Anda di halaman 1dari 13

LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

PERAN MASYARAKAT MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

Oleh: Gunawan Wiradharma, M.Si., M.Hum.

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu menganalisis peran

masyarakat dalam membangun masyarakat madani.

A. Peran Masyarakat
Permasalahan rusaknya sistem dalam pemerintah, menurut sudut pandang masyarakat

madani, salah satunya karena sudah tidak ada etika. Selain itu, adanya penindasan

globalisasi terhadap negara-negara berkembang dilihat dari segi filosofi dan budaya

belum siap. Perbedaan tersebut harus segera ditangani dan ditanggulangi sesuai

dengan etika dan perubahan konsep pemerintahan. Dua hal itulah yang perlu menjadi

perhatian dalam upaya menanggapi tantangan globalisasi yang telah merusak etika

moral masyarakat (Azizy A. Q, 2004 dalam Husnul, 2012), yaitu:

1. Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup menurut agama;

2. Mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat di dunia, baik formalitas

administratif sesuai ketentuan yang ada di dunia sendiri maupun hakiki yang

mempunyai konsekuensi akhirat kelak (konsep akuntabilitas).

Dalam kenyataan praktik di lapangan, tidak ada satu pun sistem sosial dan sistem

pemerintahan yang benar-benar steril dari praktik KKN. Hal tersebut akan selalu

berbenturan dengan sifat individu-individu yang menginginkan jalan pintas dalam

memenuhi kebutuhan atau kepentingannya sendiri meskipun dengan kesadaran penuh

bahwa tindakannya tidak dibenarkan (Dwiyanto, 2006 dalam Husnul, 2012). Oleh

karena itu, upaya yang perlu dikembangkan ialah kewaspadaan dan terus-menerus

mengadakan perubahan-perubahan demi terwujudnya kesesuaian sistem dengan

karakter bangsa termasuk perubahan sistem sosial menuju sistem masyarakat madani.

Halaman | 1
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang berkepribadian masyarakat madani,

perlu ditempuh melalui dua langkah, yaitu langkah internal dan langkah eksternal

(Hardjapamekas, 2003 dalam Husnul, 2012). Berikut penjelasannya secara rinci.

1. Langkah internal:

a. Meluruskan orientasi.

b. Memperkuat komitmen.

c. Pertanggungjawaban sosial:

1) Tanggung jawab individual.

2) Tanggung jawab sosial.

d. Membangun kultur baru.

e. Rasionalisasi.

f. Memperkuat payung hukum.

g. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.

h. Debirokratisasi dan Desentralisasi.

2. Langkah eksternal:

a. Komitmen dan keteladanan elite politik.

b. Memperkuat posisi penegak hukum.

c. Partisipasi dan sinergitas serta kompetisi global.

d. Demokratisasi:

1) Kebebasan sosial berupa ruang publik.

2) Keadilan serta kesamaan hak dan kewajiban.

3) Demokratisasi anggaran berupa budget dan bantuan subsidi.

Salah satu bentuk peran masyarakat dalam membentuk civil society ialah dengan

pendirian institusi atau lembaga masyarakat madani. Institusi (lembaga) masyarakat

madani merupakan institusi (lembaga) yang dibentuk atas dasar motivasi dan

kesadaran penuh dari diri individu, kelompok, dan masyarakat tanpa adanya instruksi

(perintah), baik yang bersifat resmi (formal) dari pemerintah (negara) maupun dari

dalam diri individu, kelompok, dan masyarakat tertentu. Sifat atau karakteristik

lembaga (institusi) masyarakat madani adalah:

Halaman | 2
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

1. Independen; yaitu bahwa lembaga ini memiliki sifat yang bebas (netral) dari

intervensi lembaga lain, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah.

2. Mandiri; yaitu bahwa lembaga ini memiliki kemampuan dan kekuatan untuk

melaksanakan tugas dan fungsi lembaga dengan tidak melibatkan pihak lain di luar

institusi.

3. Swaorganisasi; yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga)

dilakukan secara swadaya oleh SDM lembaga.

4. Transparan; yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga)

dilakukan secara terbuka.

5. Idealis; yaitu bahwa pengelolaan, pengendalian, dan pelaksanaan institusi

(lembaga) diselenggarakan dengan nilai-nilai yang jujur, ikhlas, dan ditujukan bagi

kesejahteraan masyarakat banyak.

