Anda di halaman 1dari 80

KONSEP DAN APLIKASI

AKAD SYARIAH
Disampaikan dalam “Workshop Pengelolaan
dan Aplikasi Akad Syariah” yang
deselenggarakan oleh Disperindagkop dan
UKM DIY bekerja sama dengan Microfin
Cabang Yogyakarta, 29 April 2013.
Oleh:
Drs. Agus Triyanta, MA,MH,Ph.D
Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia
Pokok Bahasan
I. URGENSI DOKUMENTASI HUKUM
II. JENIS DOKUMENTASI HUKUM
III. HUKUM PERJANJIAN DI DINDONESIA
IV. HUKUM AKAD DALAM LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH (LKS)
V. KONTRAK SYARIAH DALAM BINGKAI
HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA
VI. UNSUR-UNSUR SYARIAH CONTRACT
DRAFTING
VII.PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
SYARIAH
I. URGENSI DOKUMENTASI HUKUM DALAM
PERBANKAN SYARIAH
 Dokumentasi hukum dapat diartikan sebagai
dokumen yang merekam berbagai hubungan
kontraktual atau memberikan suatu hak
kepada para pihak yang terlibat. (Ezry Fahmi,
2013)
 Dikarenakan sifat-sifat khasnya, LKS perlu
mengadopsi transparansi, disclosure dan
dokumentasi yang, dalam hal tertentu, lebih
dari perbankan konvensional. (M. Ayub dalam
Ezry Fahmi, 2013)
Islam menegaskan perlunya dokumentasi
hukum dalam kontrak, yakni dalam QS. 2: 282.
1)apabila kamu bermu'amalah (bermuamalah ialah
seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa
menyewa dan sebagainya) tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar.
2)dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan
3) hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya.
4) jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur.
5) persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada
dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya.
6)janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya.
7)yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
8)Tulislah mu'amalahmu itu, kecuali jika
mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa
bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.
9)dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan.
jika kamu lakukan (yang demikian),
Maka Sesungguhnya hal itu adalah
suatu kefasikan pada dirimu.
10)dan bertakwalah kepada Allah;
Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
Alasan secara umum, urgensi dari
dokumentasi hukum dalam LKS
adalah:
A. Untuk menjaga kepatuhan
terhadap ajaran/ anjuran syariah.
 Perkembangan bisnis LKS telah
sedemikian maju dan melibatkan
berbagai pendapat hukum Islam
yang kompleks
dengan berbagai varian madzhab
nya.
 Sedangkan dalam suatu kontrak,
pilihan hukum madzhab harus
disepakati bersama.

B. Untuk mencegah keragu-raguan


antar para pihak
 kepemilikan bukti sangat
dianjurkan oleh Islam
 Para pihak perlu mengetahui secara
pasti hak dan kewajiban.
 Resiko yang mungkin terjadi dapat
diminimalisir
 Dapat digunakan jika terjadi
peristiwa yang berkaitan dengan
peradilan atau arbitrase
 Tanpa dokumen hukum, kerugian
atau kerusakan tidak dapat diberikan
kompensasi
C. Untuk memastikan bahwa transaksi
tidak bertentangan dg hukum positif
 Semua ketentuan dalam kontrak harus
memungkinkan untuk dapat dilaksana-
kan (enforceable) dari segi syariah.
 Semua ketentuan harus dapat diterima
oleh hukum yang berlaku di suatu
tempat sehingga dapat diterima di
pengadilan.
 Kontrak harus menghindarkan diri
dari pemakaian terminology yang
menimbulkan konflik antara hukum
Islam dan hukum positif.( Mahyuddin
Khalid, 2013)
II. JENIS DOKUMENTASI HUKUM DALAM
PERBANKAN SYARIAH
A. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah
Tangga.
B. Legal Opinion
Diperlukan dalam penawaran saham
 Diperlukan dalam laporan tahunan
 Syariah Legal Opinion diperlukan
dalam persetujuan produk.
C. Kontrak

