Anda di halaman 1dari 119

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

TESIS

CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN

Oleh:

CHANDRA NADHI, S.H.


NIM : 031224153069

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


MINAT STUDI HUKUM BISNIS
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

TESIS

CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN

Oleh:

CHANDRA NADHI, S.H.


NIM : 031224153069

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


MINAT STUDI HUKUM BISNIS
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Program


Studi Magister Hukum Minat Studi Bisnis Fakultas Hukum
Universitas Airlangga
Surabaya

Oleh:

CHANDRA NADHI, S.H.


NIM : 031224153069

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


MINAT STUDI HUKUM BISNIS
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disetujui,

Pada hari Rabu, tanggal 28 Mei 2014

Oleh

Dosen Pembimbing

Dr. M. Hadi Shubhan, S.H.,M.H.


NIP. 197304062003121002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Hukum Bisnis

Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H.,M.H.


NIP. 196504191990021001

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PENGUJIAN

Tesis ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Panitia Penguji

Pada hari Rabu, tanggal 28 Mei 2014

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Agus Widyantoro, S.H., M.H.

Anggota : 1. Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H.

2. Gianto Al Imron, S.H., M.H.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK

Kepailitan adalah suatu proses legal untuk mengusahakan untuk


mengupayakan pembayaran utang debitor pada kreditor yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih dengan cara mengajukan permohonan pailit melalui Pengadilan
Niaga. Salah satu syarat kepailitan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU adalah debitor harus memiliki minimal
2 (dua) kreditor. Terkadang kreditor yang ingin mengajukan permohonan
kepailitan atas debitor kesulitan untuk menemukan kreditor lain dari debitor, oleh
karena itu tidak jarang untuk memenuhi syarat minimal 2 (dua) kreditor tersebut,
kreditor mengalihkan piutangnya kepada pihak ketiga baik dengan cara cessie
maupun subrogasi. Pengalihan piutang atas nama dengan cara cessie diatur dalam
Pasal 613 BW sedangkan subrogasi diatur dalam Pasal 1400 BW sampai dengan
Pasal 1403 BW. Piutang atas nama dapat beralih pada pihak lain dengan cara
cessie maupun subrogasi tetapi khusus untuk pengalihan sebagian piutang maka
akan lebih tepat jika digunakan cara subrogasi. Pada prinsipnya menurut teori
pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan dapat dipenuhi
dengan menggunakan cessie maupun subrogasi tetapi dalam praktiknya
pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor dengan cara menghadirkan kreditor
lain yang berasal dari adanya cessie maupun subrogasi sering menghadapi
penolakan oleh Hakim Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung.

Kata Kunci: Kepailitan, Cessie, Subrogasi

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

Bankruptcy is a legal process to give efforts toward the payment of a


debitor's debt to the creditor, which debt has been on the date to be paid and can
be claimed by submitting the bankrupcty appeal to the Court of Commerce. One
of the requirements of bankruptcy that is ruled in "Undang-undang Nomor 37
Tahun 2004" is that the debitor has to have at least 2 (two) creditors. The Creditor
that has an aim to submit the bankrupcty appeal towards the debitor, is sometimes
find a difficulty to find another creditor of the debitor, so that to fulfill those 2
(two) requirements, the creditor s shifting his credit to the third party by using the
method of "cessie" or "subrogasi". The shifting of the on behalf credit using
"cessie" is ruled in article 613 BW, and "subrogasi" is ruled in article 1403 BW.
On behalf credit could shift to another party by "cessie" and "subrogasi", but for
shifting particular credit would be more suitable if using the method of
"subrogasi". Principaly, based on the theory of minimal 2 (two) creditors in
bankruptcy requirements, could be fulfilled by using "cessie" or "subrogasi", but
practically the fulfillment of the 2 (two) creditors requirement by presenting
another creditor that appear from "cessie" or "subrogasi", often to get rejection
from the Judge at the Court of Commerce or the Supreme Court.

Key words: Bankruptcy, Cessie, Subrogasi

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

Damai sejahtera bersama kita semua,

Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah memberikan

kekuatan, bimbingan serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Tesis yang berjudul “Cessie Dan Subrogasi Sebagai Cara Untuk

Memenuhi Syarat Minimal 2 (dua) Kreditor Dalam Kepailitan” tepat pada

waktunya. Penulisan Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Studi Magister Hukum minat studi Bisnis pada Program Pasca Sarjana

Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna, sehingga penulis tidak menutup diri jika ada kritik

maupun saran berkait penulisan Tesis ini. Penulis berharap Tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat terutama bagi dunia hukum di

Indonesia.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Emak

dan Engkong, Papa tercinta Bambang Irianto, Mama tercinta Indah Kusumarini

dan adik saya Chandra Setiadi yang selalu mendoakan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik. Penulis tidak akan dapat

memperoleh gelar Magister Hukum tanpa bantuan dari keluarga yang membiayai

penulis dari awal hingga akhir sehingga tidak lupa juga penulis sangat berterima

kasih kepada Ko Denny, Ce meme dan Ku hau yang membiayai pendidikan S2

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

penulis di Program Studi Magister Hukum minat studi Bisnis pada Program

Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Penulis juga berterima kasih

kepada tim konsultan hukum pada Kantor Hukum TRIAWAN KUSTIA &

PARTNERS diantaranya Bapak Triawan Kustia, S.H., Imanuel Rahmani, S.H.

dan Ester Immanuel Gunawan, S.H.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapak terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Zaidun, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Airlangga, atas ilmu yang telah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., selaku Ketua

Program Studi Magister Hukum.

3. Bapak Dr. M.Hadi Shubhan, S.H., M.H., selaku Dosen

Pembimbing, Dosen MKPT sekaligus Dosen Penguji Tesis, atas

nasehat, saran dan waktu yang telah diberikan sehingga Tesis ini

dapat selesai dengan baik.

4. Bapak Gianto Al Imron, S.H., M.H., selaku Dosen MKPT dan

sekaligus Dosen Penguji Tesis.

5. Bapak Agus Widyantoro, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji Tesis.

6. Para Guru Besar, Staf Pengajar dan Staf Akademik Program Studi

Magister Hukum Universitas Airlangga, yang secara langsung

maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam menyelesaikan

pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

7. Rekan-rekan mahasiswa Magister Hukum Bisnis angkatan 2013,

Nabila, Uli, Fika, Ayu Wulandari, kak Icel, Bapak Heru, Amrulloh

dan rekan-rekan lain yang tidak disebutkan satu persatu.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang sengaja maupun

yang tidak disengaja. Akhirnya penulis berdoa agar semua pihak yang telah

membantu penulis dalam proses belajar ini diberkati oleh Tuhan. Semoga Tesis

ini berguna bagi dunia hukum khususnya di Indonesia dan masyarakat. Terima

kasih.

Surabaya, 13 Juni 2014


Penulis,

Chandra Nadhi, S.H.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………...…...…... i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. ii

LEMBAR PENGUJIAN ………………………………………………............. iii

ABSTRAKSI ………………………………………………………………….... iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………......vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…......ix

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dan Rumusan Masalah ……………………...... 1


2. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 11
3. Manfaat Penelitian ………………………………………….... 12
4. Metode Penelitian …………………………………………….. 13
4.1 Pendekatan Masalah …………………………………...…. 13
4.2 Sumber bahan hukum …………………………………….. 13
4.3 Teknik pengumpulan bahan hukum ……………………… 14
4.4 Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum………….… 14
5. Sistematika Penulisan ………………………………………… 14

BAB II : CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI UPAYA UNTUK


MEMECAH PIUTANG

1. Pengaturan Cessie dan Subrogasi dalam Burgerlijk Wetboek


(BW) ………………………………………………………….. 16
1.1 Cessie ……………………………………………………... 16
1.2 Subrogasi …………………………………………………. 19
1.2.a Subrogasi karena perjanjian ………………...……… 22
1.2.b Subrogasi karena Undang-Undang ………………… 29

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

2. Keabsahan Cessie dan Subrogasi ……………………….……. 36


2.1 Keabsahan penyerahan tagihan atas nama dengan cara cessie
dan subrogasi ………………...………………………...…. 36
2.2 Cessie dan subrogasi sebagian piutang …………………… 42
3. Akibat Hukum dari Adanya Cessie dan Subrogasi Terhadap
Debitor ……………………………………………………….. 46

BAB III : PEMENUHAN SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR


DALAM KEPAILITAN ATAS DASAR ADANYA CESSIE DAN
SUBROGASI

1. Syarat-Syarat Permohonan Pailit ……………………………... 56


2. Pemenuhan Syarat Minimal 2 (dua) Kreditor Dalam Kepailitan
Dengan Menggunakan Cessie dan Subrogasi ………………... 75
3. Pemenuhan Syarat Minimal 2 (dua) Kreditor Dalam Kepailitan
Melalui Cessie Dan Subrogasi Ditinjau Dari Asas Itikad Baik..80
4. Kajian Atas Kasus Kepailitan Alex Korompis ………………...88
4.a Kasus posisi ………………………………………………..88
4.b Putusan pengadilan ……………………………………….. 90
4.c Analisis kasus …………………………………………….. 95

BAB IV : PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………….. 101


2. Saran ………………………………………………………… 102

DAFTAR BACAAN

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Putusan Pengadilan Niaga Nomor


51/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST, Tanggal 11 Pebruari
2005.

Lampiran 2 : Putusan Kasasi Nomor 06 K/N/2005 Tanggal 25 Mei 2005.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Lampiran 3 : Putusan Peninjauan Kembali Nomor 013 PK/N/2005 Tanggal


4 April 2007.

Lampiran 4 : Perjanjian Kredit Nomor 01

Lampiran 5 : Perjanjian Kredit Nomor 02

Lampiran 6 : Surat Penanggungan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Dalam Pasal 1233 Burgerlijk Wetboek yang untuk selanjutnya disebut

BW dikatakan bahwa ―
Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan,

baik karena undang-undang‖. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 1234 BW

dikatakan bahwa ―
tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu‖. Dari pagi hari hingga malam

hari setidaknya dalam satu hari beraktivitas itu setiap orang pasti pernah membuat

minimal 1 (satu) perikatan yang timbul karena adanya persetujuan atau perjanjian

misalnya saat membeli kue di toko disitu telah terbentuk perjanjian jual beli, saat

naik bis untuk ke kantor maka telah terbentuk perjanjian pengangkutan, saat

meminjam uang pada bank disitu telah terbentuk perjanjian kredit dan lain

sebagainya.

Pada perjanjian yang bersifat timbal balik akan menimbulkan hak bagi

kreditor untuk menuntut pemenuhan prestasi pada debitor dan debitor

berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya. Pada sisi normal antara prestasi

dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran

prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga muncul yang disebut

wanprestasi.1 Ketika debitor wanprestasi terhadap kreditor maka upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh kreditor adalah menyelesaikan sengketa melalui

mediasi, konsoliasi dan arbitrase atau menggugat debitor secara perdata melalui

1
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 261.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2

Pengadilan Negeri atau memohonkan debitor pailit melalui Pengadilan Niaga

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang untuk selanjutnya

disebut Undang-Undang Kepailitan.

Kepailitan merupakan suatu proses legal untuk mengupayakan

pembayaran utang melalui Pengadilan Niaga apabila debitor tidak membayar

utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan cara

mengajukan permohonan pailit kepada ketua Pengadilan Niaga di tempat debitor.2

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kepailitan, Kepailitan didefinisikan

sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Apabila kreditor memutuskan

untuk menggunakan upaya hukum melalui jalur kepailitan sebagai upaya untuk

penyelesaian utang debitor pada kreditor maka kreditor harus yakin terlebih

dahulu apakah syarat-syarat untuk mempailitkan debitor yang diatur dalam

Undang-Undang Kepailitan dapat dipenuhi atau tidak. Dalam Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Kepailitan diatur:

―Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya‖

Dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan diatur:

―Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta


atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
2
Syamsudi M. Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia, Jakarta: Tatanusa, 2012,hlm.81.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3

dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah


dipenuhi‖
Dalam penjelasan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan dijelaskan

yang dimaksud dengan adanya ―


fakta atau keadaan yang terbukti secara

sederhana‖ adalah adanya fakta dua atau lebih Kreditor dan fakta utang yang telah

jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang

didalihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi

dijatuhkannya putusan pailit. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 8

ayat (4) Undang-Undang Kepailitan dapat disimpulkan supaya Debitor dapat

dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga baik oleh karena permohonan Debitor

sendiri atau permohonan kreditornya maka harus terpenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

1. Debitor harus memiliki minimal 2 (dua) kreditor.

2. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih.

3. Fakta atau keadaan Debitor yang memiliki dua kreditor atau lebih dan

debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih dapat terbukti secara sederhana.

Selain persyaratan kepailitan yang diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Jo Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan, pemohon kepailitan (baik kreditor

maupun debitor) juga harus meneliti dahulu apakah pemohon yang akan

memohonkan pailit debitor memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk

mengajukan permohonan pailit debitor karena dalam ketentuan Undang-Undang

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4

Kepailitan ada beberapa debitor yang kepailitannya hanya dapat dimohonkan oleh

pihak tertentu. Dalam Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Kepailitan diatur

demikian:

―Dalam hal Debitor adalah Bank, permohonan pernyataan pailit hanya


dapat diajukan oleh Bank Indonesia‖

Dalam Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan diatur demikian:

―Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga


Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal.‖

Dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan diatur demikian:

―Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan


Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan‖

Selain itu oleh ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Kepailitan

kejaksaan juga diberikan hak untuk mengajukan permohonan pailit debitor untuk

kepentingan umum.

Terkadang rencana kreditor yang akan memohonkan pailit debitornya

kandas ketika kreditor kesulitan dan tidak dapat menemukan kreditor lain dari

debitor yang akan dipailitkan. Beberapa permasalahan dalam praktek yang penulis

ketahui berkait syarat debitor harus memiliki kreditor lain agar debitor dapat

dinyatakan pailit yang akhirnya membuat permohonan pailit kreditor kandas

adalah:

1. Kreditor kesulitan untuk menemukan kreditor lain dari debitor.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5

2. Kreditor lain tidak mau bekerjasama untuk memailitkan debitor karena

kreditor lain dari debitor masih memiliki kepentingan bisnis dengan

debitor.

3. Kreditor lain yang ditunjuk oleh kreditor pemohon pailit debitor tidak mau

hadir dalam persidangan sehingga permohonan pailit debitor ditolak

dengan alasan syarat kepailitan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Kepailitan terutama berkait debitor memiliki minimal 2 (dua) kreditor

tidak terbukti secara sederhana.

4. Piutang kreditor lain terlampau kecil sehingga debitor dapat dengan

mudah melunasi utangnya pada kreditor lain tersebut sebelum putusan

pailit dijatuhkan sehingga permohonan pailit ditolak oleh karena syarat

minimal 2 (dua) kreditor yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Kepailitan tidak terpenuhi.

Sutan Remy Sjahdeini mengatakan, haruskah kreditor kreditor pemohon

pernyataan pailit membuktikan bahwa debitor mempunyai kreditor lain selain dari

kreditor pemohon? Apabila memang kreditor pemohon diharuskan untuk dapat

membuktikan bahwa selain kreditor pemohon masih ada kreditor lain, maka hal

itu tidaklah mudah dapat dilakukan oleh kreditor tersebut.3

Dalam praktek apabila kreditor yang akan memohonkan pailit adalah bank

dan debitor yang akan dimohonkan pailit adalah nasabah bank tersebut maka cara

pertama yang biasanya ditempuh oleh bank untuk mencari kreditor lain dari

nasabah yang akan dipailitkan tersebut adalah dengan bertukar informasi dengan
3
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No.37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009, hlm. 54.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6

bank lain berkait nasabah tersebut hal ini diatur dalam Pasal 44 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dirubah dengan Undang-

Udang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi demikian:

Pasal 44
(1) Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank
dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank
lain.
(2) Ketentuan mengenai tukar menukar informasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia.

Tetapi dengan adanya aturan tentang tukar menukar informasi antar bank

berkait keadaan keuangan nasabah tidak berarti bank dapat dengan mudah

mendapatkan kreditor lain untuk memenuhi syarat kepailitan debitor karena

berdasar pengalaman penulis tidak jarang nasabah bank selaku debitor yang akan

dimohonkan pailit tidak memiliki utang pada bank lain atau dapat terjadi juga

bank lain (kreditor lain) tidak mau hadir dipersidangan sehingga permohonan

pailit yang diajukan kreditor ditolak dengan alasan syarat kepailitan Pasal 2 ayat

(1) Undang-Undang Kepailitan terutama berkait debitor memiliki minimal 2

(dua) kreditor tidak terbukti secara sederhana.

Sebenarnya hukum perdata yang berlaku di Indonesia memberikan solusi

atau cara yang dapat ditempuh oleh Kreditor yang ingin memohonkan pailit

Debitor tetapi kreditor kesulitan untuk mendapatkan kreditor lain. Cara yang

dapat dilakukan oleh kreditor adalah melakukan pengalihan piutang yang dalam

bahasa hukum disebut dengan Cessie atau dengan cara melakukan subrogasi.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7

Subrogasi diatur dalam Pasal 1400 – 1403 BW. Berdasar pada ketentuan

Pasal 1400 BW ―
subrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang

pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan

persetujuan maupun demi undang-undang . berdasarkan ketentuan Pasal 1400 BW

maka jelas dengan adanya pembayaran utang debitor pada kreditor secara penuh

maka pihak ketiga yang melakukan pembayaran secara penuh kepada kreditor

lama dari debitor akan menjadi kreditor baru dari debitor sehingga tentu seluruh

hak dan kewajiban yang timbul dari piutang akan beralih dari kreditor lama

kepada kreditor baru.

Sedangkan cessie diatur dalam Pasal 613 BW yang berbunyi:

―Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak


bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau
di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan
kepada orang lain.
Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan
setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis
disetujui dan diakuinya.
Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan
penyerahan surat itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk
dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen.‖

Cessie adalah penyerahan piutang yang dilakukan oleh kreditor kepada

orang lain sehingga dengan adanya penyerahan itu maka orang terakhir yang

menerima pengalihan piutang tersebut akan menjadi kreditor baru dari debitor

yang dibebani piutang tersebut, sehingga jelas jika kreditor memiliki lebih dari

dua piutang kepada debitor yang akan dipailitkan tetapi kreditor yang akan

memohonkan pailit debitor tersebut kesulitan menemukan kreditor lain dari

debitor maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh kreditor adalah

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8

melakukan pengalihan piutang kepada orang lain dengan cara cessie sehingga

syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan dapat terpenuhi.

Sulitnya mencari kreditor lain untuk memenuhi syarat kepailitan debitor

akibat tidak atau sulitnya mencari kreditor lain dari debitor juga dialami oleh PT

Chandra Sakti Utama Leasing (PT. CSUL) dimana PT. CSUL ingin memohonkan

pailit Alex Korompis selaku penanggung dari PT Hutan Domas Raya tetapi PT.

CSUL kesulitan dalam menemukan kreditor lain dari Alex Korompis padahal

utang PT Hutan Domas Raya yang ditanggung oleh Alex Korompis telah jatuh

waktu dan dapat ditagih oleh PT. CSUL tetapi baik PT Hutan Domas Raya

maupun Alex Korompis tidak mau membayar utang tersebut kepada PT. CSUL.

Akhirnya upaya hukum yang dilakukan oleh PT. CSUL agar syarat debitor harus

memiliki minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan terpenuhi, PT. CSUL

memutuskan untuk menjual sebagian piutang dari PT. CSUL atas PT Hutan

Domas Raya yang ditanggung oleh Alex Korompis kepada PT Prima Solusi

Sistem dengan cara membuat Akta perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama PT

Chandra Sakti Utama Leasing No 15 dan Akta Penyerahan Hak (Cessie) No 16

kedua akta tersebut tertanggal 6 Desember 2004 yang dibuat oleh dan di hadapan

Daniel P Marpaung, S.H., M.H. Notaris di Jakarta, sehingga dengan telah

dijualnya sebagian piutang PT. CSUL atas PT Hutan Domas Raya yang

ditanggung oleh Alex Korompis kepada PT Prima Solusi Sistem dengan cara

cessie maka dapat terbukti secara sederhana bahwa Alex Korompis selaku

penanggung dari PT Hutan Domas Raya telah terbukti memiliki sedikitnya 2 (dua)

kreditor dan ada sedikitnya 1 (satu) hutang yang telah jatuh waktu dan dapat

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9

ditagih yang belum dibayar lunas oleh Alex Korompis selaku debitor kepada PT.

CSUL selaku ktreditor.

Pengalihan sebagian piutang dari PT. CSUL ke PT Prima Solusi Sistem

dilakukan pada tanggal 6 Desember 2004 berdasar Akta perjanjian Jual Beli

Piutang Atas Nama PT Chandra Sakti Utama Leasing No 15 dan Akta Penyerahan

Hak (Cessie) No 16 dan tidak lama setelah pengalihan piutang tersebut PT. CSUL

mengajukan permohonan pailit atas Alex Korompis selaku termohon pailit ke

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dimana permohonan

pailit tersebut teregister dengan Nomor 051/PAILIT/2004/PN.Niaga Jkt Pusat dan

telah diputus pada tanggal 14 Pebruari 2005 dimana pada intinya Pengadilan

Niaga mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya.