6. Demokratis; yaitu bahwa institusi (lembaga) yang dibentuk, dikelola, serta

dikendalikan dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri.

7. Disiplin; yaitu bahwa institusi (lembaga) dalam menjalankan tugas dan fungsinya

harus taat dan setia terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku.

B. Penerapan Masyarakat Madani di Indonesia


Di Indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan

kebangsaan yang dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan kemudian dilanjutkan oleh

Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999 dalam Rowland, 2000). Jiwa

demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif, baik dari

rezim Orde Lama maupun rezim Orde Baru. Tuntutan perjuangan transformasi menuju

masyarakat madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tidak terbendung lagi.

Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari pengalaman

sejarah bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan, adat istiadat, pandangan hidup,

kebiasaan, rasa sepenanggungan, cita-cita, dan hasrat bersama sebagai warga dan

sebagai bangsa tidak mungkin lepas dari lingkungan serta sejarahnya. Lingkungan, akar

sejarah, serta warga dan bangsa Indonesia sudah diketahui, baik kekurangan maupun

kelemahan serta juga diketahui kelebihan dan keunggulannya. Salah satu keunggulan

Halaman | 3
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

bangsa Indonesia adalah berhasilnya proses akulturasi dan inkulturasi yang kritis dan

konstruktif.

Pada saat ini, ada pertimbangan lain mengapa pengembangan masyarakat madani

harus secara khusus diberi perhatian. Kita hidup dalam zaman di mana interaksi tidak

saja berlangsung secara domestik dan regional, tetapi sekaligus secara global. Dari

idiom yang dipakai, kemauan dan kemampuan kita untuk adaptasi, akulturasi, dan

inkulturasi sangat kita diperlukan dalam masa reformasi menuju demokratisasi dewasa

ini. Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang

memegang teguh ideologi yang benar, berakhlak mulia secara politik, ekonomi, budaya,

bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil.

Menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah: (a) adanya kemandirian yang cukup

tinggi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat terhadap negara;

(b) adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik; dan

(c) kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan intervensi. Untuk

membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. Adanya perbaikan di sektor ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan

masyarakat untuk dapat mendukung kegiatan pemerintahan;

2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki

komitmen untuk independen;

3. Terjadinya persegeran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik

menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen;

4. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam;

5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik;

6. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan

(Rowland, 2000).

Masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara lainnya.

Karakteristik tersebut di antaranya adalah: (1) pluralistik atau keberagaman; (2) sikap

Halaman | 4
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

saling pengertian antara sesama anggota masyarakat; (3) toleransi yang tinggi; dan (4)

memiliki sanksi moral dalam kehidupan masyarakat.

Dari zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan perwujudan

masyarakat madani di Indonesia selalu menunjukkan permasalah yang sama. Beberapa

permasalahan yang bisa menjadi hambatan sekaligus tantangan dalam mewujudkan

masyarakat madani di Indonesia, yaitu:

1. Semakin bertambahnya orang miskin dan orang yang merasa miskin.

2. LSM dan partai politik banyak bermunculan sehingga memungkinkan berbagai

“ketidakjelasan”.

3. Pers berkembang pesat dan semakin canggih, tetapi justru “pesimisme” masyarakat

yang terjadi.

4. Kaum cendekiawan semakin banyak, tetapi cenderung berorientasi pada

kekuasaan.

5. Kurang percaya diri untuk bersaing dan senantiasa merasa rendah diri.

Dengan mencermati keadaan sekarang, diperlukan sebuah strategi jitu untuk mencapai

kehidupan yang madani. Proses pemberdayaan tersebut menurut Dawam Rahardjo

dapat dilakukan dengan tiga model strategi, yaitu:

1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik.

2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi.

3. Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang kuat

ke arah demokratisasi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menuju masyarakat

madani Indonesia tidak ditempuh melalui proses yang radikal dan cepat (revolusi),

tetapi melalui proses yang sistematis dan cenderung lambat (evolusi), yaitu melalui

upaya pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Melalui era reformasi, bangsa Indonesia memiliki tujuan untuk membina suatu

masyarakat Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi tahun

Halaman | 5
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

1945, yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia

yang demokratis atau masyarakat madani ala Indonesia merupakan visi dari gerakan

reformasi dan juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional.

