Anda di halaman 1dari 6

LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

FAKTOR MASYARAKAT MADANI

Oleh: Gunawan Wiradharma, M.Si., M.Hum.

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu menjelaskan faktor-

faktor pembentuk masyarakat madani.

A. Faktor Pembentuk Masyarakat Madani


Jika berpatokan atau berlandaskan pada sejarah masa lalu, masyarakat madani cukup

kuat memberikan andilnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta sekaligus

juga berpatokan pada ketentuan konstitusi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi

pertumbuhan masyarakat madani:

1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi.

Sistem perekonomian yang baik dan demokratis sehingga masyarakat tidak

tergantung pada pemerintah (Pasal 33 UUD 1945).

2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki

komitmen untuk independen. Faktor kecerdasan bangsa (kualitas intelektual) dapat

menumbuhkan komitmen masyarakat untuk bersikap independen (alinea IV

Pembukaan UUD 1945 tentang tujuan negara) sebagai perwujudan kedaulatan

rakyat dan strategi demokratisasi (Pasal 1 ayat 2 UUD 1945).

3. Terjadinya pergeseran budaya dari paternalistik menjadi modern.

4. Berkembangnya pluralism yang beragam.

5. Adanya partisipasi aktif dalam rangka menciptakan tata pemerintahan yang baik.

6. Adanya keimanan dan ketakwaan yang melandasi moral kehidupan.

Dari uraian tersebut, paling utama diharapkan agar kaum intelektual atau cendekiawan

dapat memerankan diri sebagai aktor utama dalam proses perubahan sosial politik

karena fungsi sosial setiap cendekiawan ialah bertindak sebagai penyampai gagasan

pada masyarakat madani dan sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat

madani. Dengan kadar keilmuannya, kaum cendekiawan menjadi harapan berperan

Halaman | 1
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Cendekiawan hendaknya menjadi

kelompok masyarakat yang dinamis, mampu mengarahkan kehidupan masyarakat

menuju tatanan yang adil dan teratur, serta membawa masyarakat dan bangsa menuju

kehidupan yang lebih religius berperadaban. Masyarakat seperti inilah yang akan

disebut sebagai masyarakat madani.

Masyarakat madani timbul karena faktor-faktor berikut.

1. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat

dalam segala bidang agar menjadi patuh dan taat pada penguasa; tidak adanya

keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban

setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan; adanya monopoli

dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat

karena secara esensial masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh

kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

2. Masyarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang baik

(bodoh) dibandingkan dengan penguasa (pemerintah). Warga negara tidak memiliki

kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Sementara,

demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat

madani dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat yang berinteraksi dengan

masyarakat sekitarnya tanpa mempertimbangkan suku, ras, dan agama. Prasyarat

demokrasi ini banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena

masyarakat madani, bahkan demokratis di sini dapat mencakup berbagai bentuk

aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi.

3. Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan politik.

Keadaan ini sangat menyulitkan masyarakat untuk mengemukakan pendapat

karena ruang politik yang bebaslah individu berada dalam posisi yang setara dan

akan mampu melakukan transaksi-transaksi politik tanpa adanya kekhawatiran.

Halaman | 2
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

Bila merujuk pada konsep pengembangan masyarakat, setidaknya ada beberapa syarat

terbentuknya masyarakat madani di antaranya:

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam

masyarakat.

2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital)

yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas

kehidupan, terjalinnya kepercayaan, dan relasi sosial antar kelompok.

3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan atau dengan kata

lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

4. Adanya hak kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga

swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum di mana isu-isu kepentingan bersama

dan kebijakan publik dapat dikembangkan.

5. Adanya kohesivitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap

saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga

ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.

7. Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan-jaringan

kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar

mereka secara teratur, terbuka, dan terpercaya (Soim, 2015).

Tanpa prasyarat tesebut, masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon.

Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme1” yang sempit, yang

tidak ubahnya dengan paham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar

hak asasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang perlu

diwaspadai dalam proses mewujudkan masyarakat madani (DuBois dan Milley, 1992

dalam Soim, 2015).

1 Paham Sekularis, Pluralis, dan Liberalis.

Halaman | 3
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

B. Karakteristik dan Ciri Masyarakat Madani


Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu:

1. Diakuinya semangat pluralisme.

Pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga

mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan kata lain,

pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralisme

bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif, dinamis, dan

merupakan sumber serta motivator terwujudnya kreativitas yang terancam

keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan

penting bagi kita adalah sebuah perbedaan yang kosmopolitan akan tercipta

manakala manusia memiliki sikap inklusif dan mempunyai kemampuan (ability)

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, identitas sejati atas

parameter-parameter otentik agama tetap terjaga.

2. Tingginya sikap toleransi.

Toleransi dilakukan kepada siapa pun, baik terhadap saudara sesama agama

maupun terhadap umat agama lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan

sebagai sikap suka mendengar, menghargai pendapat, dan pendirian orang lain.

Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama

tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama.

Namun, juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberikannya hak hidup

berdampingan dan saling menghormati satu sama lain.

3. Tegaknya prinsip demokrasi.

Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan. Demokrasi adalah suatu

pilihan untuk bersama-sama membangun dan memperjuangkan perikehidupan

warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

Halaman | 4
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

Ciri-ciri masyarakat madani adalah:

1. Ketakwaan terhadap Tuhan yang tinggi.

2. Hidup berdasarkan sains dan teknologi.

3. Berpendidikan tinggi.

4. Mengamalkan nilai hidup modern dan progresif.

5. Mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang baik.

6. Mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan.

7. Menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan

lembaga masyarakat.

Halaman | 5
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-02

DAFTAR PUSTAKA

Culla, Adi Suryadi. - . Masyarakat Madani : Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-

Cita Reformasi. -

Fitri, Vita dkk. - . Civil Society: Konsep Ummah dan Masyarakat Madani. Yogjakarta: Jurnal

Husnul, Muhammad dkk. (2012). Konsep Masyarakat Madani sebagai Solusi Mewujudkan

Tata Pemerintahan yang Baik. Purwokerto: Jurnal

Pasaribu, Rowland. (2000). Masyarakat Madani. Jakarta: ebook

Soim, Muhammad. (2015). Miniatur Masyarakat Madani. Riau: Jurnal

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suroto. (2015). Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam Masa Postmodern (Sebuah

Analitis Kritis). Banjarmasin: Jurnal.

-. Negara Hukum dan Masyarakat Madani. Diakses tanggal 15 Februari 2017 pukul 14.00

dari http://sukadownload.blogspot.co.id/2013/11/negara-hukum-dan-

masyarakat-madani.html.

Halaman | 6

Anda mungkin juga menyukai