 Diperlukan dalam melakukan


berbagai kerjasama
 Diperlukan dalam transaksi
keuangan
 Diperlukan dalam kaitannya dengan
nasabah (produk perbankan).
III. HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA
a. Perjanjian, Perikatan, Kontrak, Akad
b. Macam-Macam Akta dan
Pembuktiannya
c. Asas-Asas Kontrak
d. Unsur-Unsur Kontrak
e. Syarat Sahnya Kontrak
f. Berakhirnya Kontrak
g. Kontrak Baku/ Standart
a. Perjanjian, Perikatan, Kontrak, Akad
• Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana
orang berjanji kepada orang lain, atau dua
orang tersebut saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.
• Perikatan (verbentenis-Belanda) adalah
hubungan hukum antara dua pihak, yang
isinya adalah hak dan kewajiban; suatu
hak untuk menuntut sesuatu dan di pihak
lain kewajiban untuk memenuhi tuntutan
itu. (Subekti)
• Jadi, perjanjian itu menimbulkan
perikatan. Perjanjian adalah sumber
utama dari perikatan, di samping masih
ada sumber lainnya, misalnya Undang-
Undang dan sumber hukum tak tertulis.
• Perjanjian, menurut KUHPerdata
adalah”suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.
• Menurut Subekti, perjanjian sama dengan
persetujuan.
• Sedangkan kontrak, memiliki makna lebih
sempiut, yang berarti perjanjian atau
persetujuan tertulis.
• Menurut definisi lain, kontrak adalah
suatu kesepakatan yang diperjanjikan
(promisory agreement) di antara dua atau
lebih pihak yang dapat menimbulkan,
memodifikasi atau menghilangkan
hubungan Hukum (Henry Campbell, dalam
Mawardi)
• Sehingga, kontrak secara teknis dapat
diartikan sebagai instrumen atau piranti
berupa akta perjanjian yang sengaja
dibuat tertulis sebagai alat bukti di
antara dua orang atau lebih atau badan
hukum yang menciptakan hak dan
kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu hal yang disebutkan
di dalamnya.
• Jika kontrak lebih digunakan dalam
konteks hukum nasional maupun
internasional yang bersifayt perdata,
maka dalam konteks publik-
internasional dikenal dengan treaty
atau covenant.
Akta
• Akta adalah tulisan, tetapi tidak
semua tulisan adalah akta, dan
karenanya tidak diatur dalam
undang-undang.
• Akta adalah tulisan yang khusus
dibuat untuk dijadikan bukti atas
suatu hal yang disebut di dalamnya.
• Meski tulisan itu bukan akta, namun
namun dapat digunakan sebagai
bukti permulaan bagi hakim dalam
suatu perkara. (ps. 1902 ayat 2)
Jenis Akta
1). Akta di bawah tangan. Ialah akta
yang dibuat tnpa perantara pejabat
umum. (ps.1874 KUH Per)
2). Akta Otentik, ialah akta yang dibuat
dalam bentuk yang ditentukan
Undang-undang dan dibuat oleh atau
di hadapan pejabat umum yang
berkuasa untuk itu. (Ps. 1868).
Ada 3 macam akta bawah tangan:
- Akta di bawah tangan di atas materai
- Akta di bawah tangan yang didaftar
(waarmerken) oleh notaris/ pejabat
berwenang. (tanpa kehadiran
notaris)
- Akta di bawah tangan yang
dilegalisasi oleh notaris/ pejabat
berwenang. (di hadapan notaris)
Kekuatan Akta
1). Kekuatan Pembuktian extern
(pembuktian lahir). Yakni apa yang
nampak dari bentuk akta,
kesesuaiannya dengan ketentuan
undang-undang. Hal ini tidak dimiliki
oleh akta di bawah tangan. Dengan
pembuktian extern ini maka akta
berlaku bagi kepentingan siapa saja.
Siapa yang menyangkal, haruslah
membuktikan kepalsuan akta. (Baik
kepalsuan material maupun
intelektual).
2). Kekuatan pembuktian material.
Bahwa apa yang disebut dalam
