1, hal 36 - 58
Eka Setyorini
Universitas Sebelas
Maret
ekarien19@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi niat penggunaan sistem
informasi dana desa (SISKEUDES). Responden dalam penelitian ini adalah perangkat desa
sebagai operator SISKEUDES. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus sampling, menghasilkan 212 responden.
Penelitian ini menggunakan Model Persamaan Struktural dengan menggunakan Partial Least
Square (PLS) sebagai metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sumber daya
manusia dan faktor sosial mempengaruhi penggunaan SISKEUDES. Selain itu, kualitas sistem
yang dirasakan, manfaat yang dirasakan dan kemudahan penggunaan yang dirasakan sebagian
memediasi hubungan antara kualitas sumber daya manusia dan niat untuk menggunakan
SISKEUDES. Sebaliknya,
Kata kunci: dana desa, kualitas sumber daya manusia, penggunaan sistem informasi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi minat menggunakan sistem
informasi dana desa (SISKEUDES). Responden penelitian adalah aparat pemerintah desa, yaitu
operator SISKEUDES. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode pengambilan sampel
adalah metode sensus yang menghasilkan 212 responden. Penelitian ini menggunakan Structural
Equation Model dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) sebagai metode analisis. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia dan faktor sosial yang memengaruhi
minat menggunakan SISKEUDES. Lebih lanjut, persepsi kualitas sistem, persepsi manfaat
penggunaan, dan persepsi kemudahan penggunaan secara memediasi hubungan antara sumber daya
manusia dan minat menggunakan SISKEUDES. sebaliknya,
Kata kunci: dana desa, kualitas sumber daya manusia, penggunaan sistem informasi
37 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
PENGANTAR
Otonomi daerah merupakan upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyat. Otonomi daerah
lahir dari paradigma bahwa pemerintah pusat membuat beberapa daerah merasa kurang
diperhatikan yang akhirnya menimbulkan konflik, baik vertikal maupun horizontal. Pemberian
otonomi daerah memungkinkan setiap daerah untuk dapat mengoptimalkan potensi sumber daya
yang dimiliki dan mendorong pembangunan daerah sesuai dengan karakteristik ekonomi, sosial
budaya dan geografi.
Indonesia memasuki era pemerintahan desentralisasi yang ditandai dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Keuangan
Daerah. Dalam era desentralisasi, daerah akan memiliki kewenangan berupa tanggung jawab,
pembangunan daerah, politik, pelayanan publik hingga pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
keuangannya. Dengan adanya pelimpahan kewenangan tersebut diharapkan daerah dapat
membangun wilayahnya sesuai dengan kebutuhan dan potensinya.
Salah satu program pemerintah di era desentralisasi adalah dana desa yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Pemerintah pusat melalui Kementerian Desa menyalurkan
dana desa ke seluruh desa di Indonesia. Dana desa memberikan kewenangan kepada desa dan
stimulus untuk memperkuat perekonomian desa. Diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan di desa. Untuk mendukung
implementasi UU No. 6 Tahun 2014, pada tahun 2015, pemerintah pusat mengalokasikan dana
sebesar Rp20,7 triliun yang disalurkan kepada 74.093 desa di seluruh Indonesia. Jumlah dana desa
meningkat menjadi Rp46,9 triliun pada tahun 2016 dan disalurkan ke 74,754 desa (Direktorat
Jenderal Bina Pemerintah Desa 2017). Peningkatan dana desa menunjukkan komitmen pemerintah
pusat untuk mempercepat pembangunan desa sesuai dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo.
Pembangunan infrastruktur di perdesaan menjadi sasaran utama pemanfaatan dana desa.
Namun, program dana desa menimbulkan keraguan dan perdebatan dari berbagai pihak.
Pemberian dana ke desa dinilai efektif dalam mengurangi kesenjangan pembangunan antar desa.
Hal ini juga memberikan kesempatan bagi setiap desa untuk mengelola program
pembangunannya. Di sisi lain, beberapa pihak mempertanyakan kesiapan desa dalam mengelola
dana desa, khususnya terkait dengan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, sistem
informasi yang kurang, dan keterampilan akuntansi yang kurang. Akibatnya, kepala
pemerintahan desa berpotensi salah mengelola dana desa yang dapat dikategorikan sebagai:
korupsi. Sebagai bukti, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan bahwa empat
belas potensi masalah dalam pengelolaan dana desa terbagi dalam empat aspek, yaitu aspek
regulasi dan kelembagaan, aspek pengelolaan, aspek pengawasan dan aspek sumber daya
manusia. Sementara menurut Indonesian Corruption Watch (ICW), potensi korupsi dana desa
karena aspek tata kelola yang lemah, seperti APBDesa dan laporan pertanggungjawaban desa
yang tidak memenuhi standar dan rawan manipulasi. Selain itu, lemahnya regulasi dan
kelembagaan juga menjadi faktor penyebab terjadinya korupsi dana desa. ICW mencatat, selama
periode 2016, terdapat 62 kasus korupsi yang terjadi di pemerintahan desa dengan nilai kerugian
negara mencapai Rp18 miliar.
Untuk mengatasi potensi permasalahan terkait dana desa, Kementerian Dalam Negeri
melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Desa bekerjasama dengan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) meluncurkan sistem berbasis pengelolaan keuangan desa.
aplikasi piranti lunak. Awalnya, aplikasi yang dikembangkan BPKP ini bernama SIMDA Desa.
