Anda di halaman 1dari 60

CONTRACT DRAFTING

(PENYUSUNAN NASKAH KONTRAK)


TYAS TRI ARSOYO, SH.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

1
DISKUSI HUKUMNYA :

1. Bagaimana keabsahan kontrak yang dibuat


oleh orang yang buta huruf ?
2. Anda adalah Direktur Utama dari sebuah
perusahaan. Dalam jabatan anda tersebut,
apakah anda bisa memberi kuasa kepada
pihak lain (misalnya, salah seorang
Manager) untuk mewakili anda, membeli
sebidang tanah untuk perluasan lahan
perusahaan?

2
Salah satu sumber hukum di luar perundang-
undangan adalah perjanjian (contract)
Prinsip dasar perjanjian adalah :
- pacta sunt
servanda.
- Pasal 1338 (1) KUH.
Perdata
Menurut terminologi hukum, pengertian
perjanjian meliputi perjanjian lisan maupun
perjanjian tertulis.

3
Kontrak.
Perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh
masyarakat umum sering disebut kontrak.

Kontrak lebih dimaknai


sebagai perjanjian tertulis.
Tertulis artinya dibuat
dengan tulisan.
Tulisan (surat/akta).
Tulisan adalah tiap pembawa
tanda-tanda baca yang dapat dimengerti dan
yang dengan mana suatu buah pikiran dapat
dinyatakan. 4
AKTA :
Tulisan yang khusus dibuat untuk
dijadikan alat bukti atas hal-hal yang
tersebut didalamnya.
BUKAN AKTA :
Tulisan yang, baik ditandatangani atau
tidak, dibuat tanpa perantaraan pejabat
umum dan yang sengaja dibuat tidak
dengan maksud (utama) untuk dipakai
sebagai alat bukti.

5
AKTA OTENTIK :
Akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
seorang pejabat umum yang berwenang
untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat (Psl.
1868 KUH. Perdata).
AKTA DIBAWAH TANGAN :
Akta yang ditandatangani dan yang dibuat
(tanpa perantaraan pejabat umum) dengan
maksud untuk dipakai sebagai bukti dari
suatu perbuatan hukum.

6
Pembedaan akta otentik.
Menurut macam :

1. Akta pejabat (ambtelijke-acte) :


akta yang dibuat oleh pejabat umum.
akta-akta catatan sipil.
akta berita acara (proces verbaal).

2. Akta partai (partij-acte) :


akta yang dibuat oleh pihak(-pihak) yang
bersangkutan dihadapan pejabat umum.
akta pendirian badan hukum.
akta-akta perjanjian notariil.

7
Menurut jenis.
1. Akta sepihak.
akta yang memuat tindakan, pernyataan
atau keterangan sepihak dari seorang
pembuat akta.
akta pengakuan hutang.
akta (pemberian) kuasa
2. Akta transaksional.
akta yang memuat lebih dari satu
tindakan, pernyataan atau keterangan dari
para pembuat akta.
akta pendirian badan (hukum).
akta-akta perjanjian pada
umumnya.
8
D. FUNGSI AKTA.
Fungsi umum :
a. Sebagai sumber hukum.
b. Sebagai alat bukti.
Fungsi khusus :
a. Sebagai syarat formal bagi realisasi perbuatan
atau keadaan hukum.
b. Sebagai alat peredam potensi sengketa suatu
kasus perjanjian.
c. Sebagai laporan (sebagian) hasil pengelolaan masalah
perjanjian.

9
E. METODA PEMBUATAN KONTRAK.
Maksud utama dari pembuatan kontrak adalah
untuk mewujudkan perjanjian yang
direncanakan, dan sekaligus meminimalkan
potensi sengketa yang terkandung dalam
perjanjian tersebut.
Metoda yang dipakai dalam pembuatan kontrak
adalah metoda materiil yuridis atau metoda
otonom, dalam arti : bagaimana mengelola
masalah perjanjian melalui pembuatan akta-
akta, yang berisi pranata-pranata hukum yang
berperan mewujudkan kebutuhan dan kehendak
yang sah dari pembuat perjanjian serta yang
dapat meminimalkan potensi sengketa dalam
perjanjian itu.
10
Tindakan-tindakan untuk mencapai
maksud pembuatan kontrak :
1. Menyusun kerangka kasus (masalah) berdasar fakta,
relasi-relasi dan kehendak pembuat kontrak.