Gerakan untuk membentuk masyarakat madani berkaitan dengan proses

demokratisasi yang sedang melanda dunia dewasa ini. Sudah tentu perwujudan

kehidupan yang demokratis untuk setiap bangsa mempunyai ciri-ciri tertentu di

samping ciri-ciri universal. Salah satu ciri dari kehidupan bermasyarakat Indonesia ialah

kebhinnekaan dari bangsa Indonesia. Pada masa orde baru, unsur kebhinnekaan itu

cenderung dikesampingkan dan menekankan sifat kesatuan bangsa. Padahal justru

dalam kebhinnekaan itulah terletak kekuatan dari persatuan bangsa Indonesia.

Beberapa kelebihan menggunakan wacana civil society untuk melihat prospek

demokrasi di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Sebagai kerangka analisis, wacana masyarakat madani mampu menjelaskan dan

membuka kesadaran tentang posisi saling berhadapan antara masyarakat dan

negara. Hal ini penting sebab selama ini tercipta satu persepsi umum di kalangan

masyarakat, khususnya masyarakat awam, bahwa antara negara dan masyarakat

adalah satu kesatuan yang manunggal. Upaya pemerintah melakukan hegemoni,

baik melalui penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

maupun melalui pelajaran di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, seperti

PMP (Pendidikan moral Pancasila), PSPB (Pendidikan Sejarah dan Perjuangan

Bangsa) dan semacamnya tampak berhasil membangun persepsi di kalangan

masyarakat untuk menempatkan dirinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

negara. Konsekuensi dari cara pandang semacam itu adalah pemerintah atau

penguasa diasumsikan sebagai suatu atau bahkan satu-satunya lembaga yang

dapat merumuskan dan mendefinisikan kepentingan serta tujuan bersama.

Kepentingan dan nilai yang diperjuangkan oleh negara dipahami sebagai

kepentingan dan nilai-nilai masyarakat. Dengan demikian, perlawanan terhadap

kepentingan dan nilai yang diperjuangkan negara dianggap tidak mempunyai

landasan moral karena berarti melawan terhadap kepentingan dan nilai-nilai umum

masyarakat itu sendiri. Wacana masyarakat madani dapat menggugah kesadaran

Halaman | 6
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

pada banyak pihak bahwa, antara negara dan masyarakat yang sebenarnya tidak

harus dipandang sebagai satu kesatuan. Masing-masing dapat dipahami sebagai

dua entitas yang saling berhadapan dan mempunyai aspirasi, kepentingan, dan

tujuan yang mungkin tidak selalu sama. Oleh karena itu, suatu kewajaran jika

antara masyarakat dan negara saling berkonflik untuk memperebutkan atau

memperjuangkan sesuatu yang sama maupun berbeda.

2. Wacana masyarakat madani dapat mengilhami sekaligus menjelaskan munculnya

berbagai gerakan-gerakan prodemokrasi di Indonesia. Keberhasilan gerakan civil

society di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah dalam menumbangkan rezim

totaliter atau otoriter dan menciptakan negara demokrasi dapat dijadikan pelajaran

berharga untuk melihat peran yang sama di negara-negara totaliter atau otoriter

yang lain. Wacana masyarakat madani dijadikan sebagai kerangka analisis untuk

menjelaskan proses transformasi menuju demokrasi di banyak negara.

Pengalaman Eropa Timur dan Eropa Tengah menunjukkan bahwa munculnya

gerakan masyarakat madani diawali oleh ketidakmampuan rezim totaliter di

kawasan tersebut untuk memenuhi janji-janjinya sendiri dalam menciptakan

kesejahteraan dan keadilan sosial. Di negara-negara ini, sistem totaliter di bawah

rezim komunis dihadapkan dengan kekuatan demokratis dalam masyarakat

madani yang bertujuan: (a) membebaskan individu dari cengkeraman penguasa;

(b) memulihkan kemandirian individu sebagai warga negara; (c) menuntut jaminan

hak-hak asasi manusia, kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, serta

keadilan yang merata di seluruh bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi maupun

politik. Fenomena tersebut menimbulkan revolusi harapan di sebagian masyarakat

Indonesia yang merasa tinggal di suatu negara yang mempunyai persamaan

dengan negara-negara di Eropa Timur dan Tengah, yakni kuatnya peranan negara.