Bahwa atas putusan pailit No 051/PAILIT/2004/PN.Niaga.Jkt.Pusat

tanggal 14 Perbruari 2005 diatas Alex Korompis selaku termohon pailit

mengajukan upaya hukum kasasi pada tanggal 22 Pebruari 2005 sebagaimana

ternyata dari akta permohonan kasasi No 07/Kas/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst Jo

No 51/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst. Atas permohonan kasasi yang teregister

dengan Nomor Perkara 06 K/N/2005 telah diputus oleh Mahkamah Agung pada

tanggal 25 Mei 2005 yang amarnya pada intinya Mahkamah Agung berpendapat

bahwa syarat 2 (dua) kreditor dalam kepailitan tidak terpenuhi karena pengalihan

piutang yang dilakukan oleh Pihak Pertama (Pemohon) kepada Pihak Kedua (PT

Prima Solusi Sistem) sebesar US$ 50.000,- (lima puluh ribu dollar Amerika

Serikat) adalah hanya merupakan pembayaran sebagian hak tagih Pemohon

kepada Termohon yang didasarkan pada Surat Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10

dan Surat Perjanjian penanggungan (bukti P1 dan P2) yang disebut dengan

subrogasi seperti yang dimaksud oleh Pasal 1400 KUHPerdata, dan bukannya

pengalihan piutang (Cessie) sebagimana yang diatur dalam Pasal 613

KUHPerdata dan menurut Pasal 1403 KUHPerdata, subrogasi tidak dapat

mengurangi hak-hak kreditor (ic Pemohon) jika ia hanya menerima pembayaran

sebagian, dan dalam hal ini Pemohon dapat melaksanakan hak-haknya mengenai

apa yang masih harus dibayar kepadanya, lebih dahulu dari pada orang dari siapa

ia hanya menerima suatu pembayaran sebagian;

Berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Agung tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa Mahkamah Agung menolak permohonan pailit yang diajukan

oleh PT CSUL karena perbuatan hukum berupa penjualan sebagian piutang

(Cessie) yang dilakukan oleh PT CSUL kepada PT Prima Solusi Sistem dengan

menggunakan Akta perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama PT Chandra Sakti

Utama Leasing No 15 dan Akta Penyerahan Hak (Cessie) No 16 menurut

Mahkamah Agung bukan merupakan Cessie tetapi merupakan subrogasi dan

kedudukan PT Prima Solusi Sistem sebagai pembeli sebagian hak tagih Pemohon

(Subrogasi) tidak menggantikan Pemohon sebagai kreditor dari Termohon (Pasal

1403 KUHPerdata) dan juga tidak menjadikannya bersama-sama dengan

Pemohon sebagai kreditor dari Termohon sehingga tidak dapat dibuktikan secara

sederhana adanya dua kreditor dari Termohon sebagaimana yang disyaratkan oleh

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan.

Atas putusan tersebut PT CSUL kembali memohonkan Peninjauan

Kembali atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 06 K/N/2005 Tanggal 25 Mei

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11

2005 yang kemudian pada tanggal 4 April 2007 telah diputus dengan putusan

Nomor 013 PK/N/2005 dimana pada intinya Mahkamah Agung tetap menolak

permohonan pailit yang diajukan PT CSUL terhadap Alex Korompis. Tetapi

pertimbangan hukum Mahkamah Agung pada putusan Nomor 013 PK/N/2005

berbeda dimana pertimbangan hukum yang mendasari penolakan permohonan

Peninjauan Kembali dari PT CSUL adalah ‖karena keberadaan cessie yang

menjadi dasar adanya kreditor lain dan besar hutang yang dapat ditagih, harus

dibuktikan keabsahannya sehingga tidak dapat dibuktikan secara sederhana

melalui prosedur pemeriksaan kepailitan...‖

Dalam pertimbangan hukum putusan kasasi maupun putusan peninjauan

kembali tersebut, Mahkamah Agung tidak memberikan pertimbangan yang tegas

apakah syarat adanya kreditor lain dari debitor yang akan dimohonkan pailit boleh

dipenuhi melalui penjualan piutang (cessie) dan subrogasi atau tidak.

Berdasar pada latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah cessie dan subrogasi dapat digunakan sebagai upaya untuk memecah

piutang dari 1 (satu) kreditor menjadi lebih dari 1 (satu) kreditor ?

2) Apakah pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan dapat

dipenuhi atas dasar adanya cessie dan subrogasi?

2. Tujuan Penelitian

Bertolak pada permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12

a. Untuk menganalisis apakah cessie dan subrogasi dapat digunakan sebagai

salah satu upaya untuk memecah piutang.

b. Untuk menganalisis cessie dan subrogasi sebagai salah satu upaya yang

dapat dilakukan oleh kreditor untuk memenuhi syarat sedikitnya 2 (dua)

kreditor dalam kepailitan.

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun

manfaat praktis sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum khususnya dalam

hukum kepailitan berkait dengan upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk

memenuhi syarat sedikitnya 2 (dua) kreditor agar debitor dapat dinyatakan

pailit dan untuk memberikan suatu pendapat berkait apakah dalam hukum

kepailitan kreditor boleh menggunakan segala upaya hukum khususnya

cessie dan subrogasi sebagai upaya untuk memenuhi syarat sedikitnya 2

(dua) kreditor dalam hukum kepailitan.

b. Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi semua praktisi hukum

khususnya praktisi hukum dibidang kepailitan berkait dapat tidaknya

penggunaan cessie dan subrogasi untuk memenuhi syarat debitor harus

memiliki sedikitnya 2 (dua) kreditor dalam hukum kepailitan.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13

4. Metode Penelitian

4.1. Pendekatan masalah

Penelitian ini adalah penelitian hukum (legal research) dengan

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan

konseptual (conceptual approach) dan pendekatan kasus (case approach).

Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani.4 Sedangkan pendekatan konseptual beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum.5 Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan yang tetap6.

4.2. Sumber bahan hukum

Dalam penelitian hukum ini, bahan hukum yang dipergunakan adalah

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang

digunakan dalam penelitian hukum ini adalah peraturan perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim yang berkaitan dengan permasalahan ini khususnya

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Hutang, Burgerlijk Wetboek dan Putusan Mahkamah

Agung Nomor 06 K/N/2005 Tanggal 25 Mei 2005 .

4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 93.
5
Ibid., hlm. 95.
6
Ibid,hlm 94.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum ini

adalah berbagai literatur hukum baik berupa buku, tulisan para ahli hukum, kamus

hukum, jurnal hukum maupun majalah hukum.

4.3. Teknik pengumpulan bahan hukum

Dalam pengumpulan bahan-bahan hukum untuk penelitian hukum ini,

langkah pertama yang dilakukan adalah menginventarisasi baik bahan-bahan

hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan masalah

kepailitan, cessie dan subrogasi. Setelah bahan hukum terkumpul langkah

selanjutnya adalah memilih bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder yang berkaitan dengan isu hukum.

4.4. Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum

Teknik pengelolaan bahan hukum dalam penulisan ini adalah setelah

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan dan

diinventarisasi, bahan hukum itu akan diolah dan dianalisis secara mendalam

sehingga akan diperoleh ratio legis mengenai persoalan hukum yang diteliti.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah ditata secara

sistematis akan dikaji lebih lanjut berdasar teori-teori hukum yang ada sehingga

diperoleh rumusan ilmiha untuk menjawab persoalan hukum yang dibahas dalam

penelitian hukum ini.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini dibagi menjadi empat bab dan tiap bab

dibagi menjadi beberapa sub bab.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Bab I, Pendahuluan, di dalam Bab I akan diuraikan mengenai latar

belakang penulisan dan gambaran umum atas permasalahan yang dibahas dalam

penelitian hukum ini. Selain itu dalam bab ini juga akan dibahas mengenai tujuan

dan manfaat penulisan penelitian hukum ini. Selanjutnya, akan dibahas juga

mengenai suatu tinjauan pustaka yang memaparkan beberapa pengertian untuk

memperjelas konsep yang ada dalam rumusan masalah, sehingga diharapkan

dapat mencegah adanya perbedaan penafsiran. Tidak lupa juga dalam bab ini akan

dibahas mengenai metode penelitian dan diakhiri dengan sisitematika penulisan.

Bab II, dalam bab II akan membahas mengenai rumusan masalah yang

pertama yakni apa pengertian dan syarat-syarat keabsahan dari cessie dan

subrogasi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian cessie, syarat-

syarat keabsahan cessie, pengertian subrogasi, macam subrogasi, syarat-syarat

keabsahan subrogasi dan akibat hukum dari adanya cessie dan subrogasi terhadap

debitor.

Bab III, dalam bab III akan membahas mengenai isu hukum yang kedua

yakni mengenai apa syarat-syarat kepailitan dan apakah syarat minimal 2 (dua)

kreditor dalam kepailitan dapat dipenuhi melalui cessie maupun subrogasi.

Dalam bab ini juga akan mengkaji kasus kepailitan Alex Korompis.

Bab IV, Penutup, bab ini adalah bab terakhir dalam penulisan tesis ini

yang terdiri dari kesimpulan dari segala jawaban atas permasalahan dan saran

sebagai solusi atas pemecahan atas permasalahan yang telah diuraikan.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16

BAB II

CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMECAH

PIUTANG

1. Pengaturan Cessie dan Subrogasi dalam Burgerlijk Wetboek (BW)

1.1 Cessie

Dalam Pasal 613 BW diatur mengenai tata cara peralihan tagihan yang

berbunyi sebagai berikut:

―Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak


bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau
di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan
kepada orang lain.
Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan
setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis
disetujui dan diakuinya.
Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan
penyerahan surat itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk
dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen.‖

Jika memperhatikan ketentuan Pasal 613 BW maka dapat terlihat bahwa

BW tidak memberikan pengertian dari cessie tetapi hanya memberikan pengaturan

tentang cara-cara pengalihan piutang dengan cara cessie. Schermer/Van

Vrijberghe de Coningh V/1e stuk hlm.191 mencoba untuk memberikan pengertian

dari cessie yakni :

Onder cessie verstaat men de overdracht onder de levenden van een


schuldvordering op naam door de schuldeiser aan een ander persoon,
waardoor deze dus de crediteur wordt van de schuldenaar te wiens laste
de schuldvordering bestaat.7
yang oleh Tan Thong Kie diterjemahkan sebagai berikut:

7
Tan, Thong Kie, Studi Notariat Serba-Serbi Praktek Notaris Buku I, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeven, 2000, hlm. 343.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17

―Cessie adalah suatu penyerahan sewaktu hidup dari suatu piutang atas
nama yang dilakukan oleh kreditor kepada orang lain; dengan penyerahan
itu, orang yang terakhir disebut ini menjadi kreditor seorang debitor yang
dibebani dengan piutang tersebut.‖8

Menurut Penjelasan Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan

Dengan Tanah (yang untuk selanjutnya disebut UUHT), cessie adalah perbuatan

hukum mengalihkan piutang oleh kreditor pemegang Hak Tanggungan kepada

pihak lain.

Berdasar ketentuan Pasal 613 BW maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa macam piutang diantaranya:

1. Piutang-piutang atas nama,

2. Piutang karena surat bawa (aan order),

3. Piutang karena surat tunjuk (aan toonder).

Tagihan atas order adalah tagihan-tagihan, yang menyebutkan nama

kreditornya atau orang lain yang ditunjuk oleh kreditor tersebut, yang tanpa

bantuan atau kerja sama dari debitor dapat dialihkan kepada orang lain yang

disebut oleh kreditor, dengan cara endosement; sedangkan tagihan-tagihan atas

tunjuk adalah tagihan-tagihan yang sama sekali tidak menunjuk nama kreditor dan

hak tagihan tersebut dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang menunjukkan surat

tagihan tersebut.9 Kreditor dalam piutang atas tunjuk adalah setiap orang yang

memegang piutang (kertas) itu dan menunjukkan piutang itu kepada debitor untuk

8
Ibid.
9
J.Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, Bandung: Alumni,
1991, hlm. 3-4.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18

dibayar.10 Sedangkan kreditor dalam piutang atas bawa adalah orang yang

namanya ditulis di atas kertas itu, kepada siapa harus dibayar atau kepada siapa

piutang itu di-endosir olehnya.11

Pada prinsipnya tagihan atas nama menunjukkan siapa kreditornya, tetapi

karena tagihan atas nama pada asasnya tidak harus dituangkan dalam ujud suatu

surat (tulisan), maka pada tagihan atas nama yang dibuat secara lisan, sulit untuk

dikatakan bahwa tagihan tersebut menyebutkan nama kreditornya. 12 Karena

tagihan atas nama bukan merupakan tagihan atas order maupun atas tunjuk maka

tagihan atas nama hanya dapat ditagih oleh kreditor tertentu saja.

Cara penyerahan hak-hak tagihan diatur dalam Pasal 613 BW. Untuk

penyerahan atas tagihan-tagihan atas tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat

tagihan.

Menurut ketentuan Pasal 613 BW untuk penyerahan surat tagihan atas

bawa (aan order) dilakukan dengan penyerahan surat tagihannya disertai dengan

endosement. Contoh dari tagihan-tagihan atas bawa adalah Cek, Bilyet Giro dan

Wesel. Sehingga ketika kreditor lama ingin mengalihkan surat tagihan atas bawa

kepada kreditor baru maka kreditor lama harus menyerahkan surat tagihan disertai

dengan tanda tangan kreditor lama dan keterangan dari kreditor lama yang

menyatakan hak tagih dialihkan kepada kreditor baru di balik surat tagihan.

Penyerahan benda-benda tak bertubuh lainnya dilakukan dengan cara

membuat suatu akta (baik otentik atau dibawah tangan). Sedangkan untuk

penyerahan hak tagihan atas nama dilakukan dengan membuat akta cessie.
10
Tan, Thong Kie, Opcit hlm 345.
11
Ibid.
12
J Satrio, opcit, hlm 4.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19

Menurut Rachmad Setiawan dan J Satrio, meski penyerahan tagihan atas nama

dengan benda tak bertubuh lainnya sama-sama menggunakan akta tetapi hanya

penyerahan tagihan atas nama yang disebut sebagai cessie13. Menurut J. Satrio,

yang dimaksud dengan benda tak bertubuh lainnya adalah benda-benda tak

bertubuh diluar tagihan atas order, atas toonder dan atas nama.14 Contoh dari

tagihan atas nama adalah Perjanjian Kredit.

1.2 Subrogasi

Subrogasi diatur dalam ketentuan Pasal 1400 – 1403 BW. Berdasar pada

ketentuan Pasal 1400 BW ―


subrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang oleh

seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik

dengan persetujuan maupun demi undang-undang. Dalam Pasal 1400 BW

berbunyi: subrogasi adalah ―


penempatan dalam kedudukan‖ yaitu terjemahan

harfiah dari bahasa aslinya yang berbunyi in de plaatsstelling.15 BW yang

diterjemahkan oleh R Subekti dan R. Tjitrosudibio dalam ketentuan Pasal 1400

BW menggunakan kata-kata ―
penggantian hak-hak si berpiutang‖. Penggantian

hak atau in de plaatsstelling yang dimasukkan oleh pembuat undang-undang ke

dalam hukum perikatan (buku ketiga BW) hampir sama dengan pergantian atau

plaatsvervulling dalam hukum waris (Buku Kedua BW), sebab dalam hal terakhir

ini ahli waris menggantikan kedudukan orangtua yang telah meninggal.16 Pada

prinsipnya semua tagihan dapat disubrogeer, kecuali untuk tagihan-tagihan yang

bersifat hukum publik, karena kewenangan-kewenangan khusus yang dipunyai

13
Rachmad Setiawan dan J Satrio, ―Penjelasan Hukum Tentang Cessie‖, Nasional Legal Reform
Program, Jakarta, 2010, hlm 6.
14
J Satrio, Opcit. hlm 23.
15
Tan, Thong Kie, Opcit. hlm 337.
16
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20

oleh kreditor berdasarkan hukum publik, tidak dapat dipunyai oleh seorang warga

biasa.17

Berdasar pada ketentuan Pasal 1400 BW maka dapat disimpulkan bahwa

unsur dari subrogasi adalah:

1. Penggantian hak-hak si berpiutang (kreditor) oleh pihak ketiga.

2. Pembayaran.

3. terjadinya baik karena perjanjian maupun undang-undang.

Berdasar ketentuan Pasal 1400 BW diatas maka dengan adanya

pembayaran secara penuh dari pihak ketiga kepada kreditor lama maka pihak

ketiga itu akan menjadi kreditor baru dari debitor. Tapi jikalau pihak ketiga

membayar hanya sebagian piutangnya kepada kreditor, maka ia hanya untuk

bagian itu menjadi pengganti daripada piutangnya.18 Kata pembayaran dalam

hukum tidak hanya pembayaran sejumlah uang. Pembayaran dalam arti yuridis

adalah pemenuhan suatu kewajiban yang timbul dari suatu perikatan (de

voldoening van een uit een verbintenis voortspruitende verplichting).19 Dalam

ketentuan Pasal 1381 BW diatur bahwa salah satu sebab hapusnya perikatan

adalah akibat dari suatu pembayaran. Ada perbedaan pendapat mengenai apakah

perikatan menjadi hapus atas adanya pembayaran oleh pihak ketiga yang

mengakibatkan subrogasi. Menurut J.Satrio dalam subrogasi meski ada

pembayaran dari pihak ketiga, perikatan tidak hapus tetapi hanya beralih kepada

pihak ketiga yang melakukan pembayaran. Tidak hapusnya perikatan karena

17
J.Satrio. Opcit, hlm 63.
18
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Hukum Perutangan Bagian B, Yogyakarta:
Liberty, 1980, hlm 90.
19
Tan Thong Kie, opcit . hlm 338.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21

adanya pembayaran dari pihak ketiga yang mengakibatkan subrogasi (Pasal 1400

BW) adalah merupakan perkecualian atas Pasal 1381 BW yang diberikan oleh

pembuat undang-undang.20 Sedangkan menurut Suharnoko dan Endah Hartati

dalam subrogasi, utang piutang yang lama hapus biarpun hanya satu detik, untuk

kemudian dihidupkan lagi bagi kepentingan kreditor baru.21 Dalam hal ini penulis

lebih setuju dengan pendapat J Satrio yang mengatakan bahwa dengan adanya

subrogasi maka perikatan tidak hapus dan hanya beralih kepada kreditor baru.

Ketentuan dalam subrogasi adalah perkecualian dari ketentuan Pasal 1381 BW.

Pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak selalu menimbulkan

subrogasi. Menurut J.Satrio pada prinsipnya pembayaran oleh pihak ketiga tidak

menimbulkan subrogasi, malahan juga tidak menimbulkan tagihan baru.22 Pitlo

memberikan contoh dari pembayaran yang dilakukan pihak ketiga yang tidak

menimbulkan subrogasi:23

―Pihak ketiga, orang yang berada di luar hubungan kreditor-debitor,


membayar karena mengira bahwa ia mempunyai hutang, mengira ia
adalah debitor. Dalam hal demikian tidak ada perikatan yang hapus.
Karena memang tidak ada perikatan antara si pembayar dan si penerima
pembayaran. Orang yang membayar karena keliru menyangka ia berutang
sejumlah uang, berhak untuk menuntut kembali pembayaran yang telah ia
berikan pada terhutang (Pasal 1361 BW).‖

Menurut BW subrogasi dibagi menjadi 2 (dua) macam yakni:

1. Subrogasi berdasarkan perjanjian, yang diatur dalam Pasal 1401 BW,

dan

20
J.Satrio, Opcit. hlm 55
21
Suharnoko dan Endah Hartati, Opcit, hlm 101.
22
J.Satrio, Opcit. hlm 51.
23
Pitlo, dalam buku J Satrio, Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
22

2. Subrogasi berdasarkan undang-undang, yang diatur dalam Pasal 1402

BW.

1.2 a Subrogasi karena perjanjian

Subrogasi yang terwujud berdasarkan perjanjian diatur dalam Pasal 1401

BW yang berbunyi demikian:

―Penggantian ini terjadi dengan persetujuan:


1. apabila si berpiutang, dengan menerima pembayaran itu dari
seorang pihak ke tiga, menetapkan bahwa orang ini akan
menggantikan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak
istimewanya dan hipotik-hipotik yang dipunyainya terhadap si
berutang.
Subrogasi ini harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan tepat
pada waktu pembayaran.
2. apabila si berutang meminjam sejumlah uang untuk melunasi
utangnya, dan menetapkan bahwa orang yang meminjami uang itu
akan menggantikan hak-hak si berpiutang maka, agar subrogasi
ini sah, baik perjanjian pinjam uang maupun tanda pelunasan
harus dibuat dengan kata otentik, dan dalam surat perjanjian
pinjam uangnya harus diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna
melunasi utang tersebut, sedangkan selanjutnya surat tanda
pelunasannya harus menerangkan bahwa pembayaran dilakukan
dengan uang yang untuk itu dipinjamkan oleh si berpiutang baru
Subrogasi ini dilaksanakan tanpa bantuan si berpiutang.‖

Berdasarkan ketentuan Pasal 1401 BW maka berdasarkan inisiatif untuk

melakukan subrogasi maka subrogasi berdasarkan perjanjian dapat dibagi

menjadi 2 (dua) macam yakni:

1. Inisiatif datang dari kreditor, diatur dalam Pasal 1401 angka 1 BW, dan

2. Inisiatif datang dari debitor, diatur dalam Pasal 1401 angka 2 BW.

Telah dijelaskan diawal bahwa ketentuan Pasal 1401 ayat (1) BW adalah

merupakan subrogasi yang terjadi karena inisitaif dari kreditor sendiri. Di sini

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23

debitor tidak disinggung-singgung dan karenanya para sarjana berpendapat bahwa

untuk peristiwa-peristiwa seperti ini tidak diperlukan persetujuan dari debitor.24

Dalam ketentuan Pasal 1401 ayat (1) BW tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk dapat dikatakan telah terjadi subrogasi berdasar ketentuan Pasal

1401 ayat (1) BW maka harus dipenuhi syarat-syarat diantaranya : 1) Kreditor

menerima pembayaran dari pihak ketiga, 2) Ada pernyataan dari kreditor bahwa

pihak ketiga yang telah melakukan pembayaran pada kreditor akan menggantikan

hak-hak, gugatan-gugatan, hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang dimiliki

kreditor terhadap debitor dan 3) Pernyataan ini harus dinyatakan secara tegas dan

dilakukan tepat ada saat pembayaran. Apabila salah satu unsur dalam ketentuan

Pasal 1401 ayat (1) BW tidak terpenuhi maka pihak ketiga yang telah melakukan

pembayaran kepada kreditor tidak akan menggantikan hak-hak dari kreditor (tidak

terjadi subrogasi).25

Pernyataan ―
dengan tegas‖ maksudnya adalah kreditor menyatakan dengan

tegas bahwa seluruh hak-haknya, gugatan-gugatan, hak istimewa dan perjanjian-

perjanjian ikutan (accesoir) atas perjanjian pokok baik hak tanggungan, perjanjian

penanggungan, hipotik, fidusia, gadai dan perjanjian ikutan lainnya atas debitor

akan beralih kepada pihak ketiga yang telah melakukan pembayaran. Subrogasi

memang harus dinyatakan dengan tegas karena subrogasi berbeda dengan

pembebasan utang26. Pernyataan dengan tegas ini juga tidak boleh didapat hanya

dari kesimpulan-kesimpulan atau persangkaan-persangkaan semata. Menurut

24
Hoffman, opcit, hal 355; v. Brakel, opcit, hlm 171; Pitlo, Verbintenissrecht, hal 266. Dalam
buku J.Satrio, Opcit, hlm 65.
25
Pembayaran hutang debitor kepada kreditor yang dilakukan oleh pihak ketiga pada prinsipnya
tidak menimbulkan subrogasi.
26
Suharnoko dan Endah Hartati, Opcit, hlm 9.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24

penulis lebih baik pernyataan tegas dari kreditor dituangkan dalam suatu akta agar

memudahkan dalam hal pembuktian. Bahkan menurut V.Brakel pernyataan di

dalam tanda penerimaan uang (kuitansi) yang diberikan oleh kreditor sudah

cukup.27

Sedangkan unsur ―
tepat pada saat pembayaran‖ maksudnya adalah

pernyataan secara tegas atas adanya subrogasi berdasar ketentuan Pasal 1401 ayat

(1) BW harus dibuat tepat pada saat pihak ketiga melakukan pembayaran hutang

debitor kepada kreditor. Jadi seandainya A, yang membayar hutang-hutang B

kepada C, lalai untuk memperjanjikan subrogasi dan dikemudian hari tuntutannya

agar B membayar kembali kepada A ditolak oleh B, A tidak dapat datang lagi

kepada C, agar C mensubrogeer hak-haknya terhadap B kepada A.28

Menurut V.Brakel, syarat ini sebenarnya diadakan untuk mencegah adanya

permainan antara debitor dengan kreditor dan pihak ketiga, untuk menyelamatkan

sebagian dari kekayaan debitor dalam kepailitannya, dengan ―


pura-pura‖

memperjanjikan subrogasi atas tagihan-tagihan yang sudah lama dilunasi.