suatu akta itu memang apa yang
diterangkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan. Kekuatan akta otentik
dalam hal ini sudah jelas, karena
dibuat di hadapan pejabat yang telah
disumpah. Sedang akta bahwah
tangan, memerlukan pengakuan
pihak yang dituju.
3). Kekuatan Pembuktian Material.
Ialah apa yang disebut dalam akta
memang sungguh-sungguh terjadi di
antara para pihak. Dalam akta
otentik kekuatan ini ada, dan dalam
akta di bawah tangan selama diakui
oleh para pihak. Namun sma bagi
kedua jenis akta, ini tidak berlaku
bagi pihak ketiga (selain pihak yang
disebut).
Jadi selama akta di bawah tangan itu
diakui, maka tidak akan berbeda
kekuatannya dengan akta otentik.
Asas Kontrak
1. Asas Kebebasan Berkontrak. Ps
1338 ayat 1: semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-udang bagi mereka yang
membuatnya. Atas dasar ini,
perjanjian apa saja dapat dilakukan
selama tidak bertentangan dengan
hukum.
Kebebasan ini meliputi:
a) Bebas untuk membuat atau tidak
membuat perjanjian.
b) Bebas untuk memilih pihak yang
diinginkan
c) Bebas untuk menentukan obyek
perjanjian
d) Bebas untuk menentukan bentuk suatu
perjanjian
e) Bebas untuk menentukan causa nya
f) Bebas untuk menyimpangi undang-
undang yang bersifat opsional.
2. Asas Konsensualisme
 Ps. 1320 angka (1) KUH Perdata
menyetakan bahwa kontrak tidak sah
apabila tanpa didasari kesepakatan atau
konsensus dari para pihak yang
mengikatkan diri.
 Atas dasar itu maka dapat disimpulkan
bahwa asas konsensualisme adalah asas
kesepakatan para pihak yang terlibat
dalam kontrak atauperjanjian tersebut.
3. Asas Iktikad Baik
 Ps1338 ayat (3) menyatakan bahwa suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan
Iktikad Baik.
 Iktikad baik harus berjalan bukan saja
ketika perjanjian/ kontrak dilaksanakan,
tetapi juga sudah harus berjalan sejak
kontrak dibuat.
 Asas ini mengandung pengertian bahwa
perjaanjian yang tidak dilandasi Iktikad
Baik adalah tidak sah.
4. Asas kekuatan mengikat
 Ps.1338 ayat (1) menyatakan bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
 Asas ini disbut Pacta Sunt Servanda yang
bermakna bahwa janji itu mengikat.
5. Asas Obligatoir.
 Ialah asas yang mengatur bahwa jika
suatu kontrak telah dibuat, maka para
pihak telah terikat.
• Namun perlu dicatat bahwa
keterikatan hanya sebatas
timbulnya hak dan kewajiban
semata.
• Hakmilik baru berpindah setelah
adanya kontrak kebendaan atau
yang disebut dengan serah terima
(levering).
Unsur-Unsur Kontrak
1. Hubungan Hukum
Hubungan hukum ialah suatu
hubungan yang dengan itu hukum
melekatkan hak pada satu pihak
dan melekatkan kewajiban pada
pihak lainnya.
2. Para pihak.
Ini disebut juga dengan subyek
perjanjian. Ini harus ada 2 orang
atau lebih, yakni pihak yangberhak
atas prestasi (misalnya kreditur/
berpiutang) dan pihak yang wajib
memenuhi prestasi (debitur/
berutang).
3. Dalam konteks tertentu, buhungan
hukum dapat ditentukan
keberadaannya berdasarkan ada
atau tidaknya uang atau harta di
dalamnya. Namun dalam kondisi
tertentu yang memang dikehendaki,
hungan dapat saja tanpa harus
diukur dengan kebendaan.
4. Prestasi (obyek hukum)
Prestasi adalah:
a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu
Syarat Syah Kontrak
Dalam ps 1320, ada 4 syarat sahnya kontrak:
1. Kesepakatan para pihak
2. Kecakapan
3. Hal tertentu
4. Sebab (causa) yang halal/tidak terlarang.

