Anda di halaman 1dari 15

KASUS ADELIN LIS

DOSEN PEMBIMBING :

Prof. Hj. Sri Sulistyawati, SH, M.Si, Ph.D

DISUSUN OLEH :

Dona Bella Faustine Law (00000026458)

Dora Melina Rajagukguk (00000027871)

Jason Stanley ( 00000023123 )

Jerry Bastian ( 00000027865 )

Universitas Pelita Harapan Medan

Fakultas Hukum
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Acara Pidana untuk mengetahui dan memahami kasus adelin lis.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu para pembaca, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Medan, 6 November 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..... .4
B. Rumusan Masalah.....5
C. Tujuan Penulisan...5

BAB II PEMBAHASAN
A. Biodata Pelaku............ 6
B. Kronologi.....6
C. Fakta Hukum...................7
D. Dakwaan......................... 9
E. Tuntutan..............10
F. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama.....11
G. Putusan Kasasi....12
H. Analisis Kasus.13

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan.................................................................... 14
2. Saran.......................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meski agak terlambat, vonis bersalah yang dijatuhkan Mahkamah Agung terhadap Adelin Lis
merupakan pertanda baik bagi penegakan hukum kehutanan di Indonesia. Maklum saja, sebelum
dinyatakan bersalah, Adelin Lis diputus bebas di Pengadilan Negeri Medan. Putusan PN Medan
pada bulan November 2007 merupakan anti klimaks upaya penghukuman pelaku kelas kakap
illegal logging.

Putusan PN menambah daftar panjang pelaku illegal logging yang diputus bebas. Meski
secara normatif putusan kasasi yang dijatuhkan Mahkamah Agung sudah cukup baik, tapi
persoalan selanjutnya adalah pelaksanaan eksekusi terhadap putusan tersebut. Putusan
Mahkamah Agung memidana Adelin Lis selama 10 tahun penjara, denda Rp 1 miliar subsider
enam bulan kurungan, serta membayar uang pengganti Rp 119,8 Milyar dan dana reboisasi 2,938
juta Dollar AS susah untuk dilakukan. Dengan kaburnya Adelin Lis, maka proses pemenjaraan
dan pengembalian kerugian Negara tidak bisa dilakukan dilakukan. Pengembalian kerugian
negara susah dilakukan karena sejak awal aparat penegak tidak membekukan asetaset Adelin Lis
sebagai jaminan.

Di samping itu, poin penting lain dari putusan bersalah, yakni penindakan terhadap pelaku
lain yang terlibat seperti pejabat daerah dan pusat. Berdasarkan faktafakta hukum, banyak
Pejabat Negara Daerah dan Pusat yang bermain dalam kasus Adelin Lis. Praktek illegal logging
yang dilakukan Adelin Lis tidak akan berjalan lancar, jika tidak dibantu oleh pejabat pemerintah.
Penegak hukum hanya berani membawa tersangka seperti Oscar Sipayung (Direktur Utama PT
KNDI), Washington Pane (Direktur Kertas Kerja No. 4/AH2/08/2008 ELSDA Institute Page 2
Perencanaan dan Produksi PT KNDI), Budi Ismoyo (Kadis Kehutanan Kab Madina periode
2006), dan Sucipto (mantan Kadis Kehutanan Madina periode 2002) ke pengadilan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana proses hukum yang dialami oleh pelaku?
2. Apa tuntutan yang diajukan oleh jaksa?
3. Bagaimana putusan hakim terhadap pelaku?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses hukum yang dialami oleh pelaku.

2. Untuk mengetahui tuntutan yang diajukan oleh jaksa.

3. Untuk mengetahui putusan hakim terhadap pelaku.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biodata pelaku

Adelin Lis (lahir di Medan, 15 Agustus 1967; umur 50 tahun) adalah putra dari Acak Lis,
pemilik PT Mujur Timber, perusahaan pengolah kayu gelondongan menjadi tripleks serta kayu
lapis (plywood) di Sibolga. Sepeninggal Acak, perusahaan diwariskan ke empat putranya,
termasuk Adelin.

Keluarga Lis mengembangkan bisnis dengan mendapatkan sejumlah Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) di Provinsi Sumatera Utara, salah satunya adalah PT Keang Nam Development Indonesia
(KNDI) yang memiliki HPH seluas 58.590 hektare sejak 1998 dengan masa berlaku 55 tahun.
Penguasaan sektor hulu dan hilir ini menjadikan usaha keluarga Lis sebagai raja perkayuan
Sumatera dan menjadi penggerak utama ekonomi Kota Sibolga. Keluarga ini juga memasuki
bisnis perkebunan dan perhotelan.

