Pendahuluan
Sejak diundangkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa (UU Desa), keuangan desa mengalami peningkatan yang signifikan
karena terdapat tambahan pos pendapatan baru yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).1 Pendapatan ini
dikenal dengan “Dana Desa”. Selain Jumlahnya yang besar, anggarannya
juga terus meningkat setiap tahun.2
Di sisi lain peningkatan keuangan desa ini juga diliputi oleh masalah
maraknya korupsi di tingkat desa. Hal ini dibuktikan berdasarkan laporan
penelitian Indonesian Corruption Watch (ICW), yang bahkan pada awal
implementasi kebijakan Dana Desa langsung menempatkanpemerintah
desa masuk pada urutanketigateratas pelaku korupsi sepanjang
2016dengan jumlah 62 kasus.3 Selanjutnya terjadi peningkatan sebanyak
110 kasus korupsi korupsi Dana Desa sejak 2016 hingga Agustus 2017
yang telah diproses penegakan hukumnya.4
Menurut keterangan Egi Primayogha (Divisi riset Badan Pekerja
ICW) salah satunya penyebab maraknya korupsi di tingkat desa adalah
karena ketertutupan atau perilaku tidak transparan dalam pengelolaan
keuangan desa.5 Ketertutupan ini memberi peluang kepada oknum untuk
melakukan penyelewengan tanpa takut diketahui. Oleh sebab itu desa
harus menerapkan prinsip transparansi substantif dalam pengelolaan
keuangannya sehingga korupsi di desa dapat dicegah. Selain mencegah
korupsi, transparansi juga berfungsi sebagai ajang akuntabilitas
3 Kompas.com, ICW Sebut Korupsi di Desa Tempati Posisi Ketiga Sepanjang 2016,
http://nasional.kompas.com/read/2017/04/06/18554321/icw.sebut.korupsi.di.desa.te
mpati.posisi.ketiga.sepanjang.2016diakses pada 08-06-2017 diakses pada
06/04/2017pukul 11:59 Wib.
4Tribunnews.com https://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/11/icw-
temukan-110-kasus-korupsi-anggaran-desa-periode-2016-2017, diakses pada 13 Maret
2018.
5Ibid.
Kajian Pustaka
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji transparansi
keuanggan desa dan website desa baik dalam bentuk skripsi, tesis, jurnal
maupun lainnya.Salah satunya yaitu Skripsi yang ditulisoleh Arista
Widiyanti dengan judul “Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan
Alokasi Dana Desa, (Studi pada desa Sumberejo dan Desa Kandung di
Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan).”Hasil penelitian tersebut
7A. Muin Fahmal, Peranan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, (Yogyakarta: UII Press, 2006), hlm. 66-67.
(Studi Kasus : Desa Girisekar)”, Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014.
10Siska
Mulyawaty, “Efektivitas Website Desa Sebagai Media Penyebaran
Informasi Pembangunan Di Desa Malasari Kabupaten Bogor”.
11 HAW Widjaja, Otonomi Desa, Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Cet. II,
Ateng Syarifudin dan Suprin Na’a, Republik Desa, Pergulatan Hukum Tradisional dan
12
Hukum Modern dalam Desain Otonomi Desa, Cet. I, (PT. Alumni: Bandung, 2010), hlm. 6.
14 Didik Sukrianto, Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi, Kajian Politik Hukum Tentang
Kontitusi, Otonomi Daerah dan Desa Pasca Perubahan Konstitusi, (Setara Press: Malang, 2013),
hlm. 177-178.
18A. Muin Fahmal, Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, (Yogyakarta: UII Press, 2006), hlm. 62.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan mengambil
lokasi di Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Selain
karena websiteDesa Terong merupakan salah satu website desa yang
menyediakan informasi APBDes, Desa Terong dipilih sebagai lokasi
penelitian juga karena merupakan desa pertama di Kabupaten Bantul
yang membangun website desa sehingga seterusnya desa-desa lain
mengikutinya.23
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis-empiris.
Yaitu suatu pendekatan yang memandang persoalan efektivitas
penggunaan website desa sebagai media transparansi APBDes sebagai
praktik implementasi peraturan perundang-undangan.
Pengumpulan data penelitian ini mengajukan dua instrument utama,
yaitu wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada responden-
responden yang (kriterianya) mempunyai kepentingan atau fungsi dalam
pengelolaan keuangan desa. Responden-responden tersebut antara lain
kepala desa dan admin website desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa,
Ketua Karangg Taruna, PKK, Dukuh-dukuh, unsur masyarakat dll.
Sedangkan observasi dilakukan untuk melihat keberadaan informasi
APBDes dalam website desa.
Untuk mengukur efektivitaswebsite desa sebagai media transparansi
APBDes di Desa Terong dibangun konsep pengukuran berdasarkan UU
KIP dan UU Desa beserta turunannya. Dengan memperhatikan pasal-
pasal dalam kedua undang-undang tersebut, dapat disimpulkan setidaknya
ada tiga kriteria mana sebuah media transparansi dapat dikatakan efektif,
yaitu :
23 Wawancara dengan Welasiman, Lurah Desa terong, Kantor Lurah Desa terong,
tanggal 23April 2018.
informasi Publik dan Pasal 9 Peraturan menteri Dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan keuangan Desa.
Buku :
Widjaja, HAW,Otonomi Desa, Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,
Cet. II, PT RajaGrafindo Persda: Jakarta, 2004.
Sumber On Line :
Tribunnews.com
https://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/11/icw-temukan-
110-kasus-korupsi-anggaran-desa-periode-2016-2017, diakses pada 13
Maret 2018.
Sumber lain :