Dalam perkembangan selanjutnya, namanya diubah menjadi Sistem Keuangan Desa
(SISKEUDES) dan mulai disosialisasikan ke seluruh desa di Indonesia. Sesuai Surat Edaran
Kemendagri No. 143/8359/BPD, aplikasi ini diharapkan dapat digunakan secara bertahap oleh
seluruh desa di Indonesia mulai tahun 2016. Aplikasi SISKEUDES ini diharapkan dapat
mempermudah aparatur desa dalam mengelola dana desa sesuai dengan Permendagri No. 113
Tahun 2014 terkait pengelolaan dana desa. Penggunaan aplikasi ini merupakan prasyarat
pencairan dana desa.
38 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Penerapan teknologi baru dalam suatu organisasi bukanlah hal yang mudah, apalagi terkait
dengan bagaimana pengguna menerima teknologi yang akan diadopsi. Hal ini karena penerapan
teknologi baru akan mempengaruhi seluruh organisasi, terutama sumber daya manusia. Faktor
pengguna harus menjadi perhatian utama yang harus diperhatikan dalam
implementasi sistem baru karena tingkat kesiapan pengguna untuk menerima sistem baru
mempengaruhi penentuan keberhasilan dan kegagalan sistem (Kustono 2011). Hal itu juga terjadi
pada penerapan SISKEUDES. Implementasi sistem memiliki banyak kendala. Sistem aplikasi ini
diimplementasikan pada saat program dana desa sudah berjalan, dan beberapa desa sudah
menggunakan software aplikasi yang dibangun oleh pihak swasta. Selain itu, banyak fitur di
SISKEUDES yang tidak berfungsi. Hal ini semakin diperparah dengan kurangnya pelatihan bagi
aparat desa. Hal-hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi niat aparat desa untuk menggunakan
sistem tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji determinan niat
menggunakan SISKEUDES. Studi ini memperluas literatur yang ada dalam beberapa cara. Pertama,
penelitian ini menggunakan model extended model of technology acceptance model (TAM) dengan
menambahkan faktor-faktor yang relevan dalam konteks SISKEUDES. Dalam studi penerimaan
teknologi, TAM terbukti secara empiris, dan diakui sebagai model yang fleksibel (Alomary dan
Woollard 2015). Ada beberapa model TAM yang diperluas yang memperhitungkan beberapa faktor,
seperti TAM 2 (Venkatesh dan Davis 2000), TAM gabungan dan Teori Perilaku yang Direncanakan
(Taylor dan Todd 1995), UTAUT dan TAM 3 (Venkatesh dan Bala 2008). Namun, kami
mengusulkan TAM modifikasi baru yang mengintegrasikan beberapa faktor yang relevan dalam
konteks SISKEUDES, yaitu kualitas sumber daya manusia, kualitas sistem yang dirasakan, kualitas
informasi yang dirasakan, dan faktor sosial. Kedua, sejauh pengetahuan kami, penelitian ini
merupakan penelitian pertama yang mengkaji determinan niat menggunakan SISKEUDES di
Indonesia dengan menggunakan TAM yang dimodifikasi. TAM telah terbukti berkinerja baik di
lingkungan sukarela dan wajib (Lai 2017).
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk memberikan bukti empiris apakah kualitas sumber daya
manusia dan faktor sosial mempengaruhi minat penggunaan SISKEUES, dan (2) untuk menguji apakah
persepsi kualitas informasi, persepsi kualitas sistem, persepsi manfaat dan persepsi manfaat.
kemudahan penggunaan menengahi
39 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
hubungan antara kualitas sumber daya manusia dan niat untuk menggunakan SISKEUDES. Penelitian
ini dilakukan di Kabupaten Ponorogo karena Kabupaten Ponorogo dipilih oleh BPKP sebagai pilot project
pelaksanaan SISKEUDES di Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Selanjutnya Kabupaten Ponorogo belum
pernah mengimplementasikan aplikasi dana desa apapun termasuk aplikasi yang disediakan oleh pihak swasta
( Muhlis 2017). Artinya aparat desa tidak memiliki pengalaman menangani aplikasi keuangan. Akibatnya,
studi tentang penerimaan mereka pada SISKEUDES mungkin memberikan tanggapan yang murni dan
berharga yang dapat digunakan untuk mengevaluasi implementasi SISKEUDES.
Kualitas Sumber Daya Manusia, Faktor Sosial, Kualitas Sistem yang Dirasakan, dan
Kualitas Informasi yang Dirasakan
Dalam studi sebelumnya tentang TAM yang dimodifikasi, ada beberapa karakteristik
pengguna yang diusulkan oleh beberapa peneliti seperti variabel demografi (yaitu jenis kelamin
dan pengalaman), ciri-ciri pribadi, dan efikasi diri (Wixom dan Todd 2005). Kualitas sumber
daya manusia, faktor sosial, kualitas sistem yang dirasakan, dan kualitas informasi yang
dirasakan adalah variabel kontekstual yang ditambahkan dalam TAM yang dimodifikasi. Dalam
penelitian ini, kami menganggap kualitas sumber daya manusia sebagai penentu penting dalam
menggunakan SISKEUDES. Kualitas sumber daya manusia dalam penelitian ini mendekati
efikasi diri. Hal ini mengacu pada keyakinan pengguna dalam kemampuannya untuk melakukan
tugas-tugas tertentu. Venkatesh dan Davis (2000) menambahkan faktor sosial atau pengaruh
sosial dalam TAM 2. Mereka menggunakan norma subjektif sebagai proksi dari variabel tersebut.
