Anda di halaman 1dari 8

Seringkali kita temukan kondisi dimana suami sebagai kepala rumah tangga tidak menafkahi istri dan

anak-anaknya, atau melakukan kekerasan dalam rumah tangga.istri Dalam keadaan seperti itu,
seringkali sang istri mengajukan permohonan cerai karena menganggap sang suami tidak bertanggung
jawab dan tidak bersikap baik terhadap dirinya. Namun, apabila perkawinan mereka telah terputus
karena suatu perceraian, apakah sang istri masih dapat mendapatkan nafkah dari sang suami?

Apa itu Nafkah?

Nafkah merupakan suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang atau pihak yang berhak
menerimanya. Nafkah utama yang diberikan itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
kehidupan, yakni makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Nafkah sudah menjadi ketetapan Allah SWT
atas para suami, dimana seorang suami memberi nafkah kepada istrinya meskipun telah bercerai dan
masih dalam masa iddah. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa nafkah yang
diwajibkan bagi suami antara lain untuk pemeliharaan dan pendidikan seorang anak di bawah umur.
Pemeliharaan tersebut harus ditentukan menurut perbandingan kebutuhan pihak yang berhak atas
pemeliharaan itu, disesuaikan dengan pendapatan dan kemampuan pihak yang wajib membayar. Bila
suami atau istri yang melakukan perceraian tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi untuk biaya
penghidupan, maka Pengadilan Negeri akan menetapkan pembayaran tunjangan hidup baginya dan
harta pihak yang lain. Walaupun sebuah perkawinan putus karena perceraian, baik ibu maupun bapak
tetap berkewajiban dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya. Dalam hal ini, pengadilan dapat
mewajibkan kepada mantan suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan
sesuatu kewajiban bagi mantan istri. Hal tersebut diatur dalam Pasal 41 huruf c Undang-Undang
Perkawinan.

Apa sajakah bentuk-bentuk nafkah setelah perceraian?

Bilamana perkawinan putus karena talak, maka mantan suami wajib untuk memberikan mut`ah yang
layak kepada bekas istrinya (baik berupa uang atau benda), kecuali mantan istri tersebut qobla al dukhul
alias belum disetubuhi. Selain itu, mantan suami juga wajib untuk memberi nafkah, maskan dan kiswah
kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan
dalam keadaan tidak hamil. Apabila suami belum melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya,
maka wajib baginya untuk melunasi hutang mahar tersebut setelah perceraian. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Selain itu, menurut Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam
(KHI), menyebutkan bahwa semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurut kemampuannya,sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri
yaitu berumur 21 tahun. Jadi terdapat tiga bentuk nafkah pasca perceraian, yaitu: Mut’ah, baik berupa
uang atau benda Memberi nafkah kepada istri selama dalam masa iddah (Nafkah Iddah) Menanggung
semua biaya hadhanah dan nafkah anak sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri
(Nafkah Anak). Kewajiban memberi nafkah masih berlaku sampai dengan terjadinya perceraian sesudah
jatuhnya talak, dengan harapan dapat mengembalikan suami istri menjadi pasangan seutuhnya kembali.
Terdapat pengecualian dalam pemberian nafkah, yaitu dimana sang istri nusyuz, yaitu kondisi dimana
seorang perempuan bersikap durhaka yang ditampakkannya di hadapan suami dengan jalan tidak
melaksanakan apa yang Allah wajibkan padanya, yakni taat terhadap suami. Akibat dari melakukan
nusyuz adalah gugurnya hak mendapatkan nafkah dari suami.

Apa itu Nafkah Iddah?

Iddah atau waktu menunggu adalah sebuah masa di mana seorang wanita yang telah diceraikan oleh
suaminya, baik cerai karena suaminya mati atau karena diceraikan ketika suaminya hidup untuk
menunggu dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain. Nafkah Iddah merupakan nafkah yang wajib
diberikan kepada istri oleh mantan suami jika perceraian terjadi karena talak. Yang dimaksud dengan
talak adalah suami mengajukan permohonan cerai terhadap sang istri ke Pengadilan. Lamanya masa
Iddah seorang wanita yang ditalak suaminya yaitu selama 3 bulan 10 hari. Setelah 3 bulan 10 hari
tersebut lah sang suami masih berkewajiban untuk menafkahi istri nya. Besarnya nafkah yang
dikeluarkan disesuaikan oleh Hakim dengan kemampuan suami. Menurut Imam Syafi’i, suami wajib
memberi nafkah pasca perceraian sampai masa iddah untuk talak raj’i, sedangkan untuk talak ba’in tidak
wajib dengan alasan sesudah talak ada hubungan seksual. Jika perceraian terjadi karena pihak istri
mengajukan gugatan cerai ke suami, maka sang suami tidak berkewajiban untuk memberikan nafkah
kepada istri. Khusus untuk yang beragama Islam, mantan istri berhak untuk mendapatkan mut’ah dari
mantan suami, yaitu hadiah yang diberi suami kepada istri sebagai kenang-kenangan. Banyak ditemukan
kasus dimana suami tidak memenuhi kewajibannya selama masa iddah, pembagian harta gono gini,
melunasi mahar yang belum dituntaskan dan memberi hadhanah terhadap anak-anaknya. Hal ini terjadi
karena minimnya kesadaran hukum pada masing-masing pihak, sehingga seringkali suami atau mantan
suami lengah dalam memenuhi kewajibannya walaupun sudah terjadi perceraian antara dirinya dan
istrinya.