2. Melakukan kualifikasi yuridis atas kerangka kasus yang


telah tersusun.

3. Menentukan pilihan atas :


a. berbagai alternatif sistem hukum dan/atau ketentuan-
ketentuan (materi) hukum yang berlaku, khususnya yang
terkait dengan obyek perjanjian dan/atau subyek pembuat
akta (perjanjian).
b. alternatif bentuk, macam serta jenis akta secara efektif
dan efisien (jikalau dimungkinkan oleh perundang-
undangan).

11
Pembatasan kebebasan berkontrak.

Hukum perikatan mengenal asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338


ayat 1 KUH. Perdata); antara lain kebebasan untuk :
membuat atau tidak membuat
perjanjian; menentukan bentuk perjanjian;
menentukan bentuk akta perjanjian.

Dalam beberapa hal kebebasan berkontrak dibatasi oleh pembentuk


undang-undang; antara lain :
perjanjian perburuhan harus dibuat dalam bentuk tertulis.
perjanjian perdamaian harus dibuat dalam bentuk
tertulis. jual
beli tanah harus dibuat dengan akta otentik.

Berbagai macam alasan yang dipakai untuk mendasari pembatasan


tersebut, tetapi pada umumnya berkait dengan bidang administrasi.

12
Studi Kasus :

Klien anda seorang Direktur rumah sakit swasta, berniat membeli


beberapa bidang tanah disekitarnya untuk perluasan usaha
pelayanan kesehatan. Niat tersebut ternyata telah diketahui umum.
Suatu hari datang kepadanya seseorang menawarkan tanah gono-
gini miliknya, yang terletak persis di samping RS, dengan harga
yang wajar untuk tanah HM di wilayah itu.
Menurut keterangan pemilik, hasil penjualan tanah itu akan segera
dipakai untuk membayar kekurangan beaya perawatan isterinya,
yang sedang dalam keadaan koma lebih dari 2 bulan.
Kesulitan utama yang dihadapi klien anda adalah belum
diperolehnya izin lokasi baru bagi perluasan RS.

Saran apa yang dapat anda berikan pada kolega anda ?

13
F. TEKNIK PEMBUATAN KONTRAK

Teknik pembuatan kontrak adalah cara


mengelola seluruh fakta, relasi-relasi serta
kejadian-kejadian ke dalam akta-akta, menurut
dan sesuai dengan fungsi masing-masing akta
itu dalam perjanjian yang direncanakan, guna
memberi kekuatan dan kepastian hukum bagi
pelaksanaan perjanjian itu.

14
G. KESIMPULAN

Untuk dapat menentukan jumlah, jenis serta


macam akta yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perjanjian yang direncanakan,
dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan
yang cukup atas terminologi hukum, asas-
asas, kaidah- kaidah dan sistem hukum, serta
peraturan perundang-undangan, hukum tak
tertulis, kebiasaan maupun jurisprudensi.

15
PEMBUATAN AKTA
A. URAIAN SINGKAT

Teknik pembuatan akta yang baku untuk penyusunan akta di


bawah tangan, belum terbentuk seperti yang telah dikenal dan
dipakai dalam pembuatan akta otentik.

Dalam bagian ini dikemukakan model teknik pembuatan akta di


bawah tangan yang dibangun melalui adopsi beberapa bagian
dari teknik pembuatan akta otentik, dengan tetap tidak
mengabaikan terhadap pemberian jaminan atas kekuatan bukti
dari akta yang disusun.

16
B. TUJUAN SUBSTANSIAL :

Pada akhir pembelajaran bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. memahami perbedaan antara pembuat akta dengan


penandatangan akta.
2. menyusun komparisi dengan baik dan benar.
3. mempunyai kemampuan untuk merumuskan ketentuan-
ketentuan hukum dalam akta, seturut sifat dan/atau jenis kaidah

hukum berbasis kehendak (para) pihak demi kepastian hukum.

4. memahami pemakaian dan fungsi meterai dalam pembuatan


akta.
5. memahami teknik pembubuhan tandatangan.
17
C. TEKNIK PEMBUATAN AKTA
Teknik pembuatan akta adalah cara menyusun tatanan
suatu akta dengan tujuan untuk :

a. menghindarkan akta dari kecacatan, baik


mengenai subyek pembuat akta maupun
mengenai pengelolaan obyek pembuatan akta,

b. untuk mewujudkan kontrak yang


direncanakan, serta

c. untuk memperoleh jaminan akan


ketersediaan sebuah alat bukti tulisan pada waktu
diperlukan.
18
Prinsip-prinsip pembuatan akta.