Syarat 1-2 disebut syarat subyektif.


Sedangkan syarat 3-4 disebut syarat
obyektif.
Terkait dengan kesepakatan, Ps. 1321
menyatakan bahwa kontrak tidak akan
mempunyai kekuatan hukum

Yakni jika suatu kontrak dilakukan karena:


a) Kekhilafan, atau
b) Paksaan, atau
c) Penipuan.
Terkait dengan kecakapan, orang
diinyatakan tidak cakap adalah:

a). Orang yang belum dewasa


b). Orang yang berada di bawah
pengampuan.
Sekalipun menurut Ps. 330 KUH Perdata
usia dewasa 21 tahun, namun dalam UU
no.38 th 2004 ttg Jabatan Notaris, ps. 39
ditentukan 18 tahun atau telah kawin.
Dalam KHES juga demikian.

Adapun terkait dengan hal atau benda


tertentu, maka:Bendanya harus memiliki
jenis yang jelas.
 Jumlah barang boleh saja belum jelas
jumlahnya, asal kemudian dapat dihitung.
 Barang yang baru ada pada masa
mendatang juga boleh dijadikan obyek
kontrak.

Terkait sebab yang halal, adalah bahwa


suatu perjanjian dilarang, jika:
a) Tanpa sebab
b) Sebab palsu
c) Sebab terlarang, baik dilarang oleh UU
atau bertentangan dengan kesusilaan
atau ketertiban umum. (ps.1335-1337).
Berakhirnya Kontrak
Ps. 1381, menyatakan bahwa kontrak
hapus karena 10 hal berikut:
1) Pembayaran
2) Penawaran pembayaran tunai
diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan
3) Pembaharuan utang
4) Perjumpaan utang atau kompensasi
5) Percampuran utang
6) Pembebasan utang
7) Musnahnya barang-barang terutang
8) Kebatalan atau pembatalan
9) Berlakunya suatu syarat
pembatalan
10)Lewat waktu
Di samping 10 hal tersebut, masih ada
cara yang tidak disebutkan,
misalnya:
1) Berakhirnya ketetapan waktu
2) Meninggalnya salah satu pihak
Kontrak Baku / Standar
 Dalam bisnis, sering kontrak dilakukan
dengan tanpa adanya kesempatan
negosiasi yang seimbang di antara para
pihak.
 Salah satu pihak (pihak yang dominan)
telah menyiapkan suatu formulir
perjanjian yang sudah dicetak dengan
berbagai syarat baku.
 Perjanjian ini disebut dnegan perjanjian
standar / baku atau perjanjian adhesi.
 Adapun syarat-syarat yang membatasi
salah satu pihak disebut dengan klausula
eksonerasi atau exemption caluse. Dalam
hal hutang piutang, maka klausula itu
membatasi debitur.
 Kontrak ini disebut juga dengan perjanjian
paksaan (dwang contract) atau take it or
leave it contract.
 Menurut Remy Syahdaeni, dalam
penelitiannya, terdapat berbagai klausula
yang:
1) Bertentangan dengan undang-
undang, asas kepatutan dan iktikad
baik, misalnya, klausula tentang
kewenangan bank untuk sewaktu-
waktu tanpa alasan apapun dan
tanpa pemberitahuan sebelumnya
secara sepihak menghentikan izin
tarik kredit, dan, bank berwenang
secara sepihak menentukan harga
jual dari barang agunan.
2). Tidak bertentangan dengan
undang-undang, tetapimemberatkan
pihak lain (nasabah debitur--- dalam
kasus utang-piutang). Misalnya,
pelunasan bunga lebih dahulu.
IV. Hukum Akad dalam Perbankan Syariah
A. Asas Akad
Pasal 21 KHES: Akad berasaskan:
1) Ikhtiyari/ sukarela
2) Amanah/ menepati janji
3) Ikhtiyati/ kehati-hatian
4) Luzum/ tidak berubah
5) Saling menguntungkan
6) Taswiyah/ kesetaraan
7) Transparansi
8) Kemampuan
9) Taisir/ kemudahan
10)Itikad baik
11)Sebab yang halal
Rukun/ Unsur Akad
1) Para pihak
2) Obyek akad
3) Tujuan akad
4) Kesepakatan
(ps. 22 KHES).
Syarat Akad
1) Pihak yang berakad adalah orang,
persekutuan, atau Badan usaha
yang memiliki kecakapan. (ps.23)
2) Obyek akad adalah amwal atau jasa
yang halal (ps.24)
3) Tujuan pokok adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan
pengembangan usaha (ps.25)
4) Kesepakatan dapat dilakukan
dengan tulisan, lisan, dan isyarat.
(ps.59-60).
Keabsahan Akad
KHES ps. 26 menyatakan bahwa akad
tidak syah apabila bertentangan
dengan :
1) Syariat Islam
2) Peraturan Perundang-Undangan
3) Ketertiban umum, dan/ atau
4) Kesusilaan
Kategori keabsahan akad
Ps. 27 KHES, ada 3 kategori akad:
1) Akad sah (terpenuhi rukun dan
syarat)
2) Akad fasad/dapat dibatalkan
(terpenuhi syarat rukun tapi ada hal
yang merusak akad tersebut
karenapertimbangan maslahat)
3) Akad yang batal/ batal demi hukum.
Aib Kesepakatan/ Cidera Janji
Akad tidak boleh mengandung unsur:
1) Ghalath/ khilaf
2) Di bawah ikrah/paksaan
3) Taghrir/ tipuan
4) Ghubn/ penyamaran
(ps. 29).
IV. UNSUR-UNSUR CONTRACT DRAFTING
A. Pra Perancangan Kontrak
Sebelum kontrak disusun, ada 4 hal
yang harus dilakukan oleh para pihak:
1). Identifikasi para pihak
2). Penelitian aspek terkait
3). Pembuatan MoU (nota
kesepahaman, secara garis besar).
4). Negosiasi
B. Struktur Kontrak
1) Judul Kontrak
2) Pembukaan Kontrak
3) Komparisi
4) Resital (konsideran/pertimbangan)
5) Definisi
6) Pengaturan hak & kewajiban (substansi kontrak)
7) Domisili
8) Keadaan Memaksa (force majeure/ overmacht)
9) Kelalaian dan Pengakhiran kontrak
10) Pola penyelesaian sengketa
11) Penutup
12) Tanda tangan
1) Judul Kontrak
AKAD
MUSYARAKAH
Nomor:

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu ” (QS


Al-Maidah /5:1).
“... dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka menganiaya sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman, beramal saleh...” (QS Shaad 38:24).
Pada hari ini, Kamis, tanggal empat (4) bulan April tahun duaribu
tigabelas (2013), dibuat dan ditandatangai Akad Musyarakah
oleh dan antara pihak-pihak disebut di bawah ini:
2) Pembukaan Kontrak
AKAD MUSYARAKAH
Nomor: 111/P/M/2013

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-


akad itu ” (QS Al-Maidah /5:1).
“... dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka menganiaya sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman, beramal
saleh...” (QS Shaad 38:24).

Pada hari ini, Kamis, tanggal empat (4)


bulan April tahun duaribu tigabelas
(2013), dibuat dan ditandatangai Akad
Musyarakah oleh dan antara pihak-pihak
disebut di bawah ini:
Atau………………
AKAD MUSYARAKAH
Nomor: 111/P/M/2013

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-


akad itu ” (QS Al-Maidah /5:1).
“... dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka menganiaya sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman, beramal
saleh...” (QS Shaad 38:24).

Kami, yang bertanda tangan


di bawah ini:
3).Komparisi
Pada hari ini, Kamis, tanggal empat (4) bulan April tahun duaribu
tigabelas (2013), dibuat dan ditandatangai Akad Musyarakah oleh
dan antara pihak-pihak disebut di bawah ini:

Nama : Eisya, Sarjana Ekonomi


Alamat : Jl. Masjid no. 5 Yogyakarta
Jabatan : Direktur Utama

Dalam hal ini bertundak untuk dan atas nama PT.Bank Syariah Mulia yang
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA atau BANK.

Nama : Haji Sulaiman


Alamat : Jl. Melati no. 6 Yogyakarta
Jabatan : Wiraswasta

Dalam hal ini keduanya bertindak dan untuk atas nama diri sendiri, yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau NASABAH.
4) Resital
Nama : Haji Sulaiman
Alamat : Jl. Melati no. 6 Yogyakarta
Jabatan : Wiraswasta

Dalam hal ini keduanya bertindak dan untuk atas nama diri sendiri, yang selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA atau NASABAH.

Menerangkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat melakukan


Pembiayaan dengan akad musyarakah untuk modal kerja
pelaksanaan Proyek Pembangunan Gudang. Bahwa untuk
maksud tersebut, BANK dan NASABAH sepakat dan berjanji,
serta dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan akad
pembiayaan musyarakah yang selanjutnya disebut dengan Akad
dengan syarat-syarat dan ketentuan yang termaktub dalam akad
ini.

Pasal 1
DEFINISI
5) Definisi
…………………………. Bahwa untuk maksud tersebut, BANK dan
NASABAH sepakat dan berjanji, serta dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan akad pembiayaan musyarakah yang selanjutnya disebut
dengan Akad dengan syarat-syarat dan ketentuan yang termaktub dalam
akad ini.

Pasal 1
DEFINISI
1. Musyarakah : Akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih pemilik modal
( Syarik/Shahibul Maal) untuk membiayai suatu jenis usaha dengan pembadian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung semua pemilik dana/ modal berdasarkan bagian
dana/modal masing-masing.