Mereka berpendapat bahwa, dalam konteks wajib, norma subjektif berpengaruh langsung
terhadap niat melalui mekanisme kepatuhan. Sebaliknya, dalam konteks sukarela, pengaruh sosial
dapat mempengaruhi niat secara tidak langsung melalui mekanisme internalisasi dan identifikasi
(Li 2010). Kualitas sistem yang dirasakan atau kualitas output mengacu pada persepsi individu
tentang seberapa baik sistem melakukan tugas. Venkatesh dan Davis (2000) menunjukkan bahwa
kualitas output memiliki efek positif pada kegunaan yang dirasakan. Sementara itu, Venkatesh
dan Davis (2000) dan Venkatesh dan Bala (2008) berpendapat bahwa kualitas informasi
merupakan faktor penting bagi niat untuk menggunakan teknologi informasi. Kualitas sistem
yang dirasakan atau kualitas output mengacu pada persepsi individu tentang seberapa baik sistem
melakukan tugas. Venkatesh dan Davis (2000) menunjukkan bahwa kualitas output memiliki efek
positif pada kegunaan yang dirasakan. Sementara itu, Venkatesh dan Davis (2000) dan Venkatesh
dan Bala (2008) berpendapat bahwa kualitas informasi merupakan faktor penting bagi niat untuk
menggunakan teknologi informasi. Kualitas sistem yang dirasakan atau kualitas output mengacu
pada persepsi individu tentang seberapa baik sistem melakukan tugas. Venkatesh dan Davis
(2000) menunjukkan bahwa kualitas output memiliki efek positif pada kegunaan yang dirasakan.
Sementara itu, Venkatesh dan Davis (2000) dan Venkatesh dan Bala (2008) berpendapat bahwa
kualitas informasi merupakan faktor penting bagi niat untuk menggunakan teknologi informasi.
Model Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji determinan niat menggunakan
SISKEUDES dengan menggunakan TAM yang dimodifikasi (lihat Gambar 1). Ada dua variabel
independen utama (yaitu kualitas sumber daya manusia, faktor sosial), dan empat variabel mediator (yaitu
kualitas sistem yang dirasakan, kualitas informasi yang dirasakan, kegunaan yang dirasakan, dan
kemudahan penggunaan yang dirasakan). Kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan
adalah variabel utama dalam model asli TAM. Sementara itu, kualitas sistem yang dirasakan dan kualitas
informasi yang dirasakan adalah variabel kontekstual yang telah digunakan oleh penelitian sebelumnya
(yaitu Venkatesh dan Davis 2000; Venkatesh dan Bala 2008). Perbedaan utama model kami dibandingkan
dengan yang lain adalah penggunaan kualitas sumber daya manusia sebagai penentu utama. Kualitas
sumber daya manusia merupakan masalah kritis dalam dana desa (Basri 2014). Dengan demikian, kami
berpendapat bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan akar faktor yang mungkin juga
mempengaruhi faktor penentu lainnya. Misalnya, kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat
menyebabkan persepsi negatif pada kualitas sistem, kualitas informasi, manfaat yang dirasakan dan
kemudahan penggunaan yang dirasakan. Akibatnya, mungkin menyebabkan niat yang rendah untuk
menggunakan sistem.
41 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Dirasakan H3
Kualitas Informasi
Sistem yang
Dirasakan
Kualitas
H1
Kualitas Perilaku
Manusia Niat untuk
Menggunakan
sumber daya Dirasakan
Kegunaan
Kemudahan yang
dirasakan
menggunakan
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan komponen teoretis TAM, kami mengusulkan hipotesis berikut mengenai niat
untuk menggunakan SISKEUDES.
Faktor Sosial
Thompson dkk. (1991) menyatakan bahwa faktor sosial mempengaruhi penggunaan
teknologi informasi antara lain jumlah rekan kerja, yang menggunakan teknologi informasi dalam
melaksanakan tugas, manajer senior atau atasan, yang membantu dalam memperkenalkan dan
memanfaatkan teknologi informasi, dan perusahaan itu sendiri yang sangat membantu dalam
penggunaan teknologi informasi. Sedangkan menurut Davis et al. (1989), faktor sosial
dioperasikan sebagai sejauh mana individu mengasumsikan bahwa orang penting lainnya
meyakinkan dia untuk menggunakan atau tidak menggunakan sistem informasi baru. Jika seorang
42 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
individu merasakan bahwa aktor sosial yang penting dapat menghukum perilaku non-perilaku atau
penghargaan, pengaruh sosial dari efek kepatuhan akan terjadi. Venkatesh dan Davis (2000),
dalam TAM 2,
Pelaksanaan SISKEUDES pengelolaan dana desa merupakan kebijakan pemerintah daerah untuk
mengatasi permasalahan terkait jumlah dana yang dikelola desa serta tuntutan transparansi dan
akuntabilitas. Aplikasi SISKEUDES digunakan oleh perangkat desa karena para pemimpin dan
organisasi telah menginstruksikan untuk menggunakan sistem. Meskipun mereka belum siap
menggunakan aplikasi, karena organisasi dan pemimpin telah menganjurkan penggunaannya,
perangkat desa harus menggunakan sistem tersebut. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H2: Faktor sosial berpengaruh positif terhadap niat untuk menggunakan SISKEUDES.
