Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN GLOBALISASI

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja sehingga tergantung dari sisi
mana orang melihatnya.

Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat (wikipedia). Dan Globalisasi juga
merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring
atau dikontrol.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi
dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. seperti budaya
dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yg pertama kali menggunakan istilah Globalisasi
pada tahun 1985.

Secara etimologi, globalisasi berasal dari bahasa Inggris, yakni “globalize” atau
“menyeluruh” dan imbuhan “ization” atau “proses”. Susunan suku kata yang membentuk kata
“globalization” itu diartikan sebagai proses mendunianya segala sesuatu. Jadi, pengertian
globalisasi adalah suatu proses tatanan yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran
pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya. Menurut sosiolog
Indonesia Selo Soermardjan, globalisasi adalah proses terbentuknya komunikasi dan organisasi
di antara masyarakat yang berbeda di seluruh dunia dengan tujuan yang sama. Sedangkan
Tomlinson dalam buku Globalization and Culture (1999), mendefinisikan globalisasi sebagai
penyusutan jarak serta pengurangan waktu yang digunakan ketika manusia menjalankan
aktivitas. Dengan kata lain, globalisasi membuat banyak hal makin mudah dijangkau, secara fisik
maupun dengan sarana teknologi. Globalisasi bisa memberikan dampak positif bagi kehidupan
manusia, mulai dari kemajuan akses transportasi, informasi, hingga ekonomi. Namun, globalisasi
juga memiliki dampak negatif. Khusus di bidang politik, contoh dampak globalisasi adalah
masuknya nilai-nilai demokrasi di banyak negara, yang dibarengi dengan tumbuhnya kesadaran
berpolitik dari masyarakat, dampak globalisasi di bidang politik bisa berupa hal positif dan juga
negatif.
Berikut ini sejumlah dampak positif dan negatif dari globalisasi di bidang politik, dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. 1. Dampak positif globalisasi terhadap bidang
politik Masyarakat dapat menggunakan hak berpolitik dengan bebas. Hak Asasi Manusia
semakin diakui keberadaannya. Masyarakat dapat menggunakan haknya secara langsung 2.
Dampak negatif globalisasi terhadap bidang politik Musyawarah sebagai proses demokrasi
semakin ditinggalkan. Masyarakat cenderung mementingkan kepentingan kelompok daripada
kepentingan umum. Sering terjadi aksi anarkis yang sulit dihindari.

2. DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP BIDANG POLITIK DI INDONESIA


Seperti yang telah disebutkan diatas, globalisasi tidak hanya meliputi bidang ekonomi,
namun meliputi segala aspek kehidupan masyarakat. Aspek politik pun tidak luput dari
globalisasi tersebut. Ketika mendengar ungkapan "politik global" yang ada di benak kita adalah
percaturan perebutan kekuasaan, dan pengaruh di dunia global antara kekuatan-kekuatan besar di
dunia. Percaturan tersebut kadang berupa proses politik yang melibatkan banyak negara,
lembaga internasional dan kepentingan kelompok tertentu. Bagi Indonesia sendiri banyak juga
hal-hal positif yang bisa dirasakan oleh bangsa dari dinamika bidang politik global saat ini,
Bangsa kita lebih banyak menjadi korban percaturan politik global ataukah menjadi
pemeran.Rasanya sejauh ini bangsa kita lebih banyak menjadi korban dari pada menjadi pemeran
dalam percaturan politk global.

Suatu contoh, belitan hutang luar negeri yang tidak kunjung lepas, nilai tukar mata uang
kita yang terus terpuruk, perusahaan-perusahaan asing yang menguasai ladang-ladang mineral
kita, tenaga kerja kita yang dibeli secara murah di luar negeri, aset-aset penting kita juga tidak
sedikit yang dikuasai oleh kekuatan asing dan bahkan kebutuhan dasar seperti beras di negeri
kita yang subur itu juga telah tergantung pada pasar asing. Di lain pihak bangsa kita juga ternyata
sama sekali tidak tahan terhadap dengan kekuatan-kekuatan destruktif global seperti gerakan
terorisme, sparatisme, radikalisme dan bahkan jaringan obat terlarang global. Ini menunjukkan
betapa nasionalisme bangsa kita sebenarnya telah banyak terkikis oleh internasionalisme.

3. LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DIAMBIL INDONESIA DALAM


MENGHADAPI DAMPAK GLOBALISASI

Supaya Indonesia tidak hanya sebagai korban dalam arus globalisasi diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas, dan itu berarti dimulai dari pendidikan yang memadai untuk
membentuk tenaga manusia yang berpotensi, yang pertama untuk pengembangan ekononi negara
karena diantara salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saing ekonomi. Yang dari sini bila itu
dapat terwujud akan memperkecil dependensi negara pada badan-badan moneter internasional,
dengan begitu kebijakan otonomi nasional akan terwujud, dan apa yang disebut kesejahteraan
rakyat, melalui pemerataan distribusi penghasilan, juga stabilitas nasional akan dapat
terkedepankan. Dengan demikian pendidikan adalah permulaan yang penting demi menuju
kemajuan suatu negara.

Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi sebatas penjaga
keamanaan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang profesional. Semakin menguatnya tuntutan
terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel
Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan
bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Semakin menguatnya supremasi hukum,
demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia. Partisipasi aktif
dalam percaturan politik untuk menuju perdamaian dunia. Memperluas dan meningkatkan
hubungan dan kerja sama Internasional. Menegakan nilai-nilai demokrasi. Kerjasama antar
negara jadi lebih cepat dan mudah. Meningkatnya hubungan diplomatik antar negara.
Memberikan dorongan yang besar bagi konsolidasi demokrasi di banyak negara.

Dampak Positif :
Timbulnya fanatisme rasial, etnis, dan agama dalam forum. Semakin meningkatnya nilai-
nilai politik individu, kelompok, oposisi, diktator mayoritas atau tirani minoritas. Adanya
ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Timbulnya gelombang demokratisasi (Dambaan akan kebebasan). Para
pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan pembangunan untuk
mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci
dalam proses pembangunan.

Dampak Negatif :

Lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah


mufakat, dan gotong royong. Internasional selalu mengarah kepada persekongkolan. Adanya
konspirasi internasional, yaitu pertentangan kekuasaan dan percaturan politik. Timbulnya unjuk
rasa yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum. organisasi.

Malcolm (1995) mengungkapkan bahwa ada empat ide dasar mengenai globalisasi. Ide-
ide tersebut adalah kedaulatan negara, proses penyelesaian masalah, organisasi dan hubungan
internasional serta budaya politik. Keempat ide tersebut berhubungan dengan dimensi material
pada suatu peningkatan dan saling berhubungan diantara unit-unit politik yang terpisah dari
masyarakat. Kedaulatan negara dimulai dari hubungan antar masyarakat sampai kebutuhan untuk
mengeksiskan sumberdaya di sebuah negara dan kemungkinan pergantian konsep pemerintahan.
Kekuatan demokrasi (yang dipahami sebagai kekuatan massa) memakai media partai sebagai
corong pembelaan ideologinya. Partai sendiri mencoba untuk mengatur kesejahteraan anggota
partainya masing-masing. Untuk itu perlu stabilitas politik yang mantap.

Kebutuhan akan agenda dan masalah bersama di antara negara-negara di dunia


mengerucut kepada ide untuk membentuk organisasi internasional. Konsensus dari organisasi
internasional ini membawa kesadaran kolektif beberapa negara tehadap permasalahan yang
dihadapinya. Pada akhirnya, jaringan organisasi dan hubungan internasional lebih mudah untuk
digunakan dari pada kemampuan kekuatan diplomatik antara negara. Nilai dan budaya politik
mengerucut kepada kebutuhan akan kesamaan cara pandang dalam memahami hubungan antar
negara. Implikasinya setiap negara kembali menguatkan tradisi nasionalnya agar tetap mampu
bersaing dalam dunia global. Kekuatan budaya negara dan bangsa akan memenangkan
pertarungan dalam globalisasi ini. Untuk itu perlu kombinasi yang kuat antara system
kapitalisme dengan nilai demokrasi sebuah negara.

4. Ideologi politik

Ideologi adalah seperangkat tujuan dan ide-ide yang mengarahkan pada satu tujuan,
harapan, dan tindakan. Jadi, ideologi politik dapat diartikan sebagai seperangkat tujuan dan ide
yang menjelaskan bagaimana suatu rakyat bekerja, dan bagaimana cara mengatur kekuasaan.

a. Ideologi Pancasila
Pancasila adalah paham ideologi yang berdasarkan lima sila dalam Pancasila. Ideologi
Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam
pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi
atas Ideologi Pancasila terhadap agama.

Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila dijadikan pedoman oleh masyarakat
Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas
Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi
manusia, dan bekerja sama.

b.Ideologi Liberalisme

Liberalisme berasal dari kata liberalis yang berarti bebas. Dalam liberalisme, kebebasan
individu, pembatasan kekuasaan raja (pemerintah), dan persaingan pemilik modal (kapital).
Karena itu, liberalisme dan kapitalisme terkadang dilihat sebagai sebuah ideologi yang sama.

Liberalisme muncul pada abad ke akhir abad 17, berhubungan dengan runtuhnya
feodalisme di Eropa dan dimulainya zaman Renaissance, lalu diikuti dengan gerakan politik
masa Revolusi Prancis. Liberalisme pada zaman ini terkait dengan Adam Smith, dikenali sebagai
liberalisme klasik. Pada masa ini, kerajaan (pemerintahan) bersifat lepas tangan, sesuai dengan
konsep Laissez-Faire. Konsep ini menekankan bahwa kerajaan harus memberi kebebasan
berpikir kepada rakyat, tidak menghalang pemilikan harta individu atau kumpulan, kuasa
kerajaan yang terbatas dan kebebasan rakyat.

C.Ideologi komunis

Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad
ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian
dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut
komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara
perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang
disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Anda mungkin juga menyukai