Termasuk juga, persamaan kuatnya peran negara antara Indonesia dan beberapa

negara Amerika Latin yang mengalami proses transformasi demokrasi melalui civil

society. Dengan demikian, harapan yang patut diajukan adalah tidakkah akan

muncul fenomena yang sama, yaitu penguatan masyarakat madani dan proses

demokratisasi di Indonesia sebagaimana yang pernah terjadi di beberapa negara di

Halaman | 7
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

mana intervensi negara dalam kehidupan masyarakat cukup kuat. Revolusi harapan

inilah yang mengilhami munculnya gerakan prodemokrasi di Indonesia.

3. Wacana masyarakat madani dapat membantu mengidentifikasi kelompok-

kelompok strategis yang mempunyai kemungkinan besar tampil sebagai agen

demokrasi. Artinya, pengalaman kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat

madani di beberapa negara yang mengalami transformasi demokrasi melalui civil

society dapat dijadikan sebagai barometer untuk melihat peran yang sama yang

dimainkan oleh kelompok-kelompok tersebut di negara-negara lain. Di beberapa

negara ini, kelompok seperti buruh, petani, cendekiawan, gereja, partai politik, dan

semacamnya mempunyai peran yang cukup menentukan dalam proses

transformasi demokrasi. Wacana ini dapat menjadi pijakan untuk mengidentifikasi

kelompok-kelompok strategis yang dapat dijadikan sebagai agen demokratisasi di

Indonesia. Tentu saja, relevansi wacana tersebut tidak hanya sebatas sebagai

sarana untuk mengidentifikasikan kelompok prodemokrasi. Lebih dari itu,

identifikasi kelompok strategis ini dapat dijadikan oleh para "penggerak" demokrasi

di Indonesia sebagai "ladang garapan". Artinya, kelompok-kelompok masyarakat

madani seperti buruh, petani, cendekiawan, gereja, dan sebagainya yang di

beberapa negara lain berhasil melakukan gerakan transformasi demokrasi

dijadikan sebagai dasar untuk membangun penguatan masyarakat madani dan

agen demokratisasi di Indonesia.

4. Diskursus1 itu dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk merumuskan strategi

perjuangan masyarakat madani dalam rangka proses demokratisasi di Indonesia.

Berbagai strategi transformasi demokrasi di berbagai negara dapat dievaluasi yang

kemudian diseleksi yang paling cocok untuk kasus Indonesia. Dengan mempelajari

strategi transformasi, hal itu merupakan sesuatu yang penting karena tidak semua

masyarakat madani beserta kelompok-kelompok di dalamnya di berbagai negara

telah mengalami transformasi demokrasi itu menggunakan strategi yang sama.

1
Pertukaran ide.

Halaman | 8
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

Gerakan prodemokratisasi di Indonesia dapat mengadopsi berbagai strategi yang

pernah dilakukan di negara lain sesuai dengan kondisi Indonesia. Namun,

pemilihan strategi untuk mencapai tujuan di atas haruslah dilakukan secara tepat

sehingga tidak sama dengan cara yang ditempuh oleh rezim otoriter yang

ditentangnya. Strategi yang dilakukan dapat melalui strategi gerakan sosial melalui

mobilisasi massa secara besar-besaran, protes, dan pemogokan kaum buruh,

petani dan sebagainya, atau melalui strategi gerakan kultural lewat film, diskusi

kebudayaan, dan karya-karya sastra yang bertumpu pada landasan moral, atau

didasarkan pada semangat etis dan tanggung jawab sosial. Strategi gerakan

masyarakat madani semacam itu seperti yang terjadi di Cekoslowakia dan Polandia

ternyata berhasil menciptakan jaringan yang sangat luas, meliputi lembaga-

lembaga agama, kelas pekerja, petani, cendekiawan, dan sebagainya.