Permainan antara debitor degan kreditor dan pihak ketiga untuk menyelamatkan

harta debitor dalam kaitannya dengan pengambil alihan piutang dan perjumpaan

utang dalam hal debitor pailit juga telah diantisipasi oleh pembuat Undang-

Undang Kepailitan dimana dalam Pasal 52 diatur:

Pasal 52
(1) Setiap orang yang telah mengambil alih suatu utang atau piutang
dari pihak ketiga sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan,
tidak dapat memohon diadakan perjumpaan utang, apabila

27
V. Brakel, opcit, hal 171 pada not 1. Dalam buku J Satrio, Opcti, hlm 66.
28
J.Satrio, Opcit, hlm 66.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25

sewaktu pengambilalihan utang atau piutang tersebut, yang


bersangkutan tidak beritikad baik.
(2) Semua utang piutang yang diambil alih setelah putusan
pernyataan pailit diucapkan, tidak dapat diperjumpakan.

Dalam ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Kepailitan tersebut jelas

pembuat undang-undang ingin mengantisipasi upaya dari debitor, kreditor

maupun pihak ketiga yang tidak beritikad baik yakni kreditor-kreditor yang ingin

mengusahakan agar piutangnya terbayar secara penuh dan cepat dengan cara

melakukan perjumpaan utang sehingga dengan begitu kreditor tidak perlu

menunggu hingga pemberesan kepailitan (pembagian), apalagi biasanya dalam

prakteknya hasil penjualan aset debitor pailit tidak pernah dapat membayar lunas

seluruh tagihan dari kreditor, apalagi kreditor konkuren. Meskipun pembuat

undang-undang telah membuat ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Kepailitan

tersebut tetapi menurut penulis untuk membuktikan adanya itidak tidak baik dari

pihak yang mengambil alih piutang yang diatur dalam ketentuan Pasal 52 ayat (1)

Undang-Undang Kepailitan sangat sulit. Apalagi dalam hukum perdata yakni

dalam ketentuan Pasal 1965 BW dikenal suatu perinsip yang mengatakan bahwa


itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapa yang menunjuk

kepada suatu itikad buruk diwajibkan membuktikannya‖.

Dalam ketentuan Pasal 1401 ayat (1) BW memang tidak dipersyaratkan

adanya suatu pemberitahuan kepada debitor atas adanya subrogasi. Namun

pemberitahuan kepada debitor sangat penting. Pemberitahuan dapat mencegah

debitor untuk dengan mendasarkan pada Pasal 1386 BW, membayar dengan itikad

baik kepada kreditor dengan akibat, bahwa pelunasan tersebut membebaskan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26

dirinya dari hutang-hutangnya.29 Dengan tidak adanya pemberitahuan maka

debitor akan dapat mengatakan bahwa dia tidak tahu jika telah terjadi subrogasi

(apalagi jika kreditor lama tetap menerima pembayaran dari debitor), tetapi jika

telah ada pemberitahuan dari kreditor baru atas adanya subrogasi maka debitor

tidak dapat berdalih bahwa dia tidak tahu adanya subrogasi tersebut.

Subrogasi karena perjanjian yang kedua adalah subrogasi atas inisiatif

debitor yang diatur dalam ketentuan Pasal 1401 ayat (2) BW. Menurut ketentuan

Pasal 1401 ayat (2) BW syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan

telah tejadi subrogasi atas inisitaif debitor adalah: 1) Debitor meminjam uang

kepada pihak ketiga untuk melunasi hutangnya pada kreditor, 2) Debitor

menetapkan bahwa pihak ketiga yang meminjami uang itu akan menggantikan

hak-hak kreditor, 3) Dalam perjanjian pinjam uang tersebut harus diterangkan

bahwa uang itu dipinjam oleh debitor untuk melunasi hutang debitor pada

kreditor, 3) Dalam surat tanda pelunasan harus diterangkan bahwa pembayaran

dilakukan dengan uang yang untuk itu dipinjamkan oleh pihak ketiga atau kreditor

baru, dam 4) Perjanjian pinjam uang dan surat tanda pelunasan harus dibuat

dalam akta otentik.

Dalam ketentuan Pasal 1401 ayat (2) ke 2 BW dikatakan bahwa untuk

dapat terjadinya subrogasi atas inisiatif debitor ini tidak diperlukan bantuan dari

kreditor, dengan kata lain untuk dapat terjadinya subrogasi ini tidak diperlukan

persetujuan dari kreditor. ―


Tidak memerlukan persetujuan atau bantuan dari

kreditor‖ bukan berarti kreditor benar-benar tidak memiliki peranan dalam proses

29
J. Satrio, Opcit, hlm 67.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27

terjadinya subrogasi ini karena menurut ketentuan Pasal 1401 ayat (2) BW

dikatakan bahwa salah satu syarat agar dapat terjadinya subrogasi adalah harus

ada surat tanda pelunasan yang dibuat secara otentik yang didalamnya juga

menyatakan bahwa pembayaran dilakukan dengan uang yang untuk itu

dipinjamkan oleh pihak ketiga atau kreditor baru. Dalam surat tanda pelunasan

tersebut tentu harus ada tanda tangan dari kreditor yang menerima pelunasan

tersebut.

Menurut J Satrio hubungan hukum yang terjadi dalam proses subrogasi

Pasal 1401 ayat (2) BW yakni hubungan pinjam meminjam uang dan tindakan

pelunasan dapat dituangkan dalam dua akta yang berlainan, tetapi biasanya

dituangkan dalam satu akta saja.30 Subrogasi seperti itu mulai berlaku sejak uang

yang dipinjam oleh pihak ketiga dibayarkan kepada kreditor asal. 31 Perjanjian

pinjam meminjam uang dan surat tanda pelunasan harus dibuat dengan akta

otentik. Menurut ketentuan Pasa 1868 BW, ―


Suatu akta otentik ialah suatu akta

yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau

dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana

akta dibuat‖. Salah satu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik adalah Notaris. Kewajiban yang diatur dalam ketentuan Pasal 1401 ayat

(2) BW untuk membuat perjanjian pinjam meminjam uang dan surat tanda

pelunasan yang mendasari terjadinya subrogasi dalam bentuk akta otentik adalah

tidak lain dan tidak bukan untuk melindungi kepentingan pihak ketiga yang

meminjamkan uang kepada debitor untuk melunasi hutangnya pada kreditor

30
J Satrio, Opcit, hlm 69.
31
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28

dengan maksud agar seluruh hak-hak kreditor beralih kepada pihak ketiga yang

meminjamkan uang. Dengan adanya akta otentik maka dapat diterangkan bahwa

debitor meminjam uang kepada pihak ketiga untuk melunasi hutangnya pada

kreditor dan dalam akta otentik tersebut ditegaskan pula bahwa seluruh hak

kreditor beralih pada pihak ketiga.

Suatu akta otentik itu pada hakikatnya mempunyai 3 (tiga) macam

pembuktian:32

 Pertama, sebagai pembuktian formal (formele bewijskracht) dalam

artian bahwa antara para pihak telah membuktikan apa yang ditulis

adalah benar dalam akta tersebut.

 Kedua, sebagai pembuktian material (materiele bewijskracht) di

mana para pihak yang bersangkutan membuktikan bahwa antara

mereka telah melakukan peristiwa-peristiwa sebagaimana

disebutkan dalam akta tersebut memang sungguh terjadi.

 Ketiga, sebagai pembuktian ―


lahir/keluar‖ atau lazim juga disebut

dengan istilah pembuktian dari segi wujudnya (uitwendige

bewijskracht) di mana disamping sebagai pembuktian antara

mereka, juga terhadap pihak ketiga di mana pada tanggal, bulan,

dan tahun sebagaimana tertulis dalam akta tersebut, kedua nelah

pihak memang menghadap dimuka pegawai umum dan

menerangkan apa yang terdapat di dalam akta tersebut.

32
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti;
Bandung, 2009, hlm 111-112

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
29

Akta otentik adalah alat bukti yang sempurna sehingga dengan adanya

akta otentik maka dapat dibuktikan secara tegas dan kuat bahwa tindakan pihak

ketiga yang memberikan pinjaman uang kepada debitor untuk melunasi hutangnya

pada kreditor adalah untuk menggantikan kedudukan kreditor.

1.2.b Subrogasi karena Undang-Undang.

Apabila dalam Pasal 1401 BW diatur tentang subrogasi yang terjadi akibat

dari perjanjian maka dalam ketentuan Pasal 1402 BW diatur tentang subrogasi

yang terjadi demi undang-undang. Dalam ketentuan Pasal 1402 BW diatur:

―Subrogasi terjadi demi undang-undang:


1. untuk seorang yang sedang ia sendiri orang berpiutang, melunasi
seorang berpiutang lain, yang berdasarkan hak-hak istimewanya
atau hipotik, mempunyai suatu hak yang lebih tinggi.
2. untuk seorang pembeli sesuatu benda tak bergerak, yang telah
memakai uang harga benda tersebut untuk melunasi orang-orang
berpiutang, kepada siapa benda itu diperikatkan dalam hipotik.
3. untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain, atau untuk
orang-orang lain diwajibkan membayar suatu utang,
berkepentingan untuk membayar suatu utang, berkepentingan untuk
melunasi utang itu.
4. untuk seorang ahli waris yang sedang ia menerima suatu warisan
dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan tentang
keadaan harta peninggalan, telah membayar utang-utang warisan
dengan uangnya sendiri.‖

Maksud dari subrogasi terjadi demi undang-undang adalah peralihan hak-

hak kreditor kepada pihak ketiga terjadi secara otomatis atau demi hukum ketika

pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga memenuhi unsur-unsur dari salah

satu peristiwa perdata yang diatur dalam ketentuan Pasal 1402 BW. Menurut J

Satrio ketentuan Pasal 1402 BW ini bersifat limitatif dalam arti bahwa dari pasal

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
30

tersebut tidak boleh ditafsirkan, sehingga meliputi peristiwa-peristiwa lain yang

tidak disebutkan oleh undang-undang33.

Untuk lebih memahami subrogasi demi undang-undang yang terjadi

berdasar ketentuan Pasal 1402 angka 1 BW, diberikan contoh peristiwa sebagai

berikut:34


A berhutang kepada B, C dan D yang dijamin dengan benda yang sama,

berturut-turut dengan hipotik yang pertama, kedua dan ketiga. Dalam hal

B mengambil ancang-ancang untuk mengeksekusi tanah jaminan, D dapat

membayar hutang-hutang A terhadap B yang berkedudukan sebagai

kreditor pemegang hipotik pertama dengan pembayaran mana sekarang B

gesubrogeerd atas hak-hak B terhadap A, sehingga sekarang D

berkedudukan sebagai pemegang hipotik pertama, sedangkan C tetap

sebagai pemegang hipotik kedua. Memang D dapat menempuh juga

melalui jalan yang disebutkan dalam Pasal 1401 sub 2, tetapi untuk itu ia

membutuhkan kerja sama dengan A. Kalau A tetap mau melunasi hutang-

hutangnya dengan uangnya sendiri, maka hipotik pertama hapus, C

sebagai pemegang hipotik yang pertama dan D tetap berkedudukan

dibelakang C naik sebagai pemegang hipotik kedua.‖

Meski pada prinsipnya ketentuan Pasal 1402 BW bersifat limitatif tetapi

khusus untuk unsur ―


hak-hak istimewa atau hipotik‖ menurut penulis tidak hanya

terbatas pada lembagan jaminan kebendaan itu saja tetapi juga lembaga jaminan

kebendaan lainnya yakni hak tanggungan, gadai, fidusia dan resi gudang.

33
J Satrio, Opcit, hlm 73.
34
J Satrio, Opcit, hlm 74-75.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31


Kedudukan yang lebih tinggi‖ tidak harus didasarkan atas tagihan-tagihan yang

sama-sama preferent, tetapi termasuk juga dalam hal tagihan yang satu adalah

tagihan konkuren, sedang yang dilunasi adalah tagihan preferent.35

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 1402 angka 2 BW, apabila ada

seorang pembeli benda tidak bergerak yang dibebani hipotik, menggunakan uang

harga benda tersebut untuk melunasi kreditor pemegang hipotik maka terjadi

subrogasi demi undang-undang. Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (untuk selanjutnya

disebut UUPA) dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

(untuk selanjutnya disebut UUHT), maka kata ―


hipotik‖ dalam Pasal 1402 angka

2 BW lebih tepat jika diganti dengan kata ―


Hak Tanggungan‖ hal ini mengingat

lembaga jaminan untuk tanah telah diganti dari yang dulunya dengan hipotik

menjadi hak tanggungan. Ketentuan Pasal 1402 angka 2 BW adalah untuk

melindungi pembeli benda bergerak ketika harga beli barang bergerak tersebut

tidak cukup untuk melunasi seluruh tagihan kreditor yang memegang hak

tanggungan atas benda yang telah dijual secara lelang eksekusi dan pembeli lupa

untuk meminta agar benda yang dibeli dibersihkan dari segala beban hak

tanggungan atau ada klausula dalam akta pemberian hak tanggungan yang

menyatakan bahwa objek hak tanggungan tidak akan dibersihkan dari beban hak

tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf f UUHT36.

35
Hofmann, hal 356, dalam buku J Satrio, Opcit, hlm 75.
36
Pasal 11 ayat (2) huruf f UUHT, ―
janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama
bahwa obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan‖.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32

Ketentuan mengenai pembersihan hak tanggungan diatur dalam Pasal 19 UUHT

yang berbunyi demikian:

Pasal 19 UUHT
(1) Pembeli obyek Hak Tanggungan, baik dalam suatu pelelangan umum atas
perintah Ketua Pengadilan Negeri maupun dalam jual beli sukarela,
dapat meminta kepada pemegang Hak Tanggungan agar benda yang
dibelinya itu dibersihkan dari segala bebanHak Tanggungan yang
melebihi harga pembelian.

(2) Pembersihan obyek Hak Tanggungan dari beban Hak Tanggungan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pernyataan
tertulis dari pemegang Hak Tanggungan yang berisi dilepaskannya
HakTanggungan yang membebani obyek Hak Tanggungan yang melebihi
harga pembelian.

(3) Apabila obyek Hak Tanggungan dibebani lebih dari satu Hak Tanggungan
dan tidak terdapat kesepakatan di antara para pemegang Hak
Tanggungan tersebut mengenai pembersihan obyek Hak Tanggungan dari
beban yang melebihi harga pembeliannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pembeli benda tersebut dapat mengajukan permohonan kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak obyek Hak
Tanggungan yang bersangkutan untuk menetapkan pembersih an itu dan
sekaligus menetapkan ketentuan mengenai pembagian hasil penjualan
lelang di antara para yang berpiutang dan peringkat mereka menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Permohonan pembersihan obyek Hak Tanggungan dari Hak Tanggungan


yang membebaninya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat
dilakukan oleh pembeli benda tersebut, apabila pembelian demikian itu
dilakukan dengan jual beli sukarela dan dalam Akta Pemberian Hak
Tanggungan yang bersangkutan para pihak telah dengan tegas me
mperjanjikan bahwa obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari
beban Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
huruf f.

Penjelasan Pasal 19 UUHT:

Ayat (1)

Ketentuan ini diadakan dalam rangka melindungi kepentingan pembeli


obyek Hak Tanggungan, agar benda yang dibelinya terbebas dari Hak

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33

Tanggungan yang semula membebaninya,jika harga pembelian tidak


mencukupi untuk melunasi utang yang dijamin.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Para pemegang Hak Tanggungan yang tidak mencapai kesepakatan perlu


berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai kesepakatan mengenai
pembersihan obyek Hak Tanggungan sebelum masalahnya diajukan
pembeli kepada Ketua Pengadilan Negeri. Apabila diperlukan, dapat
diminta jasa penengah yang disetujui oleh pihak -pihak yang
bersangkutan.

Dalam menetapkan pembagian hasil penjualan obyek Hak Tanggungan


dan peringkat para pemegang Hak

Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat ini Ketua Pengadilan


Negeri harus memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dan Pasal 5.

Ayat (4)

Cukup jelas

Dalam ketentuan Pasal 19 UUHT diatas diatur mengenai prosedur dan

syarat yang harus dipenuhi agar benda tak bergerak yang dibeli oleh pembeli

dapat dibersihakan dari hak tanggungan, ketentuan ini diadakan untuk melindungi

kepentingan pembeli objek hak tanggungan, agar benda yang dibelinya terbebas

dari Hak Tanggungan yang semula membebaninya, jika harga pembelian tidak

mencukupi untuk melunasi utang yang dijamin. Pembuat undang-undang tidak

berhenti disitu saja dalam upaya untuk melindungi pembeli, pembuat undang-

undang juga mengantisipasi para pembeli yang lupa untuk meminta agar objek

hak tanggungannya dibersihkan dari hak tanggungan berdasar Pasal 19 UUHT

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
34

dengan memberikan perlindungan dengan menggunakan ketentuan Pasal 1402

angka 2 BW. Untuk lebih jelasnya J Satrio memberikan contoh sebagai berikut:37


A, seorang debitor, mempunyai hutang kepada B sebesar Rp
10.000.000,00, kepada C sebesar Rp 5.000.000,00 dan kepada D sebesar
Rp 3.000.000,00 berturut-turut dengan hypotik 1e, 2e dan 3e sebesar
tagihan masing-masing.

B mengeksekusi persil A dan dalam pelelangan dibeli oleh P dengan harga


Rp 10.000.000,00. Dengan penjualan tersebut tagihan B lunas dan hypotik
pertama hapus. Seandainya pembeli lupa38 menuntut pembersihan dan
tidak ada pasal 1402 sub 2, maka sekarang P memperoleh hak milik atas
sebidang tanah bekas milik A dengan menanggung sisa beban hypotik
sebesar :

Rp 5.000.000,00 + Rp 3.000.000,00 = Rp 8.000.000,00

Hutang A kepada C dan D tetap belum lunas, tetapi sekarang dijamin


dengan persil milik pihak ketiga yaitu P. Dengan hapusnya hypotik yang
pertama, maka hypotik kedua dan ketiga naik tingkat menjadi hypotik 1e
dan 2e. Seandainya sekarang C mengeksekusi persil P dan laku sekali lagi
dengan harga Rp 10.000.000,00 maka C mengambil pelunasan lebih
dahulu Rp 5.000.000,- dan D sebagai pemegang hypotik kedua sebagai
kreditor preferent mengambil juga dari sisanya Rp 3.000.000,00 sehingga
P hanya menerima sisanya sebesar Rp 2.000.000,-.

Disini nyata sekali kerugian yang diderita oleh P. Kalau pembeli harus
menanggung resiko kerugian seperti itu, besar kemungkinan lelang
eksekusi persil-persil yang dibebani hipotik tidak laku.‖

37
J Satrio, Opcit, hlm 88 – 89.
38
Dalam hal harga jual objek hak tanggungan dapat menututpi seluruh tagihan kreditor yang
dijamin dengan objek hak tanggungan tersebut maka ketentuan Pasal 1402 angka 2 BW tidak
berfungsi.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35

Dalam contoh kasus seperti itu ketentuan Pasal 1402 angka 2 BW sangat

berguna dan sangat melindungi kepentingan pembeli dimana ketika pembeli lupa

untuk meminta agar objek hak tanggungan dibersihkan dari seluruh hak

tanggungan maka terjadi subrogasi demi undang-undang dimana hak-hak

pemegang hak tanggungan pertama (kreditor lama/B) beralih kepada pembeli (P),

sehingga ketika C dan D tetap memaksa agar dilakukan lelang atas objek hak

tanggungan yang kini milik dari P maka P sebagai pembeli akan mendapatkan

pelunasan terlebih dahulu akibat dari peralihan hak-hak B sebagai pemegang hak

tanggungan peringkat pertama demi undang-undang. Namun hendaknya diingat

bahwa sekalipun persil yang dijaminkan dibersihkan, tagihan C tetap diakui

sebagai tagihan konkuren39.

Berdasar Pasal 1402 angka 3 BW, subrogasi demi undang-undang juga

terjadi untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain, atau untuk orang

lain, diwajibkan membayar suatu utang, berkepentingan untuk membayar suatu

utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu. Menurut para sarjana --- pasal

tersebut sebaiknya dibaca sebagai berikut: bahwa subrogasi demi undang-undang

terjadi bagi mereka yang mempunyai kepentingan untuk membayar hutangnya

orang lain, karena ia bersama-sama dengan atau untuk orang tersebut terikat untuk

membayar40. Contoh dari pihak-pihak yang dapat memperoleh subrogasi demi

undang-undang berdasar ketentuan Pasal 1402 angka 3 BW adalah antara debitor

utama dengan penanggung (borg) yang diatur dalam Pasal 1840 BW dan dalam

Pasal 1844 BW.

39
J Satrio, Opcit, hlm 82.
40
v. Brakel, hal 175, dalam buku J Satrio, Opcit, hlm 89-90.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
36

Menurut ketentuan Pasal 1402 angka 4 BW, peristiwa perdata yang dapat

menyebabkan subrogasi demi undang-undang adalah untuk seorang ahli waris

yang sedang ia menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk mengadakan

pencatatan tentang keadaan harta peninggalan, telah membayar utang-utang

warisan dengan uangnya sendiri. Seorang ahli waris yang mempunyai hak

istimewa untuk melakukan pencatatan atas keadaan harta warisan dan dia telah

membayar utang-utang warisan dengan uangnya sendiri, juga menggantikan

kedudukan kreditor harta warisan tersebut41.

