Persekutuan Firma adalah kaitan atau hubungan yuridis yang timbul dari
perjanjian sukarela antara beberapa pihak yang bersangkutan, baik secara
lisan, maupun tertulis atau tersirat dari tindakan pribadi sekutu bersangkutan.
Firma (Fa) adalah suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang
menjalankan badan usaha dengan nama bersama dengan tujuan untuk
membagi hasil atau keuntungan yang diperoleh dari persekutuan tersebut.
Dalam mendirikan firma memiliki anggota paling sedikit dua orang dan semua
anggota memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan dan menyerahkan
kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian Firma.
Sekutu yang bertanggung jawab keluar yang biasanya disebut Direktur adalah sekutu
kerja atau sekutu komplementer.
Sekutu Pasif atau sekutu Komanditer adalah sekutu yang hanya menyertakan modal
dalam persekutuan. Status Sekutu Komanditer dapat disamakan dengan seorang yang
menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan
dari inbreng yang dimasukan itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan,
pengusahaan, maupun kegiatan usaha perusahaan. Sekutu ini sering juga disebut
sebagai persero diam.
Perkumpulan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dalam mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, kemaanusiaan
dan keagamaan.
Organ pembina yayasan diciptakan sebagai pengganti dari pendiri. Hal ini
disebabkan di dalam kenyataannya nanti, pendiri yayasan pada suatu saat
tidak ada sama sekali, yang diakibatkan karena pendiri meninggal dunia atau
mengundurkan diri. Organ pembina bertujuan untuk menghindarkan hal hal
yang mengakibatkan yayasan beralih dari tujuannya.
Dalam hal karena sebab apapun yayasan tidak lagi memiliki pembina, paling
lambat 30 hari setelah keadaan itu terjadi, harus diadakan rapat gabungan
anggota pengurus dan anggota pengawas untuk mengangkat pembina yang
akan mengisi kekosongan yang terjadi.
Kegiatan usaha dari perseroan harus sesuai dengan maksud dan tujuan
didirikannya perseroan, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Badan hukum ini adalah rekayasa manusia untuk membentuk suatu badan yang
memiliki status, kedudukan, kewenangan yang sama seperti manusia. Oleh
karena badan ini adalah hasil rekayasa manusia, maka badan ini disebut juga
sebagai artificial person yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk
memenuhi perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat.
Pasal 1 ayat (1) UUPT 2007 secara tegas menyatakan, bahwa
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
UUPT serta peraturan pelaksanaannya.
Pendirian Perseroan.
Mengenai pendirian Perseroan diatur dalam bab II bagian kesatu UUPT 2017
yang terdiri atas pasal 7 sampai dengan pasal 14.
Ketentuan ini mengatur tentang tata cara yang harus ditempuh untuk
mengalihkan kepada Perseroan hak dan/atau kewajiban yang timbul dari
perbuatan “calon pendiri” yang dibuat sebelum Perseroan didirikan melalui
penerimaan secara tegas atau pengambilalihan hak dan kewajiban yang
timbul dari perbuatan hukum dimaksud.
Dengan demikian perbuatan hukum tersebut mengikat Perseroan setelah
Perseroan sah berstatus Badan Hukum tetapi tidak langsung demi hukum (van
rechtswege).
Hanya sebagian saja yang akan kita bahas dalam acara ini diantaranya:
Modal Perseroan.
1. Struktur Modal Perseroan.
a. Modal Dasar adalah seluruh nilai nominal saham yang akan disebutkan
didalam Anggaran Dasar.
b. Modal Ditempatkan adalah merupakan salah satu struktur modal
Perseroan yang sudah diambil oleh Pendiri atau Pemegang saham paling
sedikit 25% dari Modal Dasar.
c. Modal Disetor adalah saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang
saham dan tidak dapat diangsur, sebagaimana diatur dalam pasal 33
ayat (3) UUPT 2007.
Didalam praktek saat ini, modal Ditempatkan sudah jarang digunakan dan
struktur modalnya adalah Modal Dasar dan Modal Disetor saja.
Pengurangan Modal.
Pengurangan Modal diatur didalam pasal 44 ayat (1) UUPT 2007, yang
didalam penjelasannya dijelaskan Pengurangan Modal adalah pengurangan
modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor yang dapat terjadi
dengan cara menarik kembali saham yang telah dikeluarkan untuk dihapus
atau dengan cara menurunkan nilai saham.
Salah satu syarat untuk Pengurangan modal adalah harus diumumkan dalam
1 (satu) atau lebih surat kabar dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
Keputusan RUPS.
Saham Perseroan.
Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu
Perseroan dan atas investasinya tersebut, pemegang saham bisa mendapatkan
keuntungan.
Pemegang saham apabila tidak duduk sebagai pengurus, maka ia tidak bertanggung
jawab secara pribadi terhadap Perseroan dan Pemegang Saham tidak menanggung
kerugian melebihi saham yang dimiliki.
Direksi wajib Mengadakan & Menyimpan Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus.
a. Pengadaan & Penyimpanan Daftar Pemegang Saham sekurang2nya memuat:
1. Nama dan alamat pemegang saham;
2. Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham dan
klasifikasi dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;
3. Jumlah yang disetor atas setiap saham;
4. Nama dan alamat dari perorangan atau badan hukum yang mempunyai hak
gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal
perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;
5. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud Pasal
34 ayat (2).
Buku Daftar Pemegang Saham sangatlah penting apabila dikaitkan dengan
ketentuan pasal 52 ayat (1) yang bunyinya adalah sebagai berikut:
1. Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-undang ini.
Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku setelah saham dicatat
dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.
Dari ketentuan diatas, dapat disimpulkan apabila Perseroan dalam hal ini
Direksi tidak menyelenggarakan Buku Daftar Pemegang Saham, maka
pemegang saham tidak dapat menghadiri dan mengeluarkan suara dalam
RUPS, tidak dapat menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil
likuidasi dan tidak dapat menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-
undang ini.
Klasifikasi Saham.
Pembahasan klasifikasi saham akan saya batasi karena jarang dilakukan dalam
praktek namun menurut saya klasifikasi saham cukup penting.
Klasifikasi saham:
a. Saham biasa.
b. Saham dengan tanpa Hak Suara.
c. Saham dengan Hak Khusus untuk mencalonkan Anggota Direksi dan/atau
d. Dewan Komisaris.
e. Saham yang dapat ditarik kiembali.
f. Saham yang Memberikan Hak Deviden Lebih Dahulu
g. Saham Utama Menerima Lebih Dahulu Pembagian Sisa Kekayaan
Perseroan Dalam Likuidasi
Bentuk dan Cara Pemindahan Hak Atas Saham.
RUPS merupakan organ Perseroan sebagaimana ternyata dari Pasal 1 ayat (2):
Organ Perseroan adalah RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris sedangkan
kewenangan RUPS sebagaimana ternyata dari Pasal 1 ayat (4): RUPS adalah
Organ Perseroan yang mempunyai Kewenangan yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
undang ini dan/atau anggaran dasar.
Tempat RUPS diadakan.
Tempat pelaksanaan RUPS harus secara jelas agar sah menurut hukum
dengan beberapa alternatif:
a. Dinyatakan pailit.
b. Menjadi anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan Pailit, atau
c. Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan
negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.