Skripsi
diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Oleh
Dena Suryani
0503000824
Program Kekhususan I
Hukum Tentang Hubungan Antara Sesama Anggota Masyarakat
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Bidang Studi Hukum Keperdataan
Masyarakat).
i
2. Ibu DR. Rosa Agustina, S.H. M.H. selaku dosen
skripsi ini.
sebuah skripsi.
skripsi.
skripsi.
ii
7. Bapak Mulyono selaku staf Biro Pendidikan FHUI
kampus.
skripsi ini.
mendapat kesulitan.
semester ini.
iii
12. Para pihak lainnya yang telah ikut membantu
dikemudian hari.
jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran
Hukum Perjanjian.
Penulis
Dena Suryani
iv
ABSTRAK
Novasi atau disebut juga sebagai pembaharuan hutang
merupakan suatu pembuatan perjanjian baru yang menghapuskan
suatu perikatan lama sambil meletakan suatu perikatan baru
yang ditempatkan sebagai pengganti perikatan semula. Dalam
KUHPerdata, novasi adalah hasil terjemahan dari kata
schuldvernieuwing dan secara umum dikenal sebagai
pembaharuan hutang yang pengaturannya tercantum dalam Buku
III KUHPerdata terdapat dalam Bab IV bagian tiga pasal 1413
sampai 1424. Meskipun demikian, sampai sekarang sebenarnya
belum ada istilah baku untuk menggantikan istilah novasi.
Jika dikaitkan dengan kartu kredit sebagai alat pembayaran,
maka dapat dilihat adanya penerapan konsep novasi ini.
Penggunaan kartu kredit oleh pemegang kartu adalah
berdasarkan perjanjian yaitu berawal dari perjanjian
penerbitan kartu kredit yang kemudian dilanjutkan dengan
perjanjian pemakaian kartu kredit. Perjanjian penerbitan
kartu kredit berupa pemberian fasilitas untuk membeli
barang/jasa dengan tidak harus membayar secara tunai,
antara penerbit dengan pemegang kartu. Perjanjian pemakaian
kartu kredit berupa kegiatan memanfaatkan kartu kredit oleh
pemegangnya untuk memperoleh barang/jasa dengan
pembayarannya memakai kartu kredit tersebut dimana
selanjutnya melibatkan tiga pihak yaitu penerbit, pemegang
kartu, dan merchant yang mana antara satu dengan yang
lainnya saling mempunyai hubungan hukum. Di dalam hubungan
hukum antara para pihak pada perjanjian kartu kredit inilah
terlihat adanya penerapan konsep novasi. Hal ini dapat
dilihat pada transaksi antara penerbit dengan merchant,
dimana disini terjadi novasi subjektif aktif (yang
diperbaharui adalah krediturnya), sedangkan pada
pengkonversian hubungan hukum jual beli antara pemegang
kartu dengan merchant menjadi hubungan hukum hutang piutang
antara pemegang kartu dengan penerbit terjadi novasi
objektif(yang diperbaharui adalah objek dari
perjanjiannya).
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
BAB I: PENDAHULUAN
16
vi
2. Novasi Subjektif ......................... 27
51
Unsur-Unsurnya ........................... 62
vii
Yang Terlibat Dengan Kartu Kredit ............ 96
Hubungan Hukum Antara Penerbit (Issuer) dengan Pemegang Kartu (Card Holder) ......
Hubungan Hukum Antara Penerbit (Issuer)
105
3. Hubungan Hukum Antara Pedagang (Merchant) denganPemegang Kartu Kredit (Card Holder)
B. Konsep Novasi Dalam Hubungan Hukum Pada Perjanjian Kartu Kredit......................
Novasi Subjektif Aktif Pada Transaksi 142
149
viii
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Pembiayaan.1 Menurut Pasal 1 Keppres tersebut dijelaskan
bahwa:
6. Pembiayaan Konsumen
1
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal.
123.
2
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Lembaga Pembiayaan, Kepres No. 61 tahun 1988, ps.
1.
3
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan,Kepmen Keuangan No. 1251/KMK. 013/1988, ps. 2.
2
perjanjian kartu kredit tersebut serta konsep Novasi yang
4
Simatupang, op.cit., hal. 150.
3
Sebagai alat pembayaran, kartu kredit diterbitkan
penerbit.
5
Ibid., hal. 151.
6
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Muniarti, Segi Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 263.