H3: Kualitas informasi yang dirasakan menengahi hubungan antara kualitas sumber daya
manusia dengan niat menggunakan SISKEUDES.
Kualitas Sistem yang Dirasakan
Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi informasi itu sendiri.
Kualitas sistem berarti kualitas kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak dalam suatu system
informasi (DeLone dan McLean 1992). Fokus kualitas sistem adalah pada kinerja sistem yang
mengacu pada seberapa baik perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, dan prosedur sistem
informasi menyediakan Almutairi dan Subramanian 2005; Roldan dan Leal 2003). Selain itu,
kualitas sistem juga mempengaruhi penggunaan sistem (DeLone dan McLean 1992; Wahyuni 2011).
Sebaliknya, Iivari (2005) dan Roldan dan Leal (2003) menyatakan bahwa kualitas sistem tidak
mempengaruhi intensitas pengguna.
Kualitas sistem juga dapat diukur berdasarkan kinerja sistem secara keseluruhan. Misalnya,
jika terdapat banyak bug pada sistem, pengguna akan cenderung tidak menggunakan sistem dan
sistem tidak dapat melakukan tugas sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pemahaman pengguna
sistem juga mempengaruhi minat menggunakan sistem. Semakin tinggi tingkat pemahaman
pengguna suatu sistem akan meningkatkan keinginan untuk menggunakan sistem tersebut. Oleh
karena itu, kualitas sumber daya manusia dapat mempengaruhi penerimaan penggunaan sistem
informasi melalui kualitas sistem. Misalnya, rendahnya kualitas perangkat desa dapat menimbulkan
persepsi yang rendah terhadap kualitas sistem yang menyebabkan rendahnya niat untuk
menggunakan sistem tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
H4: Kualitas yang dirasakan dari mediasi sistem hubungan antara kualitas sumber daya
manusia dengan niat menggunakan SISKEUDES.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menguji pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap niat menggunakan
SISKEUDES dengan menggunakan TAM yang dimodifikasi yang terdiri dari variabel utama
(yaitu persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan) dan variabel kontekstual yaitu
kualitas sistem yang dirasakan, kualitas informasi yang dirasakan, dan faktor sosial. Dengan
demikian, penelitian ini termasuk penelitian eksplanatori, karena bertujuan untuk menguji
hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis.
desa dengan menggunakan SISKEUDES. Pengukuran variabel ini diadaptasi dari Marwoto
(2012). Faktor sosial ditentukan oleh bagaimana pengaruh orang-orang penting di
lingkungan organisasi baik di tingkat pemerintah daerah maupun desa mempengaruhi
pengguna untuk menggunakan SISKEUDES. Indikator yang digunakan untuk mengukur
faktor sosial diadaptasi dari Venkatesh et al. (2003). Dalam hal variabel mediator, kualitas
informasi yang dipersepsikan ditentukan oleh persepsi perangkat desa terhadap kegunaan
keluaran atau laporan yang dihasilkan oleh SISKEUDES. Perceived system quality atau
output quality mengacu pada persepsi perangkat desa tentang seberapa baik dan andal
kualitas SISKEUDES digunakan untuk mengelola dan mengelola dana desa. Indikator untuk
mengukur informasi kualitas yang dirasakan dan kualitas sistem yang dirasakan diadaptasi
dari:
Iivari (2005). Selanjutnya persepsi kemanfaatan diartikan sebagai suatu tingkatan atau keadaan
dimana perangkat desa meyakini bahwa dengan menggunakan aplikasi SISKEUDES akan
meningkatkan kinerja, baik kinerja individu maupun kinerja organisasi. Persepsi kemudahan
penggunaan diartikan sebagai suatu tingkatan atau keadaan dimana perangkat desa meyakini
bahwa penggunaan aplikasi SISKEUDES tidak memerlukan usaha apapun (free of effort).
Indikator untuk mengukur variabel tersebut diadaptasi dari Davis (1989). Dari segi variabel
terikat, minat menggunakan sistem informasi dimaknai dengan seberapa besar minat aparat desa
untuk menggunakan SISKEUDES dalam pengelolaan dana desa. Kami mengadaptasi instrumen
yang digunakan oleh Davis et al. (1989) untuk mengukur variabel ini. Tabel 1 menyajikan
ringkasan pengukuran variabel.
Sebelum dibagikan kepada responden, kuesioner diperiksa dalam uji coba. Tujuan uji coba
adalah untuk mengetahui apakah pernyataan-pernyataan yang telah disusun dalam kuesioner
benar-benar mengukur apa yang harus diukur, dan apakah pernyataan tersebut akan konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali dan Latan 2014). Berdasarkan hasil uji coba, semua
pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel, sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Rincian
kuesioner ada pada Tabel A1 dan A2 pada Lampiran.
Objek penelitian ini adalah desa yang ada di Kabupaten Ponorogo karena Kabupaten Ponorogo
ditunjuk oleh BPKP sebagai pilot project pelaksanaan SISKEUDES di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2006. Kabupaten Ponorogo merupakan pelopor pelaksanaan SISKEUDES di Provinsi Jawa
Timur karena Bupati memerintahkan semua desa untuk menerapkan SISKEUDES dan menolak
sistem lain yang ditawarkan oleh pihak swasta (Muhlis 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh operator SISKEUDES yang berjumlah 281 operator dari 281 desa yang tersebar di 20
kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus sampling.