1. prinsip kebebasan berkontrak : ada kebebasan pembuat


akta untuk menentukan obyek, isi dan persyaratan kontrak.

2. prinsip itikad baik.


a. tidak boleh ada kecurangan dalam negosiasi.
b. tidak boleh ada paksaan psikis dalam negosiasi.
c. tidak boleh ada ketidakwajaran.
3. prinsip keadilan : harus ada keseimbangan tanggungjawab
antara para pihak.
4. prinsip ekonomis : berusaha meminimalkan beaya
pembuatan akta.
5. prinsip executabel (executable) : membawakan keabsahan
dan dapat dilaksanakan.

19
Anatomi/struktur akta.
Suatu akta perjanjian hampir selalu tersusun
atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. awal akta.
a. kepala akta,
b. keterangan tentang
penandatangan akta
(komparisi),
c. praemisse (fakultatif).
2. isi akta.

3. penutup (akhir) akta.

20
D. KEPALA AKTA
Formulasi kepala akta.

Kepala akta pada akta otentik yang berujud


akta partai, tersusun atas unsur-unsur :
1.
judul akta.
2. nomor akta.
3. penanggalan akta.
4. nama pejabat umum.
5. s.k.
pengangkatan pejabat umum.
6. tempat kedudukan pejabat umum.
21
Contoh :
PENDIRIAN YAYASAN SEHAT WARAS
Nomor : 1.
---Pada hari ini, hari Senin, tanggal satu (1) Januari------------------
duaribu lima (2005), pukul duabelas tigapuluh menit-----------------
(12.30) Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB);--------------------------
menghadap kepada saya, KOEKOE BIMA Sarjana-------------------
Hukum, yang berdasar Surat Keputusan Menteri----------------------
Kehakiman Republik Indonesia bertanggal 2 Pebruari---------------
seribu sembilanratus delapanpuluh (1980) nomor :-------------------
JHA.5/8/6, sebagai Notaris di Semarang, dengan dihadiri oleh ---
para saksi yang telah saya, Notaris, kenal dan yang nama---------
namanya akan disebutkan pada bagian akhir akta ini, yaitu :-------

22
Tatanan kepala akta di bawah tangan.

Mengacu pada tatanan kepala akta otentik, dengan


beberapa perkecualian, yaitu :

pencantuman nomor akta (fakultatif).


pencantuman penanggalan akta (pilihan);
pada awal akta atau pada akhir akta.
tempat pembuatan akta (pilihan);
pada awal akta atau pada akhir akta.

pencantuman unsur-unsur pejabat, ditiadakan. 23


CONTOH :
1. Dengan nomor dan tanpa penanggalan akta.
SURAT KUASA
Nomor : 007/Dirut/A/X/2005.
Yang bertandatangan di bawah ini :.....dst.

2. Tanpa nomor, dengan penanggalan akta.


PERJANJIAN KERJASAMA
Pada hari ini, hari Senin, tanggal 1 Januari 2005,
telah dibuat perjanjian antara : ....dst.

24
Pertanyaan :
Apabila anda seorang Wakil Direktur Bidang
Pengembangan SDM dari sebuah rumah sakit
swasta, diminta Direktur untuk mewakilinya
dalam melakukan penandatanganan naskah
Perjanjian Studi Lanjut dengan seorang
pegawai bernama Ayu Thingting.
Siapakah penandatangan kontrak dan siapa
pembuat kontrak dalam kasus tersebut?

25
E. KOMPARISI.
Pengertian-pengertian.

Komparisi (Belanda: comparitie, Latin: compareo) yaitu :


kehadiran pihak-pihak pada suatu perbuatan hukum yang
direncanakan, atau pada suatu tindakan peradilan.
Dalam pembuatan akta otentik, orang yang menghadap pada
pejabat untuk membuat akta disebut dengan istilah comparant
atau penghadap.
Dari aspek pembuatan kontrak, komparisi bermakna suatu
keterangan dalam akta, tentang orang yang hadir dalam
pertemuan untuk menyusun dan menandatangani akta, dan dari
keterangan mana dapat diketahui siapa yang menjadi pihak
(subyek) dalam perjanjian.