4
Pembayaran oleh pembeli kepada penjual dilakukan melalui
penerbit.
7
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995).
5
serta tidak mempunyai suatu nama khusus.8 Perjanjian ini
terutama:
8
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 29, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1999), Pasal 1319.
6
pemegang kartu kredit menjadi hubungan hukum
kartu kredit.
novasi, yaitu:9
9
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa,1987), cet. XI, hal. 71.
7
sebagai pengganti perikatan semula. Jadi pihak kreditur dan
10
A. Pitlo, Tafsiran Singkat Tentang Beberapa Bab Dalam Hukum Perdata, diterjemahkan oleh
M. Moetasad, (Jakarta: Intermasa, 1977), hal. 108.
11
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, Dan Cessie Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal.
58.
12
Ibid.
8
debitur dalam perikatan yang lama diganti oleh pihak ketiga
B. POKOK PERMASALAHAN
9
C. TUJUAN PENELITIAN
KUHPerdata.
D. METODE PENELITIAN
10
hukum. Dari sudut pandang kekuatan mengikatnya, bahan hukum
media massa.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. 3, hal. 11-12.
11
3. Bahan hukum tertier
14
Sri Mamudji, et. al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005).
12
tersebut dianalisis sehingga diperoleh berbagai informasi
yang bermanfaat.15
E. SISTEMATIKA PENULISAN
15
Soekanto, op.cit., hal. 10.
13
akibat hukum suatu novasi, bentuk dan cara pembuatan
14
kartu kredit menjadi hubungan hukum utang piutang antara
15
BAB II
16
H. F. A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II, (Jakarta: CV Rajawali, 1984).
17
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 142.
16
ditiadakan dan sekaligus dijadikan sebuah perjanjian
baru.18
istilah novasi.19
beberapa alasan.
18
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukium Perdata Hukum Perhutangan Bagian B,
(Yogyakarta: Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajahmada, 1980), hal. 99.
19
J. Satrio, Cessie, Novatie, Kompensatie Dan Percampuran Hutang, (Bandung: Alumni, 1991),
hal. 100.
20
Ibid., hal. 102.
17
Penggantian ini bukan merupakan penggantian hutang,
18
novasi tidak akan terjadi kalau ternyata perikatan yang
dengan debitur.
21
S. v. Brakel, Leerboek van het Nederlands Verbintenissenrecht, Jilid I dan Jilid II, Cet. Ke-3,
(Zwollw: Tjeenk Willink, 1948), hal. 109.
19
perikatan dan hubungan hukum yang lama dibarengi sekaligus
PERDATA (KUHPerdata)
22
Harahap, op.cit., hal. 143.
20
dengan pasal 1456. Bab VI sampai Bab XVII dari pasal 1457
23
Subekti, op.cit., hal. 109.
21
dari perikatannya”. Pasal 1421 menyinggung masalah ” ...
C. MACAM-MACAM NOVASI
24
L. C. Hofmann, Het Nederlands Verbintenissenrecht, Cet. Ke-4, (Groningen: J. B. Wolters,
1935), hal. 366.
25
Mariam Darus Badrulzaman, K.U.H.Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,
(Bandung: Alumni, 1983), hal. 176.
22
2. apabila seorang berhutang baru yang ditunjuk untuk
perikatan diatur dalam ayat (2) dan (3) dari pasal tersebut
1. Novasi Obyektif
26
J. Satrio, op.cit., hal. 106.
23
yang dimaksud disini bukan perubahan atas benda berwujud
lebih menentukan.
27
E. M. Meyers, Algemene leer van het Nederlands Burgelijkrecht, Jilid I, De Algemene
begrippen van het Burgelijkrecht, (Leiden: Universitaire pers, 1948), hal. 102-103.
24
Adapun yang dimaksud dengan objek perikatan disini
pula jika ada segi lain dari benda, causa, dan subjek
28
Meyers, Ibid., hal. 102.
29
Hartono Soerjopratiknjo, Hutang Piutang, Perjanjian-Perjanjian, Pembayaran, Dan
Jaminan Hipotik, (Yogyakarta, 1984), hal. 16.
25
peikatannya yang diganti bisa meliputi benda/zaaknya maupun
causanya.30
dengan:
tertentu.
piutang.
30
J. Satrio, op.cit., hal. 109.
31
Hofmann, op.cit., hal. 368.