Dari tanggal 11 April 2017 sampai dengan 23 Mei 2017, sebanyak 281 kuesioner dibagikan kepada
responden (seluruh anggota populasi). Dari jumlah tersebut, 221 kuesioner dari 20 kabupaten (78,65
per sen) dikembalikan. Kemudian kuesioner yang dikembalikan disaring dan akhirnya diperoleh 212
data lengkap dan dapat diolah untuk analisis lebih lanjut. Dalam penelitian ini, pengolahan dan
analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling – Partial Least Square
(SEM-PLS) dengan program SMARTPLS 3.0
45 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Tabel 1
Variabel Pengukuran
Tidak.Laten VariabelIndikatorReferensi
1.
Kualitas manusia sumber Marwoto (2012)
Skala 5 Likert
reflektif
2
Sosial faktor Venkatesh dkk. (2003)
Skala 5 Likert
reflektif
3
Dirasakan kegunaan Davis (1989)
Skala 5 Likert
reflektif
4
Kemudahan yang dirasakan menggunakan Davis (1989)
Skala 5 Likert
reflektif Iivari (2005)
5
Sistem yang dirasakan kualitas
Skala 5 Likert
reflektif Iivari (2005)
6
Informasi yang dirasakan kualitas
Skala 5 Likert
reflektif Davis dkk. (1989)
7
niat untuk menggunakan
Skala 5 Likert
46 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
reflektif
Catatan: BI = niat perilaku
untuk menggunakan; QHR = kualitas sumber daya manusia; SF = faktor sosial;
SQ = kualitas sistem yang dirasakan; IQ = kualitas informasi yang dirasakan;
PU = kegunaan yang dirasakan; PEOU = persepsi kemudahan penggunaan. Meja 2
dan PEOU2 dihilangkan dari model. Pada analisis kedua, semua perilaku dapat
indikator memiliki nilai factor loading di atas 0,5 (lihat Tabel A3 dijelaskan oleh
pada Lampiran). Nilai factor loading berkisar antara 0,634 hingga konstruk kualitas
0,866, melebihi nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 (Hair et al. sumber daya
2016). Rata-rata varians yang diekstraksi berkisar antara 0,530 manusia dan
hingga 0,660, yang melebihi nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 faktor sosial.
(Hair et al. 2016). Nilai ini
termasuk dalam
Validitas Diskriminan kategori kuat.
Validitas diskriminan adalah sejauh mana item membedakan Nilai Q2 dari
antara konstruksi atau mengukur konsep yang berbeda (Cheung relevansi
dan Lee 2010). Hasilnya menunjukkan bahwa semua cross-loading prediktif juga
lebih tinggi dari nilai yang berkorelasi pada baris dan kolom yang mendukung
menunjukkan validitas diskriminan yang memadai (lihat Tabel A4 temuan ini.
pada Lampiran). Setelah
menjalankan
Analisis Keandalan prosedur penutup
Reliabilitas adalah pengujian seberapa konsisten suatu mata, kami
instrumen mengukur suatu konsep (Sekaran dan Bougie 2013). memperoleh nilai
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite Q2 dari niat
reliability dan cronbach's alpha. Keandalan komposit yang perilaku (0,421),
direkomendasikan dan skor alfa Cronbach harus lebih besar dari yang jauh di atas
0,7, meskipun skor 0,6 masih dapat diterima untuk studi eksplorasi nol,
(Hair et al. 2016). Seperti dapat dilihat pada Tabel A3 di menunjukkan
Lampiran, reliabilitas komposit dan skor alfa Cronbach untuk relevansi
semua konstruksi berada di atas tingkat yang dapat diterima yaitu prediktif dari
0,6. model jalur PLS.
Selanjutnya dari
Model Struktural (Model Dalam) segi model fit,
Kami menggunakan analisis langkah demi langkah dari model nilai SRMR
struktural untuk memberikan deskripsi rinci tentang hasil kami dan adalah 0,046
untuk menguji H1 hingga H6 secara komprehensif. Seperti yang yang berada di
disarankan oleh Hair et al. (2016), analisis mediasi dilakukan dengan bawah 0,05.
menggunakan metode bootstrap. Keuntungan dari metode ini adalah Artinya
tidak bergantung pada asumsi normalitas, sehingga juga cocok untuk modelnya fit.
ukuran sampel yang kecil (Hair et al. 2016). Dalam pendekatan ini, Pada langkah 1,
bootstrap harus dilakukan dua kali. Pada langkah pertama, bootstrap pengaruh
dilakukan tanpa adanya mediasi (direct path). Pada langkah ini, kami langsung kualitas
fokus pada pengaruh kualitas sumber daya manusia dan faktor sosial sumber daya
terhadap niat perilaku (H1 dan H2). Selanjutnya, pada langkah 2, kami manusia pada
memperkenalkan mediator (H3 hingga H6). niat perilaku
memiliki nilai
Tabel A5 menyajikan hasil langkah 1 yaitu hasil estimasi negatif dan
model struktural dan evaluasi hubungan antara kualitas sumber signifikan (p
daya manusia, faktor sosial dan niat perilaku (H1 dan H2). <0,01) sebesar
Kriteria sentral untuk penilaian model struktural, yaitu koefisien 0,649 (lihat Tabel
determinasi R2 (Hair et al. 2016). Parameter R-square (R²) A5 pada
digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel Lampiran),
independen terhadap variabel dependen dan koefisien jalur untuk menolak H1.
uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural yang Sebaliknya,
ditunjukkan oleh nilai t-statistik. Semakin tinggi R² berarti pengaruh faktor
semakin baik model yang diprediksi. Seperti dapat dilihat pada sosial terhadap
Tabel A5, niat berperilaku memiliki nilai tinggi sebesar 0,758 niat berperilaku
yang berarti 75. 8% variasi perubahan niat untuk menggunakan memiliki
48 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Kesimpulan
50 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Catatan: QHR = kualitas sumber daya manusia; SF = faktor sosial; SQ = kualitas sistem yang dirasakan; IQ =
kualitas informasi yang dirasakan; PU = kegunaan yang dirasakan; PEOU = persepsi kemudahan penggunaan; BI =
niat perilaku untuk menggunakan.
