Budaya Barat sangat bertentangan dengan Bangsa Asia khusunya Indonesia yang dianggap
Budaya Timur. Di era Globalisasi ini, dengan mudahnya Budaya Barat masuk melalui
media internet, tv, ataupun media cetak yang kemudian diserap oleh banyak kaum muda.
Hal ini saling berkesinambungan dengan pengaruh buruk lainnya dari globalisasi.
1. Cultur Shock
Memberi salam atau mencium tangan orang tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki”
yang diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang
lebih mengedepankan etika dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-
Cipiki” dianggap dosa bila dengan lawan jenis.
2. Sikap Meniru
Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda.
Misalnya perkelahian antarpelajar dan pelajar yag terintimidasi dalam sekolah.
b. Meniru Idola
Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh, pasti ingin sama persis menjadi seperti
idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Kita ambil contoh, siapa yang tak
kenal Lady Gaga? Ia adalah salah satu dari banyak contoh penyanyi papan atas dari luar
negri yang banyak dikagumi. Tak sedikit kaum muda yang mengidolakannya dan
mengikuti gaya serta penampilannya. Cara berpakaian yang tak lazim bahkan mungkin
dapat dikatakan “gila” serta lirik lagunya yang “satanic”. Tapi semua itu seolah tak berarti,
dan tetap diikuti.
Barat yang identik dengan liberalisme, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena trend
pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa Barat pun
perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah
mejadi hal yang lumrah.
Cultur lag ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.
Hal yang tidak biasa dalam masyarakat kini telah menjadi lazim untuk dilakukan. Hal ini
akibat kebebasan yang diajarkan budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai
tanggung jawab.
5. Sekularisme/Sekulerisme
Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah
dari agama atau kepercayaan. Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada
umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakankebebasan beragama yang
hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa
agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul
dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.
Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi
bidang sosial budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan
IPTEK”. Kemajuan IPTEK adalah dampak positif dari globalisasi dalam bidang
Teknologi, namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial Budaya yang
diantaranya melahirkan gaya hidup yang:
a. Mewah
Suatu gaya hidup yang mengedepankan merk dari barang-barang yang dikonsumsinya.
Segala sesuatunya haruslah mewah denga harga yang menakjubkan.
b. Individualistis
Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga
ataupun mengobrol. Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah
dengan internet, bahkan kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat
jauh. Inilah akar dari individualistis yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara
langsung. Hal ini akan sangat fatal karena menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak
memperdulikan orang lain selain dirinya.
c. Pragmatisme
Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri
sendiri. Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat.
Tapi semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai gotong royong dan
tolong-menolong. Individu lebih mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan saja.
d. Matrealisme
Suatu paham yang menilai segala sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha
memperkaya diri dengan materi berlebih. Gaya hidup seperti ini sepatutnya dihindari
karena tidak semua barang dapat dinilai secara materi.
e. Hedonisme
Hedonisme menjiwai para pengusaha lokal yang hidup di beberapa negara miskin. Mereka
meraih keuntungan yang banyak dengan cara menggali sumber daya alam tanpa batas.
Tangan-tangan merekalah yang telah menggunduli hutan, mengotori sungai, mencemari
ekosistem laut, dan penebar racun di udara. Para pengusaha lokal tersebut memperkaya
diri mereka demi sebuah kesenangan hidup. Padahal secara tidak langsung, mereka telah
menghancurkan keseimbangan alam dan menghilangkan mata pencaharian bagi orang-
orang yang bergantung pada alam.
f. Permisif
Suatu paham yang membiarkan sesuatu hal yang dianggap tabu untuk diperlihatkan.
Contoh dari pemahaman ini adalah Bangsa Barat yang mengajarkan untuk bertelanjang
dada untuk pria bahkan sebagian wanita Barat yang ekstrem ikut bertelanjang dada. Sikap
permisif tersebut berangsur-angsur mulai tumbuh dikalangan kaum pria. Tapi untuk
kaum wanita kebanyakan tentunya tidak melakukan hal demikian. Terlebih aturan
beberapa negara terutama bangsa Timur yang sangat membatasi.
g. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu
banyak. Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir
yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
2. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
Setelah membahas bagaimana Globalisasi dapat memberikan dampak yang begitu dahsyat
bagi kita semua, ada satu hal pengaruh Globalisasi yang saya rasa dapat dikategorikan
sebagai dampak positif sekaligus dampak negatif, yaitu
“Wanita Karier (Emansipasi Wanita)”
(Memasak Didapur)
Dulu terdapat aturan bahwa anita tidak diperbolehkan masuk kedalam dunia kerja. Tugas
mereka hanyalah menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anggota keluarga. Inilah
ketentuan yang berlaku sebelum
(Bekerja dikantor/perusahaan)
Namun pada era Globalisasi ini, aturan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Mengurus
Rumah Tangga bukanlah lagi tugas wajib dari seorang wanita yang sudah berkeluarga.
Banyak wanita yang masuk kedalam dunia kerja. Dan tidak jarang mereka kaum wanita
sukses menjadi wanita karier ataupun memimpin perusahaan.