26
2. Novasi Subyektif
baru. Jadi dalam novasi subyektif ini ada tiga pihak yang
terlibat.
yaitu:
27
Dalam novasi yang seperti ini, perikatan yang lama
dengan debitur.
i. Delegasi (Pemindahan)
28
kreditur atau dengan perkataan lain bersedia untuk membayar
atau pemindahan.32
32
J. Satrio, op.cit., hal. 118.
33
Ibid.
29
memenuhi perikatan yang ada antara kreditur dengan
debitur.34
34
Ibid., hal. 119.
30
lama sepakat untuk membebaskan debitur lama.35 Ciri yang
Gambar I
kreditur
35
Hofmaan, op.cit., hal. 370.
31
kreditur.
ii. Exprommissio
32
Gambar II
kreditur
33
kreditur dengan debitur lama batal, maka perikatan yang
baru tidak mempunyai causa yang sah, dan oleh karena itu
lama.36
perikatan lama.
36
v. Brakel, op.cit., hal. 191.
34
prinsipnya suatu perikatan dapat dipenuhi oleh pihak
35
hal diatas, dapat dikemukakan ilustrasi sebagai berikut: A
37
J. Satrio, op.cit., hal. 121.
36
obyektif hanya memungkinkan terjadinya perbedaan prestasi
(novasi).
debitur.
37
dengan bunganya, dan karena sesuatu hal ia
KUHPerdata).
38
b. Debitur baru adalah orang yang ditunjuk oleh
39
Sebagai suatu hubungan perikatan, maka novasi secara umum
38
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perdata Materiil, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1984), hal. 40.
40
adalah apabila suatu pihak dengan sengaja memberikan
39
Ibid.
41
dianggap tidak mampu melakukan perbuatan hukum karena
kedudukan suami.
saja.
40
Ibid., hal. 44.
42
tersebut paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya,
sebab yang halal adalah sebab yang tidak palsu dan tidak
demi hukum.
43
Begitu juga dengan novasi. Dalam hal novasi mengandung
pun batal demi hukum, karena tidak ada suatu sebab yang
perikatan lama.
44
Selain harus memenuhi syarat-syarat sah mengenai
45
2. Harus Dinyatakan Secara Tegas Oleh Para Pihak
46
novasi tersebut. Namun tindakan atau perbuatan para pihak
hukum.
47
baru, kecuali kalau hal itu diperjanjikan dalam perikatan
yang baru.
48
terhadap debitur lama bukan atas dasar perikatan
terlebih dahulu.
KUHPerdata).
49
iv. Debitur-debitur lainnya dapat dibebaskan
50
ii. Terhadap kreditur baru, debitur tidak dapat
KUHPerdata).
51
(kreditur) itu. Dengan terjadinya subrogasi, maka piutang
KUHPerdata).
41
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Alumni, 1987), hal. 112.
52
b. Novasi terjadi dengan persetujuan pihak-
perjanjian.
karena pembayaran.
53
hak piutang itu dinamakan “cessie” yang sebetulnya
KUHPerdata).
i. Akta cessie
42
H. A. Chalik dan Marhainis Abdul Hay, Beberapa Segi Hukum Di Bidang Perkreditan,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hal. 115.
54
ii. Penyerahan surat-surat piutangnya
tersebut
tangan.
kreditur baru.
55
d. Novasi memerlukan debitur turut serta dalam
56
BAB III
57
Walaupun eksistensi kartu kredit tidak dimaksudkan
berharga lainnya.
43
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori Dan Praktek), (Bandung: PT. Citra
44
Ronald A. Baker, “Problems of Credit Card Regulations AUS Prespective”, dalam
Newsletter No. 6 Tahun 1994, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 1994), hal. 1.
58
dibayar bulanan setelah ditagih dan tanpa kewajiban
45
Fuady, op.cit., hal. 173.
46
Ibid.
59
mengeluarkan kartu kreditnya. Sedangkan Barclays Bank di
(1) penerbit kartu kredit, atau dapat juga berupa (2) bank
juga di Indonesia.
47
Ibid.
48
Ibid.
60
Selain dari Visa Card dan Master Card, jenis kartu kredit
49
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit., hal. 265.
50
Ibid.
61
51
Ibid.
52
Sri Redjeki Hartono, Penulisan Karya Ilmiah Tentang Aspek Hukum Penggunaan Kartu
Kredit, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995), hal. 35.
53
Ibid.