Diskusi
Hasil pengujian hipotesis dirangkum dalam Tabel 4. Berdasarkan Tabel 3, di luar dugaan,
kualitas sumber daya manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap minat menggunakan
SISKEUDES, tidak mengkonfirmasi H1. Koefisien jalur negatif menunjukkan bahwa semakin
tinggi kualitas sumber daya manusia, semakin rendah minat menggunakan SISKEUDES.
Penjelasan yang mungkin adalah pemikiran skeptis aparat desa. Semakin tinggi kualitas sumber
daya manusia, memiliki wawasan yang lebih luas, lebih kreatif, dan dapat berpikir lebih kritis
dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, rendahnya minat menggunakan SISKEUDES
kemungkinan disebabkan oleh pemikiran bahwa SISKEUDES akan sama dengan sistem
informasi lainnya, seperti SIMDA yang selama ini digunakan oleh pemerintah daerah dalam
pengelolaan keuangan. SIMDA yang juga dikembangkan oleh BPKP ini memiliki beberapa
kendala teknis dan non-teknis. Berdasarkan pengalaman ini, mereka berpikir bahwa
SISKEUDES akan mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, mereka skeptis dan kurang
antusias dalam menggunakan SISKEUDES. Sedangkan faktor sosial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat penggunaan SISKEUDES. Hasil ini mendukung H2 bahwa faktor
sosial mempengaruhi minat menggunakan SISKEUDES. Koefisien jalur positif berarti semakin
tinggi pengaruh faktor sosial maka semakin tinggi minat menggunakan SISKEUDES. Faktor
sosial ditunjukkan dengan dukungan yang sangat besar dari rekan kerja, manajer senior,
pemimpin dan organisasi. Dalam istilah Dari pengaruh faktor sosial, perangkat desa didorong
untuk menguasai dan menggunakan SISKEUDES. Pemerintah daerah mengharapkan
pengelolaan dana desa dapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel, sehingga penyusunan
laporan keuangan desa dapat disampaikan tepat waktu. Hasil ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya (yaitu Thompson et al. 1991; Venkatesh et al. 2003) bahwa faktor sosial
berpengaruh positif terhadap pemanfaatan sistem informasi di lingkungan wajib.
Tabel 4
Ringkasan Hipotesis Pengujian
Tidak.Penelitian HipotesisT-NilaiKesimpulan
1 H1: Kualitas sumber daya manusia berpengaruh
positif terhadap niat penggunaan 9.743Ditolak
SISKEUDES
2 H2: Faktor sosial berpengaruh positif terhadap niat
penggunaan SISKEUDES 3.777Didukung
H3: Kualitas informasi yang dirasakan memediasi
3 hubungan antara kualitas sumber daya manusia
1.663 Ditolak
dan niat untuk menggunakan SISKEUDES
H4: Kualitas sistem yang dirasakan memediasi hubungan
4 antara kualitas sumber daya manusia dan
2.03Didukung
niat untuk menggunakan SISKEUDES
H5: Kegunaan yang dirasakan memediasi hubungan
5 antara kualitas sumber daya manusia dan
4.992Didukung
niat untuk menggunakan SISKEUDES
H6: Persepsi kemudahan penggunaan memediasi
hubungan
7.637Didukung
6 antara kualitas sumber daya manusia dan
51 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Berdasarkan Tabel 4, VAF persepsi kualitas informasi adalah -7 persen, menunjukkan bahwa tidak
ada efek mediasi kualitas informasi yang dirasakan terhadap hubungan antara kualitas sumber
daya manusia dan minat menggunakan SISKEUDES. Hasil ini tidak mendukung H3,
menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia masih menjadi penentu utama penggunaan
SISEKUDES. Menariknya, koefisien jalur kualitas informasi yang dirasakan dan niat dalam
menggunakan SISKEUDES adalah negatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
operator SISKEUDES, laporan yang dihasilkan dari SISKEUDES tidak sesuai dengan yang
mereka harapkan. Misalnya, laporan kegiatan bantu tidak ditampilkan secara rinci untuk setiap sub
kegiatan. Hasil ini menunjukkan bahwa operator mungkin bingung dalam memahami output yang
dihasilkan oleh aplikasi. lebih mudah diterapkan oleh pengguna biasa sekalipun. Operator
SISKEUDES mungkin merasa bahwa sistem memiliki kualitas sistem yang baik yang ditandai
dengan data yang aman, penggunaan sistem yang mudah, akses yang cepat dan andal. Oleh karena
itu, kualitas sistem yang baik tentunya mempengaruhi pemakai untuk menggunakan sistem
tersebut.
