Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Oleh:

FITRI DWI LESTARI (F1E122050)


AULIA PUTRI (F1E122022)
SALMALINDA SRI UTAMI (F1E122043)
NOLI SAPITRI (F1E122121)

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2024
A. Konsep Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah konsep yang merujuk pada masyarakat yang pernah
berkembang di Madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu masyarakat
yang mengacau pada nilai-nilai kebijakan umum, yang disebut al-khair. Dalam
bahasa Arab, konsep masyarakat madani dikenal dengan istilah al-mujtama’ al-
madani, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah civil society.
Masyarakat madani merupakan konsep ideal untuk saat ini, menjadi penghubung
antara masyarakat dan pemerintah.
Ciri-ciri Mendasar Masyarakat Madani yang dibangun oleh Nabi Muhammad
SAW. Dimadinah
 Egalitarianisme (kesepadanan)
 Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi (profesionalisme)
 Keterbukaan dan partisipasi aktif seluruh masyarakat (demokrasi)
 Penegak hukum dan keadilan
 Toleransi dan pluralisme (faham kemajemukan)
 Musyawarah

Ciri masyarakat Madani secara spesifik


 Bertuhan
 Damai
 Tolong-menolong tanpa mencampuri urusan pribadi
 Toleran
 Keseimbangan
 Berperan tinggi
 Berakhlak mulia

Karakteristik masyarakat madani meliputi:


1. Ruang publik: Ruang publik adalah tempat untuk bermasalah,
berorganisasi, beragama, dan menjaga keberagaman suku.
2. Demokrasi: Masyarakat madani harus menjunjung tinggi nilai demokrasi,
etika, dan moralitas.
3. Pluralisme: Masyarakat madani harus menjunjung tinggi pluralisme, yang
termasuk dalam salah satu karakteristik masyarakat madani.
4. Toleransi: Masyarakat madani harus menjunjung tinggi nilai toleransi
terhadap perbedaan.
5. Keadilan sosial: Masyarakat madani harus menjaga hak dan kewajiban
individu serta menciptakan keadilan sosial.
6. Partisipasi sosial: Masyarakat madani harus memiliki kemampuan dan
potensi untuk mengelola dirinya.
7. Kemajemukan budaya: Masyarakat madani harus memiliki kemajemukan
budaya, hubungan timbal balik, dan sikap saling memahami dan
menghargai.
8. Hubungan timbal balik: Masyarakat madani harus bergerak sama dengan
pemerintah dalam meningkatkan keseimbangan antara individu dan
masyarakat.
9. Sikap saling memahami dan menghargai: Masyarakat madani harus
memiliki sikap saling memahami dan menghargai.
10. Proses penciptaan peradaban: Masyarakat madani juga dapat diartikan
sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai
kebijakan bersama.
Sebagian besar karakteristik masyarakat madani adalah keseimbangan antara
individu dan masyarakat, yang berorientasi penuh pada kebebasan individu, sambil
menjamin kestabilan masyarakat.

B. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Mayarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Masyarakat
Madaniakan terwujud apabila suatu masyarakat telah menerapkan
prinsip-prinsip demokrasi dengan baik. Di dalam Al qur’an sudah dijelaskan
tentang umat yang terbaik untuk membentuk peradaban manusia yang lebih
humanis dan toleran yaitu“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS Ali Imran [3]: 110)
Ada beberapa karakteristik Masyarakat Madani, diantaranya:
1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum
Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
2. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
3. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-
kekuatan alternatif.
4. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis
masyarakat.
5. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
6. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-
rejim totaliter.
7. Meluasnya kesetiaan (loyality)dan kepercayaan (trust)sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
8. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. .Berakhlak mulia.
Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakar Madani:
Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus
berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali Imron:110).
Tentu, mari kita perluas lagi mengenai pentingnya peranan umat Islam dalam
mewujudkan masyarakat madani di Indonesia dan langkah-langkah konkret yang
dapat diambil untuk mencapainya.

1. Kepastian Peranan Umat Islam:


Umat Islam di Indonesia tidak hanya sekadar mayoritas jumlah, tetapi juga
membawa nilai-nilai, norma, dan etika yang berakar dalam ajaran Islam. Dalam
konteks ini, peranan mereka dalam membentuk arah dan karakter masyarakat
sangat signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan kesadaran akan
tanggung jawab yang dimiliki umat Islam sebagai agen perubahan positif dalam
masyarakat.

2. Sistem Ekonomi dan Kesejahteraan Umat:


Sistem ekonomi Islam tidak hanya mencakup aspek transaksi ekonomi, tetapi juga
menyangkut distribusi yang adil dan kesejahteraan umat. Prinsip-prinsip seperti
zakat, wakaf, dan larangan riba menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun
ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Langkah-langkah konkret seperti
pengembangan lembaga keuangan syariah, pelatihan kewirausahaan berbasis
syariah, dan promosi investasi yang beretika dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan umat secara menyeluruh.
3. Zakat dan Wakaf sebagai Instrumen Kesejahteraan Umat:
Zakat dan wakaf tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban keagamaan, tetapi juga
sebagai instrumen penting dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Melalui pengelolaan yang efektif dan transparan, dana zakat dan wakaf dapat
dialokasikan untuk program-program yang mendukung pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan sosial, dan pengembangan ekonomi umat. Ini akan membantu
meningkatkan kualitas hidup umat Islam serta masyarakat secara luas.