62
kredit sebagai menjual/membeli barang dengan tiada membayar
tunai.54
54
Ibid.
55
Thomas Russel, The Economics of Bank Credit Cards, (New York : Praeger Publishers, inc,
1975), hal. 1.
63
certain instances credit cards may be used to obtain
cash.56
64
A small card containing a means of identification,
such as a signature or picture that authorized the
person named on it to charge goods or services to his
account, on which he is billed periodically.60
60
The New Encyclopedia Britanica, 15th edition, volume 3, page 722.
61
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995), hal. 257.
62
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, UU No. 7 Tahun 1992, LN No. tahun 1992.
65
pengertian yang khas yaitu sebagai salah satu jenis alat
pembayaran.
63
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit., hal. 263.
66
kartu harus menandatangani di bagian belakang kartu pada
67
penerbit (dalam menerbitkan daftar hitam yang
berikut.
68
b. Obyek Kartu Kredit
69
dengan cara menunjukkan kartu kredit dan menandatangani
kartu.
oleh penjual.
70
Kartu kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi
64
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Lembaga Pembiayaan, Kepres No. 61 tahun 1988,
LN No. 53 tahun 1988, ps. 7.
71
menetapkan kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam
para pihak dan hanya akan berlaku sepanjang para pihak yang
berkontrak.
72
Perjanjian penerbitan kartu kredit adalah persetujuan
73
perjanjian penerbitan kartu kredit membayar kepada penjual,
pembayaran.
74
selanjutnya harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good
(persero).
65
Indonesia, Undang-Undang Tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 9 tahun 1969,
LN No. 40 tahun 1969, TLN No. 2904.
75
Berlakunya undang-undang ini apabila perusahaan
merugikan konsumen.
66
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 1 tahun 1995, LN No. 13
tahun 1995, TLN No. 3587.
67
Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Agraria, UU No. 5 tahun
1960, LN No. 104 tahun 1960, TLN No. 2043.
68
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 tahun 1999, LN No.
42 tahun 1999, TLN No. 3821.
76
Oleh karena itu, kepentingan publik banyak diatur dalam
69
Indonesia, Undang-Undang Tentang Wajib Daftar Perusahaan, UU No. 3 tahun 1992.
70
Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No.
16 tahun 2000, LN No. 126 tahun 2000, TLN No. 3984.
71
Indonesia, Undang-Undang Tentang Dokumen Perusahaan, UU No. 8 tahun 1997, LN No.
18 tahun 1997, TLN No. 3674.
77
perusahaan kartu kredit wajib melaksanakan
bank.
72
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, UU No. 10 tahun 1998 .
73
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Lembaga Pembiayaan, Kepres No. 61 tahun 1988,
LN No. 53 tahun 1988.
78
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan
Pembiayaan.
74
Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Kepmen Keuangan No. 1251/KMK. 013/1998.
79
pembelian barang yang pembayarannya dilakukan
KARTU KREDIT
berikut.
75
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit., hal. 269.
80
2. Pihak Pemegang Kartu Kredit (Card Holder)
76
Ibid., hal. 268.
81
3. Pihak Penjual Barang/Jasa (Merchant)
kepadanya.
4. Pihak Perantara
77
Ibid., hal. 270.
78
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit., hal. 271.
79
Fuady, op.cit., hal. 177.
82
meneruskan tagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang
80
Ibid.
81
Ibid.
83
E. KLASIFIKASI KARTU KREDIT
berlakunya.
a. Credit Card
84
pada bank. Tagihan bulan yang lalu termasuk bunga adalah
Master Card.
b. Charge Card
85
tidak dibayar penuh, pemegang kartu akan dibebani denda
(charge).
barang/jasa.
86
dalam melakukan pembelian barang/jasa, dengan demikian
Card.
87
b. Kartu Kredit Internasional
Visa Card dan Master Card. Dua kartu ini paling banyak
Selain dari Visa Card dan Master Card, ada lagi jenis
88
kredit American Express dimiliki oleh perusahaan kartu
1. Co-Branding card
beberapa bank.
2. Affinity card
89
penawaran kartu kredit tentang fasilitas tertentu dengan
perjanjian.
90
perjanjian yang saling menguntungkan. Pihak yang bersedia
lama.
Keuangan.
82
Hartono, op.cit., hal. 53-54.
91
a. Meneliti masa berlakunya kartu kredit yang
menolaknya
menolaknya
92
sehingga data pemegang kartu dan pihak penerima
tersebut.