VAF dari manfaat yang dirasakan adalah
21 persen, yang berarti bahwa manfaat yang dirasakan memediasi hubungan antara
kualitas sumber daya manusia dengan minat penggunaan SISKEUDES. Oleh
karena itu, H5 didukung. Kegunaan yang dirasakan didefinisikan sebagai
kemampuan subjektif pengguna di masa depan dengan menggunakan sistem
aplikasi tertentu dan dapat meningkatkan kinerja dalam konteks organisasi (Davis
et al. 1989). Perceived usefulness berfungsi sebagai dasar yang dapat meningkatkan
keyakinan seseorang bahwa sistem informasi berguna dalam kegiatan organisasi,
sehingga mereka akan menggunakan sistem informasi tersebut. Semakin besar
manfaat yang dirasakan dari penggunaan suatu sistem informasi akan meningkatkan
minat untuk menggunakan sistem tersebut. Dalam penelitian ini, semakin besar
persepsi pengguna terhadap kegunaan SISKEUDES akan meningkatkan keinginan
pengguna untuk menggunakannya dalam konteks pengelolaan dana desa.
KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas sumber daya manusia berpengaruh
negatif terhadap niat menggunakan SISKEUDES. Di sisi lain, faktor sosial berhubungan positif
dengan niat menggunakan SISKEUDES. Hasil analisis variabel mediasi menunjukkan bahwa
persepsi kualitas sistem, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan secara parsial
memediasi hubungan kualitas sumber daya manusia dan niat menggunakan SISKEUDES.
Sebaliknya, persepsi kualitas informasi tidak mampu memediasi hubungan antara kualitas sumber
daya manusia dengan niat menggunakan SISKEUDES. Ini menyiratkan bahwa, dibandingkan
dengan faktor lain, kualitas sumber daya manusia tetap menjadi penentu utama niat untuk
menggunakan SISKEUDES. Selain itu, atribut sistem (kualitas, kegunaan dan kemudahan
penggunaan) juga menjadi penentu minat menggunakan sistem. Oleh karena itu, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sistem, kegunaan
sistem, dan kemudahan penggunaan sistem.
Berdasarkan temuan tersebut, wajar untuk memberikan saran kepada Pemkab Ponorogo dan
BPKP. Untuk menyukseskan pelaksanaan SISKEUDES, Pemkab Ponorogo dan BPKP harus
terus meningkatkan kapasitas operator dengan memberikan banyak bimbingan teknis dan
pelatihan. Namun, pelaksanaan bimbingan teknis dan pelatihan juga harus disertai dengan
perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang masih ada pada SISKEUDES. Berdasarkan hasil
penelitian ini, sumber daya operator yang berkualitas tinggi ditambah dengan persepsi yang baik
tentang kualitas sistem, kegunaan dan kemudahan penggunaan akan meningkatkan niat untuk
menggunakan sistem. Oleh karena itu, BPKP sebagai pengembang sistem harus mau menerima
52 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
masukan dari operator terkait permasalahan di lapangan. Hal ini untuk menghindari pemikiran
skeptis dari operator yang mengikuti pelatihan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan. Pertama, penelitian ini hanya
dilakukan di satu kabupaten, sehingga perlu kehati-hatian dalam menggeneralisasi hasil penelitian
karena setiap daerah memiliki ciri khas dan kualitas sumber daya manusia yang berbeda. Kedua,
penelitian ini hanya berfokus pada determinan penggunaan SISKEUDES tanpa menguji apakah
implementasi system menghasilkan hasil yang diharapkan (misalnya transparansi dan akuntabilitas).
Berdasarkan atas keterbatasan tersebut, saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan generalisasi hasil, penelitian selanjutnya dapat mereplikasi
penelitian ini di kabupaten lain; (2) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi isu
keberhasilan SISKEUDES dengan mengkaji dampak SISKEUDES terhadap kualitas keuangan
pemerintah desa REFERENSI
Almutairi, H. dan GH Subramanian. 2005. Aplikasi Empiris Model DeLone dan McLean di Sektor
Swasta Kuwait. Jurnal Sistem Informasi Komputer, 45 (3), 113-122.
Alomary, A. dan J. Woollard. 2015. Bagaimana Teknologi Diterima Pengguna? Tinjauan Model dan
Teori Penerimaan Teknologi. Prosiding Konferensi Internasional ke-17 IRES, London, Inggris.
Basri, C. 2014. Desa Belum Siap Kelola Dana Desa yang Besar. Jakarta: Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Cheung, CMK dan MKO Lee. 2010. Model Teoretis Aksi Sosial Internasional di Jejaring Sosial
Online. Sistem Pendukung Keputusan, 49 (1), 24-30.
Dagu, WW dan PA Tood. 1995. Tentang Penggunaan, Kegunaan, dan Kemudahan Penggunaan
Pemodelan Persamaan Struktural dalam penelitian MIS: Catatan Perhatian. MIS Triwulanan,
19 (2), 237-246.
Danim, S. 1996. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Davis, FD 1989. Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, dan Penerimaan Teknologi
Sistem Informasi. MIS Triwulanan, 13 (3), 319-339.
Davis, FD, RP Bagozzi, dan PR Warsawa. 1989. Penerimaan Pengguna Teknologi Komputer:
Perbandingan Dua Model Teoritis. Ilmu Manajemen, 39 (8), 983-1003 .
DeLone, WH dan ER McLean. 1992. Keberhasilan Sistem Informasi: The Quest
Iivari, J. 2005. Uji Empiris Keberhasilan Sistem Informasi Model DeLone-McLean. Database
untuk Kemajuan Sistem Informasi, 36 (2), 8-27.
