Anda di halaman 1dari 3

Tahapan Fiat Eksekusi Hak Tanggungan

Litigasi
Article, Hukum Perdata
30 Oct, 2018
8 Minutes
Langkah hukum Fiat executie dimaknai sebagai penetapan pengadilan untuk melaksanakan
putusan pengadilan jika pihak yang dikalahkan dalam putusan menolak untuk melaksanakannya
secara sukarela. Selain itu, fiat executie diartikan pemberian kuasa untuk pelaksanaan putusan
eksekutorial (bersifat dapat dilaksanakan), yakni putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap dan dokumen yang kekuatan hukumnya disamakan dengan putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) atau bersifat eksekutorial, diantaranya
Sertifikat Hak Tanggungan dan Sertifikat Jaminan Fidusia. Pelaksanaan fiat executie atas benda
objek Hak Tanggungan (HT) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Permohonan Aan maning


Pemohon eksekusi atau kuasanya menyampaikan permohonan aan maning kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat dengan memperlihatkan dokumen Sertifikat Hak Tanggungan.

Penting:
Bagaimana Cara Mengajukan Gugatan Sederhana
Jaminan Umum Dan Konsekwensi Pelunasan Utang
Syarat Penyerahan Benda (Levering)

b. Penelitian Berkas
Ketua Pengadilan melakukan penelitian terhadap berkas-berkas Hak Tanggungan yang terdiri
dari:

1. Perjanjian utang;
2. Janji untuk memberikan Hak Tanggungan;
3. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT);
4. Terdaftar di Kantor Pertanahan Nasional;
5. Sertifikat Hak Tanggungan;

c. Sidang Aan maning


Aan maning adalah teguran dari Ketua Pengadilan kepada Termohon eksekusi, agar Termohon
Eksekusi melaksanakan pemenuhan Hak Tanggungan secara sukarela dalam waktu maksimum 8
(delapan) hari. Aan maning dilaksanakan dalam sidang insidentil yang dihadiri oleh Ketua
Pengadilan dan Panitera serta Termohon Eksekusi. Sebagai bukti otentik adanya aan maning,
dibuat berita acara tentang aan maning tersebut. Aan maning dilaksanakan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:

1. Setelah melakukan penelitian berkas-berkas Hak Tanggungan, Ketua Pengadilan


membuat Surat Penetapan pelaksanaan aan maning;
2. Atas Surat Penetapan Aan maning tersebut, Panitera menunjuk Jurusita Pengganti untuk
memanggil Debitur/Termohon agar hadir dalam persidangan insidentil yang telah
ditetapkan oleh Ketua Pengadilan hari, tanggal dan tempat pelaksanaannya;
3. Ketua Pengadilan dengan didampingi oleh Panitera melaksanakan persidangan insidentil
untuk memberikan aan maning agar dengan sukarela melaksanakan Hak Tanggungan
dengan memberikan batas waktu maksimum 8 (delapan) hari sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 196 HIR/207 RBg;
4. Pelaksanaan sidang insidentil tersebut dicatat dan dibuat berita acara oleh Panitera;
5. Jika Debitur/Termohon tetap tidak melaksanakan Hak Tanggungan maka Ketua
Pengadilan akan melakukan aan maning kedua, sekaligus terakhir;
6. Jika Debitur/Termohon tetap tidak melaksanakan Hak Tanggungan tersebut maka akan
dilaksanakan tahapan selanjutnya (sita eksekusi dan lelang ekseskusi) terhadap benda
objek Hak Tanggungan.

d. Sita Eksekusi
Setelah lewat tenggang waktu yang diberikan ternyata Debitur/Termohon tidak melaksanakan
Hak Tanggungan, maka diletakkan sita eksekusi atas objek Hak Tanggungan sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 197 HIR/Pasal 208 RBg. Adapun tahapan sita eksekusi adalah sebagai
berikut:

1. Pemohon mengajukan permohonan sita eksekusi kepada Ketua Pengadilan;


2. Ketua Pengadilan membuat surat penetapan sita eksekusi yang berisikan perintah kepada
Panitera/Jurusita Pengganti untuk melaksanakan sita eksekusi terhadap barang-barang
yang akan dieksekusi lelang;
3. Atas surat penetapan sita eksekusi dari Ketua Pengadilan tersebut, Panitera menunjuk
Jurusita Pengganti untuk melaksanakan sita eksekusi, memberitahukan dan
memerintahkan kepada Para pihak (Pemohon dan Termohon) untuk hadir di lokasi objek
yang akan diletakkan sita eksekusi, pemberitahuan pelaksanaan sita eksekusi tersebut
juga disampaikan kepada instansi/pihak terkait;
4. Pelaksanaan peletakan sita eksekusi dilaksanakan di lokasi objek yang disita dengan
disaksikan dua orang saksi dan pelaksanaan sita eksekusi dituangkan dalam Berita Acara;
5. Ketua Pengadilan mengirim surat tentang telah diletakkan sita atas objek tersebut kepada
BPN jika objeknya benda yang tetap yang telah bersertifikat;

e. Lelang Eksekusi
Setelah aan maning dan sita eksekusi telah dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan lelang eksekusi dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemohon mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan untuk pelaksanaan Lelang


Eksekusi;
2. Penjual (Kreditur) memperlihatkan dokumen asli objek Hak Tanggungan kepada Pejabat
Lelang sebelum dilaksanakan lelang;
3. Setelah menerima Pemohon lelang eksekusi dari Pemohon, Ketua Pengadilan membuat
surat penetapan berisikan perintah untuk menjalankan lelang eksekusi yang ditujukan
kepada Panitera/Jurusita Pengganti;
4. Panitera/Jurusita Pengganti berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan tersebut
melaksanakan lelang eksekusi dengan tahapan sebagai berikut: [a] Berkoordinasi dengan
Kantor Lelang Negara dan Instansi/Pihak terkait berkenaan dengan pelaksanaan
lelang; [b] Membentuk Tim Kecil untuk memperoleh informasi harga untuk menetapkan
standard harga limit, selanjutnya ditetapkan harga limit; [c] Menetapkan harga limit objek
yang akan dilelang, dilakukan sebelum pengumuman lelang; [d] Mengumumkan
pelaksanaan lelang melalui mass media sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu 15
hari, pengumuman tersebut harus dicantumkan hari, tanggal dan tempat pelaksanaan
lelang, serta objek yang akan dilelang dan persyaratan bagi peserta lelang sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 195 HIR, Pasal 206 RBg dan Pasal 217 RBg; [e]Peserta lelang
mendaftarkan diri sebagai peserta lelang; [f] Calon peserta lelang membayar uang
jaminan penawaran lelang yang ditentukan oleh Penjual paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari Nilai Limit dan paling banyak 50% (lima puluh persen) dari Nilai Limit
(Pasal 38 Permenkeu No. 27/PMK.06/2016); [g] Penyetoran uang jaminan penawaran
lelang paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan lelang; [h] Pelelangan
dilaksanakan di Kantor Pengadilan; [i] Dalam hal dokumen asli Objek Hak Tanggungan
berada di tangan Pejabat Lelang maka pada saat lelang, Pejabat lelang harus
memperlihatkan kepada peserta lelang. Jika dokumen tersebut ditangan penjual maka
penjual harus memperlihatkan kepada pejabat dan peserta lelang sebelum dilaksankan
lelang (Pasal 21 Permenkeu No. 27/PMK.06/2016); [j] Pembukaan amplop dari semua
peserta lelang; [k] Bagi peserta lelang yang penawarannya tertinggi ditetapkan sebagai
pemenang lelang; [l] Pemenang lelang melunasi atau membayar harga Objek Hak
Tanggungan; [m] Bagi pemenang lelang dibuat risalah lelang;
5. Jika dalam pelaksanaan lelang tidak ada peminat maka akan dilakukan lelang ulang
terhadap objek yang belum terjual secara lelang tanpa harus mengulangi tahapan fiat
executie;
6. Demikian jika pemenang lelang wanprestrasi atau tidak melunasi sisa harga maka akan
dilakukan pelelangan ulang;

f. Pengosongan
Apabila objek yang dilelang adalah tanah/tanah dan rumah yang sedang ditempati/dikuasai oleh
tersita/terlelang, maka pelaksanaan pengosongan merujuk kepada ketentuan Pasal 200 (11) HIR
atau Pasal 218 ayat (2) RBg. Yakni apabila terlelang tidak bersedia untuk menyerahkan
tanah/tanah dan rumah itu secara kosong dan baik, maka dilakukan upaya paksa dimana terlelang
dan keluarganya beserta barang-barang yang berada di dalam objek lelang akan dikeluarkan
secara paksa. Pengadilan atau pemenang lelang atau pemohon eksekusi akan meminta bantuan
dari lembaga Kepolisian dengan melibatkan Aparat Pemerintah setempat.

Anda mungkin juga menyukai