93
dikirimkan kepada bank penerbit untuk melakukan
penagihan
sebagai komisi.
bulan penagihan.
94
Sebagai gambaran berikut ini disajikan skema tentang
Gambar III
Perusahaan/Bank Penerbit
Barang/Jasa
Pemegang Kartu Kredit Tempat-tempat yang bersedia menerima kartu kredit/
Kartu Kredit
95
berfungsi sebagai media untuk memperoleh kredit, karena
KARTU KREDIT
96
Secara lebih luas lagi, di dalam suatu rangkaian
distribusi barang/jasa.
meliputi:
97
khawatir kecurigaan adanya tindak kejahatan.
dan prosedur.
98
tersebut tidak hanya berlaku bagi pemegang kartu,
berikut.
99
c. Menerima pembagian keuntungan. Perusahaan
penerbit.
100
sekaligus untuk bekerjasama dengan perjanjian yang
101
BAB IV
(merchant)
102
3. Pemegang kartu kredit dengan pengusaha/pedagang
berikut.
Gambar IV
Jaminan membayar
Kredit
Perjanjian
Insidental
Pemegang ----------- Penerima Pembayaran
103
Perjanjian segitiga tersebut, pada dasarnya adalah
berikut.
104
tersebut selanjutnya akan menciptakan kondisi hubungan
105
Penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran di dalam
KUHD tidak ada satu pasal pun yang mengatur tentang kartu
106
adalah karena dokumen yang mengandung syarat perjanjian
107
b. Data pekerjaan, yaitu: nama dan alamat
lain.
21 tahun).
108
d. Bila pemohon adalah orang asing, diperlukan
Sementara).
109
hal pemohon mencantumkan bahwa ia sudah menjadi
melalui surat.
110
Dari uraian tersebut terlihat bahwa hubungan hukum
a. Pemilikan kartu
83
Siamat, op.cit., hal. 247.
111
bagian belakang kartu. Dengan
tahun tertentu.
tersebut.
112
c. Transaksi-transaksi
rekeningnya.
d. Pembayaran Tagihan
dikeluarkan.
113
diberitahukan selambat-lambatnya beberapa hari
adalah bank).
bunga.
114
f. Limit Kredit
ditetapkan penerbit.
115
i. Kehilangan kartu
tersebut.
hilang.
116
2) Pemegang kartu yang diterbitkan oleh penerbit
penerbit.
l. Pengakhiran perjanjian
117
penerbit, dinyatakan pailit, melakukan
keanggotaan.
penolakan tersebut.
m. Lain-lain
118
2) Penerbit berhak bertukar informasi tentang
lainnya.
119
pada ketentuan umum dan undang-undang lainnya yang ada
84
Munir Fuady, op.cit., hal. 184.
120
perjanjian memenuhi kriteria obyek perjanjian pinjam
85
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], op.cit., Pasal 1754.
121
dipinjamkan (in casu pembayaran hutang) sebelum lewat waktu
1266 KUHPerdata).
dipraktekkan.
122
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
123
kartu kredit terdapat keikutsertaan pihak ketiga, yaitu
kepadanya.
124
tersebut. Apabila dikaji lebih lanjut, ternyata dalam
diatur oleh Bab Kesatu dan Bab Kedua Buku III KUHPerdata.
keterlambatan pembayaran
125
setiap saat bila dianggap perlu, baik yang masih
126
4) Memberikan pelayanan dan informasi kepada
pemegang kartu
kredit
berlaku
127
6) Mendapatkan informasi dari penerbit mengenai
128
5) Membayar kepada bank jumlah tagihan yang
kepolisian setempat
oleh bank
pihak bank
129
2. Hubungan Hukum Antara Penerbit (Issuer) dengan Pedagang
(Merchant)
beli tersebut.
130
kata lain, otorisasi baru harus dilakukan apabila harga
86
floor limit adalah batas maksimal yang diberikan kepada merchant atas suatu transaksi tanpa
perlu dimintakan otorisasi dari penerbit.
131
ditetapkan secara sepihak oleh penerbit. Mengingat beberapa
a. Perjanjian Merchant
132
a. Melampirkan permohonan kepada penerbit dengan cara
disampaikan.
belah pihak.
133
h. Penerbit memberikan edukasi/pelatihan kepada
perjanjian merchant).
slip penjualan.