26
Formulasi komparisi
Komparisi adalah deskripsi tentang kapasitas comparant
(penandatangan akta) dalam pembuatan akta/kontrak;
komparisi tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :
Bertindak untuk diri sendiri.
a. identitas comparant.
b. kualifikasi tindakan comparant.
tanpa/dengan
bantuan, izin atau persetujuan.
Bertindak sebagai wakil pihak.
a. identitas comparant.
b. basis kewenangan comparant.
c. identitas pihak yang diwakili.
Penutup.
frasa sebutan pihak.
27
Identitas comparant.
Unsur-unsur identitas :
Identitas comparant, baik pada akta otentik
maupun akta di bawah tangan, tersusun atas
unsur-unsur :
1. sebutan / addressing (bilamana diperlukan).
2. nama (berikut semua dan segala gelar).
3. umur (bilamana diperlukan).
4. kewarganegaraan (bilamana diperlukan).

5. pekerjaan, profesi atau kedudukan dalam


masyarakat.
6. tempat tinggal (kediaman).
28
CONTOH :

Nn. R.A. Kartini, S.Ked., umur 26


(duapuluh enam) tahun, warganegara
Republik Indonesia, dokter, bertempat
tinggal di Semarang (Jln. Warak No.100).

29
Basis kewenangan comparant.
Kewenangan comparant untuk bertindak sebagai wakil pihak
dapat berupa :
kuasa (mewakili).
sumber : perjanjian.
perwakilan.
sumber : a.
hukum atau perundang-undangan.
pemegang kekuasaan orangtua.
wali.
pengampu.
b. peraturan/anggaran dasar badan.
ketentuan-ketentuan yang menjadi acuan
kewenangan comparant, berkaitan dengan
kualifikasi tindakan comparant.
dasar pendirian
atau keberadaan badan yang
diwakili.
30
Contoh-contoh model penulisan
Kuasa mewakili :
(identitas comparant)
berdasar surat kuasa di bawah
tangan, yang bermeterai cukup, bertanggal 2
Pebruari 2005, selaku kuasa dari-dan karena
itu untuk dan-atas nama ( identitas
pihak)

31
CONTOH :
Perwakilan bersumber hukum :
(identitas comparant)
bertindak selaku orangtua yang hidup terlama
dan demikian menurut hukum pemegang
kekuasaan orangtua dari-dan karena itu untuk-
dan atas nama serta sah mewakili
perempuan(nya) yang belum dewasa, yaitu
(identitas
pihak)

32
Perwakilan bersumber peraturan/anggaran dasar badan :
Contoh 1.

(identitas comparant)
......
dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku
Direktur Utama dari perseroan terbatas yang akan
disebut, dan karena demikian untuk-dan atas nama
Direksi dari-dan berdasar ketentuan Pasal 11 Anggaran
Dasar perseroan terbatas tersebut, sebagaimana telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. :
747), sah mewakili . (identitas pihak)
...

33
Contoh 2.

(identitas pihak)
dalam hal ini diwakili oleh
(identitas comparant)
dalam jabatannya selaku Direktur Utama dari-dan sebagai
demikian untuk-dan atas nama Direksi dari-dan berdasar atas
kekuatan Pasal 11 Anggaran Dasar perseroan tersebut
sebagaimana telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. : 6 tanggal 13 Agustus 2005 (Tambahan No. :
747).
(frasa sebutan pihak)

34
Identitas pihak yang diwakili
1. Orang perorangan.
Identitas pihak tersusun sama seperti
susunan identitas comparant.
2. Badan atau badan hukum (persona ficta).
Identitas pihak
tersusun atas unsur-unsur : a.
bentuk organisasi badan.
b. nama badan.
c. tempat kedudukan
badan.
35
Contoh model penulisan
(basis kewenangan comparant)
........sah mewakili perseroan
terbatas PT. TIRTA GANGGA, berkedudukan
di Semarang (berkantor di Jalan Pemuda
nomor 1).
(frasa sebutan pihak) ....