2. Keabsahan Cessie dan Subrogasi.

2.1 Keabsaham penyerahan tagihan atas nama dengan cara cessie dan

subrogasi.

Sebelum menentukan cara peralihan hak tagih yang sah menurut hukum,

maka harus ditentukan terlebih dahulu hak tagih atas nama termasuk dalam benda

bergerak atau benda tidak bergerak. Hak Tagih adalah termasuk dalam kebendaan

bergerak karena ditentukan oleh undang-undang hal ini diatur dalam ketentuan

Pasal 511 angka 3 BW.

Berdasarkan Pasal 584 BW diatur tentang tata cara perolehan hak milik

atas kebendaan yakni:

―Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain,
melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan; karena daluwarsa,
karena perwarisan, baik menurut undang-undang, maupun menurut surat
wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu
peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang
yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.‖

41
Suharnoko dan Endah Hartati, Opcit, hlm 11-12.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37

Berdasarkan ketentuan Pasal 584 BW diatas maka hak milik atas suatu

kebendaan baik bergerak maupun tidak bergerak dapat terjadi karena

…….penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak


milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu‖.

Yang dimaksud dengan rechtstitel/peristiwa perdata adalah hubungan hukum

obligatoir (obligatoire rechtsverhouding) yang menimbulkan kewajiban untuk

levering/menyerahkan (ke dalam pemilikan orang lain). 42 Perjanjian obligatoir

adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan dimana masing-masing pihak yang

membuat perjanjian itu wajib untuk melakukan prestasi atau kewajiban tertentu.

Menurut J. Satrio, para pihak yang terlibat dalam cessie mendapat istilah

teknis tersendiri.

―Kreditor (semula) yang mengoperkan hak tagihnya -- tagihan atas nama


– kita sebut cedent, sedang orang yang mengoper – yang menerima
penyerahan – hak tagihan tersebut dinamakan cessionaris. Ia adalah yang
menggantikan hak-hak kreditor lama atas tagihan yang diterima olehnya.
Debitor—yang dalam cessie tidak berganti – kita sebut cessus.‖

Dalam ketentuan Pasal 613 BW diatur mengenai keabsahan cessie:

1. Harus ada peristiwa perdata atau Rechstitel yang sah.

2. Kewenangan mengambil tindakan beschikking.

3. Harus dibuat dengan akta.

Persitiwa perdata atau rechstitel yang mendasari penyerahan dengan cara

cessie harus sah agar penyerahan dengan cessie juga sah. Menurut Suharnoko dan

Endah Hartati, dalam ilmu hukum dikenal dua doktrin pengalihan hak milik, yaitu

teori kausal dan teori abstrak.


42
Ibid hlm 6.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
38

―Menurut teori kausal, keabsahan suatu penyerahan hak milik (levering)


tergantung dari sah atau tidaknya perjanjian obligatoir yang
mendasarinya. Jika perjanjian obligatoirnya sah maka penyerahan hak
miliknya menjadi sah, artinya jika perjanjian jual belinya sah, maka cessie
juga sah dan sebaliknya. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menganut sistem kausal, hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal
584 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan antara lain
bahwa hak milik diperoleh dengan cara penyerahan (misalnya dengan
cara cessie), berdasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik atau disebut rechts title (misalnya perjanjian jual
beli piutang) dan dilakukan oleh orang yang berwenang untuk
mengalihkan hak milik. Sedangkan teori yang kedua adalah teori abstrak,
di mana sah atau tidaknya perjanjian obligatoirnya. Artinya, meskipun
perjanjian obligatoir yang mendasari levering tidak sah, tetapi levering
atau pengalihan hak miliknya tetap sah. Konsekuensinya pemiliknya tidak
mempunyai hak revindicative lagi karena hak milik memang sudah
beralih.‖43

Menurut J. Satrio, dalam hal terjadi cessie yang berulang ulang maka atas

pertimbangan praktis maka akan lebih tepat jika menggunakan teori abstraksi.

―Hanya saja dalam hal terjadi cessie berturut-turut (berulangkali) maka


dianutnya teori kausal dapat membawa konsekuensi yang sulit untuk
diterima, sebab nasib daripada cessionaris yang terakhir bergantung dari
semua rechts titel peralihan hak sebelumnya. apakah dengan demikian ia
(cessionaris) sebelum menerima penyerahan tagihan tersebut harus
menelusuri lebih dahulu, apakah orang yang menyerahkan menerimanya
berdasarkan title yang sah dan demikian seterusnya sampai pada cedent
yang pertama? Kalau ternyata dalam salah satu mata rantai tersebut
ternyata pengoperan yang pertama didasarkan atas suatu rechts title yang
tidak sah, maka hak milik atas tagihan yang bersangkutan masih tetap
pada kreditor yang pertama (cedent yang pertama). dalam kasus seperti
tersebut di atas, atas dasar pertimbangan praktis, kiranya kita lebih dapat
menerima teori abstraksi.‖44

43
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Nieuw Nederlands Burgerlijk Wetboek, Code Civil Perancis, dan
Common Law, Jakarta:Kencana, 2012, hlm 107-108.
44
J Satrio, opcit, hlm 26.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39

Berdasarkan ketentuan Pasal 584 BW dan teori-teori diatas maka jelas

peristiwa perdata yang mendasari adanya cessie harus sah karena apabila

peristiwa perdatanya (misalnya jual beli piutang) tidak sah maka peralihan hak

milik atas piutang atas nama dengan cara cessie juga tidak sah dengan demikian

akibatnya hak milik atas piutang atas nama juga masih menjadi hak dari kreditor

lama (cedent). Cessie sebagai cara untuk menyerahkan/levering selalu accessoir

pada suatu peristiwa hukum yang menimbulkan kewajiban levering. 45 J Satrio

berpendapat apabila dasar cessie batal, umpamanya karena perjanjian

obligatoirnya cacad sehingga dibatalkan, maka akta cessie tidak menjadikan

cessonaris pemilik dari tagihan yang diterimanya.46

Selain peristiwa hukum harus sah, untuk sahnya levering menurut

ketentuan Pasal 584 BW maka penyerahan atau levering harus dilakukan oleh

pihak yang berwenang. J Satrio berpendapat bahwa ―


dalam pengalihan piutang

atas nama, ketentuan ini (ketentuan Pasal 584 BW, Penulis) tidak dapat

disimpangi oleh Pasal 1977 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

Karena dalam jual beli dan pengalihan piutang atas nama pembeli harus

mengetahui siapa pemiliknya. Peristiwa perdata yang paling sering menjadi dasar

adanya cessie adalah perjanjian jual beli, agar cessie itu sah maka peristiwa

perdata yang mendasari (Perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama) juga harus sah.

Oleh karena itu perjanjian jual beli itu harus memenuhi syarat keabsahan

perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 BW yakni:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

45
Ibid. hlm 29.
46
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
40

2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu causa yang diperbolehkan;

Apabila perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif yang diatur dalam

Pasal 1320 ke 1 dan 2 BW maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Apabila

perjanjian tidak memenuhi syarat objektif yang diatur dalam Pasal 1320 ke 3 dan

4 BW maka perjanjian itu batal demi hukum. Selain itu dalam perjanjian tertentu

telah diatur mengenai bentuk perjanjiannya yang membawa konsekuensi jika tidak

dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum misalnya perjanjian hibah wajib

dibuat dalam bentuk akta notaris (Pasal 1682 BW).

Dalam ketentuan Pasal 613 BW tegas diatur bahwa cessie harus dibuat

dalam suatu akta, akta ini dapat berupa akta otentik atau akta dibawah tangan.

Dalam akta tersbeut harus tegas dinyatakan bahwa kreditor lama (cedent) telah

mengalihkan kepemilikian atas tagihan atas nama atau kebendaan tak bertubuh

lainnya (benda-benda tak bertubuh diluar tagihan atas order, atas toonder dan atas

nama) kepada kreditor baru (cessionaris). Kesimpulannya cessie secara lisan tidak

sah, dan karenanya tidak mengoperkan hak tagihan tersebut kepada orang lain47.

Namun dari apa yang diuraikan di atas jangan diartikan bahwa cessie tanpa

penerimaan pihak lain (cessionaris, penulis) sudah ada, karena pernyataan sepihak

saja tanpa penerimaan (penerimaan dari cessionaris, penulis) tidak menimbulkan

cessie48. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa cessie dapat terjadi

tanpa ada bantuan dari cessus dengan kata lain untuk dapat terjadinya cessie tidak

47
J. Satrio. Opcit. hlm 30.
48
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41

perlu ada persetujuan dari cessus. J.Satrio menyatakan bahwa dengan penanda

tanganan akta cessie saja, cessie sudah selesai, sudah sah, artinya sudah sah

dioperkan hak tagih dari cedent kepada cessionaris.49

Menurut ketentuan Pasal 1400 BW, subrogasi terjadi baik karena undang-

undang maupun karena persetujuan (perjanjian). Menurut ketentuan Pasal 1402

BW subrogasi terjadi demi undang-undang ketika terjadi peristiwa perdata yang

diatur dalam Pasal 1402 BW. Maksud dari subrogasi terjadi demi undang-undang

adalah peralihan hak-hak kreditor kepada pihak ketiga terjadi secara otomatis

atau demi hukum ketika pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga memenuhi

unsur-unsur dari salah satu peristiwa perdata yang diatur dalam ketentuan Pasal

1402 BW. Menurut J Satrio ketentuan Pasal 1402 BW ini bersifat limitatif dalam

arti bahwa dari pasal tersebut tidak boleh ditafsirkan, meliputi peristiwa-peristiwa

lain yang tidak disebutkan oleh undang-undang50.

Sedangkan untuk subrogasi yang terjadi karena persetujuan yang diatur

dalam ketentuan Pasal 1401 BW maka untuk menentukan perjanjian yang

melandasi subrogasi itu sah atau tidak maka harus diukur dengan ketentuan Pasal

1320 BW. Jika perjanjian yang mendasari subrogasi itu telah memenuhi syarat

keabsahan perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 BW maka harus dilihat lagi

apakah dalam perjanjian itu telah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam

ketentuan Pasal 1401 BW misalnya syarat yang diatur dalam Pasal 1401 ke 1 BW

yakni dalam perjanjian harus dibuat tepat pada waktu pembayaran dan dalam

perjanjian ditetapkan secara tegas bahwa kreditor lama telah menerima

49
Ibid.
50
J Satrio, Opcit, hlm 73.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42

pembayaran dari pihak ketiga dan pihak ketiga akan menggantikan seluruh hak-

hak, gugatan, hak istimewa dan hipotik yang dimiliki kreditor lama terhadap

debitor.

2.2 Cessie dan subrogasi sebagian piutang.

Apakah dimungkinkan melakukan cessie sebagian piutang saja? Pada

prinsipnya cessie adalah merupakan pengalihan piutang atas nama dari cedent

kepada cessieonari yang didasari atas peristiwa perdata (rechtstitel) yang sah baik

dengan jual beli, tukar menukar ataupun hibah. Dalam hal peristiwa perdata yang

mendasari adanya cessie adalah jual beli maka menurut J.Satrio cessionaris selalu

dapat menagih seluruh hutang debitor sekalipun ia hanya membayar kurang dari

nilai tagihan kepada cedent.51 Sehingga menurut penulis meskipun tidak ada

peraturan yang melarang adanya cessie sebagian piutang atas nama tetapi

berdasarkan prinsip bahwa cessionaris selalu dapat menagih seluruh hutang

debitor sekalipun ia hanya membayar kurang dari nilai tagihan kepada cedent

maka apabila peristiwa perdata yang mendasari adanya cessie adalah jual beli

maka tidak dimungkinkan adanya cessie hanya sebagian saja. Apalagi jika piutang

atas nama yang dialihkan sebagian itu memiliki jaminan kebendaan berupa hak

tanggungan, tentu akan memperumit keadaan, apakah jaminan itu akan beralih

kepada kreditor baru yang membayar sebagian atau tetap ada pada kreditor lama?.

Disamping itu apabila dilakukan cessie hanya sebagian piutang saja dengan

mendasarkan pada peristiwa perdata berupa jual beli (ada pembayaran yang

dilakukan oleh pihak ketiga) maka cessie ini akan sangat identik dengan subrogasi

51
J.Satrio. Opcit hlm 62

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43

dimana dalam subrogasi dimungkinkan adanya pembayaran sebagian piutang oleh

pihak ketiga (Pasal 1403 BW).

Hal ini diperkuat dengan pendapat Mahkamah Agung dalam perkara

Nomor 06 K/N/2005 tanggal 25 Mei 2005 dimana PT Chandra Sakti Utama

Leasing (PT CSUL) memiliki piutang kepada PT Hutan Domas Raya sebesar US$

805.953,15 berdasarkan Surat Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha tanggal 2

Pebruari 1996 dimana untuk menjamin pelunasan hutang PT Hutan Domas Raya

kepada PT CSUL tersebut Alex Korompis bertindak sebagai penanggung berdasar

Surat Perjanjian Penanggungan tanggal 2 Pebruari 1996. Singkat kata kemudian

PT CSUL menjual/mengalihkan sebagai piutang sebesar US$ 50.000 kepada PT

Prima Solusi Sistem berdasar Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama PT

CSUL No 15 dan Akta Penyerahan Hak (Cessie) No 16 yang keduanya tertanggal

6 Desember 2004 yang dibuat oleh dan dihadapan Daniel P Marpaung SH. M.H

Notaris di Jakarta.

Mahkamah Agung dalam pertimbangan hukumnya berpendapat bahwa

oleh karena PT CSUL hanya menjual sebagian hak tagih berdasar Surat Perjanjian

Induk Sewa Guna Usaha kepada PT Prima Solusi Sistem maka perbuatan hukum

tersebut merupakan subrogasi seperti yang diatur dalam Pasal 1400 BW bukan

pengalihan piutang (cessie) seperti yang diatur dalam Pasal 613 BW. Berdasarkan

pertimbangan hukum Mahkamah Agung diatas maka jelas Mahkamah Agung

berpendapat bahwa pengalihan piutang atas nama hanya sebagai saja (dalam arti

piutang atas namanya hanya satu kemudian dialihkan sebagian (dipecah)) dengan

menggunakan peristiwa perdata jual beli (ada pembayaran dari pihak ketiga)

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44

bukan merupakan cessie tetapi lebih tepat jika disebut sebagai subrogasi. Penulis

sepakat dengan pendapat dari Mahkamah Agung ini dan menurut penulis

pendapat Mahkah Agung ini tidak hanya dapat digunakan untuk cessie yang

didasari atas peristiwa perdata jual beli saja tetapi juga dapat digunakan untuk

tukar menukar karena pembayaran pihak ketiga dalam tukar menukar adalah

dengan memberikan barang lain (pembayaran tidak mesti harus dalam bentuk

uang tetapi dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak

berbuat sesuatu (Pasal 1234 BW)) tetapi memang akan menjadi perdebatan jika

dipertanyakan apakah diperbolehkan menghibahkan piutang atas nama sebagian

saja jika peristiwa perdata yang mendasari cessie adalah berupa hibah.

Telah dijelaskan diawal bahwa subrogasi dapat terjadi dari perjanjian dan

demi undang-undang. Ada kalanya pihak ketiga hanya melakukan pembayaran

sebagian saja dari hutang-hutang debitor terhadap kreditor, hal ini lah yang

disebut subrogasi sebagian. Subrogasi sebagian diatur dalam ketentuan Pasal 1403

BW yang berbunyi:


Subrogasi yang ditetapkan dalam pasal-pasal yang lalu, terjadi baik

terhadap orang-orang penanggung utang maupun terhadap para berutang;

subrogasi tersebut tidak dapat mengurangi hak-hak si berpiutang jika ia

hanya menerima pembayaran sebagaian; dalam hal ini ia dapat

melaksanakan hak-haknya, mengenai apa yang masih harus dibayar

kepadanya, lebih dahulu dari pada orang dari siapa ia hanya menerima

suatu pembayaran sebagian.‖

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45

Untuk lebih memahami maksud dari Pasal 1403 BW ini, diberikan contoh

sebagai berikut:


A mempunyai hutang kepada B dan C, dimana hutang tersebut dijamin

dengan hak tanggungan dimana tanah milik A yang sama menjadi objek

hak tanggungan, dalam hal ini B menjadi pemegang hak tanggungan

peringkat pertama dan C menjadi pemegang hak tanggungan peringkat

kedua. Lalu P melunasi sebagian dari pada hutang A kepada pemegang

hak tanggungan peringkat pertama, yaitu B.‖

Dalam kasus diatas menurut ketentuan Pasal 1403 BW, jika tanah yang

dibebani hak tanggungan itu dieksekusi maka B dapat mengambil pelunasan lebih

dahulu mendahului P dan C. Menurut v Brakel 52 sebenarnya tidak ada dasar yang

dapat dipakai sebagai alasan untuk penyimpangan dari asas umum tersebut dan

oleh karenanya Pengadilan menafsirkannya secara sempit, yaitu hanya dalam hal

tagihan tersebut mengandung unsur jaminan saja, walaupun kata-kata undang-

undang tak menunjukkan adanya kaitan yang erat antara hak-hak pada bagian

awal Pasal 1403 BW dengan kalimat belakangnya. Dengan kata lain dalam hal

tagihan yang dibayar oleh pihak ketiga adalah tagihan konkuren, maka antara

kreditor asal dan pihak ketiga terjadi pembagian secara pond’s – pond’s

(seimbang) atas hasil penjualan harta benda debitor53.

Di dalam ketentuan Pasal 1403 BW ini maka dapat disimpulkan bahwa

dalam subrogasi berlaku perinsip: kreditor asal dalam subrogasi kedudukannya tak

boleh menjadi lebih jelek, bahkan harus didahulukan terhadap pihak ketiga.

52
v Brakel, hal 177, dalam buku J Satrio, Opcit, hlm 94.
53
J satrio Opcit, hlm 94.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46

Menurut ketentuan Pasal 1403 BW jika pihak ketiga hanya melunasi sebagain

piutang saja maka pihak ketiga tidak boleh menuntut agar barang jaminan

diserahkan padanya, ketika pihak ketiga telah melunasi semua hutang debitor baru

dia memiliki seluruh hak yang dimiliki kreditor lama termasuk barang jaminan.

Ketika pihak ketiga tidak kunjung melunasi sisa hutang debitor maka ketika

barang jaminan dieksekusi maka kreditor lama berhak untuk mengambil

pelunasan lebih dahulu dari hasil penjualan benda jaminan dan baru pihak ketiga.

Penulis berpendapat bahwa ketika terjadi subrogasi berdasar perjanjian

atau undang-undang dan pihak ketiga hanya melunasi sebagian piutang saja. Pihak

ketiga tersebut harus tetap disebut sebagai kreditor (sehingga ada 2 (dua) kreditor

yakni kreditor lama dan pihak ketiga) hanya saja menurut Pasal 1403 BW kreditor

lama akan didahulukan pembayarannya dari pihak ketiga ketika barang jaminan

dieksekusi (kedudukan kreditor lama tidak boleh lebih jelek dari pihak ketiga).

Dan ketika tagihan yang dibayar tidak ada barang jaminannya (tagihan kreditor

konkuren) maka pihak ketiga dan kreditor lama akan tetap dibayar sesuai dengan

keseimbangannya hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1136 BW.

3. Akibat Hukum Dari Adanya Cessie dan Subrogasi Terhadap Debitor.

Dengan adanya cessie, hutang piutang yang lama tidak hapus tetapi

tagihan tersebut hanya beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditor baru.

Konsekuensinya adalah bahwa semua accessoir dan execeptie yang melekat pada

perikatan tersebut tetap tidak berubah.54 Seluruh janji-janji yang ada dalam

54
Ibid. hlm 5.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47

perikatan lama adalah tetap ada meski telah berpindah dari cedent pada

cessionaris dan hal seluruh janji-janji tersebut juga tetap berlaku terhadap debitor

(cessus). Dengan telah beralihnya tagihan atas nama dari cedent kepada

cessionaris maka jaminan kebendaan baik berupa hak tanggungan, gadai, fidusia,

hipotik, resi gudang maupun perjanjian penanggungan yang menjadi jaminan

pelunasan atas tagihan atas nama yang telah dicessiekan juga ikut beralih kepada

cessionaris.

Dalam Pasal 16 ayat (1) UUHT diatur jika piutang yang dijamin dengan

Hak Tanggungan beralih karena cessie, subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab

lain, Hak Tanggungan tersebut ikut beralih karena hukum kepada kreditor yang

baru. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 16 ayat (2) UUHT, beralihnya Hak

Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan oleh kreditor

yang baru kepada Kantor Pertanahan. Beralihnya Hak Tanggungan mulai berlaku

bagi pihak ketiga pada hari tanggal pencatatan sebagaimana dimaksud pada Pasal

16 ayat (4) UUHT demikian diatur dalam Pasal 16 ayat (5) UUHT. Menurut

Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UUHT, karena beralihnya Hak Tanggungan yang

diatur dalam ketentuan ini terjadi karena hukum, hal tersebut tidak perlu

dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT. Pencatatan beralihnya Hak

Tanggungan ini cukup dilakukan berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya

piutang yang dijamin kepada kreditor yang baru. Ketentuan ini sangat logis karena

Hak Tanggungan adalah merupakan perjanjian ikutan atau accesoir yang lahir

karena adanya perjanjian pokok, oleh karena itu hapus atau lahirnya Hak

Tanggungan sangat bergantung pada perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48

pokok yang melahirkan Hak Tanggungan itu hapus maka Hak Tanggungan juga

ikut hapus tetapi tidak sebaliknya.

ST. Remy Sjahdeni menyatakan pencantuman ketentuan Pasal 16 UUHT

tersebut menghindarkan keraguan dan sekaligus ketidakpastian mengenai apakah

Hak Tanggungan ikut beralih bila piutangnya dijamin dengan Hak Tanggungan

itu beralih. Ketentuan Pasal 16 UUHT ini adalah sejalan dengan sifat Hak

Tanggungan sebagai perjanjian ikutan atau accessoir dari perjanjian utang-

piutangnya.55 Agar beralihnya hak tanggungan oleh karena cessie itu mengikat

pihak ketiga maka peralihan itu harus didaftarkan pada kantor pertanahan.

