Anda di halaman 1dari 5

JUNI 2021 | NOMOR: LPPM-UB/PB-KP/001/21

NOMOR HAKI : 000256264

1
Ringkasan
Tuntutan peraturan dan perubahan mendorong tumbuhnya inovasi di sektor public, termasuk inovasi daerah. Penelitian
Penyusunan Data Base Inovasi Daerah Kota Malang berupaya menyiapkan data eksisting inovasi daerah sebagai bagian dari
pemenuhan regulasi dan kebutuhan perubahan pemerintahan daerah. Lebih dari itu, studi ini melakukan analisis keberlanjutan
inovasi yang menemukan 16 (25 persen) dari total 64 inovasi yang ditelaah mengalami stagnasi dan layu/mati. Beberapa kendala
yang menghambat keberlanjutan inovasi, yaitu dukungan pengembangan ASN pengelola inovasi, dukungan anggaran,
dukungan regulasi, komitmen pemimpin, pemanfaatan data dan informasi, dan keberadaan unit pengelola inovasi. Guna
menjamin keberlangsungan inovasi, maka studi ini merekomendasikan pembuatan Perda Kota Malang tentang Inovasi Daerah.
Bagian-bagian yang direkomendasikan diatur dalam perda tersebut, yaitu pembentukan laboratorium atau inkubator inovasi,
penganggaran dan pembiayaan inovasi, kolaborasi dan replikasi inovasi, pengukuran kinerja dan manfaat inovasi, digitalisasi
inovasi, pelibatan masyarakat, dan konvensi dan kompetisi inovasi.

Data Base Inovasi Daerah


Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan telah menyusun
indikator alat ukur pencapaian inovasi daerah. Capaian inovasi (kegiatan, program, kebijakan) berupa luaran (output)
dan manfaat (outcome). Berdasarkan itu, Bappeda Kota Malang melaksanakan penyusunan Data Base Inovasi Daerah
yang dilaksanakan Pemerintah Kota Malang sebagai penyelenggara sekaligus pelaksana inovasi. Bentuk inovasinya
terdiri dari inovasi tata kelola, pelayanan publik, dan inovasi lainnya. Maka, urgensi Penyusunan Database Inovasi
Daerah ini sebagai bahan Laporan Inovasi Daerah Kota Malang kepada Menteri Dalam Negeri.
Tidak berhenti pada penyusunan data base, kegiatan ini
berupaya pula menggali bekerjanya dan keberlanjutan inovasi-
inovasi daerah tersebut. Merujuk studi OECD (2017) terdapat
lima faktor yang berkontribusi mendorong inovasi bekerja dan
terus bertahan, yaitu 1) kemampuan dan ruang kreatifitas para
inovator; 2) keberadaan unit khusus untuk mengatasi hambatan
inovasi; 3) adanya strategi manajemen risiko inovasi; 4)
pemanfaatan kekuatan data, informasi, dan pengetahuan untuk
berinovasi; 5) fleksibilitas sistem penganggaran dan alokasi
angaran untuk inovasi.
Studi OECD (2019) lainnya mengungkap adanya dua faktor
lain sebagai pendorong lahir dan berkembangnya inovasi dalam
Figure 1 TWUIN Command Center Inovasi PDAM Kota Malang kerangka desentralisasi. Daerah otonom berkesempatan
mendorong inovasi melalui ekperimen (uji coba) inovasi dan pelibatan warga dalam tahapan inovasi. Maka, analisis
keberlanjutan penting guna mengetahui perkembangan inovasi, kontribusinya terhadap kemanfaatan publik, dan
upaya-upaya mendorong keberlanjutannya.

Tabel 1. Inovasi Daerah Kota Malang 2021


Pelayanan Publik Tata Kelola Inovasi Daerah lainnya
SAMPADE GAMPIL BERSUAMI
E-TAX SIPRETI BOM
E-BPHTB SIMAS Musrenbang Tematik
E-SPPT SIPALDI Rolak Ku Indah
Andok Petis SIKIPA Kampung Telolet OM
ADUHBRA ATCS Konservasi Sumber Daya Air
Berbasis Partisipasi Masyarakat
SI-IZOL E-Parking E-TLOGOMAS
Bilik OSS (Online Single Submision) SIM PKB Pemanfaatan Hatinya PKK
SI PETARUNG Early Warning System (EWS) Banjir Pasar Mbois
Lentera Kasih Disabilitas Si Database Toko Modern TAZOKRAF
Belimbing SINAM Si Data Industri Malang Flower Carnival
Pelayanan KB Bergerak SURADI AIKID