2. Syari’ah adalah : Hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Hadist yang mengatur segala hal yang mencakup bidang ibadah mahdhah dan
ibadah muamalah.
6) Pengaturan Hak dan Kewajiban (substansi kontrak)
2. Syari’ah adalah : Hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al-Hadist yang mengatur segala hal yang mencakup bidang
ibadah mahdhah dan ibadah muamalah.

Pasal 2
PORSI MODAL PEMBIAYAAN
BANK berjanji dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas
pembiayaan sebagai modal kerja pelaksanaan proyek Proyek
Pembangunan Gudang senilai Rp. 731.650.000 (Tujuh Ratus tiga puluh
lima juta enam ratus lima puluh ribu rupiah). Biaya yang dibutuhkan untuk
proyek tersebut sebesar Rp. 615.250.000 ( Enam ratus lima belas juta dua
ratus lima puluh ribu rupiah), yang merukan 40,63% dari total biaya dan
porsi modal nasabah sebesar Rp. 365.250.000 ( tiga ratus enam puluh
lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) atau sebesar 59,37%.
Pasal 3
KESEPAKATAN NISBAH BAGI HASIL DAN PROYEKSI KEUNTUNGAN
7) Domisisli (optional)
Pasal 3
KESEPAKATAN NISBAH BAGI HASIL DAN PROYEKSI KEUNTUNGAN
1. Proyeksi keuntungan yang diperoleh dari proyek ini adalah Rp. 99.726.000,- (
Sembilan puluh sembilan juta tujuh ratus dua puluh enam ribu rupiah).
2. Nisbah bagi hasil yang ………………..

Pasal 3
DOMISILI
Tentang akad ini dan segala akibatnya kedua belah ihak
memilih domisili pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Yogyakarta.
8). Keadaan memaksa (optional)
Pasal 11
PENDEBETAN REKENING
NASABAH memberikan kuasa sepenuhnya kepada BANK untuk melakukan
pendebetan tabungan NASABAH dengan nomor rekening ……..untuk
membayar kewajiban NASABAH di PT BankSyariah Mulia

Pasal 12
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure), yaitu hal-hal di luar
kekuasaan Pihak Kedua sehingga tertundanya pelaksanaan
pekerjaanm, maka Pihak kedua harus memberitahukannya secara
tertulis yang disyahkan oleh……………
2. Keadaan memaksa yang dimaksud Pasal 12 ayat (1) adalah:
a. bencana alam
b. peperangan
c. ………….
9). Kelalaian dan Pengakhiran Kontrak
Pasal 11
PENDEBETAN REKENING
NASABAH memberikan kuasa sepenuhnya kepada BANK untuk melakukan
pendebetan tabungan NASABAH dengan nomor rekening ……..untuk
membayar kewajiban NASABAH di PT BankSyariah Mulia

Pasal 12
TA’WID
BANK akan mengenakan Ta’wid (Ganti Rugi Operasional) yang riil yang
diakibatkan oleh kelalaian NASABAH dalam membayar kewajibannya.
10) Penyelesaian Sengketa
Pasal 12
TA’WID
BANK akan mengenakan Ta’wid (Ganti Rugi Operasional) yang riil yang

Pasal 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami dan menafsirkan
bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan Akad
ini, maka NASABAH dan BANK akan berusaha untuk menyelesaikan secara
musyawarah dan mufakat.
2. Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan melalui
musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan yang disepakati oleh
kedua belah pihak, maka dengan ini NASABAH dan BANK, sepakat untuk
menunjuk dan menetapkan serta memberi kuasa kepada PENGADILAN NEGERI
di YOGYAKARTA dan/atau PENGADILAN AGAMA di YOGYAKARTA untuk
memberikan putusannya, meneurut tatacara dan prosedur beratbritrase yang
ditetapkan oleh dan berlaku dibadan tersebut.
3. Putusan PENGADILAN NEGERI di YOGYAKARTA dan/atau PENGADILAN AGAMA di
YOGYAKARTA bersifat final dan mengikat untuk dilaksanakan pihak NASABAH
dan BANK.
10) Penyelesaian Sengketa
Pasal 12
TA’WID
BANK akan mengenakan Ta’wid (Ganti Rugi Operasional) yang riil yang

