata, menurut Pasal 118 ayat (1) HIR, yang berwenang mengadili
suatu perkara perdata adalah Pengadilan Negeri (PN) yang wilayah
hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat (actor sequitur forum rei).
123
KOMPETENSI RELATIF
PEJABAT LELANG
Kompetensi (kewenangan) relatif Pejabat Lelang adalah kompetensi yang dimiliki
berdasarkan yurisdiksi wilayah hukum atau wilayah kerja Pejabat Lelang.
Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.
Pejabat Lelang Kelas I mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
wilayah kerja KPKNL, tempat Pejabat Lelang Kelas I berkedudukan.
Pejabat Lelang Kelas II mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II.
Pejabat Lelang Kelas II mempunyai tempat kedudukan di kabupaten atau kota
dalam wilayah jabatannya.
Pejabat Lelang Kelas II yang diangkat dari Notaris mempunyai tempat
kedudukan yang sama dengan tempat kedudukan Notaris.
Pejabat Lelang Kelas II hanya dapat melaksanakan lelang dalam wilayah
jabatannya.
124
129
131
132
133
BTB
BB
BL Pembeli
0%
2%
0%
3%
BL Penjual
BL Pembeli
1.5%
2%
2%
3%
BL Penjual
BL Pembeli
BTB
1%
1.5%
BB
1.5%
2%
BL Penjual
BL Pembeli
BTB
0%
0.4%
BB
0%
0.5%
BTB
BB
BL Penjual
BL Penjual
BL Pembeli
BTB
0%
1.5%
0%
2%
BL Penjual
BL Pembeli
BTB
1%
1.5%
1.5%
2%
BL Penjual
BL Pembeli
BTB
0%
0.2%
BB
0%
0.3%
BL Penjual
BL Pembeli
0.5%
1.5%
BL Penjual
BL Pembeli
BB
BB
LELANG PEGADAIAN
Kayu
BB
1%
1%
136
137
139
HASIL LELANG
Risalah Lelang
Jumlah
KE KAS NEGARA
Uang Jaminan
Pejabat Lelang
Jenis
Nomor
Tanggal
Nama
NIP
Lelang
Lelang (Non
Tanggungan Pemerintah
Tanggal
BEA LELANG
Hasil
Barang
Diluar Tanggungan
Pemerintah
Pemerintah
Penjual
Pembeli
10
11
Tanggal
Bea Lelang
Wanprestasi
Pokok
Lelang
PPh
Dengan Tanggungan
KE PENJUAL
Hasil Bersih Di Luar
Sifat
POKOK LELANG
Pemohon
Lelang/Penjual
Hasil Bersih
Uang Jaminan
Batal
PPh
Lelang
13
Tunggakan
24
25
Keterangan
Penyetoran
Wanprestasi
12
Jumlah
Penyetoran
14
15
Penjual
Pembeli
16
17
Balai Lelang)
21
22
Batal
18
19
20
23
26
Email,
Laku
.
. .
..
..
..
.. ..
..
..
..
..
..
.. ..
..
..
..
Internet,
TAP
. ..
. ..
..
.. ..
.. . .
Tromol Pos,
Batal
.
..
.. .
.
..
.. ..
Wanprestasi
.
. ..
.. .
. .
..
..
.. ..
..
..
..
..
..
.. ..
. .
. .
.. ..
..
..
140
Barang Bergerak
: BL Penjual 1,5% dan BL
Pembeli 2%
Barang Tidak Bergerak : BL Penjual 0,5% dan BL
Pembeli 1%
Barang Campuran
: BL Penjual 2% dan BL
Pembeli 3%
141
Kredit
Tunai
142
143
Dalam hal pembeli tidak melunasi kewajiban pembayaran lelang, pada hari kerja berikutnya Pejabat
Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli dengan membuat Pernyataan Pembatalan.
Pembeli yang tidak dapat memenuhi kewajibannya setelah disahkan sebagai pembeli Lelang, tidak
diperbolehkan mengikuti lelang di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.
Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Kas Negara/Daerah, dilakukan paling lama 1
(satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL.
Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual terlebih dahulu, dilakukan paling lama
1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL, untuk selanjutnya
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara oleh Penjual.
Penyetoran bea lelang dan Pajak Penghasilan (PPh) ke Kas Negara paling lama 1 (satu) hari kerja
setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
Hasil Bersih Lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual/Pemilik Barang, paling lama 3 (tiga)
hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat
Lelang Kelas II.
145
LELANG EKSEKUSI
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I
Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela.
146
Lelang
Eksekusi
Lelang
Eksekusi
148
Lelang
Eksekusi
Lelang
Eksekusi
Nilai Limit bersifat tidak rahasia. Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi
Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit
harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.