2
BPNTD SIRARA PKS-LH
e-pkdrt.malangkota.go.id E-Finance Kampung Bersinar (bersih sehat
indah dan rapi)
SI BANSOS Monitoring SP2D Si Ikan Nila
DOTSKOM SIPEX
E-Retribusi Limbah IPLT SIMBADA
Pojok Braille JASKOD
Malang Cilin LMS (Learning Management System)
sembakomalang.com Manteb Media Egov
Malang Menyapa
Simbahe
Puskeswan
IPAL Komunal Berbasis Masyarakat
Pojok Baca di Kelurahan Kebonsari
TWUIN
Si Raja
Sicovid
Sidig Kesatu

Sebagai klarifikasi konseptual, definisi inovasi daerah dalam studi ini, yaitu semua bentuk pembaharuan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah (sesuai Pasal 1 PP 38/2017). Upaya pembaruan dilakukan oleh pemerintah
daerah dan/atau berkolaborasi dengan pihak lain. Inovasi daerah ditujukan untuk untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Target konkretnya untuk percepatan perwujudan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan dan pelibatan masyarakat, dan peningkatan daya saing
Daerah.
Penyusunan data base inovasi daerah merujuk pada indikator yang disusun dalam Permendagri 104/2018 tentang
Penilaian dan Pemberian Penghargaan dan/atau Insentif Inovasi Daerah. Permendagri ini merupakan implementasi
dari PP 38/2017 tentang Inovasi Daerah dan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Sementara analisis keberlanjutan inovasi merujuk pada kategori keberlanjutan inovasi daerah (JPIP, 2014) dalam
tiga kategori, yaitu inovasi berkembang (blooming), inovasi stagnan (tidak berkembang atau tidak dimatikan), dan
inovasi layu atau tidak berlanjut. Analisis lebih lanjut keberlangsungan inovasi daerah merujuk pada Studi OECD
(2017 dan 2019) sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Studi ini dilakukan selama 4 bulan mulai Maret hingga Juni 2021. Secara konsisten studi ini menerapkan
metodologi kualitatif dengan pilihan metode penelitian yang relevan dalam studi inovasi, yaitu metode analisis
observasional (Gains dalam t’Hart dan Rhodes (eds.), 2014). Analisis observasional memungkinkan peneliti untuk
menyediakan deskripsi yang tebal (thick description) mengenai inovasi daerah. Observasi dinilai mampu mengungkap
keberlanjutan inovasi dan dunia atau konteks di sekitar inovasi yang diobservasi.
Secara operasional studi ini mengobservasi (verifikasi, wawancara, dan pengamatan) 64 inovasi daerah pada 30
perangkat daerah dan/atau unit yang sudah berusia setidaknya dua tahun hingga saat pengumpulan data
dilaksanakan. Selain studi lapangan, tiga tahapan konfirmasi terhadap sumber data juga dilakukan, yaitu 1)
presentasi proposal di hadapan perangkat daerah untuk mendapat masukan terkait substansi dan instrument
penelitian (Maret 2021); 2) presentasi laporan antara di hadapan perangkat daerah untuk mendapat konfirmasi
mengenai temuan dan analisis (April 2021); 3) presentasi laporan akhir untuk mendapat konfirmasi dan masukan
hasil analisis temuan dan rekomendasi kebijakan (Juni 2021).

