Anda di halaman 1dari 30

SISTEM POLITIK INDONESIA ((5))

MODERNISASI POLITIK
(Schoorl, 1984)
A. Pengantar
Modernisasi politik yang dimaksud adalah mengarah
pada modernisasi sistem politik.
Sistem politik suatu masyarakat ialah sistem sosial
yang dijadikan kerangka untuk menetapkan
kebijaksanaan kekuasaan dan untuk
melaksanakannya.
Kebijaksanaan itu menyangkut usaha dan
pelaksanaan tujuan2 yang oleh masyarakat dianggap
untuk kepentingan umum.
• Modernisasi politik menunjuk pada proses
diferensiasi dari struktur politik, sekularisasi
kebudayaan politik dan partisipasi politik yang
semakin besar dalam proses politik oleh
kelompok2 di seluruh masyarakat, sehingga
kapasitasnya, ketepatannya bertambah besar.
• Dalam definisi ini ada beberapa anasir yang
perlu dijelaskan:
1. Diferensiasi struktur politik berarti tumbuhnya
struktur yang khas untuk keperluan fungsi2
tertentu.
Dengan demikian tumbuhlah organisasi2
tersendiri untuk kegiatan politik seperti
perwakilan, pembuatan UU, pelaksanaan
keputusan, pemeliharaan sistem politik.
• Sementara itu kegiatan2 lain ditampung oleh
organisasi2 tersendiri yang sedikit banyak
terlepas dari organisasi2 politik, seperti
pengajaran, peradilan, agama dan sebagainya.
2. Sekularisasi kebudayaan politik yang dimaksud
adalah bahwa pendapat dan gambaran
tentang organisasi politik khususnya tentang
legitimasi kekuasaan itu makin lama makin
bersifat rasional-fungsional.
• Organisasi2 itu khususnya kekuasaan tidak lagi
didasarkan atas agama atau tradisi, akan tetapi
dipandang sebagai pranata buatan manusia yang
dapat dinilai dan diubah berdasarkan tujuan dan
fungsinya.
3. Karena integrasi masyarakat semakin besar dan juga
karena pesatnya perkembangan media komunikasi,
akan tetapi juga karena ketergantungan antar fungsi
semakin besar, maka bertambah besarlah partisipasi
kelompok2 sosial dalamproses politik.
• Bentuk partisipasi itu berbeda-beda menurut
tipe masyarakatnya.
• Di negara2 totaliter, partisipasi itu diperoleh
dengan adanya pengawasan yang lebih besar
oleh negara atas rakyat, sedangkan di dalam
suatu negara demokrasi dengan pengawasan
yang dilakukan oleh rakyat atas negara.
4. Diferensiasi struktur, rasionalisasi pendapat
dan bertambah besarnya partisipasi itu
memperbesar kemungkinan untuk menambah
kapasitas guna melaksanakan modernisasi dan
memecahkan masalah2 yang berhubungan
dengan modernisasi itu.
• Modernisasi politik itu dapat memainkan
peranan utama dalam proses modernisasi
keseluruhan, akan tetapi modernisasi politik
itu juga dapat bergerak karena proses2 yang
terjadi di bidang ekonomi dan sosial.
B. Modernisasi dan Golongan Politik
Dalam negara yang sedang memodernisasikan diri,
satuan2 politik yang ada seperti desa, ‘clan’, suku,
kerajaan, dan lain2nya mengintegrasikan diri ke
dalam satuan keseluruhan yang lebih besar yang
disebut negara.
Ini terjadi karena bertumbuh banyaknya hubungan2
di berbagai bidang seperti perdagangan,
pemeliharaan kesehatan dan pengajaran.
• Bersamaan dengan itu tumbuhlah kelompok2 sosial baru
yang memegang peranan penting dalam kehidupan
politik seperti pengusaha, buruh dan cendekiawan.
• Kalau dikehendaki adanya satu masyarakat politik, maka
kekuatan2 sosial tersebut juga harus mendapat
kesempatan untuk mengemukakan kepentingan mereka
dan diberi pengaruh dalam keputusan2 dalam
masyarakat politik itu.
• Hal ini diperlukan mengembangkan organisasi2 politik
untukmenyalurkan partisipasi yang bertambah besar.
• NATION BUILDING
Elit politik memikul tanggung jawab untuk
mempersatukan menjadi satu masyarakat politik semua
golongan penduduk yang bermacam-macam itu yang
tergabung dalam satu negara.
Anggota golongan2 harus dapat mengidentifikasikan
diri dengan keseluruhan.
Elit politik harus dapat mengembangkan rasa
nasionalisme, perasaan nasional, satu bangsa.
• Oleh Rustow dikatakan: “Nasion ialah
kelompok manusia yang serba lengkap berdiri
sendiri yang mengutamakan loyalitas kepada
kelompok sebagai keseluruhan di atas loyalitas
lain yang berlawanan. Negara nasional adalah
negara merdeka yang warga negaranya sama
dengan suatu nasion. Sedang nasionalisme
ialah keinginan untuk menciptakan,
memelihara dan memperkuat negara nasional.
• Proses terbentuknya masyarakat politik yaitu
terbentuknya sebuah nasion dalam kerangka
suatu negara dapat dipercepat dengan cara:
1. mengadakan kegiatan2 dan proyek2 yang
membangkitkan imajinasi warga negara, proyek
mercusuar.
2. dengan melalui pengajaran dan media massa
menekankan adanya persamaan nilai, norma,
dan sejarah, satu nasib.
3. Pembentukan tentara nasional dengan
