Anda di halaman 1dari 6

Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

BAB 3
MULTIBUDAYA DALAM ERA GLOBALISASI

Pengertian Multibudaya
Multibudaya adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa
membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi
Multibudaya adalah pandangan bahwa terdapat latar belakang dan factor budaya berbeda
dalam faktor budaya organisasi. Multibudaya meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan
penilaian atas budaya seseorang. Multibudaya seperti yang berlaku untuk manajemen dapat
didefinisikan sebagai pandangan bahwa terdapat banyak perbedaan latar belakang budaya
dan factor-faktor yang penting dalam organisasi, serta orang dari latar belakang yang berbeda
dapat berada bersama dan berkembang dalam suatu organisasi. Biasanya multibudaya
mengacu pada factor budaya seperti ras, jenis kelamin, kemampuan fisik dan orientasi
seksual, tetapi kadang-kadang umur serta factor lain ditambahkan.

Multibudaya mempunyai arti secara luas meliputi any set of processes by which schools work
with rather than against oppressed groups. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan
Will Kymlicka, profesor filsafat pada Queen University Canada dalam bukunya Multicultural
Citizenship, bahwa multibudaya merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan keadilan
terhadap etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada hak-hak
individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan
kebudayaannya. Sedikit berbeda dengan Staven hagen (1986), yang memandangnya bahwa
konsep “multibudaya” mengandung dua pengertian, yaitu:
1. Multibudaya merupakan realitas sosial dalam masyarakat yang heterogen. Pernyataan
dari segi ini sebanyak 95 % negara-negara di dunia pada dasarnya adalah bersifat
multibudaya mengingat secara etnis dan budaya bersifat plural.
2. Multibudaya telah diangkat sebagai suatu keyakinan, ideologi, sikap, maupun kebijakan
yang menghargai pluralisme etnik dan budayanya sebagai sesuatu yang berharga,
potensial, yang harus dipelihara dan ditumbuh kembangkan.

Yudistira K. Garna (2003; 164), Antropolog Universitas Pajajaran berpendapat bahwa dalam
masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah pemikiran
sosial. Pertama; bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan yang memperlihatkan
wujud pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung atau
bersatu, dan rasa menyatu itu dibangun melalui dasar kesetiaan (cross-cutting) kepemilikan
nilai-nilai bersama dan perimbangan kekuasaan. Kedua; dalam masyarakat majemuk
dikaitkan dengan relasi antar ras/etnik, bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang
terdiri dari berbagai kelompok ras/etnik yang berada dalam satu sistem pemerintahan, oleh
karena itu sering mengalami konflik dan paksaan .

Implikasi dari adanya masyarakat majemuk tersebut menurut Smith (1965) juga memiliki
berbagai kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki budaya beragam ini
maka terminologi multibudaya sering didiskusikan baik sebagai respons menghadapi
tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan atas diversitas budaya majemuk
tersebut. Pendidikan multibudaya dalam perkembangannya sebagai suatu sikap, praktik
sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah meluas ke arah suatu keyakinan
atau kebijakan politik pemerintah semacam “penanaman dan pemeliharaan ideology” dalam

1
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat yang sehat. Berry, Poortinga,


dan Segall (1998) dalam karyanya Cross-cultural psychology: Research and
applications, menyebutnya multikulturalisme pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
suatu konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat mengembang-kan identitas
yang sehat dan secara timbal-balik mengembangkan sikap- sikap positip antar kelompok.

Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Menurut Achmad Suparman Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi
kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut


informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. khususnya,globalisasi
terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.Ada pula yang mendefinisikan
globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi
informasi.Globalisasi terjadi karena faktor- faktor nilai budaya luar,seperti:
1. selalu meningkatkan pengetahuan
2. patuh hukum
3. kemandirian
4. keterbukaan
5. rasionalisasi
6. etos kerja
7. kemampuan memprediksi
8. efisiensi dan produktivitas
9. keberanian bersaing dan
10. manajemen resiko

Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli yaitu:


1. Menurut Malcom Waters, globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa
pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang
terjelma didalam kesadaran orang.
2. Menurut Emanuel Ritcher, globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam
saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Menurut Thomas L. Friedman. globlisasi memiliki dimensi ideologi dan teknologi. Dimensi
teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah
teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
4. Menurut Princenton N. Lyman, globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas
saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara didunia dalam hal
perdagangan dan keuangan.