B. Kronologi

Januari 2006, Kepolisian Daerah Sumatera Utara membongkar kasus pembalakan liar, yang
diduga dilakukan Inanta Timber ( memiliki HPH 40.600 hektare ) dan Keang Nam ( HPH 58.500
hektare )
8 September Adelin Lis di tangkap di Beijing
27 September 2006, Menteri Kehutanan M. S. Kaban mengeluarkan surat bernomor S 613/
Menhut-II/2006/27 September 2006. Isinya,Adelin Lis hanya melakukan pelanggaran
administrasi, bukan tindak pidana. Hukumannya hanya denda
20 Juni 2007, Adelin Lis mulai disidangkan
22 Oktober 2007, jaksa menuntut Adelin 10 tahun penjara, denda Rp. 1 Milliar, serta ganti rugi
Rp. 119 Milliar, dan US $ 2,9 juta
5 November 2007, Adelin Bebas, Pengadilan menyatakan Adelin tidak melakukan tindak
pidana tapi hanya kelalaian administrasi.
- 31 Juli 2008 JPU mengajukan kasasi. Vonis kasasi MA memutuskan terdakwa Adelin Lis
bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan menjatuhkan pidana penjara 10 tahun dan denda
Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan.

C. Fakta Hukum

1. Bahwa Tersangka Adelin Lis selaku Direktur Keuangan / Umum di PT. Keang Nam
Development Indonesia tidak pernah mengeluarkan dana operasional untuk kegiatan
sistim Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia ( TPTI ) yang mengakibatkan
penebangan pohon kayu hasil hutan dari periode tahun 2000 s/d tahun 2005 tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, antara lain lokasi penebangan berada diluar Blok
Tebangan / Petak Tebangan Rencana Karya Tahunan (RKT) yang menimbulkan
kerusakan hutan.

2. Bahwa PT. Keang Nam Development Indonesia milik Adelin Lis diduga melakukan
penebangan di luar RKT pada periode 20002005. Hal ini dapat dilihat dalam titiktitik
koordinat:

a) Tahun 2000 berada pada titik koordinat 000 57 22,4 LU dan 990 03 26,4 BT,
kemudian diploting kedalam Peta Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2000,
diketahui Posisi Titik Koordinat tersebut berada diluar RKT 2000 dalam IUPHHK PT.
Keang Nam Development Indonesia, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan
hasil penebangan 12.153 batang atau volume 30.706,02 M, dengan jenis Meranti, Kapur,
Keruing, Damar, Resak, Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.

b) Tahun 2001 berada dilokasi Jalan Danau KM 12, berada diluar Rencana Kerja Tahunan
(RKT) 2001, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan hasil penebangan 11.521
batang atau volume 24.497,95 M, dengan jenis Meranti, Kapur, Keruing, Damar, Resak,
Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.
c) Tahun 2002 berada pada titik koordinat 000 55 06,9 LU dan 990 07 09,0 BT,
kemudian diploting kedalam Peta Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2002,
diketahui Posisi Titik Koordinat tersebut berada diluar RKT 2002 dalam IUPHHK PT.
Keang Nam Development Indonesia, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan
hasil penebangan 24.533 batang atau volume 51,340.73 M, dengan jenis Meranti, Kapur,
Keruing, Damar, Resak, Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.

d) Tahun 2003 berada pada titik koordinat 000 54 55,6 LU dan 990 06 55,4 BT,
kemudian diploting kedalam Peta Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2003,
diketahui Posisi Titik Koordinat tersebut berada diluar RKT 2003 dalam IUPHHK PT.
Keang Nam Development Indonesia, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan
hasil penebangan 9,027 batang atau volume 20,334.51 M, dengan jenis Meranti, Kapur,
Keruing, Damar, Resak, Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.

e) Tahun 2004 berada pada titik koordinat 000 55 30,8 LU dan 990 04 25,3 BT,
kemudian diploting kedalam Peta Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2004,
diketahui Posisi Titik Koordinat tersebut berada diluar RKT 2004 dalam IUPHHK PT.
Keang Nam Development Indonesia, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan
hasil penebangan 7,961 batang atau volume 21,250.88 M, dengan jenis Meranti, Kapur,
Keruing, Damar, Resak, Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.

f) Tahun 2005 berada pada titik koordinat 000 56 50,4 LU dan 990 05 21,2 BT dan
titik koordinat 000 54 06,9 LU dan 990 06 43,3 BT, kemudian diploting kedalam Peta
Lampiran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2005, diketahui Posisi Titik Koordinat tersebut
berada diluar RKT 2005 dan juga berada diluar IUPHHK PT.

