Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Persfektif Global dalam Keanekaragaman Budaya


Keanekaragaman budaya merupakan sebuah konsep utama dalam pendidikan
ilmu pengetahuan sosial. Untuk dapat memahami umat manusia dan dunia ini
maka orang harus mempelajari adanya kesamaan-kesamaan dan sekaligus
perbedaan dari orang-orang yang hidup di dunia berikut budayanya.
Keaneragaman mengisyaratkan adanya perbedaan-perbedaan dan kesamaan
menunjukkan adanya kemiripan-kemiripan. Dengan berpegang pada prinsip ini
maka pembelajar akan mampu menghargai, menghormati, dan mengerti budaya
sendiri maupun yang dimiliki kelompok lain. Kebersamaan maupun perbedaan ini
dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat melalui: seni yang dimiliki, bahasa,
organisasi sosialnya, dan sebagainya. Charlotte C. Anderson menggambarkan
kehidupan manusia dalam budaya dunia adalah sebagai berikut:

Human Being
Whose home is
Planet Earth
who are citizens of
A Multicultural Society
living in an increasingly
Interrelated Word
and who
Learn, Care, Think, Act
to celebrate life in on this planet
and
to meet the global challenges confronting humankind

Pertanyaan tersebut dapat diartikan bahwa mereka adalah umat manusia


penghuni planet bumi ini, menjadi warga Negara dari suatu masyarakat yang
beranekaragam kebudaannya, hidup dalam dunia yang semakin saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Setelah murid belajar mengenai presfektif global
diharapkan kemampuan murid dalam berkehidupan sosial di segala tingkat
meningkat. Mereka ini perlu belajar perduli, berpikir, memilih, dan sekaligus
melakukan tindakan-tindakan agar mampu menikmati kehidupan dalam planet
bumi ini sekaligus mempu menghadapi tantangan-tantangan global yang melanda
umat manusia. Setelah murid belajar persfektif global mereka diharapkan mampu
hidup dalam segala tindakan masyarakat dan mengalami kemajuan dalam berpikir
serta bertindak yang ditandai dengan adanya:
a. Self-awareness, siswa yang mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni
planet bumi, warga Negara dari dari masyarakat yang beranekaragam
budayanya, hidup dalam dunia yang makin kompleks interaksinya, mampu
belajar, berpikir, pedui, memilih dan bertindak sehingga bisa menikmati
kehidupan di dunia ini sekaligus mampu menghadapi tantangan-tantangan
yang datang padanya.
b. Self-esteem and sense of efficacy, riset-riset yang diadakan untuk
mengetahui factor-faktor apakah yang menyebabkan seseorang menjadi
warga Negara yang aktif berpartisipasi, ternyata ditentukan oleh adanya
perasaan bahwa dia bisa berarti bagi orang lain dan bisa meraih sesuatu
melalui keterlibatannya dalam partisipasi tersebut, apabila seseorang
merasa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan melihat keterlibatannya
dalam kehidupan masyarakat sia-sia/tak membuahkan hasil, maka dia akan
menjadi orang yang pasif.
c. Consciousness of perspektif, siswa mampu menghargai hasil karya orang
lain dan menerima pendapat atau keyakinan orang yang berbeda darinya.
Bila orang mempunya sifat ini maka kemampuan berempatinya akan
meningkat dan sifat-sifat egosentrisme maupun etnosentrisme-nya akan
makin menghilang.
d. Empathy, sifat ini digambarkan sebagai kemampuan seorang untuk
merasakan sebagai orang lain, dengan kemampuan ini seseorang akan
mampu memahami kebutuhan, perasaan, dan kepenntingan orang lain.
e. Altruism, sifat ini lebih sempurna dari empati. Empati hanya merupakan
kemampuan orang untuk memahami kebutuhan, perasaan, dan
kepentingan orang lain, sedangkan altruism disertai dengan perbuatan
nyata bahkan kalau perlu dengan berkorban diri.
f. Avoidance of stereotyping, stereotip merupakan penilaian sebagian
kelompok masyarakat untuk keseluruhan (disamaratakan). Stereotip
muncul baik dalam perkataan maupun perbuatan dan ini yang mengganggu
interaksi sosial manusia.
g. Growing beyond egocentric and ethnocentric perspektives, egosentris
adalah asumsi dari seseorang bahwa pendapatnya hanya dia yang punya
dan yang paling benar dalam dunia ini, sedangkan ethnosentrisme
lingkupnya lebih luas dari individu yaitu bahwa kelompoknya merupakan
pusat dari segala-galanya, karena itu tindakan-tindakan, kebiasaan-
kebiasaan, lembaga-lembaga dan ideology yang dimiliki kelompoknya
dianggap lebih baik dari yang dimiliki oleh kelompok lain.
2.2 Kebudayaan
2.3 Stereotif
2.4 Prejudis
2.5 Etnosentris
2.6 Kekompakan dalam Keanekaragaman

Anda mungkin juga menyukai