3
Keberlanjutan Inovasi Daerah
Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi terhadap 64 inovasi
daerah Kota Malang, studi menemukan bahwa inovasi pelayanan
publik (29 inovasi) secara kuantitas lebih banyak dari inovasi tata kelola
(20) dan inovasi daerah lain (15 inovasi daerah). Menariknya, usulan
inisiatif inovasi daerah mayoritas berasal dari ASN (60 persen).
Selanjutnya, usulan inovasi berasal dari perangkat daerah (31 persen),
inisiasi masyarakat (6 persen), dan kepala daerah (3 persen)
Dari aspek operasional jenis inovasi daerah yang berjalan di Kota
Malang, sebanyak 36 inovasi berbasis digital, 16 inovasi nondigital, dan
Figure 2 Inisiator Inovasi 12 inovasi jenis hybrid.
Dari 64 inovasi daerah, 50 inovasi di Kota Malang telah mendapat
jaminan regulasi inovasi (78 persen). Sedangkan sisanya belum mendapat jaminan regulasi. Terkait dukungan
anggaran, 51 persen anggaran inovasi sudah dilaksanakan dan dievaluasi, 22 persen anggaran inovasi sudah ada
sampai tahap pelaksanaan (14 inovasi), 8 persen anggaran sudah ada dalam tahap perencanaan (5 inovasi). Sisanya,
19 persen inovasi tidak memiliki dukungan anggaran (12 inovasi).
Dalam hal dukungan regulasi jangka menengah, sejumlah 23 persen perangkat daerah telah menuangkan rencana
pengembangan inovasi dalam renstra perangkat daerah. Sebanyak 6 persen perangkat daerah sudah menuangkan
pengembangan inovasi ke dalam renstra dan 46 persen perangkat daerah sudah menuangkan pengembangan inovasi
ke dalam renstra dan telah dilaksanakan. Sedangkan sisa 25 persen perangkat daerah belum menuangkan rencana
pengembangan inovasi dalam Renstra.
Hasil studi mengungkap perkembangan Inovasi Daerah Kota Malang. Dari 64 Inovasi Daerah yang digagas oleh
30 perangkat daerah, sebanyak 48 inovasi berkembang, 11 inovasi stagnan, dan dan 5 inovasi layu. Temuan lain
menunjukkan adanya interdependensi antara jenis inovasi berdasarkan aspek operasionalnya dan keberlanjutan
inovasi. Sejumlah 98 persen inovasi masih dibutuhkan oleh masyarakat/penerima manfaat. Sementara 2 persen
Inovasi Daerah sudah tidak dibutuhkan oleh pengguna (1 inovasi) sehingga layu.
Analisis data base inovasi daerah juga menemukan 73 persen
penyelenggara inovasi melakukan upaya terus-menerus
mengembangkan SDM pengelola inovasi. Sebaliknya, 27 persen lainnya
tidak melakukan upaya tersebut.
Kemudian, diketahui 56 persen inovasi memiliki anggaran yang
memadai untuk membiayai keberlanjutan inovasi, 20 persen inovasi
terkendala keterbatasan anggaran, dan 24 persen inovasi daerah tidak
memiliki anggaran inovasi. Mengenai pengelolaan anggaran, sejumlah
43 inovasi, pengelolaan dan pertanggungjawaban anggarannya
mendukung keberlanjutan inovasi. Sisanya, 21 inovasi, pengelolaan dan
pertanggungjawaban anggarannya tidak mendukung keberlanjutan
inovasi.
Berdasarkan aspek keberlanjutan lainnya, terdapat 53 persen inovasi
daerah memiliki unit khusus dan 47 persen inovasi tidak memiliki unit
khusus. Berikutnya, 61 persen inovasi daerah telah memiliki strategi
manajemen risiko dan 39 persen inovasi daerah lainnya yang tidak
Figure 3 Determinan bagi Inovasi Daerah memiliki. Selanjutnya terkait knowledge management inovasi, sejumlah 78
persen inovasi telah memanfaatkan data, informasi, dan pengetahuan
terkait kinerja inovasi, walaupun dalam praktiknya belum berjalan optimal. Sisanya, 22 persen lainnya tidak
melakukan knowledge management.
Dalam aspek ketersediaan regulasi yang menjamin keberlangsungan inovasi, terdapat 51 persen inovasi yang
memiliki regulasi, 5 persen regulasinya masih dan tahap perancangan, dan 44 persen inovasi tidak memiliki regulasi.
Aspek penting lainnya berupa keberpihakan pemimpin. Wawacara dan verifikasi menunjukkan 97 persen pemimpin
OPD di Kota Malang berpihak atau mendukung inovasi. Hanya 3 persen pemimpin yang tidak mendukung inovasi.

4
Terakhir, studi ini berhasil mengungkap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap lahir dan berkembangnya
inovasi daerah di Kota Malang. Sejumlah 26 persen informan menjawab kepemimpinan pro-inovasi sebagai faktor
penentu dalam tumbuh dan berkembangnya inovasi daerah. Faktor pendukung lainnya secara berurutan, yaitu
faktor regulasi yang menjamin keberlangsungan inovasi (18 persen), alokasi anggaran yang memadai (13 persen),
knowledge management (13 persen), strategi manajemen risiko (10,7 persen), pengelolaan dan pertanggung jawaban
anggaran inovasi (9 persen), ketersedian unit khusus untuk mengembangkan inovasi (7 persen), upaya terus-menerus
mengembangkan SDM pengelola inovasi (2,5 persen), dan faktor-faktor lainnya (0,8 persen) (kebutuhan masyarakat,
komitmen pelaksana, master plan inovasi daerah, dan fasilitas penunjang inovasi).

