1
DISKUSI HUKUMNYA :
2
Salah satu sumber hukum di luar perundang-
undangan adalah perjanjian (contract)
Prinsip dasar perjanjian adalah :
- pacta sunt
servanda.
- Pasal 1338 (1) KUH.
Perdata
Menurut terminologi hukum, pengertian
perjanjian meliputi perjanjian lisan maupun
perjanjian tertulis.
3
Kontrak.
Perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh
masyarakat umum sering disebut kontrak.
5
AKTA OTENTIK :
Akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
seorang pejabat umum yang berwenang
untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat (Psl.
1868 KUH. Perdata).
AKTA DIBAWAH TANGAN :
Akta yang ditandatangani dan yang dibuat
(tanpa perantaraan pejabat umum) dengan
maksud untuk dipakai sebagai bukti dari
suatu perbuatan hukum.
6
Pembedaan akta otentik.
Menurut macam :
7
Menurut jenis.
1. Akta sepihak.
akta yang memuat tindakan, pernyataan
atau keterangan sepihak dari seorang
pembuat akta.
akta pengakuan hutang.
akta (pemberian) kuasa
2. Akta transaksional.
akta yang memuat lebih dari satu
tindakan, pernyataan atau keterangan dari
para pembuat akta.
akta pendirian badan (hukum).
akta-akta perjanjian pada
umumnya.
8
D. FUNGSI AKTA.
Fungsi umum :
a. Sebagai sumber hukum.
b. Sebagai alat bukti.
Fungsi khusus :
a. Sebagai syarat formal bagi realisasi perbuatan
atau keadaan hukum.
b. Sebagai alat peredam potensi sengketa suatu
kasus perjanjian.
c. Sebagai laporan (sebagian) hasil pengelolaan masalah
perjanjian.
9
E. METODA PEMBUATAN KONTRAK.
Maksud utama dari pembuatan kontrak adalah
untuk mewujudkan perjanjian yang
direncanakan, dan sekaligus meminimalkan
potensi sengketa yang terkandung dalam
perjanjian tersebut.
Metoda yang dipakai dalam pembuatan kontrak
adalah metoda materiil yuridis atau metoda
otonom, dalam arti : bagaimana mengelola
masalah perjanjian melalui pembuatan akta-
akta, yang berisi pranata-pranata hukum yang
berperan mewujudkan kebutuhan dan kehendak
yang sah dari pembuat perjanjian serta yang
dapat meminimalkan potensi sengketa dalam
perjanjian itu.
10
Tindakan-tindakan untuk mencapai
maksud pembuatan kontrak :
1. Menyusun kerangka kasus (masalah) berdasar fakta,
relasi-relasi dan kehendak pembuat kontrak.
11
Pembatasan kebebasan berkontrak.
12
Studi Kasus :
13
F. TEKNIK PEMBUATAN KONTRAK
14
G. KESIMPULAN
15
PEMBUATAN AKTA
A. URAIAN SINGKAT
16
B. TUJUAN SUBSTANSIAL :
19
Anatomi/struktur akta.
Suatu akta perjanjian hampir selalu tersusun
atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. awal akta.
a. kepala akta,
b. keterangan tentang
penandatangan akta
(komparisi),
c. praemisse (fakultatif).
2. isi akta.
20
D. KEPALA AKTA
Formulasi kepala akta.
22
Tatanan kepala akta di bawah tangan.
24
Pertanyaan :
Apabila anda seorang Wakil Direktur Bidang
Pengembangan SDM dari sebuah rumah sakit
swasta, diminta Direktur untuk mewakilinya
dalam melakukan penandatanganan naskah
Perjanjian Studi Lanjut dengan seorang
pegawai bernama Ayu Thingting.
Siapakah penandatangan kontrak dan siapa
pembuat kontrak dalam kasus tersebut?
25
E. KOMPARISI.
Pengertian-pengertian.
26
Formulasi komparisi
Komparisi adalah deskripsi tentang kapasitas comparant
(penandatangan akta) dalam pembuatan akta/kontrak;
komparisi tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :
Bertindak untuk diri sendiri.
a. identitas comparant.
b. kualifikasi tindakan comparant.
tanpa/dengan
bantuan, izin atau persetujuan.
Bertindak sebagai wakil pihak.
a. identitas comparant.
b. basis kewenangan comparant.
c. identitas pihak yang diwakili.