Keang Nam Development Indonesia, dengan menggunakan alat mesin Chain Saw dan
hasil penebangan 12,874 batang atau volume 28.299,85 M, dengan jenis Meranti, Kapur,
Keruing, Damar, Resak, Jelutung dan Kelompok Rimba Campuran.

3. Bahwa Perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia sejak tahun 2000 s/d tahun
2005 ada melakukan pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana
Reboisasi (DR), akan tetapi bukan atas kayu bulat yang ditebangnya, melainkan
berdasarkan LHP Fiktif.
4. Bahwa berdasarkan Audit Ahli dari BPKP menyatakan kerugian negara:

a) Nilai Tegakan kayu yang ditebang di luar RKT = Rp. 108.911.266.400,00.

b) Provisi Sumber Daya Hutan ( PSDH ) = Rp. 10.891.126.640,00.

JUMLAH = Rp. 119.802.393.040 dan Dana Reboisasi = US $ 2.938.556,24.

D. Dakwaan

Adelin Lis didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan dakwaan No. B
07/N.2.10/Ft.2/06/2007.

Dakwaan JPU tersusun secara kombinasi, yaitu: kombinasi antara dakwaan kumulatif dan
dakwaan subsidair. Dalam kondisi dakwaan kombinasi seperti ini, berarti JPU wajib untuk
membuktikan ke2 bentuk dakwaan tersebut, baik kumulatif maupun dakwaan subsidair. Pada
dakwaan kesatu primair, JPU mendakwa terdakwa dengan ancaman pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55
ayat (1) ke1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Jaksa menyatakan, Adelin bersama dengan Direktur Utama PT KNDI Oscar Sipayung dan
Direktur Operasional PT KNDI Washington Pane merambah hutan di kawasan hutan Sikuang
Sungai Natal Kab Madina yang berada di luar Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah
ditetapkan sejak 20002005. Akibat penebangan kayu dan tunggakan Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH) serta tunggakan Dana Reboisasi (DR) negara dirugikan sebesar
Rp119.802.399.040 dan USD2.938.556,24.

Sedangkan pada dakwaan kedua primair, JPU mendakwa Terdakwa dengan ancaman pidana
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 50 ayat 2 Jo Pasal 78 ayat (1) dan ayat (14) UU No. 41
Tahun 1999 Jo UU No. 19 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Penebangan hutan yang dilakukan PT KNDI
menurut jaksa, juga tidak dibarengi kegiatan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI) dalam penebangan pohon kayu hasil hutan dari periode 20002005 mengakibatkan
kerusakan hutan yang parah.
E. Tuntutan

Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengajukan tuntutan dengan No. Reg Perkara: PDS
03/N.2.10/Ft.1/03/2007 tanggal 22 Oktober 2007, agar Majelis Hakim PN Medan yang
memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan:

a) Menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersamasama dan
berlanjut sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat
(1) ke1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP dan bersalah melakukan tindak pidana kehutanan
secara bersamasama dan berlanjut sebagaimana diatur dalam Pasal 50 ayat (2) Jo Pasal 78
ayat (1), ayat (14) UU No. 41 Tahun 1999 Jo. UU No. 19 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam
Dakwaan Kesatu Primair dan Dakwaan Kedua Primair.

b) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara 10 tahun dikurangi selama
terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan
dendaRp. 1.000.000.000, (satu milyar rupiah) subs. 6 (enam) bulan dan membayar uang
pengganti secara tanggung renteng dengan Ir. Oscar A. Sipayung dan Ir. Washington Pane,
Msc, Ir. Budi Ismoyo dan Ir. Sucipto L. Tobing sebesar Rp. 119.802.393.040, dan US $
2.938.556,24 dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terdakwa tidak
dapat melunasi uang pengganti tersebut maka hartanya disita dan apabila hartanya tidak
cukup maka diganti dengan hukuman penjara selama 5 (lima) tahun.

c) Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.5.000 (lima ribu rupiah).

F. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan menilai penebangan hutan yang dilakukan PT
KNDI hanya merupakan kelalaian administrasi, bukan pidana. Soal pidana korupsi, menurut
majelis hakim, tidak terbukti adanya penebangan hutan di luar areal RKT (rencana kerja
tahunan). Dengan begitu, dakwaan penunggakan provisi sumber daya hutan dan dana reboisasi
tidak terbukti pula. Dalam amar putusannya, majelis hakim menilai bukti yang diajukan jaksa
kurang lengkap. Tidak ada foto atau video yang membuktikan kerusakan hutan yang dituduhkan.
Saksi ahli dari Institut Pertanian Bogor yang diajukan jaksa, yakni Basuki Wasis dan Darsono,
pun dinilai tidak kuat. Bagaimana saksi bisa membuktikan kerusakan hutan hanya dengan
penelitian lapangan selama satu hari, yang seharusnya dilakukan selama dua bulan, untuk area
seluas 58 ribu hektare milik keluarga Adelin Lis? Karena itu, hakim pun meloloskan Adelin dari
jerat pasal perusakan hutan.

Walaupun mengakui PT KNDI tidak menerapkan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI), hakim menyerahkan sanksinya kepada menteri kehutanan sebagai pemberi dan
pencabut izin HPH. Dengan kata lain, majelis sepakat bahwa PT KNDI hanya dikenai sanksi
administratif atas perusakan maupun pelanggaran hukum lain terhadap 58 ribu ha hutan di
Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Madina.

Dalam putusan, majelis juga menyatakan bahwa izin HPH PT KNDI masih sah hingga
sekarang. Mereka berpegang pada surat sakti Menhut M.S. Kaban kepada Kapolda Sumatera
Utara bertanggal 21 April 2006 dan Kapolri Jenderal Sutanto bertanggal 7 Juni 2006. Inti surat
Menhut ke Kapoldasu yang sempat menjadi polemik itu, antara lain, menyebutkan, PT Mujur
Timber, PT Inanta Timber, dan PT Keangnam Development merupakan perusahaan swasta
PMDN yang memiliki IUPHHK/HPH. Kaban juga minta Kapoldasu memproses kasus tersebut
secara objektif. Kapoldasu juga diminta dapat membedakan pelanggaran administratif dan
pelanggaran pidana.

Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2240/Pid.B/2007/PN.MDN berbunyi:

1. Menyatakan terdakwa Adelin Lis tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya baik dalam dakwaan kesatu
dan dalam dakwaan kedua;

2. Membebaskan terdakwa Adelin Lis oleh karena itu dari segala dakwaan;

3. Memulihkan hak terdakwa, dalam kedudukan, kemampuan, harkat serta martabatnya semula;

4. Memerintahkan agar terdakwa dikeluarkan dari dalam tahanan;


5. Menyatakan barang bukti berupa no. Urut 1 sampai dengan 16 digunakan dalam berkas
perkara Ir. Budi Ismoyo;

6. Membebankan biaya perkara kepada negara.

G. Putusan Kasasi

Vonis kasasi terhadap Adelin Lis dibacakan dalam sidang pada 31 Juli lalu oleh Majelis
hakim agung yang terdiri Bagir Manan (Ketua Majelis) dengan anggota, Djoko Sarwoko, Artidjo
Alkostar, Harifin A Tumpa dan Mansyur Kartayasa. Di dalam pertimbangannya, majelis hakim
menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Medan (yang memvonis bebas Adelin Lis,red) telah salah
menerapkan hukum. Di antaranya, terkait keterangan saksi dan ahli. Djoko mengatakan ada
sekitar 23 saksi maupun ahli yang keterangannya tak menjadi dasar pertimbangan majelis hakim
tingkat pertama itu. Saksi maupun ahli tersebut terdiri dari berbagai bidang. Mereka adalah dari
pihak departemen kehutanan, kepolisian dan ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Majelis
hakim PN justru mendengarkan keterangan saksi yang sudah mencabut keterangannya,
sedangkan keterangan saksi dan ahli yang penting tak dipertimbangkan.

Vonis MA memutuskan terdakwa Adelin Lis bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan
menjatuhkan pidana penjara 10 tahun dan denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan. Adelin
juga harus membayar uang pengganti Rp 119.802.393.040 dan US$ 2.938.556,24. Jika dalam
waktu 1 bulan uang tidak dibayar, maka Adelin dikenai hukuman 5 tahun penjara. Dengan
putusan ini, maka MA membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No 2240 Bid B tahun
2007 yang menjatuhkan vonis bebas pad Adelin.