Rekomendasi Kebijakan atau replikasi inovasi internal antar OPD atau unit
Guna menjamin keberlanjutan dan mendapat manfaat di Kota Malang
optimal dari inovasi daerah, maka studi ini 5. Pengukuran kinerja inovasi daerah meliputi: 1)
merekomendasikan pembuatan Peraturan Daerah Kota Menerapkan pengukuran kinerja dan kemanfaatan
Malang tentang Inovasi Daerah. Sejumlah aspek yang inovasi bagi pengguna; 2) Penetapan inovasi
diatur dalam peraturan tersebut, yaitu:
daerah sebagai kriteria penilaian kinerja kepala
1. Pendirian gugus tugas atau unit khusus pada
perangkat dan/atau kepala unit.
masing-masing perangkat daerah dan/atau unit
6. Digitalisasi inovasi meliputi: 1) Mendorong
pelayanan sebagai laboratorium inovasi yang
bertugas memproduksi, mengawal, dan digitalisasi inovasi daerah; 2) Pengintegrasian
mengembangkan inovasi. inovasi berbasis digital (mobile /website) sejenis guna
2. Paket pengembangan inovasi daerah kepada ASN mendorong penyelenggaraan inovasi daerah yang
pengelola inovasi daerah, meliputi: 1) pelatihan lebih efisien dan efektif.
pengelolaan anggaran inovasi yang akuntabel; 2) 7. Pelibatan masyarakat dalam menjalankan dan/atau
pelatihan knowledge management kepada unit mengembangkan inovasi
pelayanan atau OPD innovator guna meningkatkan 8. Konvensi dan kompetisi inovasi meliputi: 1)
kemampuan pengolahan dan pemanfaatan data Penyelenggaraan konvensi dan kompetisi inovasi
inovasi daerah; 3) pelatihan digitalisasi inovasi daerah secara berkala pada tingkat kota dan/atau
daerah; 4) pelatihan desain inovasi daerah perangkat daerah; 2) Mengikuti konvensi dan
3. Penganggaran dan pembiayaan inovasi daerah
kompetisi inovasi daerah pada tingkat provinsi,
meliputi: 1) Penyediaan anggaran khusus untuk
nasional, dan internasional.
pengembangan inovasi pada tingkat unit
9. Mencatatkan HAKI/Paten seluruh rancang bangun
pelayanan atau OPD; 2) pembiayaan implementasi
inovasi daerah Kota Malang kepada Kementerian
yang sudah berjalan.
Hukum dan HAM Republik Indonesia untuk
4. Kolaborasi dan replikasi inovasi daerah meliputi: 1)
melindungi hak moral (moral rights) bagi penemu
Kerja sama kolaboratif lintas OPD dalam
inovasi sehubungan dengan kepemilikan Inovasi
memproduksi, mengimlplementasikan, dan
Daerah yang menjadi milik Pemerintah Kota
mengembangkan inovasi; 2) Memfasilitasi transfer
Malang, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 20
ayat (3) PP 38 tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.
Referensi:
Hasil Penelitian ‘Penyusunan Data Base Inovasi Daerah Kota Malang tahun 2021’. 2021. Tidak dipublikasikan.
OECD (2017). Fostering Innovation in the Public Sector. OECD Publishing
OECD (2019). (2019). Making Decentralisation Work: A Handbook for Policy-Makers. OECD Publishing.
Rhodes, R. A. W., & Hart, P. T. (Eds.). (2014). The Oxford handbook of political leadership. Oxford University Press.
The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). 2014. Evaluasi Keberlanjutan 55 Inovasi Daerah Pemenang Otonomi Awards 2004-2013.

Penulis Policy Brief : Wawan Sobari, Ibnu A. Pohan, Fathur Rahman berdasarkan hasil penelitian “Penyusunan Data Base Inovasi
Daerah Kota Malang Tahun 2021”.
Penulisan policy brief didukung Pemerintah Kota Malang dan LPPM Universitas Brawijaya dalam rangka kerjasama penelitian tahun
2021. Penelitian ini dibiayai APBD Kota Malang tahun 2021.

LPPM Universitas Brawijaya


Gedung Layanan Bersama Lt. 6-8 Jl. Veteran Malang 65145, Indonesia
Telp. 0341-575824 (Hunting), 584394 Fax. 0341-575828, 575825 Email : lppm@ub.ac.id Website : http://lppm.ub.ac.id
5

Anda mungkin juga menyukai