Penutup.
frasa sebutan pihak.
27
Identitas comparant.
Unsur-unsur identitas :
Identitas comparant, baik pada akta otentik
maupun akta di bawah tangan, tersusun atas
unsur-unsur :
1. sebutan / addressing (bilamana diperlukan).
2. nama (berikut semua dan segala gelar).
3. umur (bilamana diperlukan).
4. kewarganegaraan (bilamana diperlukan).
29
Basis kewenangan comparant.
Kewenangan comparant untuk bertindak sebagai wakil pihak
dapat berupa :
kuasa (mewakili).
sumber : perjanjian.
perwakilan.
sumber : a.
hukum atau perundang-undangan.
pemegang kekuasaan orangtua.
wali.
pengampu.
b. peraturan/anggaran dasar badan.
ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan
kewenangan comparant, berkaitan dengan
kualifikasi tindakan comparant.
dasar pendirian
atau keberadaan badan yang
diwakili.
30
Contoh-contoh model penulisan
Kuasa mewakili :
(identitas comparant)
berdasar surat kuasa di bawah
tangan, yang bermeterai cukup, bertanggal 2
Pebruari 2005, selaku kuasa dari-dan karena
itu untuk dan-atas nama ( identitas
pihak)
31
CONTOH :
Perwakilan bersumber hukum :
(identitas comparant)
bertindak selaku orangtua yang hidup terlama
dan demikian menurut hukum pemegang
kekuasaan orangtua dari-dan karena itu untuk-
dan atas nama serta sah mewakili
perempuan(nya) yang belum dewasa, yaitu
(identitas
pihak)
32
Perwakilan bersumber peraturan/anggaran dasar badan :
Contoh 1.
(identitas comparant)
......
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku
Direktur Utama dari perseroan terbatas yang akan
disebut, dan karena demikian untuk-dan atas nama
Direksi dari-dan berdasar ketentuan Pasal 11 Anggaran
Dasar perseroan terbatas tersebut, sebagaimana telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. :
747), sah mewakili . (identitas pihak)
...
33
Contoh 2.
(identitas pihak)
dalam hal ini diwakili oleh
(identitas comparant)
dalam jabatannya selaku Direktur Utama dari-dan sebagai
demikian untuk-dan atas nama Direksi dari-dan berdasar atas
kekuatan Pasal 11 Anggaran Dasar perseroan tersebut
sebagaimana telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. :
747).
(frasa sebutan pihak)
34
Identitas pihak yang diwakili
1. Orang perorangan.
Identitas pihak tersusun sama seperti
susunan identitas comparant.
2. Badan atau badan hukum (persona ficta).
Identitas pihak
tersusun atas unsur-unsur : a.
bentuk organisasi badan.
b. nama badan.
c. tempat kedudukan
badan.
35
Contoh model penulisan
(basis kewenangan comparant)
........sah mewakili perseroan
terbatas PT. TIRTA GANGGA, berkedudukan
di Semarang (berkantor di Jalan Pemuda
nomor 1).
(frasa sebutan pihak) ....
36
Frasa sebutan pihak.
38
G. ISI AKTA.
Proses penentuan isi akta.
Langkah-langkah untuk menentukan isi akta (kontrak).
1. Melakukan identifikasi seluruh fakta, relasi-relasi dan
peristiwa-peristiwa dalam kasus. 2.
melakukan skematisai atas kerangka kasus.
3. melakukan kualifikasi yuridis fakta, relasi-relasi dan
peristiwa yang terangkum dalam kerangka kasus. 4.
melakukan seleksi atas peraturan-peraturan hukum.
5. melakukan analisa dan interpretasi atas ketentuan
(ketentuan) hukum dari peraturan yang terseleksi.
6. melakukan aplikasi ketentuan-ketentuan hukum pada kasus
yang ditangani.
7. membuat argumentasi atas ketentuan-ketentuan hukum
yang diaplikasikan.
8. merumuskan dan menyusun ketentuan-ketentuan hukum
untuk isi akta, dengan memperhatikan struktur, sifat dan jenis
kaidah hukum.
39
Formulasi isi akta.