H. Analisis kasus

Bebasnya Adelin Lis telah menjadi isu publik yang paling mengherankan bagi banyak
pihaknya. Melihat berbagai kerusakan yang ada, beberapa laporan-laporan pelanggaran
administratif, dan juga dugaan korupsi yang sudah diduga kuat oleh para penyidik, bebasnya
Adelin lis sungguh di luar dugaan.Polri dan Kejaksaan yang menyelidiki kasus ini, dibuat kaget
oleh keputusan majelis hakim yang mengeluarkan putusan bebas pada Adelin Lis. Banyak pihak
yang mempertanyakan keputusan tersebut termasuk Polri dan Kejaksaan. Bahkan Kejaksaan
melalui Jaksa Agung, Hendarman Supardji, sempat mengatakan akan mengajukan eksaminasi.

Ditengah banyaknya keraguan terhadapan putusan majelis hakim yang memvonis bebas
Adelin Lis, banyak juga pihak yang mengappreciate keputususan hakim tersebut. Setelah
melihat semua berkas yang terkait, majelis hakim dinilai tidak menyalahi sedikitpun ketentuan
dan prosedur hukum. MA berencana menaikkan jabatan para hakim tersebut. Bahkan ada sebuah
organisasi yang menyebut diri peduli hukum memberi penghargaan pada para hakim tersebut,
karena dinilai tidak terkena intervensi dan menyalahi prosedur hukum. Lalu setelah melihat
kenyataan yang ada, siapa lagi yang harus bertanggung jawab atas kasus tersebut. Jaksa dan Polri
yang sebelumnya menyalahkan para hakim, dibuat kaget dengan kejadian tersebut. Buntutnya
Komisi Yudisial berencana memeriksa para Hakim, namun ditolak oleh MA karena KY dinilai
tidak punya wewenang.

MA balik menuduh Kejaksaan yang bertanggung jawab dalam kasus ini. lemahnya bukti
yang dilaporkan Kejaksaan diduga menjadi sebab utama dalam kasus ini. JPU selalu berasumsi
pelanggaran administratif secara otomatis akan menjadi pelanggaran pidana. Aspek lain terkait
sulitnya pembuktian hukum lingkungan adalah berubahnya kualitas alat bukti karena pengaruh
waktu dan perlakuan. Mungkin ini adalah beberapa sebab yang dinilai menjadi kelalaian Jaksa.
Buntutnya Jaksa Agung memutasi dua Jaksa yang mengurus kasus ini.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Melalui contoh pada kasus ini, ada baiknya kita belajar bahwa segala putusan Hakim
yang kontrovesial tidaklah selalu salah. Tugas Hakim hanyalah menentukan salah tidaknya
perkara setelah mempelajari berkas dan bukti-bukti yang diserahkan Kepolisian dan Kejaksaan
selaku penyidik. Pertanyaan muncul kepada Polri selaku pengumpul bukti dilapangan dan juga
Kejaksaan. Yang terjadi Polisi dan Kejaksaan saling tuduh, seorang penyidik dari Kepolisian
menyatakan keheranannya atas dihapuskannya Pasal 12 dan 13 Undang-Undang Pemberantasan
Korupsi oleh jaksa.

Padahal, ujar sumber tersebut, pasal yang diajukan polisi itu kuat untuk menjebloskan
Adelin ke bui. Sumber yang juga salah satu pejabat penting di Polda Sumatera Utara itu
menyesalkan pula jaksa yang tidak meminta video kerusakan hutan yang dilakukan Adelin. Dari
dulu, kami siap menyerahkan video itu. Karena salah satu alasan hakim adalah tidak adanya
bukti seperti foto, video atau lainnya.

Semua tampak seperti sebuah sandiwara yang telah tersusun rapi dan indah layaknya
sebuah skenario. Pihak-pihak terkait hanya saling tuduh dan membenarkan diri sendiri untuk
mencari simpati masyarakat.

Saran

Memiliki kawasan hutan yang selalu terjaga dan lestari merupakan dambaan bagi setiap
masyarakat. Saat ini banyak terjadi pembalakan liar yang merusak lingkungan hutan dan
mengancam kelestarian alam hutan. Untuk itu, kebersamaan dalam menjaga lingkungan kawasan
hutan sangat perlu kita lakukan. Agar harapan kita semua untuk memiliki hutan yang lestari
dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/mobile/doc/10883783/Zainal-Arifin-Analisis-Putusan-Adelin-Lis

https://id.wikipedia.org/wiki/Adelin_Lis

https://omenmartin.wordpress.com/2008/01/27/kasus-hukum-adelin-lis-part-3/

https://www.google.co.id/amp/s/omenmartin.wordpress.com/2008/01/24/kasus-hukum-adelin-
lis-part-2/amp/

Anda mungkin juga menyukai