Anda di halaman 1dari 18

Tradisi, Modernisasi dan Masyarakat Madani

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adat atau tradisi biasanya diartikan sebagai suatu ketentuan yang berlaku
dalam masyarakat tertentu, dan menjelaskan satu keseluruhan cara hidup dalam
bermasyarakat.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi mempunyai dua
arti: Pertama, adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan masyarakat.
Kedua, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara
yang paling baik dan benar.Dengan demikian, tradisi merupakan istilah generik
untuk menunjuk segala sesuatu yang hadir menyertai kekinian.

Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi.


Hal ini terbukti dengan   banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna
memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-
hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia melibatkan
Negara-negara lain. Dalam banyak proyek pengembangan ilmu pengetahuan
seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan, Negara-negara
lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas.

Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di


masyarakat Barat modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi,
terutama pada saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat
Barat modern.Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani
pada mulanya merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem
kenegaraan.Masyarakat madani atau civil society ini memiliki karakteristik untuk
menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan
prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society,
dan juga memiliki pilar-pilar untuk menegakan dan terwujudnya civil society atau
masyarakat madani.
B. Rumasan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tradisi, modernisasi dan masyarakat madani?


2. Bagaimana problematika peradaban bagi kehidupan manusia?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tradisi


2. Mengetahui bagaimana problematika peradaban bagi kehidupan manusia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. TRADISI, MODERNISASI, DAN MASYARAKAT MADANI

1. Tradisi
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa,
merupakan satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke
abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan
sendiri – sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda satu sama lain. Adat
istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang merupakan
adat kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat karena adanya
penilaian bahwa cara – cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan
benar, serta hal ini merupakan sumber yang mengagumkan bagi kekayaan budaya
bangsa. Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh
daerah – daerah suku – suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian
dasar dan sifatnya adalah satu, yaitu keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka
adat bangsa Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat bangsa Indonesia yang
“Bhinneka Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

2.  Modernisasi
a)  Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar
ke dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi
pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke
– 18, yang mengubah cara produksi tradisional ke modern. Di bidang ekonomi,
modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi
barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal. Di bidang politik, dikatakan
bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada masyarakat nasinal dengan
integrasi yang baik. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi,
yaitu :
1) Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup
manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman
yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi
kesejahteraan manusia.
2) Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup
dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai
tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami
kemajuan.
3) Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan
tingkat yang berbeda – beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup
yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas – luasnya.
4) Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi
dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah
masyarakat ke arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut
penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.
b)  Syarat-syarat Modernisasi.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak
mengarah pada angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa
syarat, yaitu :
 Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun
masyarakat.
 Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan
birokrasi.
 Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada
suatu atau lembaga tertentu.
 Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi masa. Tingkat
organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak
pengurangan kepercayaan.  Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
c)  Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
 Keutuhan materi dan ajang kebutuhan manusia.
 Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi,
diferensasi, dan akulturasi.
 Modernisasi banyak menberikan kemudahan bagi manusia.
  Berkat jasanya, hampir senua keinginan manusia terpenuhi.
 Modernisasi juga memberikan dan melahirkan teori baru.
 Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta
orientasi kebendaan yang berlebihan.
 Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan
menumpuk kekayaan.

3.  Masyarakat Madani


Menurut Wirutomo (2002), di Indonesia kata “civil society”diterjemahkan
sebagai masyarakat sipil, masrakat warga, masyarakat madani, atau masyarakat
adab.[16] Apapun bentuk tindakannya yang pasti konsep itu menyangkut sutu
ruang gerak masyarakat yang berada di luar negara. Karena bidang politik pada
masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul konsep civil
society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih luas
lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan peradaban masyarakat, yaitu suatu
kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki
banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market.”
Merujuk pada Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani,
diantaranya:

 Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

 Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang


mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.

 Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara


dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

 Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena


keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

 Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim


totaliter.

 Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-


individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan
diri sendiri.

 Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial


dengan berbagai ragam perspektif.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat


madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari
akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted.
Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari poses
sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji,
masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai
masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerinthana
demokratis yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian
(masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil
responsibility dan civil resilience). Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi
tujuh prasyarat masyarakat madani yang tanpa prasyarat berikut maka masyarakat
madani hanya akan berhenti pada jargon, prasyarat tersebut adalah sebagai
berikut:

 Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam


masyarakat.

 Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail


capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-
tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.

 Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata


lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

 Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-


lembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu
kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.

 Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap


saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

 Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga


ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
 Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi
antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

Tanpa prasyarat diatas maka masyarakat madani akan terjerumus pada


masyarakat “sipilisme” yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham
militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia. Dengan
kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam proses
mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992). Rambu-rambu
tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat menjadi sebuah
entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara-bangsa:

1. Sentralisme versus lokalisme.

Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe pemerintahan yang


sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak
ke dalam faham lokalisme yang mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa
memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.

2. Pluralisme versus rasisme.

Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan antara berbagai kelompok dalam


masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya,
yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa
prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter
etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme
menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata Kleden (2000:5), “…
penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat
dan terhadap potensi manusia". Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi
yang membenarkan dominasi satu kelompok ras tertentu terhadap kelompok
lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi oleh suatu klaim bahwa suatu ras
minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan.
Diskriminasi ras memiliki tiga tingkatan: individual, organisasional, dan
struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku
prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala kebijakan,
aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok tertentu saja.
Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga sosial
memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga
lainnya.