Sementara itu, beberapa kelemahan wacana atau konsep masyarakat madani jika

digunakan dalam menganalisis prospek demokrasi di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Konsep masyarakat madani dibangun dari budaya Barat (Eropa) sehingga dalam

beberapa hal mengalami benturan jika digunakan untuk menganalisis kasus

Indonesia, termasuk juga terhadap kasus di beberapa negara Asia yang lain. Oleh

karena itu, jika menggunakan konsep masyarakat madani dalam memahami proses

demokratisasi di Indonesia, kita harus hati-hati. Masyarakat madani adalah konsep

yang lahir dari sejarah dan "mimpi" Barat. Ia muncul bersama proses modernisasi,

terutama pada saat terjadi transformasi masyarakat feodal agraris menuju

masyarakat industrial kapitalis. Sebagai gagasan, ia lahir sebagai anak kandung

periode Pencerahan yang mengantarkan sekularisme sebagai pengganti agama.

Akibatnya, masyarakat madani di Barat dan Timur mempunyai fondasi historis yang

berbeda sehingga penggunaan konsepnya harus memerhatikan kondisi yang

berbeda tersebut (Mardin, 1995: 278-300). Selain itu, dengan menempatkan

demokrasi sebagai satu-satunya arah yang hendak dituju oleh perjuangan

masyarakat madani di Indonesia tampaknya juga harus hati-hati. Mungkin tak

semua perjuangan civil society di Indonesia menghendaki arah demokrasi liberal

sebagaimana yang terjadi di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah. Masih ada

Halaman | 9
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

sebagian kelompok yang menghendaki demokrasi pancasila. Selain itu, di dalam

demokrasi sendiri ternyata menyimpan banyak keterbatasan. Berbagai

keterbatasan itu tampaknya memengaruhi sebagian kelompok masyarakat madani

di Indonesia untuk mempertanyakan demokrasi macam apa yang hendak dituju.

2. Wacana tersebut ternyata tidak seluruhnya berisi cerita-cerita sukses transformasi

demokrasi, tetapi juga cerita minor. Konflik etnis dan agama yang begitu menguat

di beberapa daerah bekas Yugoslavia merupakan salah satu contohnya. Pertikaian

segitiga antar suku, ras, dan agama antara Kroasia, Serbia, dan Bosnia seakan

membenarkan tesis Hegel, yaitu bahwa masyarakat madani adalah suatu entitas

yang cenderung menghancurkan dirinya sendiri sehingga diperlukan intervensi

negara. Kenyataan ini setidaknya dapat meragukan optimisme Fukuyama, sebab

kebangkitan demokrasi liberal di berbagai negara setelah perang dingin justru

menimbulkan semangat nasionalisme kesukuan dan keagamaan (ethno religious).

Hal inilah mungkin letak relevansi tesis Hall bahwa nasionalisme merupakan salah

satu musuh (enemy) masyarakat madani (Hall, 1995: 12-4). Kasus-kasus khusus di

atas membawa pada satu kesimpulan penting bahwa gerakan masyarakat madani

di Eropa Timur dan Tengah ternyata tidak seluruhnya menghasilkan demokrasi.

Artinya, jalan menuju demokrasi melalui masyarakat madani ternyata tidak

semulus yang dibayangkan banyak orang, termasuk oleh pendukung gerakan civil

society itu sendiri. Kenyataan itu meragukan sebagian kalangan di Indonesia,

apakah penguatan masyarakat madani yang bisa berimplikasi pada penguatan

perasaan kesukuan dan keagamaan merupakan satu-satunya cara yang paling

tepat untuk menuju demokrasi di Indonesia.

3. Dari segi tradisi ketatanegaraan di Indonesia, setidaknya pada masa Orde Baru

yang baru lalu, penempatan masyarakat dan negara pada posisi yang berhadapan

kurang mempunyai landasan normatif atau hukum, setidaknya menurut

interpretasi penguasa. Para pemegang kekuasaan meyakini bahwa antara negara

dan masyarakat adalah hal yang tidak bisa diposisikan saling bertentangan. Dalam

tradisi konsep kekuasaan Jawa disebut sebagai "manunggaling kawula gusti"

Halaman | 10
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

(menyatunya rakyat dan penguasa). Dalam praktek kenegaraan modern, hal ini

dimanifestasikan dalam paham kenegaraan yang oleh Soepomo disebut negara

integralistik di mana kedaulatan negara pada taraf-taraf tertentu dapat mengatasi

kedaulatan rakyat. Perdebatan tentang paham negara integralistik dan kritik

terhadapnya.