Pasal 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami dan menafsirkan
bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan Akad
ini, maka NASABAH dan BANK akan berusaha untuk menyelesaikan secara
musyawarah dan mufakat.
2. Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan melalui
musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan yang disepakati oleh
kedua belah pihak, maka dengan ini NASABAH dan BANK, sepakat untuk
menunjuk dan menetapkan serta memberi kuasa kepada PENGADILAN NEGERI
di YOGYAKARTA dan/atau PENGADILAN AGAMA di YOGYAKARTA untuk
memberikan putusannya, meneurut tatacara dan prosedur beratbritrase yang
ditetapkan oleh dan berlaku dibadan tersebut.
3. Putusan PENGADILAN NEGERI di YOGYAKARTA dan/atau PENGADILAN AGAMA di
YOGYAKARTA bersifat final dan mengikat untuk dilaksanakan pihak NASABAH
dan BANK.
11) Penutup
Pasal 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami dan menafsirkan
bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan

Pasal 14
PENUTUP
1. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, surat perjanjian mengikat ahli
waris NASABAH.
2. Apabila ada hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Akad ini,
maka NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama secara
musyawarah untuk mufakat untuk suatu Addendum.
3.Tiap Addendum dari Akad ini, merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam Akad ini.
4.Surat Akad ini dibuat dan ditandatangani oleh NASABAH dan BANK diatas
kertas yangbermeterai cukup dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing
berlaku sebagai aslinya.
12) Tanda tangan
Pasal 14
PENUTUP
1. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, surat perjanjian mengikat
ahli waris NASABAH.
Menyetujui,

Eisya, Sarjana Ekonomi Munawaroh Haji Sulaiman


____________________ ____________________ ____________________
Direktur Utama Suami/ Isteri Nasabah

Saksi-saksi,

____________________ ____________________
Saksi A Saksi B
VII. PENYELESAIAN SENGKETA
Jika terjadi sengketa dalam kontrak
syariah (akad), maka kemudian
penyelesaian yang dapat ditempuh
adalah sbb:
A. Penyelesaian Non Litigasi
 Ini merupakan penyelesaian di luar
pengadilan.
 Sering juga hal ini disebut dengan
ADR (Alternative Dispute
Resolution).
 Untuk sengketa akad perbankan syariah,
model yang ada adalah arbitrase.
 Lembaga yang menangani adalah
BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah
Nasional), sebuah organ dari Majelis
Ulama Indonesia.
 Bentuk penyelesaian segketa di sini
bahwa 2 (dua) pihak yaang bersengketa
dengan rela bermaksud menyelesaikan
sengketa melalui BASYARNAS.
• Penyelesaian melalui arbiter (wasit)
yang ditunjuk.
• Dalam arbiter berlaku “the law of
parties” da “the law of procedure”
yang disepakati bersama, dan telah
ditulis dalam akad.
• Keputusan dilaksanakan secara
suka rela atau meminta bantuan
Pengadilan.
• Keuntungan, al: waktu lebih singkat
dan beaya leih ringan.
• Kerugian: memerlukan kesediaan
dua belah pihak.
BLitigasi (melaalui pengadilan)
 Dapat dilakukan baik di Pengadilan
Agama maupun Pengadilan Negeri.
 Dasarnya adalah: Pasal 49 dari UU no. 3
Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU
n. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama.
 Pengadilan agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
 UU no. 21 tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah, Pasal 55, yang berbunyi:
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan
Syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama.
(2) Dalam hal para pihak telah
memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
penyelesaian sengketa dilakukan
sesuai dengan isi Akad.
(3) Penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak boleh bertentangan
dengan Prinsip Syariah.
 Keuntungan melalui Pengadilan:
memiliki kekuatan memaksa.
 Kekurangan: waktu dan beaya
kurang efisien.
Referensi
• Ezry Fahmi bin Eddy Yusof, A Holistic View of Legal
Documentation from Shariah Perspective, dalam
http//:uaelaws.files.wordpress.com
• Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, jakarta, 1987
• H. Salim HS, et al, Perancangan Kontrak & Memorandum of
Understaanding, Sinar Grafika, Jakarta 2008.
• Mawardi Muzamil, Hukum Kontrak Syariah. Dalam,
www.unissula.ac.id
• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
• Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
• Akad Syariah dalam http://www.docstoc.com
Alhamdulillahirabbil’alamin

Anda mungkin juga menyukai