Dengan menguatkan kesadaran akan peranan yang dimiliki, memperkuat


infrastruktur ekonomi berbasis syariah, dan mengoptimalkan pengelolaan zakat dan
wakaf, umat Islam di Indonesia dapat menjadi motor penggerak dalam membangun
masyarakat madani yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan
demikian, mereka dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai
visi pembangunan nasional yang lebih baik. Oleh karena itu maka Umat Islam harus
menunjukan perannya dalam mewujudkan Masyarakat Madani yaituantara lain;
1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus
kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi
5. yang adil.
6. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan
dan pendidikan rakyat.
7. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela
hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran,
kelompok buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di
siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lainlain).
8. Sebagai kontrol terhadap negara .
9. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang pada
dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokratis dan agamis/religius.Dalam
kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga Negara
Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang
cerdas,demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis argumentatif, dan
kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima
semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab,
memilihcalon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan
objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan mampu
menjadi saksi, memiliki wawasan yangluas, memiliki semangat toleransi mengerti
cita-cita nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman, adil dan makmur bagi
seluruh rakyat Indonesia.

C. Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat


Sistem ekonomi Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang berbeda dengan sistem
ekonomi konvensional. Prinsip-prinsip tersebut meliputi keadilan, keberkahan,
keseimbangan, dan solidaritas. Sistem ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat dengan menghindari praktik-praktik merugikan dan
mempromosikan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi semua pihak yang
terlibat.
Salah satu prinsip penting dalam sistem ekonomi Islam adalah zakat, kewajiban
membayar sebagian kekayaan kepada orang-orang yang membutuhkan, yang dapat
membantu mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial. Selain itu, wakaf atau
amal sholeh juga menjadi prinsip penting, mengacu pada sumbangan harta atau
properti untuk kepentingan umum seperti pembangunan masjid, sekolah, atau
rumah sakit.
Sistem ekonomi Islam juga menekankan pentingnya etika bisnis yang baik,
termasuk integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial, untuk mencegah praktik-
praktik merugikan dan menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan adil.
Dari pondasi ini, muncul empat prinsip ekonomi Islam:
1. Tauhid (Ketuhanan):
Prinsip tauhid menegaskan bahwa segala sesuatu, termasuk harta dan
kekayaan, adalah amanah dari Allah. Manusia diharapkan untuk
memperoleh dan mengelola kekayaan dengan baik serta mencari karunia
Allah. Dalam konteks ekonomi, ini berarti pengelolaan sumber daya dan
kekayaan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan
ketulusan.
2. Keadilan:
Keadilan adalah pilar utama dalam ekonomi Islam. Ini bukan hanya tentang
distribusi pendapatan yang merata tetapi juga tentang menegakkan keadilan
dalam segala aspek kehidupan ekonomi. Al-Qur'an menekankan pentingnya
keadilan sosio-ekonomi, yang berarti memastikan bahwa semua individu
memiliki akses yang adil terhadap sumber daya dan kesempatan untuk
mencapai kesejahteraan.
3. Kebebasan dan Tanggung Jawab:
Ekonomi Islam menghormati kebebasan individu, tetapi dalam konteks
tanggung jawab. Artinya, individu memiliki kebebasan untuk mengelola
kekayaannya, tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab moral untuk
menggunakan kekayaan tersebut dengan cara yang menguntungkan
masyarakat secara keseluruhan.
4. Maslahah (Kemaslahatan):
Prinsip maslahah menekankan bahwa tujuan utama dari hukum Islam adalah
untuk mencapai kemaslahatan umum. Dalam konteks ekonomi, ini berarti
bahwa setiap kebijakan atau tindakan ekonomi harus diarahkan pada
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya
keuntungan individu atau kelompok tertentu.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam sistem ekonomi, ekonomi
Islam menciptakan lingkungan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Ini menghasilkan distribusi yang lebih adil dari kekayaan dan
kesempatan, mengurangi kemiskinan, dan mempromosikan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Selain itu, dengan menempatkan nilai-nilai keimanan sebagai
landasan bagi kebijakan ekonomi, sistem ini membantu menjaga moralitas dan
integritas dalam interaksi ekonomi, yang pada gilirannya menciptakan lingkungan
bisnis yang lebih stabil, adil, dan berkelanjutan.
Kesejahteraan dalam sistem ekonomi Islam dicapai dengan memasukkan nilai-
nilai, dogma, norma, dan ajaran Islam sebagai unsur fundamental dalam
pengelolaan faktor produksi, konsumsi, dan distribusi barang dan jasa sebelum
memasukkan dalam sirkulasi hukum pasar. Hal ini menciptakan keselarasan dan
keseimbangan antara kepentingan individu, kelompok, dengan hukum pasar yang
diformulasikan melalui kebijakan lembaga sosial ekonomi masyarakat dan negara
yang berasaskan nilai-nilai keimanan.

REFERENSI
Abdurrahman, M. M. (2023). Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan
Masyarakat. Journal of Economics Business Ethic and Science Histories,
140-147.
Astuti, N. (2022). Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 87-90.
Mujahidin, S. (2021). Masyarakat Madani dan Politik. POLITEA: Jurnal Politik
Islam, 1-16.

Anda mungkin juga menyukai