Malhotra, Y. dan DF Galletta. 1999.
Memperluas Penerimaan Teknologi
Model untuk Memperhitungkan Pengaruh Sosial: Basis Teoritis dan Validasi Empiris. Dalam Ilmu
Sistem, 1999. HICSS-32. Prosiding ke-32 TahunanHawaii
Internasional Konferensi.
Matutina. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Marwoto, N. 2012. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Komunikasi, dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Karimun. Skripsi, Universitas Terbuka
Muhlis, A. 2017. Dinilai Sukses Kelola KeuanganDesa,Bupati
Ponorogo BerbagiPengalaman India. Diunduh pada 10
November 2017, https://regional.kompas.com/read/2017/
01/03/11440601/dinilai.sukses.kelola.ke uangan.desa.bupati.ponorogo.berbagi.pe
ngalaman.di.india .
Pitt, LF, RT Watson, dan CB Kavan. 1997. Mengukur Kualitas Layanan Sistem Informasi:
Kekhawatiran untuk Kanvas Lengkap. MIS Triwulanan, 21 (2), 209-221.
Rai, A., SS Lang, dan RB Welker. 2002. Menilai Validitas Model Sukses IS: Uji Empiris dan
Analisis Teoritis. Penelitian Sistem Informasi, 13 (1), 50-69.
Roldán, JL dan A. Leal. 2003. Uji Validasi Adaptasi Model DeLone dan McLean di Bidang EIS
Spanyol. Refleksi Kritis pada Sistem Informasi: Pendekatan Sistemik, 66-84.
Seddon, PB dan MY Kiew. 1994. Uji Parsial dan Pengembangan Model Keberhasilan Informasi
DeLone dan McLean di DeGross, JI, Huff, SL dan Munro,
MC (red). Prosiding Konferensi Internasional Kelimabelas tentang Sistem Informasi,
Vanouver, Kanada.
Sekaran, U. dan R. Bougie. 2013. Metode Penelitian untuk Bisnis: Membangun Keterampilan
Pendekatan, Edisi ke-6. New York: John Wiley & Son.
Setianingsih, S. dan N. Indriantoro. 1998. Pegaruh Dukungan Manajemen Puncak dan
Komunikasi Pemakai – Pengembangterhadap Hubungan Partisipasi dan Pemakai
dalam Pengembangan Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, 1 (2), 193-
207.
Thompson, RL, C. Higgins, dan JM Howell. 1991. Personal Computing: Menuju Model
Konseptual Pemanfaatan. MIS Triwulanan, 5 (1), 125-
143.
Tangke, N. 2004. Analisa Penerimaan Teknik Auidt Berbantun Komputer (TABK) dengan
Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksaan Keuangan
(BPK) RI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 6 (1),
10-28.
Taylor, S. dan PA Todd. 1995. Memahami Penggunaan Teknologi Informasi: Uji Model
Komputasi. Penelitian Sistem Informasi, 6 (2),
144-176.
Venkatesh, V. 2000. Determinan Kemudahan Penggunaan yang Dirasakan: Mengintegrasikan
Kontrol Perilaku yang Dirasakan, Kecemasan dan Kenikmatan Komputer ke dalam Model
Penerimaan Teknologi. Penelitian Sistem Informasi, 11 (4),
342-365.
Venkatesh, V. dan FD Davis. 2000. Perpanjangan Teoretis dari Model Penerimaan Teknologi:
Empat Studi Lapangan Longitudinal. Ilmu Manajemen, 46 (2),186-204.
Venkatesh, V., MG Morris, GB Davis, and
FD Davis. 2003. Penerimaan Pengguna Teknologi Informasi: Menuju Pandangan Terpadu.
MIS Triwulanan, 27 (3), 425-478.
Venkatesh, V. dan H. Bala. 2008. Model Penerimaan Teknologi 3 dan Agenda Penelitian tentang
54 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Teknologi Informasi: Memperluas Teori Terpadu Penerimaan dan Penggunaan Teknologi. MIS
Triwulanan, 36 (1),
157-178.
Wahyuni, T. 2011. Uji Empiris Model Delone dan Mclean terhadap Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA). Jurnal Badan Pendidik. dan Pelatihan Keuangan, 2, 1-24.
Wixom, BH dan PA Todd. 2005. Integrasi Teoretis Pengguna Kepuasan dan Penerimaan
Teknologi. Riset Sistem Informasi, 16 (1), 85-102.
Wu, SAYA, HP Chou, YC Weng, dan YH Huang. 2011. Studi Perilaku Pengguna Situs Web
Berbasis TAM-2-Menggunakan Situs Web 2.0 Sebagai Contoh. Transaksi AMPL Bidang
Bisnis dan Ekonomi, 4 (8), 133-151
55 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
LAMPIRAN
Tabel A1
Kuesioner
Petunjuk Pengisian:
56 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2018, Vol. 15, No. 1, hal 36 - 58
Pilih jawaban dengan anggota tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan sifat/sifat yang
menggambarkan keadaan sebenarnya pada tempat kerja Bapak/Ibu/Saudara/i saat ini.
I. DATA RESPONDEN
1. jenis Kelamin:
2. Usia saat initahun.................................................
3. pendidikan Terakhir: SMP SMU H-3
4. Jabatan:
5. Lama bekerjatahun.................................................
6. Pengalaman menggunakan komputertahun......
7. Pelatihan SISKEUDES (pelatihan, workshop, sosialisasi, dll) yang pernah ada diikuti?kali