Supaya cessie tersebut mengikat pihak debitor (cessus) maka menurut

ketentuan Pasal 613 BW, maka cessie tersebut harus diberitahukan atau secara

tertulis telah disetujui atau diakui oleh debitor (cessus). Menurut J Satrio, dengan

pembuatan akta cessie sebenarnya cessie sudah selesai, hak tagih sudah beralih,

tetapi menurut Pasal 613 ayat 3 BW baru mengikat cessus, kalau kepadanya sudah

diberitahukan atau telah diakui/disetujui.56 Telah diuraikan dalam sub bab

sebelumnya bahwa pengalihan tagihan atas nama karena cessie dapat terjadi

antara cedent dengan cessionaris tanpa bantuan dari cessus tetapi agar peralihan

piutang atas nama karena cessie tersebut berlaku terhadap cessus maka cessus

harus diberitahu secara tertulis atau cessus telah menyetujui atau mengakui cessie

tersebut.

Sedangkan akibat dari adanya subrogasi adalah terjadi peralihan hak-hak

kreditor lama kepada pihak ketiga yang melakukan pembayaran. Karena sebagai
55
ST. Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan, Asas-asa, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah
Yang Dihadapi Oleh Perbankan, Bandung:Alumni, 1999, hlm131.
56
J Satrio, Opcit. hlm 31.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49

dikatakan didepan perikatan antara kreditor dengan debitor tidak hapus, maka

semua accesoir dan janji-janji yang melekat pada perikatan lama tetap utuh dan

berpindah kepada kreditor baru (pihak ketiga)57. Jika dalam cessie diatur perinsip

bahwa seluruh tagihan yang dimiliki kreditor lama akan beralih kepada pihak

ketiga, berapapun harga yang dibayar oleh pihak ketiga maka dalam subrogasi

juga terdapat perinsip bahwa pihak ketiga yang menerima peralihan hak dari

kreditor lama hanya berhak menagih sebesar yang telah ia bayarkan kepada

kreditor lama. Misalnya seluruh hutang A kepada B adalah Rp 10.000.000,-, P

sebagai pihak ketiga melakukan pembayaran pada B untuk hutang A dengan

maksud agar hak A kepada B beralih kepada P (subrogasi) yakni sebesar Rp

7.000.000,- maka P hanya berhak menagih A sebesar Rp 7.000.000,- saja.

Telah dijelaskan diawal bahwa cara untuk mengalihkan piutang atas nama

dari kreditor lama kepada kreditor baru salah satunya adalah dengan cessie.

Scholten berpendapat bahwa cessie dapat ditinjaui dari 2 segi: sebagai lembaga

perikatan --- sebagai lembaga penggantian kualitas kreditor dan sebagai bagian

hukum benda – sebagai cara untuk peralihan hak milik.58 Untuk lebih

memperjelas teknis pengalihan piutang atas nama dengan menggungakan cessie

maka diberikan contoh sebagai berikut:

‖Pada tanggal 04 Pebruari 2002, A berhutang kepada B sebesar Rp

10.000.000,- dimana perjanjian utang piutang tersebut dituangkan dalam

Perjanjian Kredit Nomor 01 yang jatuh tempo pada tanggal 04 Pebruari

2008, dimana untuk menjamin pelunasan hutang tersebut A memberikan

57
J Satrio, Opcit, hlm 56.
58
Scholten, De oorzaak der cessie, dalam V.O., hal 484, dalam buku J Satrio, Opcit, hlm 24.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50

jaminan berupa tanah dimana B adalah sebagai pemegang hak tanggungan

peringkat pertama. Lalu pada tanggal 03 Maret 2005, A berutang kembali

kepada B sebesar Rp 20.000.000,- dimana perjanjian utang piutang

tersebut dituangkan dalam Perjanjian Kredit Nomor 02 yang jatuh tempo

pada tanggal 03 Mret 2009 dan untuk menjamin pelunasan hutang tersebut

A memberikan jaminan berupa tanah yang sama kepada B dimana B

sebagai pemegang hak tanggungan peringkat kedua. Lalu pada tanggal 02

Juni 2006 B membutuhkan dana tunai sebesar Rp 15.000.000,- untuk

bisnis, lalu B ingin menjual piutangnya yang berdasar pada Perjanjian

Kredit Nomor 2 kepada P. Dimana P dan B sepakat untuk melakukan jual

beli piutang Perjanjian Nomor 2 seharga Rp 17.000.000,-. Untuk

merealisasikan jual beli piutang tersebut P dan B membuat Akta Jual Beli

Piutang Nomor 1 dimana dalam akta tersebut dijelaskan bahwa B telah

menjual piutang berdasar Perjanjian Kredit Nomor 2 kepada P seharga Rp

17.000.000,- dan dengan akta tersebut B juga telah menyerahkan seluruh

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan piutang yang dijual tersebut

sekaligus perjanjian accesoirnya (sertipikat hak tanggungan) kepada P

selaku pembeli. Agar A terikat pada cessie tersebut P telah melakukan

pemberitahuan akan adanya cessie kepada A selaku debitor. Dan berdasar

ketentuan Pasal 16 UUHT, Hak Tanggungan yang merupakan perjanjian

ikutan dari Perjanjian Kredit Nomor 2 juga beralih demi hukum kepada P

dan P telah mendaftarkan peralihan tersebut ke kantor pertanahan sehingga

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51

P menggantikan kedudukan B sebagai pemegang hak tanggungan

peringkat kedua.‖

Jika B memiliki 2 (dua) atau lebih piutang atas nama dan ingin menjual

salah satu piutang untuk mendapat dana tunai maka tidak masalah jika

menggunakan cessie. Tetapi bagaimana jika B hanya memiliki 1 (satu) piutang

atas nama saja dan ingin mengalihkan sebagian piutangnya? apakah dapat

menggunakan lembaga cessie. Telah dijelaskan diawal bahwa pada perinsipnya

dalam cessie ‖berapapun yang dibayar oleh kreditor baru kepada kreditor lama

maka piutang tersebut akan beralih seluruhnya kepada kreditor baru.‖ Sehingga

dalam cessie tidak dimungkinkan adanya jual beli piutang hanya sebagian saja

(pihak ketiga hanya membayar sebagian saja). Tetapi sekali lagi sebagaimana

telah dikatakan diawal bahwa akan menjadi perdebatan jika peristiwa perdata

yang mendasari adanya cessie adalah berupa hibah. Apakah diperbolehkan adanya

hibah sebagian piutang saja. Tetapi untuk peristiwa perdata berupa jual beli dan

tukar menukar, penulis berpendapat tidak dimungkinkan adanya cessie sebagian

saja. Pembayaran sebagian piutang yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada

kreditor lama lebih tepat dikatakan sebagai subrogasi.

Subrogasi adalah penggantian hak-hak kreditor oleh seorang pihak ketiga

akibat dari pembayaran utang debitor yang dilakukan oleh pihak ketiga pada

kreditor, subrogasi dapat terjadi akibat dari perjanjian maupun undang-undang.

Yang perlu diingat tidak semua pembayaran pihak ketiga mengakibatkan

subrogasi. Jika diperbandingkan antara subrogasi dan cessie maka akan ditemukan

persamaan antara keduanya yakni adanya pergantian dari subjek kreditor dan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52

perikatan lamanya tetap dan debitornya juga tidak berubah. Sedangkan perbedaan

antara cessie dan subrogasi, menurut J Satrio adalah sebagai berikut:59

a. Cara terjadinya:

1) Untuk cessie disyaratkan adanya akta---baik di bawah tangan

maupun otentik --- sedang untuk subrogasi, kecuali apa yang

ditentukan dalam Pasal 1402 ayat 2 BW, tidak terikat kepada

suatu bentuk tertentu.

2) Rechtstitel yang mendahului cessie bisa bermacam-macam ---

seperti tersebut di depan – tetapi subrogasi selalu merupakan

akibat daripada suatu pembayaran oleh pihak ketiga atas hutang

debitor.

3) Pada cessie selalu harus ada kerja sama dengan kreditor/cedent,

sedang pada subrogasi tidak selalu. (subrogasi bisa terjadi

karena undang-undang)

b. Akibat-Akibatnya:

1) Pada subrogasi tidak disyaratkan adanya pemberitahuan

(betekening), sedangkan pada cessie, peralihan hak-hak cedent

kepada cessionaris baru mengikat cessus kalau kepadanya

sudah diberitahukan atau sebelumnya telah disetujui/diakui.

2) Pada cessie kalau rechtstitelnya adalah jual beli, maka cedent

harus menanggung (vrijwaren) adanya tagihan tersebut,

59
J Satrio, Opcit, hlm 61-62

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53

sekalipun pada waktu penjualan tidak diperjanjikan hal itu

(Pasal 1535 BW).

Tetapi kewajiban menjamin solvabilitas debitor tidak ada.

Resiko tidak membayarnya debitor tetap ada pada cessionaris.

3) Pada subrogasi --- sebagaimana telah dikemukakan di depan---

kalau ternyata tidak ada --- sudah tidak ada lagi --- tagihan pada

debitor, maka tidak ada subrogasi dan pihak ketiga yang

membayar dapat menuntut uangnya kembali kepada kreditor

berdasarkan pembayaran yang tidak terhutang ex Pasal 1361

BW.

Cessionaris selalu dapat menagih seluruh hutang debitor

sekalipun ia hanya membayar kurang---dan memang biasanya

begitu—dari nilai nominal tagihan kepada cedent. Sedangkan

pada subrogasi pihak ketiga yang melakukan pembayaran

hanya berhak menagih sebesar yang telah ia bayarkan kepada

kreditor.

Telah dijelaskan diawal bahwa pada dasarnya semua tagihan dapat

disubrogasikan kecuali tagihan-tagihan yang bersifat hukum publik. Oleh karena

itu piutang atas nama juga dapat dialihkan dari kreditor lama kepada kreditor baru

dengan subrogasi. Berbeda dengan cessie dimana piutang atas nama tidak dapat

dialihkan hanya sebagian saja dengan menggungakan cessie, dalam subrogasi

kreditor lama tetap dapat melakukan subrogasi sebagaian piutang meski kreditor

lama hanya memiliki satu piutang atas nama saja (dalam hal ini berlaku ketentuan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54

Pasal 1403 BW). Berikut adalah contoh subrogasi sebagian piutang akibat

persetujuan:

‖A meminjamkan uang kepada B sebesar Rp 10.000.000,- dimana

perjanjian utang piutang tersebut dituangkan dalam perjanjian nomor 1,

untuk menjamin pelunasan utang tersebut B memberikan jaminan berupa

tanah dimana A sebagai pemegang hak tanggungan peringkat pertama.

Kemudian A membutuhkan uang tunai sebesar Rp 10.000.000,- oleh

karena itu A membuat perjanjian subrogasi dengan P dimana P sebagai

pihak ketiga akan membayar hutang B sebesar Rp 10.000.000,- dan oleh

karena itu seluruh hak yang dimiliki A sebagai kreditor B (termasuk hak

tanggungan) akan beralih kepada P (Pasal 1401 ayat (1) BW). Ketika P

hanya membayar sebagian piutang saja misalnya hanya membayar Rp

5.000.000,- kepada A maka berlaku ketentuan Pasal 1403 BW dimana

kedudukan A tidak boleh lebih jelek dari P sehingga ketika jaminan B

dieksekusi maka yang mendapat pelunasan terlebih dahulu adalah A baru

kemudian P.‖

Menurut penulis meski P tidak membayar lunas seluruh hutang B kepada

A, kedudukan P tetap dapat dikatakan sebagai kreditor baru dari B untuk nilai

tagihan sebesar Rp 5.000.000,- dan A juga tetap sebagai kreditor B dengan nilai

tagihan Rp 5.000.000,-, cuma ketika barang jaminan B dieksekusi maka A

mendapat pelunasan lebih dahulu dari hasil penjualan barang jaminan baru

kemudian P. P baru dapat menuntut A untuk memberikan barang jaminan dan

hak-hak istimewa atas debitor ketika P telah melunasi seluruh hutang B kepada A.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa piutang atas

nama dapat dialihkan dengan menggunakan cessie maupun subrogasi tetapi

khusus untuk pengalihan sebagian piutang (perjanjiannya hanya satu) maka akan

lebih tepat jika digunakan lembaga subrogasi.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56

BAB III

PEMENUHAN SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR DALAM

KEPAILITAN ATAS DASAR ADANYA CESSIE DAN SUBROGASI

1. Syarat-Syarat Permohonan Pailit

Sebelum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diundangkan 18 Oktober 2004, tidak

ada regulasi yang menjelaskan pengertian kepailitan dan utang. 60 Menurut Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Kepailitan, Kepailitan adalah ―


sita umum atas semua

kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh

Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini‖. Menurut Jerry Hoff kepailitan adalah:

Bankruptcy is a general statutory attachment encompass-ing all the assets


of the debtor. The bankruptcy only covers the asets. The personal status of
an individual will not be affected by the bankruptcy; he is not placed under
guardianship. A company also continues to exist after he declaration of
bankruptcy. During the bankruptcy proceedings, act with regard to the
bankruptcy estate can only be performed by the receiver, but other acts
remain part of the domain of the debtor’s corporate organs.61

Menurut M. Hadi Shubhan, kepailitan merupakan suatu jalan keluar yang

bersifat komersial untuk keluar dari persoalan utang piutang yang menghimpit

seorang debitor, di mana debitor tersebut sudah tidak mempunyai kemampuan lagi

untuk membayar utang-utang tersebut kepada para kreditornya.62 Banyak orang

60
Syamsudin M. Sinaga. Opcit, hlm 3.
61
Jerry Hoff, Indonesia Bankruptcy Law, Tatanusa: Jakarta, hlm. 11.
62
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Jakarta:
Kencana, 2009, hlm.2.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57

yang belum mau menggunakan upaya kepailitan sebagai salah satu upaya hukum

untuk penyelesaian utang debitor pada kreditor-kreditornya karena masih banyak

orang yang menganggap bahwa kepailitan adalah upaya yang kejam karena

banyak orang beranggapan bahwa dengan telah dipailitkannya debitor maka

debitor otomatis tidak dapat melanjutkan usaha sehingga seluruh karyawan

otomatis harus di PHK, padahal jika benar-benar memahami Undang-Undang

Kepailitan maka bisa jadi banyak orang yang akan lebih memilih menggunakan

lembaga kepailitan sebagai lembaga alternatif untuk menyelesaikan kewajiban-

kewajiban debitor pada kreditor karena lembaga kepailitan menawarkan

penyelesaian yang adil, cepat, terbuka dan efektif.

Sebagaimana dikutip dari Levinthal, tujuan utama dari hukum kepailitan

digambarkan sebagai berikut (Levinthal, 1999:17):

All bankruptcy law, however, no matter when or where devised and


enacted, has at least two general objects in view. It aims, first, to secure
and equitable division of the insolvent debtor’s property among all his
creditors, and, in the second place, to prevent on the part of the insolvent
debtor conducts detrimental to the interest of his creditors. In other words,
bankruptcy law seeks to protect the creditors, first, form one another and,
secondly, from their debtor. A third object, the protection of the honest
debtor from his creditors, by means of the discharge, is sought to be
attained in some of the systems of bankruptcy, but this is by no means a
fundamental feature of the law.63

Menurut Sutan Remy Sjahdeni, dari hal yang dikemukakan di atas dapat

diketahui tujuan – tujuan dari hukum kepailitan (bankruptcy law), adalah:

1. menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di

antara para kreditornya;

63
Sutan Remy Sjahdeini, Op cit, hlm. 28.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
58

2. mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang

dapat merugikan kepentingan para kreditor;

3. memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik dari para

kreditor, dengan cara memperoleh pembebasan utang.64

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Kepailitan, ada beberapa faktor

perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran

utang:

1. Pertama, untuk menghindari perebutan harta Debitor apabila dalam

waktu yang sama ada beberapa Kreditor yang menagih piutangnya dari

Debitor.

2. Kedua, untuk menghindari adanya Kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik

Debitor tanpa memperhatikan kepentingan Debitor atau para Kreditor

lainnya.

3. Ketiga, untuk menghindari adanya kecurangan – kecurangan yang

dilakukan oleh salah seorang Kreditor atau Debitor sendiri. Misalnya,

Debitor berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau

beberapa orang Kreditor tertentu sehingga Kreditor lainnya dirugikan,

atau adanya perbuatan curang dari Debitor untuk melarikan semua

harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung

jawabnya terhadap para Kreditor.

64
Ibid

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Kepailitan, adapun asas-asas

yang digunakan dalam pembentukan Undang-Undang Kepailitan adalah:

1. Asas Keseimbangan.

Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan

perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat

ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata

dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain pihak,

terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan

pranata dan lembaga kepailitan oleh Kreditor yang tidak beritikad baik.

2. Asas Kelangsungan Usaha.

Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan

perusahaan Debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.

3. Asas Keadilan.

Dalam kepailitan asas keadilan mengandung pengertian, bahwa

ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para

pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah

terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan

pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap Debitor, dengan

tidak mempedulikan Kreditor lainnya.

4. Asas Integritas.

Asas integritas dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian

bahwa sistem hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
60

kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara

perdata nasional.

Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mempailitkan Debitor diatur

dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan yang berbunyi:

―Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya‖

Dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan diatur ―


Permohonan

pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang

terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi‖. Dalam penjelasan Pasal 8 ayat

(4) Undang-Undang Kepailitan dijelaskan yang dimaksud dengan adanya ―


fakta

atau keadaan yang terbukti secara sederhana‖ adalah adanya fakta dua atau lebih

Kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan

perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh pemohon pailit dan

termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannya putusan pailit.

Berdasar Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan permohonan pailit dapat

diajukan oleh:

1) Debitor;

2) Kreditor;

3) Kejaksaan, dalam hal untuk kepentingan umum;

4) Bank Indonesia, dalam hal debitor yang akan dipailitkan adalah

Bank;

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61

5) Badan Pengawas Pasar Modal, dalam hal debitor yang akan

dipailitkan adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring

dan Penjaminan, Lembaga

Pada prinsipnya permohonan pailit diajukan dan diputus oleh Pengadilan

Niaga, hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Kepailitan yang

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 Undang-Undang Kepailitan

1. Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang


berkaitan dan/atau diatur dalam Undang-Undang ini, diputuskan oleh
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan
hukum Debitor.
2. Dalam hal Debitor telah meninggalkan wilayah Negara Republik
Indonesia, Pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas
permohonan pernyataan pailit adalah Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitor.
3. Dalam hal debitor adalah pesero suatu firma, Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga
berwenang memutuskan.
4. Dalam hal debitor tidak berkedudukan di wilayah negara Republik
Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara
Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau
kantor pusat Debitor menjalankan profesi atau usahanya di wilayah
negara Republik Indonesia.
5. Dalam hal Debitor merupakan badan hukum, tempat kedudukan
hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya.

Pengadilan yang dimaksud dalam Undang-Undang Kepailitan adalah

Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum ketentuan ini diatur dalam

Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Kepailitan.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
62

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 8 ayat (4) Undang-

Undang Kepailitan dapat disimpulkan supaya Debitor dapat dinyatakan pailit oleh

Pengadilan Niaga baik oleh karena permohonan Debitor sendiri atau permohonan

kreditornya maka harus terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Debitor harus memiliki minimal 2 (dua) kreditor.

2. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih.

3. Fakta atau keadaan Debitor yang memiliki dua kreditor atau lebih dan

debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih dapat terbukti secara sederhana.

Debitor yang dimaksud dalam Undang-Undang Kepailitan adalah orang

yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya

dapat ditagih dimuka pengadilan. Terkadang Bank selaku kreditor meminta

jaminan tambahan kepada debitor berupa seorang penanggung atau penjamin yang

bersedia untuk menanggung dan membayar utang debitor ketika debitor

wanprestasi dan tidak mau membayar utang kepada kreditor. Penanggung dapat

berkedudukan sama dengan seorang Debitor ketika Penanggung telah melepaskan

hak-hak istimewa yang dimiliki oleh penanngung terutama hak istimewa yang

diatur dalam Pasal 1813 BW.

Ketentuan mengenai penanggung utang diatur dalam ketentuan Pasal 1820

BW hingga Pasal 1850 BW. Menurut Pasal 1820 BW dikatakan bahwa

penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ke tiga, guna

kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63

berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. Menurut Pasal 1824 BW

Perjanjian penanngungan tidak dipersangkakan tetapi harus diadakan dengan

pernyataan yang tegas, tidaklah diperbolehkan untuk memperluas penanggungan

hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu

mengadakannya. Pada prinsipnya menurut ketentuan Pasal 1831 BW diatur:

―Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang


selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus
lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya‖.

Ketentuan Pasal 1831 BW ini merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh

seorang penanggung tetapi hak istimewa ini dapat dilepaskan oleh si penanggung

ketentuan ini diatur dalam Pasal 1832 ke 1 BW yang berbunyi:

―Si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang


lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya apabila ia (si
penanggung) telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya
benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual‖

Menurut Sunarmi, dalam hal seorang Guarantor atau penanggung

melepaskan hak istimewa yang dimiliki olehnya berdasarkan Pasal 1831 BW,

dapat saja dimintakan Kepailitan-nya, tanpa harus dimintakan terlebih dahulu

Kepailitan dari debitornya. Sebab, dengan melepaskan hak-hak istimewanya yang

dimiliki oleh Guarantor itu sebenarnya sama saja kedudukannya dengan seorang

Debitor, sekalipun secara formal ia tetap dinamakan sebagai

Penjamin/Guarantor.65

65
Sunarmi, Hukum Kepailitan, Edisi 2, Sofmedia: Jakarta, hlm. 197.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
64

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan salah satu syarat agar

debitor dapat dinyatakan pailit adalah debitor harus mempunyai dua kreditor atau

lebih. Syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal sebagai

consursus creditorium.66 Syarat bahwa debitor harus mempunyai dua kreditor atau

lebih tidak dipersyaratkan atau tidak ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1)

Faillissementsverordening.67 Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang

Kepailitan, Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau

Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dalam paragraf pertama

dari penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dikatakan bahwa:

―Yang dimaksud dengan ―Kreditor‖ dalam ayat ini adalah baik kreditor
konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai
kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan
permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas
kebendaan yang mereka miliki terhadap harta Debitor dan haknya untuk
didahulukan.‖

Kreditor separatis adalah pemegang hak jaminan kebendaan yang memberi

wewenang kepada Kreditor untuk menjual secara lelang kebendaan yang

dijaminkan kepadanya untuk memperoleh pelunasan dibandingkan dengan

Kreditor-Kreditor lainnya.68 Kreditor separatis terdiri dari:

1) Kreditor pemegang gadai yang diatur dalam Pasal 1150 BW

hingga Pasal 1160 BW.

66
Ibid. hlm 53.
67
Ibid
68
Lilik Mulyadi, Perkara Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Teori dan Praktik‖ Alumni, Bandung, hlm 95.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
65

2) Kreditor pemegang hak tanggungan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas

Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

3) Kreditor pemegang hipotik yang diatur dalam Pasal 1162 BW

hingga Pasal 1232 BW.