Mengapa dapat dikategorikan positif maupun negatif? Karena wanita yang sudah
berkeluarga tentu memiliki tanggung jawab mengurusi rumah tangganya selagi suami
berkerja. Namun apabila wanita ikut berkarier, lalu siapakah yang akan mengurus rumah?
Dan hal yang sangat fatal adalah kurangnya kasih sayang ibu pada anaknya. Namun hal ini
menjadi positif manakala wanita membawa perubahan baru, ikut memperbaiki
perekonomian.
Mungkin yang perlu disikapi adalah mengambil hal positifnya dan meminimalisir
kemungkinan buruknya.
Berkaitan dengan dampaknya dibidang social budaya, maka sebagai generasi muda
penerus bangsa, kita harus mengambil sikap untuk menghadapi Globalisasi, diantaranya:
1. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan Dan Moralitas Masyarakat
Meskipun Globalisasi datang dengan setumpuk pengaruh negative, namun dengan perisai
keimanan dan moral yang tinggi, maka pengaruh Globalisasi khususnya yang
menimbulkan sifat-sifat seperti matrealistis, hedonisme, permisif, dan lain-lain tidak akan
bisa menguasai diri kita. Maka keimanan dan moral kita dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara perlu dibenahi dan ditingkatkan lagi.
2. Meningkatkan Jiwa Dan Semangat Persatuan, Kesatuan, Dan Nasionalisme
Lunturnya sikap gotong-royong, tolong-menolong yang telah diajarkan oleh nenek
moyang kita diakibatkan kurangnya rasa persatuan. Jiwa indivisualisme lebih kental pada
setiap individu. Rasa kesatuan dan Nasionalisme pun ikut pudar karena lebih memilih hal-
hal yang menguntungkan saja. Perlu adanya kesadaran diri untuk memupuk dan
meningkatkan rasa persatuan, kesatuan dan Nasionalisme
3. Melestarikan Kebudayaan Dan Adat Istiadat Daerah
Jika bukan kita sendiri sebagai generasi muda yang turut melestasikan warisan budaya
leluhur, lalu adakah orang lain? Kebiasaan yang ada dalam masyarakat pun mulai hilang
ketika Globalisasi dating. Globalisasi perlahan-lahan dapat mengikir budaya asli. Ini
sangat berbahaya. Sebagai generasi muda, kita harus melestarikan budaya dan adat
istiadat daerah bersam-sama
Setelah nilai globalisasi menyatu dengan nilai dasar budaya bangsa maka kita sebagai
bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai bangsa,
yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang dilandasi
oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk ber kompetisi dalam dunia
global. Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi
adalah sebagai berikut:
a. Berkompetisi dalam kemajuan iptek;
b. Meningkatkan motif berprestasi;
c. Meningkatkan kualitas/mutu;
d. Selalu berorientasi ke masa depan.
Terlebih lagi kita memiliki Pancasila yang merupakan penyaring terhadap pengaruh
globalisasi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap dan usaha untuk
menghadapi pengaruh dari proses globalisasi, di antaranya sebagai berikut.
Selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sebagai penyaring terhadap pengaruh globalisasi yang bersifat negatif.
Selalu meningkatkan penghayatan dan pengamalan kita terhadap Pancasila untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Selalu meningkatkan ilmu pengetahuan kita agar dapat menilai mana yang dianggap baik
dan benar terhadap pengaruh globa lisasi.
Selalu meningkatkan pendidikan dan keterampilan kita agar dapat menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain.
Selalu meningkatkan penguasaan kita terhadap teknologi modern di segala bidang
sehingga tidak tertinggal dan bergantung pada bangsa lain.
Selalu mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tradisional agar tidak digantikan
oleh budaya bangsa asing.
Selalu meningkatkan kualitas produk hasil produksi dalam negeri sehingga dapat
igunakan dan selalu dicintai oleh masyarakat dalam negeri. Selain itu, produk hasil
produksi dapat bersaing dan dapat merebut pasar lokal serta internasional.
Selalu menumbuhkan sikap terbuka dan tanggap terhadap pembaruan sehingga mampu
menilai pengaruh yang dinilai baik bagi pembangunan. Jadi sifat-sifat positif manusia
modern sangat penting dikembang kan dalam era globalisasi.
BAB. KESIMPULAN
Banyak pola hidup negatif akibat Globalisasi seperti konsumerisme, pragmatism,
hedonism, matrealisme dan lain-lain. Semua sikap tersebut akan melunturnya semangat
gotong royong, solidaritas, kepedulian, & kesetiakawanan sosial serta nilai-nilai agama.
Nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara pun akan pudar
karena dianggap tidak ada hubungannya.
Namun juga terdapat beberapa dampak positif yang dapat kita rasakan:
1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir
yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
2. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
Setelah mengungkapkan berbagai macam pengaruh Globalisasi, pengaruhnya yang
merujuk pada sisi negatif dapat menghancurkan suatu Negara. Pengaruhnya secara garis
besar mengenai sasaran yaitu:
1. Menyebabkan erosi budaya
2. Kehilangan jati diri dan identitas bangsa
3. Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotisme
Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah
sebagai berikut:
a. Berkompetisi dalam kemajuan iptek;
b. Meningkatkan motif berprestasi;
c. Meningkatkan kualitas/mutu;
d. Selalu berorientasi ke masa depan.