Author : Safira Ayudia

Sumber: Tunjangan Nafkah Pasca Perceraian


Contoh Surat ini dibuat atas dasar peristiwa perselingkuhan, anda bisa edit sendiri
surat tersebut sesuai masalah yang terjadi 

Hal : Gugatan Perceraian Yogyakarta, 10 Desember 2016

Kepada.

Ketua Pengadilan Negri Yogyakarta

Jalan Kapas, Semaki, Umbulharjo

Yogyakarta

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Painah Marpaijem
NIK : 3402165203740602
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat KTP : Perum Gunung Sempu RT 7 no 14, Taman Tirto,
Kasihan, Bantul
Alamat Domisili : Perum Gunung Sempu RT 7 no 12, Taman Tirto,
Kasihan, Bantul
Selanjutnya mohon disebut sebagai PENGGUGAT dengan ini perkenenalkanlah
saya / penggungat mengadakan gugatan perceraian ini terhadap :
Nama : Paijo Marpaijan
NIK : 3402760705750003
Agama : Islam
Pekerjaan : Bantul
Alamat KTP : Perum Gunung Sempu RT 7 no 12, Taman Tirto,
Kasihan, Bantul
Alamat Domisili : Ranadigdayan DN3 No 90 Danutejan , Yogyakarta

Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT, Adapun duduk perkara dan alasan


Penggugat mengajukan gugatan cerai ini adalah sebagai berikut :

1.     Bahwa telah terjadi perkawinan antara penggungat dan Tergugat di Yogyakarta
pada tanggal 18 Mei 2001 di KUA Bantul, berdasarkan kutipan akta perkawinan
No. 247/K/2001, tertanggal 18 Mei 2001 yang dikeluarkan oleh kantor catatan sipil
kota Yogyakarta.

2.     Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat tinggal serumah bersama
orang tua Penggugat selama 4 tahun, selanjutnya Penggugat dan Tergugat tinggal
serumah dikontrakan selama 5 tahun dan pulang serumah dengan orang tua
Penggugat

3.     Bahwa dari perkawinan Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 1 (satu) orang
anak laki-laki bernama : Sutejo Mardempul Catkuneng lahir di Bantul pada tanggal
30 April 2003 sesuai dengan kutipan akta kelahiran Nomor 87/B/2003 yang
dikeluarkan oleh dinas pendaftaran Penduduk Kabupaten Bantul
4.     Bahwa dari tahun 2001 awal pernikahan Penggugat telah tahu dan terbukti
bahwa Tergugat telah berselingkuh tapi bisa diselesaikan dengan baik dan
Tergugat berjanji tidak akan mengulanginya lagi

5.     Bahwa pada tahun 2009 Tergugat kembali terbukti berselingkuh dengan wanita
lain dan kembali Penggugat memaafkan Tergugat dengan janji tidak akan
mengulangi lagi

6.     Bahwa dari tahun 2009 Tergugat mulai selalu menuduh dan berkata-kata kasar
terhadap Penggugat membatasi semua aktifitas Penggugat dengan tidak boleh
bekerja dan berteman dengan siapapun

7.     Bahwa dari tahun 2009 Tergugat mulai lalai dengan kewajibannya dengan
membatasi nafkah terhadap Penggugat

8.     Bahwa pada tahun 2011 Penggugat pernah meminta cerai terhadap Tergugat

9.     Bahwa karena kejadian tersebut orang tua Penggugat dan Tergugat sering
melakukan musyawarah tetapi Tergugat tetap tidak bisa berubah tetap berkata-kata
kasar dan menuduh Penggugat telah berselingkuh