Pembuatan rumusan isi akta merupakan tindakan yang
paling menentukan dari pembuatan kontrak, karena pada
bagian isi akta itulah dimuat ketentuan-ketentuan hukum
khusus yang dibentuk oleh-dan akan mengikat bagi
pembuatnya (pacta sunt servanda).
butuh pemahaman yang cukup tentang substansi
transaksi para pihak.
butuh imajinasi antisipatif atas akibat-akibat
hukum dari pelaksanaan hak dan kewajiban para
pihak.
rumusan tentang obyek, hak dan kewajiban para
pihak harus dibuat secermat, seakurat dan seteliti
mungkin.
40
Kategori rumusan dalam isi akta.
Ketentuan-ketentuan dalam isi akta perjanjian pada umumnya
dapat kategorikan dalam :
1. ketentuan-ketentuan esensial.
ketentuan-ketentuan yang lebih mengatur tentang obyek-
obyek transaksi (causa);
- jual beli tentang
benda dan harga. - sewa menyewa
tentang bezit dan harga. - tukar menukar
tentang benda dan benda. - pinjam pakai
tentang benda dan beaya.
2. ketentuan-ketentuan pendukung daya-kerja. Ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang-dan pelaksanaan hak
dan kewajiban para pihak.
41
Isi akta dalam formulir perjanjian baku
Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya telah
dibakukan dan sebagian besar tertuang dalam bentuk
formulir.
pada umumnya, formulasi isi akta perjanjian baku
ditentukan secara sepihak oleh produsen.
pada umumnya, dalam perjanjian baku, posisi tawar
konsumen lebih rendah dari posisi produsen.
Perancang akta perjanjian baku harus selalu
memperhatikan prinsip-prisip keadilan (fairness)
dan kewajaran (reasonableness).
Penetapan klausul eksonerasi diusahakan jangan
sampai dianggap bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan atau melanggar HAM.
42
Cara menyusun isi akta
Pada akta banyak pihak, penyusunan isi akta
dilakukan seperti layaknya menyusun
ketentuan-ketentuan hukum dalam pasal-
pasal pada batang tubuh suatu peraturan
perundang-undangan.
Acuan :
Lampiran UU. No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
43
H. PENUTUP AKTA.
Unsur-unsur penutup akta.
Ada berbagai model formulasi bagian penutup akta pada akta
partai. Dari berbagai model tersebut ada beberapa unsur yang
tetap dapat dijumpai dalam setiap model.
Unsur-unsur tersebut, yaitu :
1. identitas saksi (bilamana diperlukan);
2. meterai;
3. tandatangan comparant; dan
4. tandatangan saksi (bilamana diperlukan).
44
Modifikasi penutup akta di bawah
tangan.
Unsur-unsur yang perlu dan dapat dimuat dalam bagian penutup
akta di bawah tangan :
1. tempat pembuatan akta. (bersifat pilihan).
- dimuat bilamana belum dimuat di awal
akta. - nama kota atau desa.
4. meterai.
5. tandatangan.
45
Identitas saksi.
Cara penulisan identitas comparant berlaku juga untuk penulisan
identitas saksi.
Meterai.
Suatu akta/surat yang walaupun telah memenuhi syarat-syarat
material dan/atau formal yang ditentukan dalam hukum, tetapi tidak
bermeterai, diangap tidak memiliki kekuatan bukti.
46
Prinsip-prinsip pemakaian meterai tempel.
47
Tandatangan.
48
Contoh model penutup akta di bawah tangan.
Model 1.
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ..
Saksi saksi
.. ...
Model 2.
Semarang, .
Pihak Kedua Pihak Pertama
... ...
Saksi saksi
. ......
49
Model 3.
- Demikianlah surat ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di
atas.
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ..
Saksi saksi
.. ...
Model 4.
- Demikianlah surat ini dibuat di ... pada hari dan
tanggal tersebut di atas.
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ..
Saksi saksi
.. ...
50
Model 5.
- Demikianlah surat ini dibuat dengan disaksikan oleh :
1. ....................
2. ..
..
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ...
Saksi saksi
.. ...
51
Model 6.
- Demikianlah surat ini dibuat di dengan
disaksikan oleh : 1. .
...................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ...
Saksi saksi
.. ...
52
Model 7.
- Demikianlah surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua),
masing-masingbermeterai cukup dan mempunyai kekuatan
yang samauntuk pihak pertama dan pihak kedua, dengan
disaksikan oleh : 1. .
...................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ...
Saksi saksi
.. ...
53
Model 8.