(Pasal 37 (1) & (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan
secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan
dilengkapi dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
150
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
Eksekusi
Lelang
Eksekusi
152
LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela.
153
LELANG NONEKSEKUSI
Lelang Noneksekusi Wajib, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I.
Lelang Noneksekusi Sukarela, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II.
Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang
berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
154
Lelang
Noneksekusi
Untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta lelang
Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak dicantumkan dalam
pengumuman lelang.
(Pasal 37 (3) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang bergerak yang
menggunakan nilai limit ditetapkan oleh Pemilik Barang.
(Pasal 36 (4) Permenkeu No. 106/PMK.06/2013).
Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang tetap berupa tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Pemilik Barang, berdasarkan hasil penilaian dari penilai.
(Pasal 36 (4a) Permenkeu No. 106/PMK.06/2013).
155
Lelang
Noneksekusi
Wajib
156
Lelang
Noneksekusi
(BUMN/D) Wajib
Nonpersero,
3.Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai,
4.Lelang Barang Gratifikasi,
5.Lelang Aset Properti Barang Bongkaran BMN karena perbaikan,
6.Lelang Barang Habis Pakai Eks Pemilu,
7.Lelang Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih (BJDA) Eks Bank
Dalam Likuidasi,
8.Lelang Aset Eks Kelolaan PT. PPA,
157
Lelang
Noneksekusi
Wajib
Lelang
Noneksekusi
Wajib
Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan secara
tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan dilengkapi dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa pralelang dan/atau jasa
pascalelang oleh Balai Lelang untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib,
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama Balai Lelang yang digunakan
jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
159
Lelang
Noneksekusi
Wajib
160
Lelang
Noneksekusi
Wajib
161
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
162
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
terbatas pada:
1.Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,
2.Lelang Aset Milik Bank Dalam Likuidasi (atas permintaan
Tim Likuidasi),
3.Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan
4.Lelang Barang Milik Swasta.
163
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan melalui rekening Balai Lelang
atau langsung ke Balai Lelang untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang
diselenggarakan oleh Balai Lelang dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas
I/Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 30 (1) huruf b Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL,
jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh
persen) ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik
Pemilik Barang.
164
(Pasal 34 (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan
Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai
ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 34 (4) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak
melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 34 (5) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
165
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli dalam pelaksanaan Lelang
Noneksekusi Sukarela yang tidak menggunakan Nilai Limit.
(Pasal 66 (2) Permenkeu No. 93/PMK.06/2010).
Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang eksekusi, mengacu
pada Pasal 8 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak dengan nilai limit tidak
dicantumkan dalam pengumuman lelang dan harga penawaran tertinggi belum mencapai nilai
limit, maka Pejabat Lelang menyatakan sebagai lelang ditahan. Selanjutnya Pejabat Lelang
tetap membuat Risalah Lelang dengan menyebutkan lelang ditahan.
(Pasal 34 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
166
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerja sama
dengan Pejabat Lelang Kelas I, jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran
lelang disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah
pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang dan 50% menjadi milik Pemilik
Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan Balai
Lelang.
(Pasal 38 (4) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II, jika
Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan
Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 38 (5) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
167
Lelang
Noneksekusi
Sukarela
168
172
Sektor Usaha
Tempat
Kedudukan
Status
Operasional
Uraian
83 Balai Lelang
di sektor Properti
12
di
sektor
Kendaraan dan
Alat Berat
4
di
sektor
Benda Seni
72 Balai Lelang
di Jakarta
29 Balai Lelang
di Luar Jakarta
Keterangan
Tempat kedudukan
Balai
Lelang
tersebar
di
9
(sembilan)
Kanwil
DJKN:
Jakarta,
Sumut,
Lampung,
Banten,
Jabar,
Jateng DIY, Jatim,
Bali Nusra, dan
Kalselteng.
73 Balai Lelang Keaktifan dilihat dari
Aktif
kepatuhan
Direktorat Lelang - DJKN
173
26 Balai Lelang pelaporan
dan
174
Perizinan
175
Pemberitahuan
176
177
Pasal 22
178
Pasal 23
179
Pasal 23
180
Pasal 24-28
181
Larangan
Pasal 29
182
Sanksi
Pasal 30
183
Sanksi - Denda
Pasal 30
184
Pasal 40
185
Pasal 41
Laporan disampaikan kepada Dirjen cq. Direktur Lelang dan Ka Kanwil setempat paling lambat tanggal 10
(sepuluh) sesudah bulan laporan.
Laporan Tahunan paling lambat tanggal 10 sesudah tahun laporan
Direktorat Lelang - DJKN
186
Terima Kasih
187