2
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Budaya Globalisasi
Budaya global (global culture), yang dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang digunakan
untuk menjelaskan tentang ‘mendunianya’ berbagai aspek kebudayaan, yang di dalamnya
terjadi proses penyatuan, unifikasi, dan homogenisasi. Dalam pengertian seperti ini, budaya
global sering diidentikkan dengan proses ‘penyeragaman budaya’ atau ‘imperalisme budaya’.
Ada juga yang mengatakan bahwa budaya global merupakan suatu proses pertukaran antar
seseorang ataupun kelompok atas pengetahuan, maupun hasil-hasil alam dalam level global,
dimana ini pun turut meningkatkan komunikasi antar kelompok atau perseorangan tersebut.

Dampak Globalisasi
1. Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai
dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih
mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang
canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja manusia
sebagai akibat bertambahnya pengetahuan,bertambahnya peralatan yang serba
canggih dan bertambahnya jarak komunikasi manusia di dunia
1) Meningkatkan prokduktivitas kerja manusia
2) Meningkatnya volume ekspor
3) Tersediannya berbagai macam barang konsumsi
4) Meluasnya lapangan pekerjaan
5) Munculnya profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan
6) Lancarnya komunikasi antar individu maupun antarkelompok.dalam ruang lingkup
dunia
7) Lancarnya proses transaksi ekonomi antar Negara maupun antar benua.
2. Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa
tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa
bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif
yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua,
kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

3
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan
sosial.
1) Adanya perusakan alam dan pencemaran lingkungan
2) Adanya penurunan kualitas moral manusia (demoralisme)
3) Adanya keresahan sosial
4) Menurunya kemandirian dalam menghadapi masalah
5) Meningkatnya sikap egois dan materealis
e. Munculnya disorganisasi
Menurut robet mac iver ,perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berakibat
pada keseimbangan masyarakat sosial dapat mengakibatkan ketidak seimbangan
sosial.hal ini karena dalam kenyataannya,unsure-unsur sosial dalam masyarakat
tidak selalu bersifat adjustive (dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan.

Manajemen Multibudaya
Makna manajemen multibudaya ialah upaya mengelola budaya yang berbeda-beda,
memberdayakanya sehingga dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi, baik secara
internal maupun eksternal. Pemahaman manajemen multibudaya sangat penting, karena
keragaman yang bersifat multibudaya dalam struktur dan komposisi angkatan kerja
(personal), adanya perpaduan budaya organisasi yang berbeda. Esensi dari manajemen
multibudaya terletak pada komunikasi, baik melalui kata-kata, benda material, maupun
perilaku yang didasarkan pada informasiyang sebaik mungkin tentang keseragaman budaya
tersebut. Pentingnya peranan komunikasi dalam manjemen multibudaya, maka di perlu
direkayasa model-model komunikasi yang sesuai kasus-kasus yang dihadapai. Prinsip-prinsip
manajemen multibudaya penting diterapkan sebagai sala satu upaya peningkatan kwalitas
interaksi antar budaya melalui komunikasi yang baik, sehingga terwujud saling pengertian,
membangun kepekaan budaya yang terpenting tidak lagi menganggap SARA sebagai
momok, tapi justru sumber kekuatan dan peluang dalam mewujudkan konsep persatuan dan
keragaman.

Implikasi dari adanya masyarakat majemuk tersebut menurut Smith (1965) juga memiliki
berbagai kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki budaya beragam ini
maka terminologi multibudaya sering didiskusikan baik sebagai respons menghadapi
tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan atas diversitas budaya majemuk
tersebut. Pendidikan multibudaya dalam perkembangannya sebagai suatu sikap, praktik
sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah meluas ke arah suatu keyakinan
atau kebijakan politik pemerintah semacam “penanaman dan pemeliharaan ideology” dalam
pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat yang sehat. Berry, Poortinga,
dan Segall (1998) dalam karyanya Cross-cultural psychology: Research and
applications, menyebutnya multikulturalisme pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
suatu konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat mengembang-kan identitas
yang sehat dan secara timbal-balik mengembangkan sikap- sikap positip antar kelompok.