4) Kreditor pemegang jaminan fidusia yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

5) Kreditor pemegang resi gudang yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang diubah

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi

Gudang.

Kreditor preferen adalah kreditor-kreditor yang memiliki piutang yang

karena sifat piutangnya mendapat kedudukan istimewa yang diberikan oleh

undang-undang. Menurut ketentuan Pasal 1131 BW semua harta benda dari

Debitor baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada

maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi jaminan atas segala

perikatan yang telah dibuatnya. Menurut ketentuan Pasal 1132 BW diatur bahwa

kebendaan dari Debitor tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua

kreditor dan pendapatan atas penjualan benda-benda itu akan dibagi untuk para

kreditor menurut keseimbangan kecuali apabila di antara para kreditor itu ada

alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
66

Menurut ketentuan Pasal 1133 BW alasan-alasan yang sah untuk

didahulukan pembayarannya dari kreditor-kreditor lain adalah apabila kreditor

mempunyai hak untuk didahulukan yang terbit dari hak istimewa, dari gadai dan

dari hipotik. Hak untuk didahulukan juga dimiliki oleh kreditor pemegang

jaminan kebendaan lainnya termasuk hak tanggungan, jaminan fidusia dan resi

gudang. Hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan

kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi dari pada orang

berpiutang lainnya, semata-mata berdasar sifat piutangnya.69

Menurut Pasal 1139 BW piutang-piutang yang diistimewakan terhadap

benda-benda tertentu ialah:

1°. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk


melelang suatu benda bergerak maupun tak bergerak. Biaya ini dibayar
dari pendapatan penjual benda tersebut terlebih dahulu dari semua piutang-
piutang lain-lainnya yang diistimewakan, bahkan lebih dahulu pula dari
pada gadai dan hipotik;
2°. uang-uang sewa dari benda-benda tak bergerak, biaya-biaya perbaikan
yang menjadi wajibnya si penyewa, beserta segala apa yang mengenai
kewajiban memenuhi persetujuan sewa;
3º. harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar;
4° biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang;
5°. biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang masih
harus dibayar kepada orang tukang;
6°. apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah penginapan
sebagai demikian kepada seorang tamu;
7°. upah pengangkutan dan biaya tambahan lain;
8°. apa yang masih harus dibayar kepada seorang tukang batu, tukang kayu
dan tukang lain untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan-
perbaikan benda-benda tak bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih tua
dari tiga tahun dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap
pada si berutang;
9°. penggantian-penggantian serta pembayaran-pembayaran yang harus
dipikul oleh pegawai-pegawai yang memangku jabatan umum karena
segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yang
dilakukan dalam jabatannya.

69
Pasal 1134 BW

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
67

Sedang menurut Pasal 1149 B.W., piutang-piutang yang diisyimewakan

atas semua benda bergerak dan tak bergerak pada umumnya ialah yang disebutkan

di bawah ini, piutang –piutang mana dilunasi dari pendapatan penjualan benda-

benda itu menurut urutan sebagai berikut:

1°. biaya-biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan


penyelesaian suatu warisan: biaya-biaya ini didahulukan daripada gadai
dan hipotik;
2°. biaya-biaya penguburan, dengan tak mengurangi kekuasaan Hakim untuk
menguranginya, jika biaya-biaya itu terlampau tinggi;
3°. semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan;
4º. upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar
dalam tahun yang sedang berjalan, beserta jumlah uang kenaikan upah
menurut Pasal 1602 q; jumlah uang pengeluaran pengeluaran yang
dilakukan oleh buruh guna si majikan; jumlah yang masih harus dibayar
oleh majikan kepada buruh berdasarkan Pasal 1602 v ayat 4 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata ini atau Pasal 7 ayat o dari "Peraturan
tambahan tentang Pengusaha Perkebunan"; jumlah yang masih harus
dibayar oleh majikan pada akhir hubungan kerja berdasarkan Pasal 1603 s
bis kepada buruh; jumlah yang masih harus dibayar majikan kepada
keluarga seorang buruh karena kematian buruh tersebut berdasarkan Pasal
13 ayat (4) "Peraturan tambahan tentang pengusaha Perkebunan"; jumlah
uang yang oleh si majikan harus dibayar kepada si buruh atau anak buah
kapal atau sanak keluarganya yang ditinggalkan, berdasarkan "Peraturan
Kecelakaan 1939" atau "Peraturan Kecelakaan Anak Buah Kapal 1940"
beserta piutang berdasarkan peraturan mengembalikan buruh 1939‖;
5°. piutang karena penyerahan bahan-bahan makanan, yang dilakukan kepada
si berutang beserta keluarganya selama waktu enam bulan terakhir;
6°. piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun
penghabisan;
7°. piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang yang terampu
terhadap sekalian wali dan pengampu mereka, mengenai pengurusan
mereka, sekadar piutang-piutang itu tidak dapat diambilkan pelunasan dari
hipotik atau jaminan lain yang harus diadakan menurut Bab 15 Buku ke
satu Kitab Undang-Undang ini, begitu pula tunjangan-tunjangan yang
menurut buku ke satu oleh orang tua harus dibayar untuk pemeliharaan
dan pendidikan anak-anak mereka yang sah yang belum dewasa.

Kreditor konkuren adalah kreditor yang mempunyai piutang – piutang

(bevoorrechte schulden) biasa yang tidak dijamin dengan jaminan kebendaan baik

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
68

berupa gadai, jaminan fidusia, hipotik, hak tanggungan maupun resi gudang dan

piutangnya juga tidak memiliki hak istimewa. Konklusi dasarnya, Kreditor

konkuren adalah Kreditor yang mempunyai hak pari passu prorate parte, para

Kreditor mendapatkan pelunasan secara bersama-sama tanpa hak yang

didahulukan, dihitung besarnya piutang masing-masing terhadap piutang secara

keseluruhan dari seluruh kekayaan Debitor.70

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan untuk

dapat dinyatakan pailit maka selain debitor harus memiliki minimal 2 (dua)

kreditor, debitor juga harus memiliki minimal 1 (satu) utang yang telah jatuh

tempo dan dapat ditagih. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang

Kepailitan, Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam

jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik

secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang

timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh

Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat

pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Dan yang dimaksud dengan ―


utang

yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih‖ menurut ketentuan Penjelasan Pasal 2

ayat (1) Undang-Undang Kepailitan adalah kewajiban untuk membayar utang

yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu

penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda

oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau

majelis arbitrase.

70
Ibid. hlm 98

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
69

Berkait pengaturan prinsip utang dalam Undang-Undang Kepailitan, M

Hadi Subhan, mengatakan demikian:

―Penjabaran definisi utang dalam Undang-Undang Kepailitan 2004 ini


merupakan perbaikan yang cukup signifikan dari Undang-Undang
Kepailitan sebelumnya. Pada Undang-Undang Kepailitan sebelumnya
yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 juntco Peraturan Kepailitan
tidak dijelaskan mengenai batasan utang tersebut. Sehingga pada mula
berlakunya Undang-Undang Kepailitan revisi Tahun 1998 terdapat dua
interpretasi baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Satu kelompok
menyatakan bahwa utang di sini berarti utang yang timbul dari perjanjian
utang piutang yang berupa sejumlah uang . Kelompok ini
menginterpretasikan utang dalam arti sempit, sehingga tidak mencakup
prestasi yang timbul sebagai akibat adanya perjanjian di luar perjanjian
utang piutang. ………………. Sedangkan sebagian kelompok berpendapat
bahwa yang dimaksud utang dalam Pasal 1 UUK adalah prestasi yang
harus dibayar yang timbul sebagai akibat perikatan. Utang di sini dalam
arti luas.‖71

Dari pandangan para akademisi maupun praktisi hukum berkait arti dari

utang tersebut dapat terlihat perbedaan pandangan yang sangat jelas dimana satu

kelompok memandang bahwa utang hanya timbul dari perjanjian utang piutang

sejumlah uang saja (utang dalam arti sempit) dan ada kelompok yang memandang

bahwa utang tidak hanya timbul dari perjanjian utang piutang sejumlah uang saja

tetapi utang adalah prestasi yang harus dibayar akibat adanya perikatan.

Sebenarnya dalam KUH Perdata (BW) maupun rezim hukum keperdataan

tidak dikenal utang dalam arti sempit maupun utang dalam arti luas.72 Menurut

ketentuan Pasal 1233 BW diatur ―


tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena

persetujuan, baik karena undang-undang‖. Lebih lajut diatur dalam ketentuan

71
M Hadi Subhan, Op Cit, hlm 88-89.
72
Ibid. hlm 89.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
70

Pasal 1234 BW berkait bentuk-bentuk prestasi yakni ―


tiap-tiap perikatan adalah

untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat

sesuatu‖. Menurut Fred B.G. Tumbuan, Pasal 1233 BW menetapkan bahwa suatu

perikatan, yang artinya sama dengan utang, lahir atau karena perjanjian atau

karena undang-undang73. Dan perikatan tersebut adalah perikatan yang masuk

dalam ranah hukum kekayaan.

Undang-Undang Kepailitan menggunakan konsep utang dalam arti sempit

atau konsep utang dalam arti luas? Dari kedua pendapat tersebut mengenai utang,

maka yang tetap adalah kelompok pendapat yang menyatakan bahwa utang dalam

arti luas, karena Undang-Undang Kepailitan merupakan penjabaran lebih khusus

dari KUH Perdata (BW), maka utang dalam Undang-Undang Kepailitan adalah

prestasi sebagaimana diatur dalam KUH Perdata (BW).74 Sehingga jelas utang

yang dimaksud dalam Undang-Undang Kepailitan adalah utang yang dapat terjadi

karena adanya perjanjian maupun karena undang-undang

Di samping prinsip utang menganut konsep utang dalam arti luas, utang

yang dijadikan dasar mengajukan kepailitan harus memenuhi unsur sebagai

berikut:

1. utang tersebut telah jatuh tempo;

2. utang tersebut dapat ditagih; dan

3. utang tersebut tidak dibayar lunas.75

73
Fred BG Tumbuan, ―Mencermati Makna Debitor, Kreditor Dan Utang Berkait Dengan
Kepailitan‖, Dalam :Emmy Yuhassarie (ed), Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya,
Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, hlm 19.
74
M.Hadi Shubhan, Opcit. hlm 89-90.
75
Ibid. hlm 91.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
71

Menurut Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitian yang

dimaksdu dengan ―
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih‖ adalah

kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah

diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan,

karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun

karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbitrase. Suatu utang dapat

ditagih jika utang tersebut bukan utang yang timbul dari perikatan alami

(natuurlijke verbintenis).76 Perikatan yang pemenuhannya tidak dapat dituntut di

muka pengadilan dan yang lazim disebut perikatan alami (natuurlijke verbintenis)

tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk mengajukan permohonan pailit.77 Fred

B.G. Tumbuan menyatakan bahwa yang diartikan sebagai perikatan alami adalah

semisal perikatan yang oleh ketentuan perundangan-undangan dinyatakan tidak

dapat dituntut pemenuhan baik (i) ab initio (dari semula( seisal dalam hal utang

yang terjadi karena perjudian atau pertaruhan (Pasal 1788 BW), maupun (ii)

sesudahnya sebagai akibat telah terjadinya kadaluwarsa (Pasal 1967 BW).78

Menurut M.Hadi Subhan, maksud dari ditegaskannya bahwa utang dalam

kepailitan merupakan utang yang tidak dibayar lunas adalah untuk memastikan

bahwa utang yang telah dibayar akan tetapi, belum melunasi kewajiban maka

utang tersebut bisa dijadikan dasar untuk mengajukan kepailitan.79 Sayangnya

hukum kepailitan Indonesia belum menganut dan mengatur mengenai batas

minimal utang debitor agar debitor dapat dinyatakan pailit. M. Hadi Shubhan,

76
Ibid.
77
Ibid.
78
Fred B.G Tumbuan. Opcit. hlm 20-21.
79
M.Hadi Shubhan. Opcit hlm 92.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
72

menyatakan bahwa tidak adanya pengaturan mengenai batas minimal utang yang

dapat dimohonkan pailit adalah merupakan kekurangan dan bahkan kelemahan

aturan hukum kepailitan di Indonesia. Argumentasi yuridisnya adalah bahwa

dengan tidak dibatasi jumlah minimum utang sebagai dasar pengajuan

permohonan kepailitan, maka akan terjadi penyimpangan hakikat kepailitan dari

kepailitan sebagai pranata likuidasi yang cepat terhadap kondisi keuangan debitor

yang tidak mampu melakukan pembayaran utang-utangnya kepada para

kreditornya sehingga untuk mencegah terjadinya unlawful execution dari para

kreditornya, menjadi kepailitan sebagai alat tagih semata (debt collection tool).80

Dengan tidak adanya pembatasan jumlah utang yang dapat dimohonkan pailit juga

mengakibatkan adanya potensi kreditor memohonkan pailit debitor yang masih

dapat menjalankan usahanya dan memiliki aset yang lebih besar drai utangnya.

Salah satu tujuan dibentuknya hukum kepailitan adalah untuk

mengakomodir kepentingan dunia usaha terutama dalam menyelesaikan masalah

utang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif. Untuk mewujudkan tujuan

itu maka dalam Undang-Undang Kepailitan diatur mengenai batas waktu

mengenai jangka waktu maksimal pemeriksaan permohonan kepailitan yakni

putusan Pengadilan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling

lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit

didaftarkan81. Oleh karena jangka waktu pemeriksaan di Pengadilan Niaga berkait

adanya permohonan kepailitan relatif singkat maka tentu pemeriksaan perkara

permohonan kepailitan harus dibuat sederhana, hal ini agar majelis hakim niaga

80
Ibid. hlm 93.
81
Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
73

dapat memberikan putusan atas permohonan pailit tidak lebih dari 60 (enam

puluh) hari. Syarat kepailitan yang diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Kepailitan baik mengenai adanya minimal 2 (dua) kreditor

maupun adanya minimal 1 (satu) utang yang telah jatuh tempo dapat ditagih dan

belum dibayar lunas oleh debitor harus terbukti secara sederhana. Hal ini diatur

dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan yang berbunyi ―


Permohonan

pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang

terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi‖. Dalam penjelasan Pasal 8 ayat

(4) Undang-Undang Kepailitan dijelaskan yang dimaksud dengan adanya ―


fakta

atau keadaan yang terbukti secara sederhana‖ adalah adanya fakta dua atau lebih

Kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan

perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh pemohon pailit dan

termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannya putusan pailit.

Alat bukti yang dapat digunakan oleh pemohon kepailitan maupun PKPU

untuk mendukung dalil-dalil permohonannya dan untuk membuktikan syarat-

syarat kepailitan yang diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Kepailitan adalah sama dengan alat-alat bukti yang diatur dalam hukum acara

perdata hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 299 Undang-Undang Kepailitan.

Adapun dalam ketentuan Pasal 164 HIR/ Pasal 284 RBG diatur mengenai alat-alat

bukti dalam hukum perdata adalah:

1. Bukti surat,
2. bukti saksi,
3. sangka,
4. pengakuan,

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
74

5. sumpah

Dasar digunakannya alat bukti hukum acara perdata dalam hukum

kepailitan adalah atas dasar adanya ketentuan Pasal 299 Undang-Undang

Kepailita yang berbunyi ―


Kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini

maka hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata. Oleh karena

dalam Undang-Undang Kepailitan tidak diatur mengenai alat bukti yang dapat

digunakan dalam hukum kepailitan maka alat bukti yang digunakan adalah sama

dengan alat bukti dalam hukum acara perdata. M.Hadi Shubhan mengatakan:

‖Dalam proses persidangan kepailitan tidak dikenal adanya replik dan


duplik sebagaimana yang dikenal dalam hukum acara perdata biasa yang
diatur dalam HIR. Inti persidangan dalam kepailitan adalah hanya
pembuktian apakah debitor mempunyai utang yang telah jatuh tempo dan
tidak dibayar serta adanya minimal dua kreditor. Namun demikian, dalam
praktiknya tidak demikian. Dalam persidangan, sering terlihat adanya
proses replik, duplik dan yang semacamnya sehingga mirip pada hukum
acara perdata biasa‖82

Elijana, mengatakan bahwa semstinya acara persidangan hanya

memungkinkan adanya jawaban terhadap dalil-dalil pemohon pailit (Pasal 1 ayat

1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998) dengan menyebutkan dengan jelas

dasar-dasar sangkalan disertai bukti-bukti termohon yang mendukung

sangkalannya sesuai dengan Pasal 163 HIR, sekaligus menanggapi bukti-bukti

pemohon yang telah dilampirkan pada permohonannya 83. Untuk kemudian giliran

pemohon untuk menanggapi bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon Pailit,

82
M.Hadi Shubhan, Opcit. hlm 125.
83
Elijana, Esensi Pembuktian Sederhana Dalam Kepailitan, Dalam :Emmy Yuhassarie (ed),
Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, hlm 50.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
75

dengan tidak membuka acara replik dan duplik, sehingga menyisakan cukup

waktu untuk pengadilan niaga mempelajari berkas perkara sebelum memtuskan.84

2. Pemenuhan Syarat Minimal 2 (Dua) Kreditor Dalam Kepailitan Dengan

Menggunakan Cessie dan Subrogasi.

Telah dijelaskan diawal yakni dalam Bab II sub ke 3 tesis ini bahwa

piutang atas nama dapat dialihkan dengan menggunakan cessie maupun subrogasi

tetapi khusus untuk pengalihan sebagian piutang (perjanjiannya hanya satu) maka

akan lebih tepat jika digunakan lembaga subrogasi. Perlu diingat kembali bahwa

salah satu syarat untuk dapat mempailitkan debitor adalah debitor harus memiliki

minimal 2 (dua) kreditor sehingga sebelum menentukan lembaga yang tepat

antara cessie dan subrogasi sebagai sarana untuk mengalihkan piutang atas nama

maka perlu dipertimbangkan dulu konsekuensi hukum dan prinsip dasar dari

cessie dan subrogasi yang telah diuraikan dalam Bab II tesis ini dan kembali

penulis rangkum sebagai berikut:

CESSIE:

1) Perinsipnya, tagihan kreditor lama kepada debitor akan beralih kepada

pihak ketiga berapapun yang dibayar oleh pihak ketiga.

2) Cessie harus didasarkan atau diawali adanya peristiwa hukum yang sah,

misalnya jual beli atau tukar menukar.

3) Harus dalam bentuk akta (dapat akta otentik atau akta di bawah tangan).

4) Seluruh perjanjian ikutan (accesoir) beralih kepada pihak ketiga.

84
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
76

5) Agara debitor terikat pada cessie maka harus ada pemberitahuan

(betekening) kepada debitor.

6) Jual beli sebagian piutang atas nama dengan menggunakan cessie tidak

dapat dilakukan. Lebih tepat jika disebut subrogasi.

7) Kreditor lama yang mengalihkan piutang atas nama dengan cessie harus

memiliki minimal 2 (dua) piutang atas nama agar syarat kepailitan yakni

minimal 2 (dua) kreditor terpenuhi. Karena jika kreditor lama hanya

memiliki satu piutang saja maka dengan dicessikan maka seluruh

piutang akan beralih (ingat prinsip berapapun yang dibayar oleh pihak

ketiga maka seluruh piutang berpindah dan ingat bahwa penjualan

sebagian piutang atas nama tidak dapat dilakukan dengan cessie)

SUBROGASI:

1) Prinsipnya, pihak ketiga yang menerima peralihan hak dari kreditor lama

hanya berhak menagih sebesar yang telah ia bayarkan kepada kreditor

lama.

2) Subrogasi tidak diwajibkan dibuat dalam suatu bentuk tertentu kecuali

subrogasi yang diatur dalam Pasal 1402 ayat (2) BW.

3) Subrogasi adalah akibat dari pembayaran hutang debitor oleh pihak ketiga.

4) Dalam subrogasi tidak diwajibkan adanya suatu pemberitahuan

(betkening).

5) Seluruh perjanjian ikutan (accesoir) beralih kepada pihak ketiga.

6) Dalam subrogasi dimungkinkan adanya pembayaran hanya sebagian

piutang saja dengan akibat hukum yang diatur dalam Pasal 1403 BW.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
77

7) Kreditor yang hanya memiliki 1 (satu) piutang atas nama saja tetap dapat

mengalihkan piutang kepada kreditor baru dengan maksud agar syarat

minimal 2 (dua) kreditor dalam pailit terpenuhi karena dalam subrogasi

dimungkinkan adanya pembayaran hanya sebagian piutang saja oleh

pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan pembayaran sebagian utang

milik debitor pada kreditor lama tetap berkedudukan sebagai kreditor dari

debitor tetapi seluruh hak dan perjanjian accesoir belum dapat berpindah

dari kreditor lama pada pihak ketiga (Pasal 1403 BW).

Berdasar uraian di atas maka jika kreditor ingin mempailitkan debitor

tetapi bingung mencari kreditor lain dari debitor, lalu ingin mengalihkan piutang

atas nama miliknya pada kreditor lain agar syarat minimal 2 (dua) kreditor

terpenuhi tetapi pada saat yang sama ternyata kreditor hanya memiliki satu

piutang atas nama saja maka akan lebih tepat jika menggunakan lembaga

subrogasi. Karena dalam subrogasi dimungkinkan adanya subrogasi sebagian

piutang saja. Tetapi jika kreditor yang ingin mempailitkan debitor memiliki lebih

dari satu piutang atas nama debitor maka kreditor dapat memilih antara cessie dan

subrogasi sebagai upaya untuk mengalihkan piutang dengan maksud agar syarat

minimal 2 (dua) kreditor terpenuhi.

Mahkamah Agung berpendapat bahwa pihak ketiga (cessionaris) yang

menerima penyerahan hutang debitor dari kreditor lama (cedent) dengan cara

cessie dapat disebut sebagai kreditor dari debitor (cessus) yang dimohonkan pailit

setelah penyerahan itu diberitahukan kepada debitor atau secara tertulis disetujui

dan diakuinya sesuai dengan ketentuan Pasal 613 ayat (2) BW, pendapat

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
78

Mahkamah Agung tersebut tertuang dalam Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar

Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, pada

poin 2 rapat kamar perdata khusus yang membahas kepailitan dan PKPU.

Meskipun pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan

dengan menggunakan cessie maupun subrogasi menurut teori dapat dilakukan

tetapi dalam praktik sering menghadapi penolakan oleh hakim Pengadilan Niaga.