3. Elitisme dan communalisme.

Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan terhadap strata atau kelas sosial
berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang
yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-
potensi orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-
kesempatan yang ada dalam masyarakat. Sementara itu komunalisme adalah
perasaan superioritas yang berlebihan terhadap kelompoknya sendiri dan
memandang kelompok lain sebagai lawan yang harus diwaspadai dan kalau perlu
dibinasakan.

B. PROBLEMATIKA PERADABAN GLOBAL PADA KEHIDUPAN


MANUSIA
1. Sejarah Peradaban di Indonesia
Peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat
dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial.
Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam
kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional
kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini,
kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih
beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian
tradisional kita. Dengan televisi,masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Misalnya
saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang
Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal
ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian
tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan
salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik.. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Kehidupan sosial juga merupakan salah satu unsur pembentuk peradaban
yang banyak dipengaruhi oleh globalisasi. Dimensi nilai dalam kehidupan yang
sebelumnya berdasarkan pada konsep kolektifisme kini berubah menjadi
individualisme. Manusia tidak lagi merasa senasib, sepenanggungan dengan
manusia lainnya (seperti pada zaman perjuangan) dikarenakan perkembangan
teknologi dan informasi menuntut mereka untuk saling berkompetisi dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Hal ini juga berdampak
pada berkurangnya kontak sosial antara sesama manusia dalam konteks hubungan
kemasyarakatan. Contoh lain adalah kenyataan bahwa kebutuhan ekonomi
semakin meningkat, atau dengan kata lain masyarakat menjadi lebih konsumtif
dan cenderung memiliki gaya hidup hedonis yang lebih suka bersenang-senang.
Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan
punahnya suatu bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah
“terkontaminasi” oleh pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang
terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini sering kali kita temukan percampuran
bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak muda di Sumater Barat,
seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan sehari-hari
(kama lu?, gak tau gua do,dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi
bahasa di suatu daerah.
2.Penyebaran Peradaban
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsur –
unsur kebudayaan dari suatu kelompok kekelompok lain atau suatu masyarakat
ke masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat disuatu wilayah bisa
menyebar kemasyarakat wilayah lain. Misalnya , kebudayaan dari masyarakat
Barat (Negara – Negara Eropa) masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur
(bangsa Asia dan Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai
penyebaran suatu kebudayaan secara meluas. Dalam hal penyebaran kebudayaan,
seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi
budaya sebagai berikut:
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan,
melainkan individual. Kebudayaan Barat yang masuk ke dunia Timur pada abad
ke-19 tidak masuk secara keseluruhan. Dunia Timur tidak mengambil budaya
Barat secara keseluruhan,tetapi unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi
merupakan unsur yang paling mudah di serap. Industrialisasi di Negara –negara
Timur merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan
nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima.
Contoh religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit
diterima oleh orang Timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan
lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan
lapisan luar dari budaya.
Ketiga, jika satu unsur masuk maka akan menarik unsur budaya lainnya.
Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya
asing melalui orang-orang asing yang berkerja di industri teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya,
bisa menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee
memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social
budaya dan menjadi sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-
19 justru memecah belah system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan
dan kekhalifahan di Timur Tengah.
Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah. Masyarakat
penerima akan kehilangan kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat
kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber
dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya
global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian masyarakat
Indonesia. Misalnya, pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan
individualistik. Akibatnya nilai budaya bangsa, seperti kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia. Pada dasarnya,
difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain difusi bentuk
kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi berarti
pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi merupakan
kontak antar kebudayaan namun masing-masing masih menunjukkan unsur
kebudayaannya. Asimilasi berarti peleburan antarkebudayaan yang bertemu.
Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensif antara mereka
yang berlainan latar be;akang, ras, suku, bangsa, dan kebudayaan. Pada umumnya
asimilasi menghasilkan budaya baru.

3.Problematika Peradaban pada kehidupan masyarakat


A. Kemajuan IPTEK Bagi Peradaban Manusia
Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara.
Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-
akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindra dan otak manusia. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa
kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk
memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak
kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus
dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang
dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan
manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.

B. Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia


1)  Dampak Positif 
 Perubahan Tata Nilai dan Sikap Adanya modernisasi dan globalisasi
dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat
yang semua irasional menjadi rasional
 Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih
maju.
 Tingkat kehidupan yang lebih baik dibukanya industri yang
memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2) Dampak Negatif 
 Pola Hidup Konsumtif, Perkembangan industri yang pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakatmelimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan
banyak pilihan yang ada.
 Sikap Individualistik, masyarakat merasa dimudahkan dengan
teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagimembutuhkanorang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka
lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial
 Gaya Hidup Kebarat-baratan, tidak semua budaya Barat baik dan
cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang
tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
 Kesenjangan Sosial, apabila dalam suatu komunitas masyarakat
hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi
dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para


anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan
pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana
pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga
negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang
hampa udara, taken for granted.

Problematika peradaban yang penting adalah adanya kemungkinan


punahnya suatu bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah
“terkontaminasi” oleh pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang
terjadi di Sumatera Barat. Di daerah ini sering kali kita temukan percampuran
bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh anak muda di Sumater Barat,
seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan sehari-hari
(kama lu?, gak tau gua do,dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi
bahasa di suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Koentjaraningrat.2003. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rhineka


Cipta

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sri Wahyuni, Niniek. Dkk. 2007. Manusia dan Masyarakat. Jakarta:


Ganeca Exact.

DR. Mubarak, Achmad, MA. 2004. Nasionalis Religius Jati Diri Bangsa
Indonesia. Jatiwaringin: PT.Bina Rena Pariwara

Anda mungkin juga menyukai