4. Komponen-komponen masyarakat madani dikatakan sebagai prasyarat tegaknya

demokrasi modern di Indonesia sangat sulit terpenuhi. Hal itu disebabkan oleh tiga

hal, seperti adanya otonomi, akses pada lembaga-lembaga negara, dan adanya

ruang publik dan akses pada ruang tersebut. Di Indonesia, baik individu maupun

kelompok, sangat sulit memiliki otonomi yang kuat di hadapan negara, karena

sistem perwakilan kepentingan di Indonesia menggunakan sistem korporatisme

negara. Berbagai ruang publik yang ada seperti pers, misalnya, tidak bebas dalam

menjalankan perannya karena kontrol yang cukup ketat dari negara melalui

lembaga SIUP (Surat Ijin Usaha Penerbitan). Oleh karena itu, akses masyarakat

terhadap kedua komponen tersebut juga sangat lemah. Intervensi negara cukup

kuat, baik pada berfungsinya lembaga lembaga tersebut maupun pada masyarakat.

C. Perbaikan Menuju Masyarakat Madani


Berikut adalah beberapa sektor dalam kehidupan bernegara yang dapat dilakukan oleh

pemerintah untuk mewujudkan konsep negara menjadi masyarakat madani, yaitu:

1. Perbaikan di sektor ekonomi. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

a. Menciptakan lapangan pekerjaan;

b. Mengembangkan kelompok usaha dalam bentuk kelompok dan korporasi;

c. Mengembangkan semangat dan cinta produksi dalam negeri;

d. Melatih kemandirian dalam berusaha;

e. Mendorong UKM agar taat peraturan;

f. Mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan tentang pengembangan

sektor usaha kecil dan menengah serta memfasilitasi administrasinya.

Halaman | 11
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

2. Perbaikan di sektor pendidikan. Hal-hal yang dapat dilakukan:

a. Berantas buta huruf;

b. Wajib belajar 9 tahun;

c. Mengembangkan sistem pendidikan yang demokratis;

d. Mengembangkan organisasi kesiswaan;

e. Menggalakkan program-program beasiswa.

3. Perbaikan di sektor budaya. Hal-hal yang dapat dilakukan:

a. Cara berpikir yang ilmiah dalam sistem pemerintahan;

b. Sistem administrasi yang baik (good governance);

c. Peningkatan karakter bangsa yang disiplin, jujur, tepat waktu.

4. Perbaikan di sektor agama. Hal-hal yang dapat dilakukan:

a. Memberikan pendidikan agama sejak dini;

b. Mengembangkan sikap toleransi;

c. Mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan;

d. Menyediakan fasilitas untuk beribadah yang layak dan aman dari gangguan.

Dari hal-hal yang dapat dilakukan tersebut, tujuan masyarakat madani adalah:

(1) prinsip kesederajatan dan keadilan; (2) prinsip inklusivisme (keterbukaan); (3) bentuk

masyarakat madani adalah konsistensi, keseimbangan, moderat, dan toleran.

Halaman | 12
LECTURE NOTES – 1703-KWN-12-03

DAFTAR PUSTAKA

Culla, Adi Suryadi. - . Masyarakat Madani : Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-

Cita Reformasi. -

Fitri, Vita dkk. - . Civil Society: Konsep Ummah dan Masyarakat Madani. Yogjakarta: Jurnal

Husnul, Muhammad dkk. (2012). Konsep Masyarakat Madani sebagai Solusi Mewujudkan

Tata Pemerintahan yang Baik. Purwokerto: Jurnal

Pasaribu, Rowland. (2000). Masyarakat Madani. Jakarta: ebook

Soim, Muhammad. (2015). Miniatur Masyarakat Madani. Riau: Jurnal

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suroto. (2015). Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam Masa Postmodern (Sebuah

Analitis Kritis). Banjarmasin: Jurnal.

-. Negara Hukum dan Masyarakat Madani. Diakses tanggal 15 Februari 2017 pukul 14.00

dari http://sukadownload.blogspot.co.id/2013/11/negara-hukum-dan-

masyarakat-madani.html.

Halaman | 13

Anda mungkin juga menyukai