Alasan yang digunakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga untuk menolak

permohonan pailit adalah syarat minimal 2 (dua) kreditor tidak terbukti secara

sederhana. Dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan hanya dinyatakan

bahwa permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta dan keadaan

secara sederhana bahwa syarat permohonan pailit yang daitur dalam Pasal 2 ayat

(1) UU Kepailitan telah dipenuhi. Tidak ada tolok ukur yang jelas mengenai

ukuran pembuktian sederhana yang ada dalam Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan hal

ini mengakibatkan sering ada putusan yang berbeda satu sama lain meski kasus

tersebut relatif sama. Dalam praktiknya ada pembuktian yang cukup rumit akan

tetapi dianggap sederhana serta diputuskan di Peradilan Niaga, seperti dalam

kasus permohonan pailit PT Alcarindo Prima terhadap PT Pulung Cooper Works

(PT PCW) yang berakhir dengan pailitnya PT PCW tersebut 85. Tetapi ada pula

pembuktian yang cukup sederhana ditolak dengan alasan memerlukan pembuktian

yang mendalam dan dianggap sebagai pembuktian yang cukup rumit, seperti

85
M.Hadi Subhan, Opcit hlm 124.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
79

dalam kasus permohonan pailit oleh Bernard Ibnu Hardjono terhadap Hasim

Djojohadikusumo.86

Hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia pada dasarnya menganut

sistem pembuktian formal yang mendasarkan pada bukti-bukti formal yang

diajukan oleh para pihak dalam berperkara ke pengadilan, dan hanya mencari

kebenaran formal.87 Kebenaran formal adalah kebenaran yang didasarkan pada

apa yang dikemukakan atau didalilkan oleh para pihak di muka pengadilan,

sehingga hakim tidak bebas dalam menentukan kebenaran formal melainkan

terikat pada apa yang dikemukakan oleh para pihak.88

Mengingat oleh karena hukum acara perdata yang juga berlaku di dalam

hukum acara kepailitan adalah menganut sistem pembuktian formal maka menurut

penulis ketika cedent memiliki 2 (dua) piutang atas nama kemudian salah satu

piutang tesebut dijual pada cessionaris dan adanya cessie tersebut telah

diberitahukan pada debitor maka ketika cedent atau cessionaris mengajukan

permohonan pailit atas debitor (cessus) dan kreditor lain adalah cessionaris dan

baik cedent dan cessionaris telah mengakui bahwa telah terjadi cessie dan adanya

cessie tersebut telah diberitahukan atau dimintakan persetujuan pada debitor maka

meski dalam jawaban debitor menyangkal adanya keabsahan cessie tersebut maka

majelis hakim tetap harus mengabulkan permohonan pailit tersebut karena pihak

yang dapat membatalkan atau mempermasalahkan keabsahan cessie tersebut

hanyalah cedent dan cessionaris sendiri hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal

86
Ibid, hlm 125.
87
Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik dalam Sitem Pembuktian Perdata, Alumni, Jakarta, 2011,
hlm 111.
88
Ibid.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
80

1338 alinea 2 BW89 dan Pasal 1340 alinea 1 BW90. Dengan adanya pemberitahuan

dari cedent dan cessieonaris akan adanya cessie tersebut maka debitor terikat

dengan cessie tersebut dan wajib membayar utangnya pada cessionaris. Begitu

juga dengan pihak ketiga yang melakukan pembayaran pada kreditor lama

sehingga terjadi subrogasi ketika seluruh syarat yang diatur dalam ketentuan

subrogasi telah terpenuhi maka pihak ketiga tersebut menjadi kreditor dari debitor.

3. Pemenuhan Syarat Minimal 2 (dua) Kreditor Dalam Kepailitan Melalui

Cessie Dan Subrogasi Ditinjau Dari Asas Itikad Baik.

Telah dijelaskan diawal bahwa salah satu syarat dalam kepailitan adalah

debitor harus memiliki minimal 2 (dua) kreditor. Terkadang kreditor yang ingin

memohonkan pailit debitor kesulitan untuk menemukan kreditor lain dari debitor.

Oleh karena itu terkadang kreditor yang ingin memohonkan pailit debitor

melakukan pengalihan piutang atas nama kepada pihak ketiga baik dengan cara

cessie maupun subrogasi dengan harapan agar syarat minimal 2 (dua) kreditor

dapat terpenuhi sehingga debitor dapat dinyatakan pailit. Sebenarnya apa

sebenarnya filosofi yang mendasari adanya syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam

hukum keapilitan ini?

Menurut Sunarmi, Filosofi hukum kepailitan adalah untuk mengatasi

permasalahan apabila harta seluruh harta debitor tidak cukup untuk membayar

seluruh hutang-hutangnya kepada seluruh kreditor.91 Menurut M.Hadi Subhan

ketentuan kepailitan merupakan aturan yang mempunyai tujuan untuk melakukan

89
Pasal 1338 alinea 2 BW ―suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk
itu‖
90
Pasal 1340 alinea 1 BW ―suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya‖
91
Sunarmi, Opcit, hlm 19.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
81

pembagian harta debitor kepada para kreditornya dengan melakukan sita umum

terhadap seluruh harta debitor yang selanjutnya dibagikan kepada kreditor sesuai

hak proporsinya. Ketentuan kepailitan ini merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari

ketentuan Pasal 1131 juncto 1132 KUH Perdata. Ketentuan ini adalah merupakan

realisasi dari prinsip paritas creditorium dan perinsip pari passu prorata parte.92

Menurut Kartini Muljadi bahwa dalam hal seorang debitor hanya

mempunyai satu kreditor dan debitor tidak membayar utangnya secara sukarela,

maka kreditor akan menggugat debitor secara perdata ke pengadilan negeri yang

berwenang dan seluruh harta debitor menjadi sumber pelunasan utangnya kepada

kreditor tersebut. Hasil bersih eksekusi harta debitor dipakai untuk membayar

kreditor tersebut. Dalam hal debitor mempunyai banyak kreditor dan harta

kekayaan debitor tidak cukup untuk membayar lunas semua kreditor, maka para

kreditor akan berlomba dengan segala cara, baik yang halal maupun tidak halal,

untuk mendapatkan pelunasan tagihannya terlebih dahulu. Kreditor yang datang

belakangan sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitor sudah habis.

Hal ini sangat tidak adil dan merugikan. Berdasarkan alasan tersebut, timbullah

lembaga kepailitan yang mengatur tatacara yang adil mengenai pembayaran

tagihan-tagihan para kreditor, dengan berpedoman pada KUH Perdata Pasal 1131

sampai dengan Pasal 1149 maupun pada ketentuan dalam UUK sendiri.93

Menurut M.Hadi Subhan, filosofi kepailitan adalah merupakan pranata

hukum untuk menghindari unlawful execution akibat berebutnya para kreditor

untuk memperoleh pembayaran piutangnya dari debitor dimana hal itu akan
92
M Hadi Subhan, Opcit, hlm 68.
93
Kartini Muljadi (2000), ―
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Umum Hukum Kepailitan‖, Makalah,
Jakarta, hlm 1-2. Dalam buku M.Hadi Subhan, Opcit, hlm 67-68.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
82

merugikan baik debitor sendiri maupun kreditor yang datang terakhir atau kerditor

yang ‖lemah‖.94 Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam hukum keapilitan adalah mutlak dan tidak

dapat ditawar-tawar lagi karena jika debitor hanya memiliki 1 (satu) kreditor saja

maka tidak akan terjadi perebutan harta debitor, ketidakadilan hanya akan

mungkin muncul ketika harta debitor tidak cukup untuk membayar seluruh

tagihan kreditor dan ternyata debitor memiliki lebih dari satu kreditor, dalam hal

ini kemungkinan kreditor akan berebut harta debitor dengan cara yang sah secara

hukum atau dengan cara yang melanggar hukum akan sangat mungkin terjadi.

Untuk menghindari itu lahirlah hukum kepailitan.

Apakah boleh kreditor menggunakan segala cara untuk memenuhi syarat

minimal 2 (dua) kreditor dalam hukum kepailitan (termasuk dengan cara

pengalihan piutang atas nama dengan cessie maupun subrogasi) dengan maksud

agar debitor menjadi pailit? hal ini sangat mungkin terjadi mengingat hukum

kepailitan menawarkan suatu proses penyelesaian utang piutang secara adil, cepat,

terbuka dan efektif sehingga banyak kreditor yang menggunakan upaya kepailitan

untuk mengupayakan pelunasan dari debitor. Ambil contoh jika didalam hukum

acara perdata biasa upaya hukum yang dapat ditempuh adalah banding, kasasi dan

PK maka di dalam hukum kepailitan upaya hukumnya hanya ada kasasi dan PK.

Disamping itu pemeriksaan perkara di dalam perkara kepailitan dibatasi waktu

yang jelas yakni Permohonan pailit harus diputusa paling lambat 60 (enam puluh)

hari setelah tanggal permohoan pernyataan pailit didaftarkan (Pasal 8 ayat (5)

94
M.Hadi Shubhan, Opcit, Hlm 74.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
83

Undang-Undang Kepailitan) dan dalam pemeriksaan kasasi, permohonan kasasi

atas perkara keapilitan harus diputus paling lama 60 (enam puluh) hari setelah

tanggal permohonan kasasi diterima Mahkamah Agung (Pasal 13 ayat (3)

Undang-Undang Kepailitan). Bandingkan dengan perkara perdata yang diperiksa

di Pengadilan Negeri hingga kasasi ke Mahkamah Agung yang dapat memakan

waktu bertahun-tahun.

Dalam Undang-Undang Kepailitan memang tidak ada larangan yang tegas

mengenai apakah diperbolehkan menggunakan lembaga cessie maupun subrogasi

sebagai upaya untuk memenuhi syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan.

Sejauh yang penulis tahu, masalah peralihan piutang hanya diatur dalam Pasal 52

Undang-Undang Kepailitan yang mengatur sebagai berikut:

Pasal 52
(1) Setiap orang yang telah mengambil alih suatu utang atau piutang
dari pihak ketiga sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan,
tidak dapat memohon diadakan perjumpaan utang, apabila
sewaktu pengambilalihan utang atau piutang tersebut, yang
bersangkutan tidak beritikad baik.
(2) Semua utang piutang yang diambil alih setelah putusan
pernyataan pailit diucapkan, tidak dapat diperjumpakan.

Dalam ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Kepailitan tersebut jelas

pembuat undang-undang ingin mengantisipasi upaya dari debitor, kreditor

maupun pihak ketiga yang tidak beritikad baik yakni kreditor-kreditor yang ingin

mengusahakan agar piutangnya terbayar secara penuh dan cepat dengan cara

melakukan perjumpaan utang sehingga dengan begitu kreditor tidak perlu

menunggu hingga pemberesan kepailitan (pembagian), apalagi biasanya dalam

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
84

prakteknya hasil penjualan aset debitor pailit tidak pernah dapat membayar lunas

seluruh tagihan dari kreditor, apalagi kreditor konkuren. Hanya Pasal 52 Undang-

Undang Kepailitan itu saja yang mengatur tentang pengalihan piutang, pengalihan

piutang ini dapat terjadi karena cessie maupun subrogasi.

Dalam ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan diatur bahwa

permohonan pailit harus dikabulkan oleh hakim apabila terdapat fakta atau

keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dapat

dinyatakan pailit yakni adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta adanya

utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar oleh debitor telah terbukti. Dengan

adanya ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan ini maka mau tidak

mau hakim harus mengabulkan permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor

ketika kreditor dapat membuktikan bahwa debitor memiliki minimal 1 (satu)

utang yang telah jatuh waktu, dapat ditagih dan tidak dibayar lunas oleh debitor

dan debitor juga memiliki lebih dari satu kreditor. Entah kreditor lain yang

dimaksud oleh kreditor pemohon adalah kreditor dari hasil pengalihan piutangnya

yakni dari upaya cessie maupun subrogasi, menurut ketentuan Pasal 8 ayat (4)

Undang-Undang Kepailitan majelis hakim pemeriksa perkara wajib untuk

mengabulkan permohonan pailit dari kreditor karena syarat pailit sebagaimana

diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Keapilitan telah terpenuhi dan

terbukti secara sederhana.

Sebenarnya dalam asas- asas hukum yang melandasi adanya Undang-

Undang Kepailitan diatur tentang “ asas itikad baik dari kreditor” yang tergabung

asas keseimbangan‖ dalam penjelasan umum Undang-Undang Kepailitan


dalam ―

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
85

dijelaskan bahwa Undang-Undang Kepailitan didasarkan atas beberapa asas

yakni:

1. Asas Keseimbangan.

2. Asas Kelangsungan Usaha.

3. Asas Keadilan.

4. Asas Integritas.

Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Kepailitan, Undang-Undang

Kepailitan mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas

keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah

terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh Debitor yang

tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan pranata dan lembaga keapilitan oleh Kreditor yang tidak beritikad

baik. Menurut penulis dengan tindakan kreditor pemohon kepailitan yang

‖mengada-adakan‖95 kreditor lain dari debitor, maka dapat dikatakan kreditor

pemohon ini adalah kreditor yang tidak beritikad baik. Hal ini tentu melanggar

filosofi kepailitan itu sendiri dan sekaligus tentu menyalahgunakan pranata

lembaga kepailitan. Terlihat ketika pembuat undang-undang membuat Undang-

Undang Kepailitan, pembuat undang-undang tidak melihat adanya celah hukum

yang dapat disalahgunakan oleh kreditor yang tidak beritikad baik sehingga

pembuat undang-undang hanya mengaturnya dalam asas-asas saja dan tidak

menuangkan dalam ketentuan pasal-pasal dalam Undang-Undang Kepailitan.

95
debitor hanya memiliki satu kreditor yakni kreditor pemohon tetapi dengan telah
dilakukan cessie atau subrogasi piutang atas nama oleh kreditor pada pihak ketiga
maka debitor menjadi memiliki kreditor lain.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
86

Kreditor yang tidak beritikad baik dapat ‖mengada-adakan‖ kreditor lain dari

debitor sehingga semestinya debitor tersebut tidak dapat pailit menjadi dapat di

pailit.

Dengan tidak adanya pasal dalam Undang-Undang Kepailitan yang

melarang secara jelas dan tegas berkait adanya kreditor lain yang lahir karena

adanya cessie atau subrogasi maka ketika ada kreditor yang memohon kepailitan

debitor dan syarat minimal 2 (dua) kreditor dipenuhi dari hasil adanya cessie atau

subrogasi maka menjadi kewenangan hakim untuk memutus apakah permohonan

pailit itu dapat dikabulkan atau tidak. Sepengetahuan penulis, permohonan pailit

yang diajukan oleh kreditor dimana pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor

didapat dari hasil cessie piutang atas nama pernah terjadi di indonesia yakni dalam

perkara Alex Korompis yang akan penulis analisa di dalam sub bab selanjutnya.

Menurut penulis, hakim yang ingin menolak permohonan pailit yang

diajukan kreditor karena hakim berpendapat bahwa pemohon adalah kreditor yang

tidak beritikad baik dapat menggunakan dasar hukum ketentuan Pasal 8 ayat (6)

huruf a Undang-Undang Kepailitan, dalam pasal tersebut diatur ‖Putusan

Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memuat pula, pasal

tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dan/atau sumber

hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.‖ Sumber hukum tak

tertulis ini dapat diperoleh hakim dari doktrin dan termasuk asas-asas hukum.

Sehingga hakim dapat menolak permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor

yang tidak beritikad baik meski syarat pailit yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Kepailitan dapat terbukti secara sederhanya dengan mendasarkan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
87

pada asas keseimbangan dan asas itikad baik yang menjadi dasar lahirnya

Undang-Undang Kepailitan.

Namun menurut penulis untuk membuktikan kreditor tidak memiliki itikad

baik tidaklah mudah apalagi menurut ketentuan Pasal 1965 BW dikenal suatu

prinsip yang mengatakan bahwa ―itikad baik selamanya harus dianggap ada,

sedangkan siapa yang menunjuk kepada suatu itikad buruk diwajibkan

membuktikannya‖. Dengan adanya ketentuan Pasal 1965 BW ini maka ketika

Termohon mendalilkan bahwa Pemohon (kreditor pemohon pailit) telah beritikad

buruk dalam permohonan ini karena ―


mengada-adakan‖ kreditor lain dari debitor

sehingga menyalah gunakan pranata hukum kepailitan, maka Termohon harus

membuktikan itikad buruk yang dimiliki kreditor selaku pemohon pailit. Itikad

baik maupun itikad baik seseorang dapat terlihat dari refleksi rangkaian tindakan

orang itu sendiri. Menurut penulis sebenarnya itikad buruk dari kreditor dapat

terlihat dari kondisi piutang yang dialihkan dan rentang waktu dari pengalihan

piutang dengan tanggal permohonan pailit. Dalam kasus ini kreditor pemohon

pailit dapat dikatakan telah beritikad buruk ketika ada fakta-fakta demikian:

1. Piutang yang dialihkan dari kreditor lama kepada pihak ketiga

adalah piutang yang kondisinya sudah jatuh tempo, dapat ditagih

dan macet. Dan;

2. Rentang waktu antara tanggal peralihan piutang dari kreditor lama

pada pihak ketiga dengan tanggal permohonan pailit sangat pendek

yakni kurang dari 1 (satu) tahun.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
88

Ketika terdapat seluruh fakta-fakta seperti diatas maka dapat

dipersangkakan bahwa kreditor pemohon adalah kreditor yang tidak beritikad

baik sehingga tentu seharusnya permohonan pailit dari kreditor pemohon harus

ditolak. Penulis mengambil rentang waktu kurang dari 1 (satu) tahun sebagai salah

satu indikator menentukan kreditor pemohon pailit dapat dikatakan sebagai

kreditor beritikad buruk atau beritikad baik dengan alasan bahwa dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun tersebut debitor telah cukup diberi kesempatan untuk

melunasi utangnya pada kreditor baru. Sehingga apabila hingga lebih dari 1 (satu)

tahun ternyata debitor tetap tidak membayar utangnya yang telah macet tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa debitor tersebut adalah debitor yang beritikad

buruk sehingga tidak layak untuk dilindungi oleh hukum. Piutang yang dialihkan

juga harus dalam kondisi sudah jatuh tempo, dapat ditagih dan macet, penulis

memberikan indikator ini karena jika piutang yang dialihkan oleh kreditor adalah

piutang yang masih belum jatuh tempo, belum dapat ditagih dan tidak macet

maka tentu tidak mungkin kreditor dapat mempailitkan debitor. Apabila tindakan

kreditor pemohon pailit tidak memenuhi 2 (dua) fakta hukum diatas maka kreditor

pemohon pailit dapat dikatakan sebagai kreditor yang beritikad baik sehingga

permohonan pailitnya dapat dikabulkan sepanjang memenuhi syarat-syarat pailit

yang diatur dalam Undang-Undang Kepailitan.

4. Kajian Atas Kasus Kepailitan Alex Korompis.

4.a Kasus posisi.

Perkara ini bermula ketika pada tanggal 2 Pebruari 1996, PT Chandra

Sakti Utama Leasing (PT.CSUL) dan PT Hutan Domas Raya (PT HDR) telah

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
89

sepakat untuk membuat dan menandatangani Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha

(untuk selanjutnya disebut Perjanjian). Bahwa berdasarkan Perjanjian tersebut, PT

HDR memilih fasilitas sewa atas barang modal yang merupakan penjualan dan

penyewaan kembali. Bahwa Alex Korompis bertindak sebagai penanggung untuk

menjamin pelunasan hutang PT HDR pada PT CSUL dan untuk itu pada tanggal 2

Pebruari 1996 Alex Korompis dengan PT CSUL sepakat untuk membuat dan

menandatangani Perjanjian Penanggungan. Bahwa PT CSUL tidak akan

mengadakan Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha dengan PT HDR dan tidak akan

menyetujui menyewa-belikan barang apapun kepada PT HDR tanpa adanya

Penanggung dalam Perjanjian Penanggungan.

Bahwa berdasar isi dari perjanjian penanggungan Alex Korompis

mengikatkan diri untuk membayar kewajiban PT HDR ketika PT HDR

wanprestasi kepada PT CSUL. Dalam Perjanjian Penanggungan, Alex Korompis

juga menyatakan tetap terikat untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga

yang menerima peralihan hak dari PT CSUL (baik sebagian maupun seluruhnya)

ketika hak tagih dari PT CSUL kepada PT HDR yang ditanggung oleh Alex

Korompis dialihkan pada pihak ketiga. Bahwa dalam Perjanjian Penanggungan

tanggal 2 Pebruari 1996 yang dibuat oleh Alex Korompis, Alex Korompis

menjamin dan menanggung pembayaran yang layak dan tepat waktu atas seluruh

jumlah utang PT HDR kepada PT CSUL, dan berdasar Pasal 5 Perjanjian

Penanggungan, Alex Korompis menyatakan telah melepaskan segala hak-hak

istimewanya, sebagaimana diatur dalam Pasal 1430 ayat (1), Pasal 1831, Pasal

1837, Pasal 1847 ayat (1), Pasal 1848, Pasal 1849 dan Pasal 1850 BW.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
90

Bahwa jumlah hutang PT HDR pada PT CSUL yang ditanggung oleh Alex

Korompis yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih dan belum dibayar lunas

adalah sebesar USD 755.953,- (tujuh ratus lima puluh lima ribu sembilan ratus

lima puluh tiga dolar amerika). Bahwa PT CSUL juga telah menegur PT HDR dan

Alex Korompis berdasar Surat Nomor 260/HH/I/2004 tanggal 14 Januari 2004,

Surat Nomor 269/HH/I/2004 tanggal 28 Januari 2004 dan Surat Nomor

271/HH/II/2004 tanggal 05 Februari 2004. Tetapi hingga batas waktu yang

ditentukan ternyata PT HDR dan Alex Korompis tetap tidak melunasi hutangnya

pada PT CSUL.

Bahwa untuk memenuhi syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan

maka PT CSUL menjual sebagian piutang atas nama miliknya yang didasarkan

atas Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha yakni sebesar USD 50.000,- (lima puluh

ribu dolar amerika) kepada PT Prima Solusi Sistem (PT PSS) berdasar akta

Perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama PT CSUL Nomor 15 dan Akta

Penyerahan Hak (Cessie) Nomor 16, keduanya tertanggal 6 Desember 2004 yang

dibuat oleh dan dihadapan Notaris yang bernama Daniel P Marpaung, S.H.,. M,H.

4.b Putusan Pengadilan.