36
Frasa sebutan pihak.

Maksud utama sebutan pihak adalah untuk menghindari


pengulangan nama pihak dalam penulisan akta.
Berbagai cara memberikan sebutan kepada pihak, antara lain
berdasar :
1. urutan penulisan.
2. kedudukan pihak dalam perjanjian.
3. bentuk organisasi pihak.
4. bentuk bidang usaha pihak.
Contoh penulisan :
1. ..................................................................
- Selanjutnya disebut : PIHAK PERTAMA; 2.
.................................................................. -
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut :
Universitas;
37
F. PRAEMISSE.
Praemisse adalah keterangan atau pernyataan dalam suatu akta
tentang substansi transaksi para pihak, yang transaksi mana
pengaturannya akan dimuat dalam akta tersebut.
Praemisse mempunyai fungsi mirip konsiderans dalam peraturan
perundang-undangan.
Tidak semua akta memakai praemisse, pada umumnya hanya
dimuat pada akta-akta yang dipandang rumit.

38
G. ISI AKTA.
Proses penentuan isi akta.
Langkah-langkah untuk menentukan isi akta (kontrak).
1. Melakukan identifikasi seluruh fakta, relasi-relasi dan
peristiwa-peristiwa dalam kasus. 2.
melakukan skematisai atas kerangka kasus.
3. melakukan kualifikasi yuridis fakta, relasi-relasi dan
peristiwa yang terangkum dalam kerangka kasus. 4.
melakukan seleksi atas peraturan-peraturan hukum.
5. melakukan analisa dan interpretasi atas ketentuan
(ketentuan) hukum dari peraturan yang terseleksi.
6. melakukan aplikasi ketentuan-ketentuan hukum pada kasus
yang ditangani.
7. membuat argumentasi atas ketentuan-ketentuan hukum
yang diaplikasikan.
8. merumuskan dan menyusun ketentuan-ketentuan hukum
untuk isi akta, dengan memperhatikan struktur, sifat dan jenis
kaidah hukum.
39
Formulasi isi akta.
Pembuatan rumusan isi akta merupakan tindakan yang
paling menentukan dari pembuatan kontrak, karena pada
bagian isi akta itulah dimuat ketentuan-ketentuan hukum
khusus yang dibentuk oleh-dan akan mengikat bagi
pembuatnya (pacta sunt servanda).
butuh pemahaman yang cukup tentang substansi
transaksi para pihak.
butuh imajinasi antisipatif atas akibat-akibat
hukum dari pelaksanaan hak dan kewajiban para
pihak.
rumusan tentang obyek, hak dan kewajiban para
pihak harus dibuat secermat, seakurat dan seteliti
mungkin.

40
Kategori rumusan dalam isi akta.
Ketentuan-ketentuan dalam isi akta perjanjian pada umumnya
dapat kategorikan dalam :
1. ketentuan-ketentuan esensial.
ketentuan-ketentuan yang lebih mengatur tentang obyek-
obyek transaksi (causa);
- jual beli tentang
benda dan harga. - sewa menyewa
tentang bezit dan harga. - tukar menukar
tentang benda dan benda. - pinjam pakai
tentang benda dan beaya.
2. ketentuan-ketentuan pendukung daya-kerja. Ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang-dan pelaksanaan hak
dan kewajiban para pihak.

41
Isi akta dalam formulir perjanjian baku
Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya telah
dibakukan dan sebagian besar tertuang dalam bentuk
formulir.
pada umumnya, formulasi isi akta perjanjian baku
ditentukan secara sepihak oleh produsen.
pada umumnya, dalam perjanjian baku, posisi tawar
konsumen lebih rendah dari posisi produsen.
Perancang akta perjanjian baku harus selalu
memperhatikan prinsip-prisip keadilan (fairness)
dan kewajaran (reasonableness).
Penetapan klausul eksonerasi diusahakan jangan
sampai dianggap bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan atau melanggar HAM.
42
Cara menyusun isi akta
Pada akta banyak pihak, penyusunan isi akta
dilakukan seperti layaknya menyusun
ketentuan-ketentuan hukum dalam pasal-
pasal pada batang tubuh suatu peraturan
perundang-undangan.
Acuan :
Lampiran UU. No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

43
H. PENUTUP AKTA.
Unsur-unsur penutup akta.
Ada berbagai model formulasi bagian penutup akta pada akta
partai. Dari berbagai model tersebut ada beberapa unsur yang
tetap dapat dijumpai dalam setiap model.
Unsur-unsur tersebut, yaitu :
1. identitas saksi (bilamana diperlukan);
2. meterai;
3. tandatangan comparant; dan
4. tandatangan saksi (bilamana diperlukan).

