3. Menurut Dawam Raharjo konsep masyarakat madani mengandung tiga hal, yaitu
agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai prosesnya, dan masyarakat kota
sebagai hasilnya. Pertanyaannya, apakah konsep tersebut sesuai dengan
model masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi Muhammad di Madinah?
Masyarakat madani atau civil society atau dalam bahasa Latin civitas dei artinya kota
ilahi, society berarti masyarakat. Kemudian membentuk kata civilization yang artinya
peradaban. Dengan demikian civil society diartikan sebagai komunitas masyarakat kota
yang berperadaban maju. Orang pertama kali mencetuskan istilah civil society adalah
Cicero seorang orator di abad Yunani Kuno yang mengartikan suatu komunitas politik
yang beradab yang dicontohkan masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri.
Konsep dari civil society sangat berbeda dengan konsep negara Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad SAW tahun 622 M. Kehadiran Nabi di Madinah membawa angin segar
bagi masyarakat baru yang mendambakan pemimpin dan kondisi sosial masyarakat yang
adil dan beradab. Ajaran yang dibawa Nabi hakikatnya menegakkan nilai-nilai sosial,
seperti persamaan hak, persamaan derajat, kejujuran, dan keadilan. Tak hanya itu, Nabi
terus berjuang merombak masyarakat jahiliyah menuju masyarakat yang beradab. Yang
dibangun Nabi adalah masyarakat pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan
kebudayaan. Hal ini tertuang dalam piagama Madinah. Rumusannya adalah memiliki
kesatuan kolektif dan menciptakan masyarakat muslim yang berperadaban tinggi.
Sedangkan masyarakat madani memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis,
menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif,
bermotivasi, berpartisipasi, konsisten, memiliki perbandingan, berkoordinasi, sederhana,
sinkron, integral, mengakui emansipasi, dan hak asasi.
4. Radikalisme yang terjadi di Indonesia harus diposisikan sebagai persoalan serius yang
perlu segera untuk ditangani karena bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi
dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sehingga mengancam keutuhan
NKRI. Pertanyaannya, bagaimana upaya efektif mitigasi radikalisme kepada para
pemuda?
A. Perlu adanya suatu tempat konsultasi bagi mahasiswa di setiap perguruan
tinggi dimana setiap dosen termasuk dosen pembimbing keagamaan yang
memiliki kualifikasi dapat menjalankan peran konsultasi tersebut.
B. Pemetaan dan pencegahan terhadap birokrat (pejabat struktural kampus),
tenaga pendidik (dosen), dan tenaga kependidikan dari pandangan ektrem atau
berideologi radikal.
C. Pimpinan perguruan tinggi harus terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan
pihak BNPT (selaku leading sektor pembuat kebijakan pada sector pencegahan
dan penanggulangan radikalisme dan terorisme), Forum Koordinasi
Pencegahan Terorisme / FKPT (selaku perpanjangan tangan BNPT di tingkat
provinsi), pihak kesultanan (sebagai ciri khas dari Maluku Utara yang masih
eksis hingga saat ini), dan para tokoh-tokoh organisasi keagamaan / lintas
agama.
D. Pimpinan perguruan tinggi harus melakukan pengawasan terhadap setiap
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, baik itu kegiatan internal maupun
kegiatan eksternal.
E. Memperkuat wawasan kebangsaan dan cinta tanah air melalui mata kuliah
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.