Tidak lama setelah pengalihan piutang atas nama dari PT CSUL kepada

PT PSS berdasar akta Perjanjian Jual Beli Piutang Atas Nama PT CSUL Nomor

15 dan Akta Penyerahan Hak (Cessie) Nomor 16, keduanya tertanggal 6

Desember 2004 tersebut. PT. CSUL mengajukan permohonan pailit atas Alex

Korompis selaku termohon pailit ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
91

Jakarta Pusat dimana permohonan pailit tersebut teregister dengan Nomor

051/PAILIT/2004/PN.Niaga Jkt Pusat. Pengadilan Niaga yang memeriksa

permohonan pailit dari PT CSUL atas Alex Korompis berpendapat bahwa syarat-

syarat pailit yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan yakni adanya fakta

bahwa debitor memiliki minimal 2 (dua) kreditor dan debitor tidak membayar

lunas utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh kreditor telah terbukti

secara sederhana sehingga pada tanggal 14 Pebruari 2005 Pengadilan Niaga

mengabulkan permohonan dari PT CSUL yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Termohon ALEX KOROMPIS pailit dengan segala akibat
hukumnya;
3. Mengangkat Sdr. BINSAR SIREGAR,S.H,M.Hum sebagai Hakim
Pengawas;
4. Mengangkat Sdr. Darwin Marpaung, SH dengan No Pendaftaran di
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No.
CHT.05.10.14-22 Tahun 2000 dari kantor MAAS Law Office,
beralamat di Gedung Fortuna Lantai 4 Jalan Mampang Prapatan No 96
Jakarta 12790, sebagai Kurator untuk pemberesan atas boedel pailit;
5. Menghukum Termohon membayar biaya perkara ini sejumlah Rp
5.000.000,- (lima juta rupiah).

Bahwa atas putusan pailit No 051/PAILIT/2004/PN.Niaga.Jkt.Pusat

tanggal 14 Perbruari 2005 diatas ALEX KOROMPIS selaku termohon pailit

mengajukan upaya hukum kasasi pada tanggal 22 Pebruari 2005 sebagaimana

ternyata dari akta permohonan kasasi No 07/Kas/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst Jo

No 51/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst. Atas permohonan kasasi yang teregister

dengan Nomor Perkara 06 K/N/2005 telah diputus oleh Mahkamah Agung pada

tanggal 25 Mei 2005 yang amarnya berbunyi demikian:

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
92

MENGADILI
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: ALEX
KOROMPIS tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No 051/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 14
Pebruari 2005;

MENGADILI SENDIRI
Menolak permohonan Pemohon;
Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya
perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi
ditetapkan sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah);

Adapun pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung yang mendasari

putusan kasasi No 06 K/N/2005 tanggal 25 Mei 2005 adalah sebagai berikut:

mengenai alasan kasasi ad.2:

bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena judex facti telah salah

menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. bahwa judex facti didalam putusannya halaman 26 mempertimbangkan

tentang adanya dua kreditor berdasarkan adanya penyerahan piutang

dari Pemohon dengan cara menjual sebagian piutang atas nama

Pemohon yakni sebesar US$ 50.000,- (lima puluh ribu Dollar Amerika

Serikat) kepada PT Prima Solusi Sistem (Bukti P12 dan P13);

b. Bahwa dalam bukti P12 (Perjanjian Pengalihan/jual beli piutang atas

nama PT. Chandra Sakti Utama Leasing tanggal 6 Desember 2004)

tertera bahwa Pihak Pertama (PT Chandra Sakti Utama Leasing)

memiliki hak tagih/piutang yang sah kepada PT Hutan Domas Raya

sebesar US$ 805.953,15 (delapan ratus lima ribu Sembilan ratus lima

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
93

puluh tiga dollar Amerika Serikat lima belas sen) berdasarkan Surat

Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha tanggal 2 Pebruari 1996 Jo Surat

Perjanjian Penanggungan tanggal 2 Pebruari 1996, dimana dalam Pasal

1 bukti P12 tersebut dikatakan bahwa Pihak Pertama (Pemohon)

mengalihkan / menjual sebagian piutang kepada Pihak Kedua (PT

Prima Solusi Sistem) sebesar US$ 50.000,- (lima puluh ribu dollar

Amerika Serikat) yang jumlah uang tersebut telah diterima seluruhnya

oleh pemohon sebelum akta Perjanjian Pengalihan/jual beli piutang

(bukti P12) tersebut ditanda tangani;

c. bahwa dengan demikian yang dijual oleh Pemohon kepada PT Prima

Solusi Sistem adalah sebagian hak tagih Pemohon kepada Termohon

yang didasarkan pada Surat Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha dan

Surat Perjanjian penanggungan (bukti P1 dan P2) yang disebut dengan

subrogasi seperti yang dimaksud oleh Pasal 1400 KUHPerdata, dan

bukannya pengalihan piutang (Cessie) sebagimana yang diatur dalam

Pasal 613 KUHPerdata;

d. bahwa menurut Pasal 1403 KUHPerdata, subrogasi tidak dapat

mengurangi hak-hak kreditor (ic Pemohon) jika ia hanya menerima

pembayaran sebagian, dan dalam hal ini Pemohon dapat melaksanakan

hak-haknya mengenai apa yang masih harus dibayar kepadanya, lebih

dahulu dari pada orang dari siapa ia hanya menerima suatu

pembayaran sebagian;

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
94

e. bahwa oleh karena itu kedudukan PT Prima Solusi Sistem sebagai

pembeli sebagian hak tagih Pemohon (Subrogasi) tidak menggantikan

Pemohon sebagai kreditor dari Termohon (Pasal 1403 KUHPerdata)

dan juga tidak menjadikannya bersama-sama dengan Pemohon sebagai

kreditor dari Termohon, oleh karena hak tagih yang dimiliki PT Prima

Solusi Sistem baru dapat digunakan setelah hak tagih Pemohon

terpenuhi;

f. bahwa oleh karena tidak dapat dibuktikan secara sederhana adanya dua

kreditor dari Termohon sebagaimana yang disyaratkan oleh Pasal 2

ayat (1) Undang-Undang No 37 Tahun 2004, maka dengan tidak perlu

mempertimbangkan alasan-alasan kasasi lainnya, putusan judex facti

harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri dengan

menolak permohonan yang diajukan oleh Pemohon;

g. bahwa dengan demikian penyelesaian perkara ini harus dilakukan

melalui gugatan perdata di Pengadilan Negeri;

Atas putusan tersebut PT CSUL kembali memohonkan Peninjauan

Kembali atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 06 K/N/2005 Tanggal 25 Mei

2005 yang kemudian pada tanggal 4 April 2007 telah diputus dengan putusan

Nomor 013 PK/N/2005 dimana pada intinya Mahkamah Agung tetap menolak

permohonan pailit yang diajukan PT CSUL terhadap Alex Korompis. Tetapi

pertimbangan hukum Mahkamah Agung pada putusan Nomor 013 PK/N/2005

berbeda dimana pertimbangan hukum yang mendasari penolakan permohonan

Peninjauan Kembali dari PT CSUL adalah ‖karena keberadaan cessie yang

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
95

menjadi dasar adanya kreditor lain dan besar hutang yang dapat ditagih, harus

dibuktikan keabsahannya sehingga tidak dapat dibuktikan secara sederhana

melalui prosedur pemeriksaan kepailitan...‖

4.c Analisis Kasus

Sebelum mengomentari terpenuhinya atau tidak syarat pailit yang diajukan

oleh PT CSUL terhadap Alex Korompis maka penulis ingin mengingatkan

kembali perinsip-perinsip dan akibat hukum berkait penanggung yang melepaskan

hak istimewanya dan akibat hukum dari cessie maupun subrogasi terhadap

perjanjian accesoir.

Bahwa telah dijelaskan didalam sub bab sebelumnya bahwa apabila

penanggung (Alex Korompis) telah melepaskan hak istimewanya, khususnya hak

istimewa yang ada dalam Pasal 1831 BW yang berbunyi ‖si penanggung tidaklah

diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai,

sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk

melunasi utangnya.‖ maka penanggung tersebut dapat saja dimohonkan pailit,

tanpa harus dimintakan terlebih dahulu Kepailitan dari debitor utama. Sebab,

dengan melepaskan hak-hak istimewanya yang dimiliki oleh Guarantor itu

sebenarnya sama saja kedudukannya dengan seorang Debitor, sekalipun secara

formal ia tetap dinamakan sebagai Penjamin/Guarantor.96

Bahwa perlu diingat cessie atas dasar jual beli tidak dapat dilakukan

sebagian saja, oleh karena dalam cessie berlaku prinsip berapapun yang dibayar

oleh kreditor baru pada kreditor lama maka seluruh tagihan itu akan beralih dari

96
Sunarmi, Hukum Kepailitan, Edisi 2, Sofmedia: Jakarta, hlm. 197.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
96

kreditor lama pada kreditor baru dan seluruh perjanjian accesoir (baik hak

tanggungan, perjanjian penanggungan dan lain lain) juga ikut beralih dari kreditor

lama pada kreditor baru. Berbeda dengan cessie, dalam subrogasi dapat terjadi

subrogasi sebagian piutang saja, hal ini terjadi ketika pihak ketiga hanya

melakukan pembayaran sebagian utang debitor kepada kreditor lama. Dalam

kasus ini pihak ketiga tetap berkedudukan sebagai kreditor dari debitor tetapi

seluruh hak dan perjanjian accesoir belum dapat berpindah dari kreditor lama pada

pihak ketiga (Pasal 1403 BW). Ketika pihak ketiga sudah melunasi seluruh utang

debitor pada kreditor lama baru pihak ketiga dapat menuntut penyerahan seluruh

hak-hak termasuk perjanjian accesoir yang dimiliki oleh kreditor lama atas debitor

Bahwa atas kasus posisi diatas dapat disimpulkan beberapa poin penting

sebagai berikut:

1. PT CSUL memiliki hubungan hukum dengan PT HDR berdasar Perjanjian

Induk Sewa Guna Usaha.

2. Alex Korompis bertindak sebagai penanggung, dimana Alex Korompis

telah melepaskan seluruh hak istimewanya.

3. Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha memiliki perjanjian accesoir berupa

Perjanjian Penanggungan.

4. Dalam hal ini PT CSUL adalah sebagai kreditor dari PT HDR dan Alex

Korompis.

5. PT CSUL mengalihkan sebagian piutang atas nama kepada PT PSS.

Bahwa Mahkamah Agung Nomor 06 K/N/2005 tanggal 25 Mei 2005 telah

tepat dalam menilai bahwa pengalihan sebagian piutang atas nama dari PT CSUL

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
97

kepada PT PSS adalah subrogasi97 bukan cessie karena sekali lagi dalam cessie

tidak dimungkinkan adanya cessie sebagian atas dasar jual beli karena dalam

cessie berlaku prinsip berapapun yang dibayar oleh kreditor baru pada kreditor

lama maka seluruh tagihan akan beralih. Telah dijelaskan diawal juga bahwa

dalam subrogasi dimungkinkan adanya subrogasi sebagian piutang saja dengan

konsekuensi hak-hak yang dimiliki kreditor lama terhadap debitor termasuk

jaminan kebendaan ataupun perjanjian-perjanjian ikutan (accesoir) termasuk

perjanjian penanggungan tidak beralih pada kreditor baru (Pasal 1403 BW). Pasal

1403 BW ini untuk melindungi kepentingan kreditor lama agar kreditor lama

dapat memperoleh pelunasan lebih dahulu dari pada kreditor baru.98

Oleh karena PT PSS hanya membayar sebagian piutang saja maka

otomatis perjanjian penanggungan yang merupakan perjanjian accesoir dari

Perjanjian Induk Sewa Guna Usaha TIDAK BERALIH DARI PT CSUL

KEPADA PT PSS. Tetapi meski PT PSS hanya membayar sebagian piutang saja,

PT PSS tetap berkedudukan sebagai kreditor dari PT HDR. 99 Dalam hal ini PT

CSUL karena hanya menerima pembayaran sebagian dari PT PSS atas utang PT

HDR yang ditanggung oleh Alex Korompis maka berdasarkan pada ketentuan

Pasal 1403 BW maka PT CSUL tetap sebagai kreditor dari PT HDR dan Alex

Korompis. Sehingga oleh karena PT PSS hanya merupakan kreditor dari PT HDR

dan bukan merupakan kreditor dari Alex Korompis maka sudah tepat putusan

97
Dalam hal ini tepat jika dikatakan subrogasi karena perjanjian atas inisitaif dari kreditor (Pasal
1401 ayat (1) BW)
98
Kedudukan kreditor lama tidak boleh lebih jelek dari kreditor baru.
99
PT PSS bukan sebagai kreditor dari Alex Korompis karena Perjanjian Penanggungan tanggal 2
Pebruari 1996 belum beralih dari PT CSUL pada PT PSS karena adanya ketentuan Pasal 1403
BW.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
98

Mahkamah Agung menyatakan bahwa syarat minimal 2 (dua) kreditor dari Alex

Korompis selaku termohon pailit tidak terpenuhi, sehingga permohonan pailit

yang diajukan oleh PT CSUL ditolak seluruhnya.

Menurut penulis PT CSUL juga dapat dikategorikan sebagai kreditor yang

tidak beritikad baik karena telah memenuhi fakta-fakta kreditor yang tidak

beritikad baik yakni:

1. Piutang yang dialihkan dari kreditor lama kepada pihak ketiga

adalah piutang yang kondisinya sudah jatuh tempo, dapat ditagih

dan macet. Dan;

2. Rentang waktu antara tanggal peralihan piutang dari kreditor lama

pada pihak ketiga dengan tanggal permohonan pailit sangat pendek

yakni kurang dari 1 (satu) tahun.

Sehingga permohonan pailit yang diajukan PT CSUL memang seharusnya

ditolak karena PT CSUL adalah kreditor yang tidak beritikad baik dan ingin

menyalahgunakan pranata hukum kepailitan apalagi tidak ada kreditor lain selain

dari PT CSUL dan PT PSS.

Tetapi sayangnya pertimbangan hukum penolakan permohonan kepailitan

yang diajukan PT CSUL tehadap Alex Korompis menjadi berubah dengan adanya

putusan Peninjauan Kembali Nomor 013 PK/N/2005 dimana majelis hakim

menyatakan bahwa syarat adanya kreditor lain dan utang yang didasari dari

adanya cessie tidak terbukti secara sederhana karena harus dibuktikan

keabsahannya terlebih dahulu. Penulis tidak sepakat dengan pertimbangan hakim

dalam putusan Peninjauan Kembali Nomor 013 PK/N/2005, karena dengan

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
99

adanya pertimbangan seperti itu maka akan timbul pertanyaan, apakah menurut

hakim pengalihan tagihan atas nama dengan cessie baru dapat ditagihkan oleh

kreditor baru pada debitor jika telah mendapat ‖pernyataan sah‖ dari Pengadilan

Negeri terlebih dahulu? Jika memang begitu maksud dari hakim maka tentu

pendapat hakim dalam putusan tersebut adalah tidak tepat. Karena menurut

ketentuan dalam BW bukan keabsahan perjanjian yang perlu dimintakan putusan

dari Pengadilan tetapi pembatalan perjanjianlah yang memerlukan putusan dari

Pengadilan.

Demikian pula syarat-syarat keabsahan cessie telah diatur secara jelas

dalam Pasal 613 BW, sehingga hakim pengadilan niaga hanya perlu melihat

apakah syarat-syarat keabsahan cessie yang diatur dalam Pasal 613 BW terpenuhi

atau tidak dan apakah debitor telah diberitahu atau dimintai persetujuan berkait

adanya cessie tersebut. Jika seluruh ketentuan Pasal 613 BW telah terpenuhi maka

cessie itu sudah sah dan akibatnya pihak ketiga (cessienaris) yang menerima

penyerahan dari kreditor lama (cedent) harus dinyatakan dan diakui sebagai

kreditor dari debitor (cessus) yang dimohonkan pailit. Pendapat ini juga dianut

oleh Mahkamah Agung yang tertuang dalam Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar

Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, pada

poin 2 rapat kamar perdata khusus yang membahas kepailitan dan PKPU.

Apabila tidak ada penyangkalan dari cedent maupun cessionaris yang

menyatakan bahwa cessie itu tidak sah dan pemohon dapat membuktikan seluruh

dalil permohonannya maka tentu hakim tidak boleh menolak permohonan pailit

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
100

dari pemohon (cedent maupun cessienaris) dengan alasan syarat kepailitan tidak

terbukti secara sederhana karena jelas syarat kepailitan berkait adanya utang dan

adanya kreditor lain dari termohon pailit telah terpenuhi secara sumir/sederhana.

Mengingat hukum acara perdata menganut sistem pembuktian formal dimana

hakim tidak bebas dalam menentukan kebenaran formal melainkan terikat pada

apa yang dikemukakan oleh para pihak. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 299

Undang-Undang Kepailitan dimana diatur bahwa hukum acara yang berlaku untuk

kepailitan adalah hukum acara perdata.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
101

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Piutang atas nama dapat beralih pada pihak lain baik dengan cara cessie

maupun subrogasi tetapi khusus untuk pengalihan sebagian piutang maka

akan lebih tepat jika digunakan cara subrogasi.

2) Pada prinsipnya menurut teori pemenuhan syarat minimal 2 (dua) kreditor

dalam kepailitan dapat dipenuhi dengan menggunakan cessie maupun

subrogasi tetapi dalam praktiknya pemenuhan syarat minimal 2 (dua)

kreditor dengan cara menghadirkan kreditor lain yang berasal dari adanya

cessie maupun subrogasi sering menghadapi penolakan oleh Hakim

Pengadilan Niaga terutama Mahkamah Agung. Alasan yang digunakan

oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung untuk

menolak permohonan pailit adalah syarat minimal 2 (dua) kreditor tidak

terbukti secara sederhana. Dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang

Kepailitan hanya dinyatakan bahwa permohonan pailit harus dikabulkan

apabila terdapat fakta dan keadaan secara sederhana bahwa syarat

permohonan pailit yang daitur dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan telah

dipenuhi. Tidak ada tolok ukur yang jelas mengenai ukuran pembuktian

sederhana yang ada dalam Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan hal ini

mengakibatkan sering ada putusan yang berbeda satu sama lain meski

kasus tersebut relatif sama. Undang-Undang Kepailitan menganut asas

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
102

keseimbangan, dimana dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan

yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga

kepailitan oleh Debitor yang tidak jujur dan oleh kreditor yang tidak

beritikad baik. Permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor yang tidak

beritikad baik dan ingin menyalahgunakan pranata dan lembaga kepailitan

harus ditolak oleh Hakim Pengadilan Niaga.

2. Saran

1) Meskipun dalam penjelasan umum Undang-Undang Kepailitan terdapat

asas keseimbangan yang menjadi dasar dibentuknya Undang-Undang

Kepailitan tetapi sayangnya tindakan debitor yang tidak jujur dan kreditor

yang tidak beritikad baik yang ingin menyalahgunakan paranata maupun

lembaga kepailitan belum diatur secara jelas dan rinci dalam pasal-pasal

Undang-Undang Kepailitan.

2) Meskipun secara teori memang dimungkinkan tetapi menurut penulis perlu

ada pengaturan yang lebih jelas dan tegas berkait apakah pemenuhan

syarat minimal 2 (dua) kreditor dalam kepailitan dapat dipenuhi dengan

memunculkan kreditor lain dengan menggunakan cessie maupun

subrogasi. Hal ini sangat penting karena meskipun secara teori

dimungkinkan tetapi sering terjadi penolakan oleh Hakim Pengadilan

Niaga terutama Mahkamah Agung dimana Hakim pemeriksa perkara

sering berlindung pada Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan

tentang pembuktian yang sederhana. Tidak adanya kejelasan mengenai

pengaturan tersebut menyebabkan sering berubah-ubahnya putusan hakim

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
103

dimana kadang hakim mengabulkan tetapi ada hakim yang menolak dan

tidak jarang putusan yang sama-sama menolak mengandung pertimbangan

hukum yang berbeda meski pokok permasalahannya sama yakni

pemenuhan kreditor lain dengan cara cessie maupun subrogasi.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
104

DAFTAR BACAAN

Buku:

Badrulzaman, Mariam Darus, K.UH. Perdata Buku III Hukum Perikatan


Dengan Penjelasan (Edisi Kedua), Alumni, Bandung, 2011.

Elijana, “Esensi Pembuktian Sederhana Dalam Kepailitan”, Dalam :Emmy


Yuhassarie (ed), Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya, Pusat
Pengkajian Hukum, Jakarta.

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam


Kontrak Komersial, Kencana, Jakarta, 2011.

Hoff, Jerry, Undang-Undang Kepailitan di Indonesia, Tatanusa, Jakarta, 2000.

Kie, Tan Thong, Studi Notariat Serba-Serbi Praktek Notaris, Buku I, Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000.

Laela Fakhriah, Efa, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata,


Alumni, Bandung, 2011.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,


Jakarta, 2009.

Mulyadi, Lilik, Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU) Teori dan Praktik, Alumni, Bandung, 2010.

-------------------, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2009.

Satrio, J, Cessie, Subrogasi, Novatie, Kompensatie & Percampuran Utang,


Alumni, Bandung, 1991.

Setiawan, Rachmad dan J. Satrio, Penjelasan Hukum Tentang Cessie, National


Legal Reform Program, Jakarta, 2010.

Shubhan, Hadi, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik Di Peradilan,


Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009.

Sinaga, Syamsudin M, Hukum Kepailitan Indonesia, Tatanusa, Jakarta, 2012.

Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37


Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
105

----------------------------, Hak Tanggunga, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan


Pokok Dan Masalah Yang Dihadapai Oleh Perbankan, Alumni, Bandung,
1999.

Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi Dan Cessie, Kencana,
Jakarta, 2012.

Sunarmi, Hukum Kepailitan (Edisi 2), Sofmedia, Jakarta, 2010.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Perdata Hukum Perutangan Bagian


B, Seksi Hukum Perdata FH Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1980.
Makalah:

Tumbuan, Fred BG, “Mencermati Makna Debitor, Kreditor Dan Utang Berkait
Dengan Kepailitan”, Dalam :Emmy Yuhassarie (ed), Undang-Undang
Kepailitan dan Perkembangannya, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Burgerlijk Wetboek (BW)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang

Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah


Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun 2012

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
106

Putusan:

Putusan Pengadilan Niaga Nomor 51/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST,

Tanggal 11 Pebruari 2005.

Putusan Kasasi Nomor 06 K/N/2005 Tanggal 25 Mei 2005.

Putusan Peninjauan Kembali Nomor 013 PK/N/2005 Tanggal 4 April 2007.

Tesis CESSIE DAN SUBROGASI SEBAGAI CARA UNTUK CHANDRA NADHI


MEMENUHI SYARAT MINIMAL 2 (DUA) KREDITOR
DALAM KEPAILITAN

Anda mungkin juga menyukai