Untuk akta di bawah tangan, selain dari keharusan penandatanganan


(Pasal 1874 atau Pasal 1874a KUH. Perdata, Pasal 286 R.Bg. S.
1927 : 227) tidak ada pembakuan lain; maka dengan sedikit
modifikasi, unsur-unsur pada penutup akta otentik dapat dipakai
sebagai acuan.

44
Modifikasi penutup akta di bawah
tangan.
Unsur-unsur yang perlu dan dapat dimuat dalam bagian penutup
akta di bawah tangan :
1. tempat pembuatan akta. (bersifat pilihan).
- dimuat bilamana belum dimuat di awal
akta. - nama kota atau desa.

2. penanggalan akta. (bersifat pilihan).


- dimuat bilamana belum dimuat di awal
akta.
3. identitas saksi. (bersifat pilihan).
- dimuat bila perlu saksi untuk pembuatan akta.

4. meterai.
5. tandatangan.
45
Identitas saksi.
Cara penulisan identitas comparant berlaku juga untuk penulisan
identitas saksi.

Meterai.
Suatu akta/surat yang walaupun telah memenuhi syarat-syarat
material dan/atau formal yang ditentukan dalam hukum, tetapi tidak
bermeterai, diangap tidak memiliki kekuatan bukti.

Pemakaian kertas meterai, meterai tempel atau mesin teraan


meterai, hanya merupakan urusan pelunasan pajak atas dokumen
yang disebut bea meterai (Pasal 1 jo. Pasal 7 ayat 2 UUNo.
13/1985 tentang Bea Meterai dan SK. Menkeu No. 104/KMK.04/
1986 tanggal 22 Pebruari 1986).

46
Prinsip-prinsip pemakaian meterai tempel.

1. meterai tempel dalam keadaan tidak rusak.


2. meterai tempel dilekatkan pada kertas, di tempat mana
tandatangan akan dibubuhkan.
3. pembubuhan tandatangan dilakukan dengan menempatkan
sebagian tandatangan pada meterai tempel dan sebagian yang
lain pada kertas dokumen.

4. atas beberapa lembar yang senailai dengan/atau satu lembar


meterai tempel hanya boleh dibubuhi satu tandatangan.

5. meterai tempel dapat dipakai untuk memenuhi kekurangan besar


bea meterai yang terutang karena penggunaan kertas meterai
(kertas zegel).

47
Tandatangan.

Tidak ada ketentuan undang-undang yang memberi


penjelasan tentang pengertian tandatangan.
Beberapa pasal Notaris Reglement (Stb. 1860 : 3) yang
memuat tentang syarat penandatanganan akta, memberi
petunjuk, bahwa : yang dimaksud tandatangan adalah
tandatangan nama.
Arrest Hoge Raad (HR) tanggal 6 Mei 1910, memutus,
bahwa: persyaratan penandatanganan hanya terpenuhi
dengan membubuhkan nama yang dipakai oleh penandatangan,
dengan atau tanpa menambahkan nama kecilnya.

Kesimpulan : Tandatangan adalah tulisan tentang nama.

48
Contoh model penutup akta di bawah tangan.
Model 1.
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ..
Saksi saksi
.. ...
Model 2.
Semarang, .
Pihak Kedua Pihak Pertama

... ...
Saksi saksi
. ......

49
Model 3.
- Demikianlah surat ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di
atas.
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ..
Saksi saksi
.. ...
Model 4.
- Demikianlah surat ini dibuat di ... pada hari dan
tanggal tersebut di atas.
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ..
Saksi saksi
.. ...

50
Model 5.
- Demikianlah surat ini dibuat dengan disaksikan oleh :
1. ....................
2. ..
..
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ...
Saksi saksi
.. ...

51
Model 6.
- Demikianlah surat ini dibuat di dengan
disaksikan oleh : 1. .
...................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ...
Saksi saksi
.. ...

52
Model 7.
- Demikianlah surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua),
masing-masingbermeterai cukup dan mempunyai kekuatan
yang samauntuk pihak pertama dan pihak kedua, dengan
disaksikan oleh : 1. .
...................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ...
Saksi saksi
.. ...

53
Model 8.
- Demikianlah surat perjanjian ini dibuat di .. dalam
rangkap 2 (dua), masing-masingbermeterai cukup dan
mempunyai kekuatan yang samauntuk pihak pertama dan pihak
kedua dengan disaksikan oleh :
1. ....................
2. ....
pada hari ..
..
Salatiga, tanggal .........
Pihak Kedua Pihak Pertama

.. ...
Saksi saksi
.. ...