10.                                                            Bahwa pada tahun 2014 Penggugat pergi dari rumah orang
tuanya karena sudah tak tahan lagi dengan kata-kata kasar Tergugat dan pulang
lagi setelah Tergugat pergi dari orang tua Penggugat

11.                                                            Bahwa dari tahun 2014 Penggugat dan Tergugat tidak tinggal
serumah
12.                                                            Bahwa dengan kejadian tersebut kembali melakukan
musyawarah keluarga Penggugat dan Tergugat dan Tergugat meminta waktu untuk
memperbaiki diri dan berjanji untuk merubah sikap

13.                                                            Bahwa selama Tergugat meminta waktu untuk memperbaiki


diri Penggugat tidak pernah lalai dengan kewajibannya terhadap Tergugat

14.                                                            Bahwa pada 6/6/2016 Tergugat kembali terbukti telah


berselingkuh lagi dengan wanita lain dan mulai tidak memberikan nafkah terhadap
Penggugat

15.                                                            Bahwa segala usaha dan untuk memperbaiki keutuhan rumah


tangga telah Penggugat tempuh dengan berbagai cara namun tidak berhasil dan
apabila perkawinan ini tetap dipertahankan maka hanya akan membuat Penggugat
semakin mengalami siksaan batin maka dengan demikian tidak ada lagi cara lain
bagi Penggugat kecuali mengajukan gugatan perceraian ini

16.                                                            Bahwa mengingat masa depan anak dan menjaga anak yang
masih membutuhkan perhatian, pendidikan dan kesejahteraan yang baik maka anak
yang bernama Sutejo Mardempul Catkunengyang lahir di Bantul pada tanggal 30
april 2003 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendaftaran Penduduk Kabupaten Bantul.
Tetap berada dibawah pengasuhan/asuhan Penggugat

17.                                                            Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan fakta-fakta yang telah


Penggugat kemukakan diatas yang telah menunjukkan bahwa kehidupan rumah
tangga antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan/pertengkaran
secara terus menerus, maka tidak ada lagi harapan untuk dapat hidup rukun
kembali untuk membina keluarga yang bahagia dan kekal sesuai tujuan
perkawinan
Berdasarkan sebagaimana telah dikemukaan diatas maka dengan ini Penggugat
mohon kepada yang terhormat ketua pengadilan Negri Yogyakarta, atau majelis
hakim yang memeriksa dan menangani agar berkenan memberikan keputusan
sebagai berikut

PRIMAIR

1.     Menerima dan mengabulkan percerian yang diajukan Penggugat untuk


seluruhnya

2.     Menyatakan sah secara hukum perkawinan antara Penggugat dan Tergugat
yang dilangsungkan di Yogyakarta tanggal 18 Mei 2001 di KUA Bantul
berdasarkan kutipan akta perkawinan no 247/K/2001 tertanggal 18 Mei 2001 yang
dikeluarkan kantor catatan sipil Yogyakarta

3.     Menetapkan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat yang dilangsungkan di


Yogyakarta tanggal 18 Mei 2001 di KUA Bantul berdasarkan kutipan akta
perkawinan no 247/K/2001 tertanggal 18 Mei 2001 yang dikeluarkan kantor
catatan sipil Yogyakarta PUTUS KARENA PERCERAIAN dengan segala akibat
hukumnya

4.     Menetapkan anak yang dilahirkan dalam perkawinan yangitu anak laki-laki
yang bernama Sutejo Mardempul Catkunenglahir di Bantul pada tanggal 30 April
2003 sesuai dengan kutipan akta kelahiran Nomor 87/B/2003 yang dikeluarkan
oleh dinas pendaftaran Penduduk Kabupaten Bantul ditetapkan dibawah asuhan
/pengasuhan Penggugat

5.     Memerintahkan kepada Panitera pengadilan Negeri Yogyakarta atau pejabat


yang ditunjuk untuk mengirimkan turunan/salinan putusan perkara ini yang telah
berkekuatan hukum tetap. Kepada kantor Dinas Kependudukan dan Catatan sipil
Kabupaten Bantul agar didaftar dalam suatu pendaftaran yang digunakan untuk itu

6.     Membebankan semua biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Tergugat

SUBSIDAIR
Apabila Majelis Hakim Pemeriksa perkara ini berpendapat lain maka mohon
putusan perkara yang seadil-adilnya

Demikian gugatan peceraan ini Penggugat sampaikan atas perkenan Majelis Hakim
untuk mengadili dan memeriksa perkara ini, Penggugat mengucapkan terima kasih.

Hormat saya / Penggugat

(Painah Marpaijem)

Anda mungkin juga menyukai