- Demikianlah surat perjanjian ini dibuat di .. dalam
rangkap 2 (dua), masing-masingbermeterai cukup dan
mempunyai kekuatan yang samauntuk pihak pertama dan pihak
kedua dengan disaksikan oleh :
1. ....................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama
.. ...
Saksi saksi
.. ...
54
I. LAMPIRAN AKTA
Isi akta pada dasarnya merupakan sekumpulan
dari konkretisasi kaidah hukum yang oleh para
pembuatnya disepakati akan diberlakukan dalam
pelaksanaan transaksi yang diatur dalam akta
tersebut.
Ketentuan atau hal-hal lain yang tidak bersifat
pembawa kaidah hukum, seperti gambar, desain
dan spesifikasi mesin-mesin atau hal-hal lain
semacam itu, selayaknya tidak dimuat pada isi
akta, tetapi dimuat dalam Lampiran Akta.
55
Frasa penunjuk.
Bilamana akta membutuhkan lampiran, agar ada
keterikatan antara lampiran dengan akta (induk),
maka perlu dibuatkan frasa penunjuk (baik dalam
bagian praemisse, dalam isi akta atau bilamana
perlu pada lampiran tersebut, seperti dalam
peraturan perundang-undangan).
Contoh : ....................
..............sebagaimana termuat dalam Gambar
Situasi, yang dilampirkan pada-dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari akta (perjanjian) ini.
56
J. LEGALISASI.
Suatu akta di bawah tangan yang ditandatangani atau dibubuhi
cap jempol dapat dilegalisir oleh notaris atau pejabat umum lain
yang ditunjuk oleh undang-undang.
Sumber :
1. Pasal 1874 dan Pasal 1874a KUH. Perdata.
2. Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43.
3. Pasal 286 dan Pasal 287 R.Bg. (Stb. 1927 no. 227).
Pengertian :
Legalisasi adalah suatu pernyataan bertanggal tentang : telah
dikenal atau diperkenalnya penandatangan atau pembubuh cap
jempol, telah dijelaskan
isi akta kepada penandatangan atau pembubuh cap
jempol, pembubuhan
tandatanganan cap jempol dilakukan dihadapan
pejabat umum.
57
K. PENANDAAN (WAARMERKING).
Akta di bawah tangan yang ditandatangani atau dibubuhi cap
jempol, yang tidak dilegalisir, dapat juga ditandai
(gewaarmerk) oleh notaris atau pejabat umum lain yang
ditunjuk oleh undang-undang.
Sumber :
Pasal 2 (2) Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43.
Pengertian : Penandaan
(waarmerking) adalah suatu keterangan dari pejabat umum
yang berwenang bahwa :
akta ditandai (gewaarmerk).
tanggal pencatatan akta dalam buku
register (daftar) pejabat.
Penandaan berguna untuk dijadikan bukti mengenai
penanggalan akta terhadap pihak ketiga.
58
L. LATIHAN-LATIHAN
Kegiatan utama :
1. memilih ketua dan sekretaris kelompok.
berganti disetiap penggantian kasus.
2. diskusi kelompok.
dapat dibentuk buzz-group.
proses diskusi dicatat
dalam berita acara. 3.
membuat 2 copy atas kesimpulan hasil diskusi.
4. diskusi kelas.
moderator dan sekretaris, masing-masing
wakil dari tiap kelompok.
copy notulensi digandakan untuk para
peserta. 5.
menyusun draft perjanjian sebagai tugas pribadi.
Kegiatan tambahan :
- mencari bahan-bahan hukum di perpustakaan.
59
M. KESIMPULAN
Untuk dapat menyusun komparisi yang baik dan benar, diperlukan
penguasaan atas hukum badan pribadi, hukum perkawinan dan hukum
persona ficta.
Pemahaman atas seluruh aspek teknis dari substansi transaksi,
penguasaan asas dan aturan-aturan hukum perjanjian, serta tingginya
daya imajinasi antisipatif akan akibat-akibat hukum dari pelaksanaan
transaksi, sangat menentukan nilai dari akta yang dihasilkan.
Prinsip-prinsip penulisan hukum (legal writing) sangat membantu dalam
merumuskan ketentuan hukum dalam isi akta untuk meminimalkan
potensi sengketa berkaitan dengan masalah interpretasi (penafsiran).
Asas keadilan dan kewajaran sangat perlu diperhatikan dalam
pembuatan formulir perjanjian baku.
60