134
menandatangani slip penjualan kemudian mencetak
87
Discount adalah fee atau komisi yang diberikan kepada penerbit atau acquirer.
135
terdapat unsur kredit untuk tujuan lain
apapun
1) Discount
merchant
136
Terminal (EDC Terminal) untuk alat otorisasi serta
yaitu:
normal
dimintakan otorisasi
137
6) Terjadi penyimpangan dari ketentuan-
merchant
pemegang kartu.
88
Daftar Hitam Bank adalah daftar yang disediakan Bank dan atau Organisasi, Badan Usaha
lainnya yang diberi wewenang oleh penerbit kartu yang diberikan kepada merchant secara berkala atau
setiap saat bila dianngap perlu oleh bank. Daftar tersebut memuat keterangan-keterangan tentang kartu
yang hilang, dicuri, dibatalkan atau tidak berlaku lagi karena alasan apapun.
138
demikian dapat dikatakan bahwa kedudukan pemegang kartu
KUHPerdata).
139
XII Buku Ketiga KUHPerdata). Hal ini dikarenakan alat
3) Menerima discount
140
2) Memberikan daftar hitam secara berkala
lain-lain
kredit tersebut
141
b.4. Kewajiban Merchant Terhadap Penerbit
penerbit
142
seringkali tidak tertulis. Yang paling lazim tentunya
143
secara langsung tidak dapat dituntut kepada pembeli
144
terjadi pembatalan secara sepihak harus dilakukan melalui
pembeli? Untuk hal ini, maka bagi pihak pnjual terdapat dua
145
(2) Pihak penjual dapat juga langsung menuntut pihak
146
didasari atas perbuatan melanggar hukum (pasal
1365 KUHPerdata).
pembelian
yang bersangkutan
147
transaksi dan merchant wajib mencocokkan
barang/jasa
dipakainya
jasa
kartu kredit
148
b.4. Kewajiban Pemegang Kartu Terhadap Merchant
KREDIT
para pihak.
149
memenuhi prestasi, yaitu prestasi debitur terhadap
dengan Merchant
150
yang terjadi antara pihak pemegang kartu kredit dengan
tentang cessie (vide pasal 613 ayat (1) dan (2) KUHPerdata)
151
kredit, sedangkan penerbit membayar kepada merchant
kepada penerbit.
152
kreditur, debitur, dan pihak ketiga untuk melakukan
merchant).
153
kreditur adalah merchant, kemudian digantikan oleh penerbit
tersebut.
debitur.
154
setelah pemegang kartu menerima barang/jasa
kartu kredit.
155
persetujuan dari debitur yaitu pemegang kartu yang
merchant.
KUHPerdata).
156
penerbit sebagai akibat pembayaran yang dilakukan
157
transaksi yang diserahkan kepada bank/penerbit yang mana
158
kreditur baru, maka debitur (yang dalam hal ini
159
tersebut tidak diketahuinya sewaktu membuat
160
membayar suatu jumlah terhutang oleh pemegang kartu kepada
161
Hubungan hukum jual beli antara pemegang kartu dengan
162
baru, yang di dalamnya mengandung suatu obyek perikatan
nya. Untuk kasus kartu kredit ini maka objek perikatan yang
perikatannya.
sebagai berikut:
163
3) Atas pembayaran yang dilakukan oleh penerbit kepada
164
ditempatkan sebagai pengganti perikatan semula. Jika
165
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mengenai Novasi
perikatan baru.
166
hubungan hukum pada perikatan lama dilanjutkan dengan
lama.
i. Novasi objektif
167
melibatkan tiga pihak, yaitu kreditur lama,
1) Delegasi (Pemindahan)
2) Exprommissio
168
2. Mengenai Kartu Kredit dan Hubungan Hukum Diantara Para
Pihaknya
kredit.
berkontrak.
169
perjanjian pemakaian kartu kredit sebagai alat
pembayaran.
89
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori Dan Praktek), (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2002), hal. 184.
170
g) Hubungan hukum yang timbul antara penerbit kartu
pekerjaan tertentu.
171
KUHPerdata). Hal ini dikarenakan alat tersebut
konsep novasi.
172
pasal 1413 KUHPerdata mengenai novasi. Hal ini
173
objeknya adalah jual beli antara pemegang kartu dengan
B. SARAN
174
timbul dalam rangka penggunaan kartu kredit sebagai alat
pembayaran.
175
DAFTAR PUSTAKA