54
I. LAMPIRAN AKTA
Isi akta pada dasarnya merupakan sekumpulan
dari konkretisasi kaidah hukum yang oleh para
pembuatnya disepakati akan diberlakukan dalam
pelaksanaan transaksi yang diatur dalam akta
tersebut.
Ketentuan atau hal-hal lain yang tidak bersifat
pembawa kaidah hukum, seperti gambar, desain
dan spesifikasi mesin-mesin atau hal-hal lain
semacam itu, selayaknya tidak dimuat pada isi
akta, tetapi dimuat dalam Lampiran Akta.

55
Frasa penunjuk.
Bilamana akta membutuhkan lampiran, agar ada
keterikatan antara lampiran dengan akta (induk),
maka perlu dibuatkan frasa penunjuk (baik dalam
bagian praemisse, dalam isi akta atau bilamana
perlu pada lampiran tersebut, seperti dalam
peraturan perundang-undangan).

Contoh : ....................
..............sebagaimana termuat dalam Gambar
Situasi, yang dilampirkan pada-dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari akta (perjanjian) ini.

56
J. LEGALISASI.
Suatu akta di bawah tangan yang ditandatangani atau dibubuhi
cap jempol dapat dilegalisir oleh notaris atau pejabat umum lain
yang ditunjuk oleh undang-undang.
Sumber :
1. Pasal 1874 dan Pasal 1874a KUH. Perdata.
2. Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43.
3. Pasal 286 dan Pasal 287 R.Bg. (Stb. 1927 no. 227).
Pengertian :
Legalisasi adalah suatu pernyataan bertanggal tentang : telah
dikenal atau diperkenalnya penandatangan atau pembubuh cap
jempol, telah dijelaskan
isi akta kepada penandatangan atau pembubuh cap
jempol, pembubuhan
tandatanganan cap jempol dilakukan dihadapan
pejabat umum.

57
K. PENANDAAN (WAARMERKING).
Akta di bawah tangan yang ditandatangani atau dibubuhi cap
jempol, yang tidak dilegalisir, dapat juga ditandai
(gewaarmerk) oleh notaris atau pejabat umum lain yang
ditunjuk oleh undang-undang.
Sumber :
Pasal 2 (2) Ordonansi Stb. 1916 no. 46 jo. 43.
Pengertian : Penandaan
(waarmerking) adalah suatu keterangan dari pejabat umum
yang berwenang bahwa :
akta ditandai (gewaarmerk).
tanggal pencatatan akta dalam buku
register (daftar) pejabat.
Penandaan berguna untuk dijadikan bukti mengenai
penanggalan akta terhadap pihak ketiga.

58
L. LATIHAN-LATIHAN
Kegiatan utama :
1. memilih ketua dan sekretaris kelompok.
berganti disetiap penggantian kasus.
2. diskusi kelompok.
dapat dibentuk buzz-group.
proses diskusi dicatat
dalam berita acara. 3.
membuat 2 copy atas kesimpulan hasil diskusi.
4. diskusi kelas.
moderator dan sekretaris, masing-masing
wakil dari tiap kelompok.
copy notulensi digandakan untuk para
peserta. 5.
menyusun draft perjanjian sebagai tugas pribadi.
Kegiatan tambahan :
- mencari bahan-bahan hukum di perpustakaan.
59
M. KESIMPULAN
Untuk dapat menyusun komparisi yang baik dan benar, diperlukan
penguasaan atas hukum badan pribadi, hukum perkawinan dan hukum
persona ficta.
Pemahaman atas seluruh aspek teknis dari substansi transaksi,
penguasaan asas dan aturan-aturan hukum perjanjian, serta tingginya
daya imajinasi antisipatif akan akibat-akibat hukum dari pelaksanaan
transaksi, sangat menentukan nilai dari akta yang dihasilkan.
Prinsip-prinsip penulisan hukum (legal writing) sangat membantu dalam
merumuskan ketentuan hukum dalam isi akta untuk meminimalkan
potensi sengketa berkaitan dengan masalah interpretasi (penafsiran).
Asas keadilan dan kewajaran sangat perlu diperhatikan dalam
pembuatan formulir perjanjian baku.

60

Anda mungkin juga menyukai