Hizbut Tahrir disebut juga Partai Pembebasan. Ia adalah partai politik bertaraf
internasional yang bertujuan untuk menegakkan kembali kekhalifahan Islam atau Negara
Islam Dunia di bawah satu bendera. Dengan kata lain, konsep nation-state seperti yang kita
kenal sekarang harus diganti. Dengan kata lain ideologi Khilafah Islamiyah ini ibarat anti-tesa
bagi nation-state. Muhammad Taqiyuddin al-Nabhani (1909 – 1977) adalah penggagas
pertama pendirian Hizbut Tahrir. HTI menempatkan Islam sebagai agama yang melingkupi
semua penataan kehidupan, selayak modernisme mendasari segenap sistem kehidupan
modern. Modernisme yang berangkat dari rasionalisme dan humanisme ditolak oleh HTI,
karena ia bersifat rasionalis dan antroposentris.
Ancaman/ titik perlawanan HTI sebenarnya tidak mengarah pada Pancasila, melainkan
kepada sosialisme, kapitalisme, dan neo-liberalisme yang digunakan rezim politik di
Indonesia untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila. Sosialisme dikritik oleh HTI karena
sifatnya yang secular. HTI menerima Pancasila hanya sebagai gagasan filosofis atau set of
philosophy. Kedua, dengan menempatkan Pancasila an sich sebagai set of philosophy, maka
HTI tidak menempatkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Karena tetap
ideology HTI adalah khilafah
Adapun jalan tengahnya yaitu Pancasila telah menggariskan prinsip hubungan agama dan
negara yang strategis baik dari sudut pandang negara maupun agama. Prinsip hubungan ini,
oleh Alfred Stephan disebut sebagai toleransi kembar (twin toleration) di mana negara
menoleransi agama dengan tidak bertindak interventif atas pengamalannya, namun tetap
melindungi dan menfasilitasi kehidupan beragama di kalangan umat. Demikian pula agama
menoleransi negara dengan tidak memaksakan nilainya, menjadi agama negara, namun pada
saat bersamaan menopang kehidupan bernegara melalui pembentukan etika politik di tengah
kehidupan kewarganegaraan
Dengan demikian, untuk memahami hubungan Islam dan negara di Indonesia, perlu
kiranya mengetahui keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia.
Ideologi ini pada awalnya merupakan hasil konsensus dan oleh karenanya kompromi
ideologis dan politis di antara para pendiri bangsa yang secara umum terbagi dalam tiga aliran
politik; Islam, nasionalis dan komunis. Dalam perjalanannya, Pancasila menjadi titik temu
ideologi-ideologi dunia itu dan menghasilkan rumusan ideologis khas bangsa Indonesia yang
menyatukan prinsip ketuhanan di satu sisi, dan kebangsaan modern demokratis pada saat
bersamaan. Ini yang membuat corak Islam di Indonesia secara umum bersifat moderat dan
nasionalis.
Kelebihan buku ini sangat membuka wawasan generasi penerus bangsa akan tata cara
berfikir moderat dalam menyimpulkan segala sesuatu. Kekurangannya mungkin pemilihan
kata yang terlalu kompleks sehingga perlu dibaca ulang agar tidak salah dalam menyimpulkan
isinya.