partisipasi semua golongan penduduk dan ini
merupakan lambang dari satu negara yang
merdeka.
4. Mengadakan upacara2 pada kesempatan2
tertentu baik di sekolah2, di desa2, di kantor2
dan di lain tempat.
• MOBILISASI POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
Mobilisasi dan partisipasi politik merupakan
akibat dari proses modernisasi di bidang2
kehidupan masyarakat.
Perbaikan mengenai perhubungan seperti: jalan2,
perluasan fasilitas transport, penyebaran media
massa menyebabkan frekuensi dan volume
hubungan dalam suatu negara bertambah besar.
• Dengan melalui hubungan2 itu maka di semua
lapisan masyarakat terlibat dalam kegiatan2 dan
peristiwa2 baik di dalam negeri maupun dalam
hubungan dengan masyarakat dunia.
• Proses ini banyak mendapat bantuan terutama
dari pendidikan/pengajaran yang menyebar
luaskan pengertian2, ide/gagasan, nilai dan norma,
serta kesdaran sebagai suatu bangsa, tentang
kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.
• PRANATA POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK
Salah satu masalah besar yang dihadapi
negara menurut Huntington adalah kurang
berkembangnya pranata dan proswedur
politik.
Organisasi dan prosedur politik harus
memberi kesempatan kepada semua golongan
untuk menyalurkan kepentingan mereka.
• Apabila ini tidak tersalurkan maka akan timbul
banyak konflik dalam masyarakat yang
mengakibatkan banyaknya kekerasan dan tida
stabilnya suatu negara.
• Adanya proses modernisasi politik melahirkan
ketidakstabilan politik dan pertentangan yang
disertai kekerasan.
• ELIT DALAM MODERNISASI POLITIK
Elit politik merupakan posisi di dalam masyarakat di
puncak struktur2 sosial yang penting yaitu posisi2 tinggi di
semua bidang termasuk bidang politik.
Tipe elit:
1. elit kelas menengah
2. elit dinastik
3. pejabat kolonial
4. kaum intelek revolusioner
5. pemimpin2 nasional
• Tipe sistem politik:
1. demokrasi politik
2. demokrasi terpimpin
3. oligarkhi pembangunan
4. oligarkhi totaliter
5. oligarkhi tradisional
• MODERNISASI POLITIK DAN DEMOKRASI
POLITIK
Demokrasi politik sebagai model adalah
himpunan dari institusi2 dan prosedur2 yang
memberi kemungkinan kepada banyak
golongan dan kelompok untuk berpartisipasi
dalam proses politik.
• Demokrasi politik digunakan sebagai model
tergantung kepada beberapa faktor:
1. Kaum nasionalis menggunakan cita2
demokrasi dan lembaga2 demokrasi untuk
menuntut kemerdekaan.
2. Dalam pemikiran kaum nasionalis ada asosiasi
yang kuat di antara kesejahteraan dan kekuasaan
serta demokrasi, sebab semua negara kolonial
besar menggunakan sistem demokrasi politik.
3. Sebelum memberikan kemerdekaan,
negara2 kolonial berusaha agar negara baru
memakai sistem demokrasi.
4. Sistem politik yang memisahkan ke tiga
bidang kekuasaan.
• Demokrasi, Sistem Politik dan Korupsi
Dalam pelaksanaan demokrasi dan sistem
politik di suatu negara, terdapat kemungkinan
terjadinya praktek penyelewengan.
Penyelewengan baik di ranah eksekutif,
legislatif maupun yudikatif.
Termasuk yang paling banyak terjadi ada di
birokrasi.
• Korupsi adalah sebagai penggunaan
kekuasaan negara untuk memperoleh
penghasilan, keuntungan atau prestise
perorangan atau untuk memberikan
keuntungan sekelompok orang atau suatu
kelas dengan cara yang bertentangan dengan
undang2 atau dengan norma akhlak yang
tinggi.
Korupsi:
a. Penguasaan atas wilayah dan sumberdaya alam oleh segelintir
orang mendorong manusia saling berebut untuk menguasai.
b. Perebutan atas sumberdaya alam dan politik ini merupakan
awal terjadinya ketidakadilan (Wijayanto dan Ridwan (eds.),
2009).
c. Korupsi: ‘grand corruption’ dan ‘petty corruption’.
d. Ciri-ciri: dilakukan lebih dari satu orang, serba rahasia,
melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan, ingin yang tegas
dan mampu mempengaruhi keputusan, unsur penipuan,
pengkhianatan kepercayaan, melibatkan fungsi ganda
kontradiktif, melanggar norma – tatanan dan hukum (Alatas,
1975).
• Teori Korupsi:
1. Rent Seeking ilegal (Anne Krueger)
2. K = Monopoli + Diskresi + Akuntabilitas
(Klitgaard)
• Menurut Klitgaard: “corruption equals monopoly
plus discretion minus accountability”. Artinya, bahwa
di negara demokrasi sekalipun jika ingin memahami
korupsi harus dengan melihat tiga faktor, yaitu:
adanya monopoli, adanya diskresi, dan adanya
pertanggungjawaban. Korupsi terjadi manakala
terdapat akumulasi monopoli dan diskresi yang tidak
disertai tanggung jawab. Rumusnya adalah sebagai
berikut: “Corruption (C) = Monopoly(M) +
Discretion(D)– Accountability(A)”.
LANJUT………….

Anda mungkin juga menyukai