4
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Kymlicka (2003) maupun Harjanto (2001) yang menghubungkan multibudaya dengan


integrasi bangsa dalam tulisannya berjudul antara Kebangsaan dan Kewarganegaraan,
menyatakan bahwa bukannya pen-dekatan ethnocultural nationalism/ethnic nationalism
maupun civic-nationalism, melainkan sebaiknya multicultural nationalism. Mereka
berpendapat, melalui pengembangan multicultural nationalism tersebut dapat dipelihara dan
dikembangkan integrasi bangsa yang lebih handal. Sebab, menciptakan masyarakat yang
berkeadilan sosial yang dipersatukan oleh nilai-nilai bersama, menghargai keragam etnis
serta berkomitmen terhadap kesamaan antar kelompok akan memungkinkan terwujudnya
suatu social and political ideal of togetherness in difference. Prestasi persatuan bangsa yang
menghargai perbedaan ini, pernah dicontohkan oleh Perdana Menteri Trudeau keturunan
Prancis Kanada yang sering dijadikan model multikultuarlisme yang konsisten dengan
kebijakan “mosaic-nya” (Anonim 1, 2012).

Konsep Manajemen Multibudaya


Makna manajemen multibudaya (pluralisme budaya) ialah upaya mengelola budaya yang
berbeda-beda, memberdayakannya sehingga dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi,
baik secara internal maupun eksternal. Budaya dapat diartikan sebagai cipta, rasa,
karsa/karya seseorang/kelompok, bangsa, organisasi, yang berarti ada keragaman nilai, baik
secara individu, kelompok dalam organisasi bisnis maupun non profit.

Pemahaman manajemen multi budaya sangat penting, karena keragaman yang bersifat multi
budaya dalam struktur dan komposisi angkatan kerja (personal), adanya perpaduan budaya
organisasi yang berbeda (misalnya dalam kasus merger, kerja sama), kegiatan-kegiatan yang
bersifat global, kegiatan-kegiatan dalam kawasan-kawasan baru yang terpadu, pluraslisme
masyarakat dalam suatu negara, sehingga diperlukan suatu seni dan ilmu manajemen ke
dalam konteks budaya. Keragaman budaya itu dapat saling mengenal, saling menghargai,
sehingga tercapai kondisi simbiose metualistis alam keragaraman tersebut.Esensi dari
manajemen multibudaya terletak pada komunikasi, baik melalui kata-kata, benda material,
maupun perilaku didasarkan pada imformasi yang sebaik mungkin tentang keragaman
budaya tersebut (Arenofsky, J., 2002).

Sejak berkomunikasi antar personal apakah kegiatan bisnis atau keperluan lainnya (seperti
misalnya berjabat tangan, pembicaraan telepon, negosiasi, seminar, pelatihan, berunding,
rapat dan lainnya), sebenarnya telah terjadi tentang budaya, yang hanya sukses kalau pihak-
pihak yang berkomunikasi sadar, mengerti serta hormat terhadap nilai dan perbedaan orang
lain, kelompok lain, suku atau bangsa lain. Lebih lanjut, menghargai keragaman budaya,
berarti menghargai nilai-nilai budaya (sendiri atau pihak lain), lebih-lebih prioritas nilai budaya
yang diutamakan, serta menjalin komunikasi lintas budaya.

Perilaku seseorang (dalam bisnis, kehidupan sosial, pemerintahan dan lainnya) dipengaruhi
sistem kepercayaan, juga oleh nilai-nilai yang dianutnya dan diberi ganjaran (imbalan). Jika
seorang pemimpin (misalnya orang Jepang) bekerja di Amerika, memaksanakan nilai-nilai
Jepang seperti keselarasan kelompok, senioritas, status, sebagai nilai di tengah orang-orang
Amerika, tentulah menimbulkan kesulitan karena ia dipaksa melawan sistem kemandirian,
keterbukaan, langsung dan ambil resiko, sebagai nilai-nilai yang berlaku di Amerika. Demikian
halnya jika nilai-nilai Amerika ke sistem nilai yang berlaku di Jepang, akan terjadi hal yang
serupa, nyaris gagal. Untuk itu perlu dilanjutkan dengan membangun kepekaan budaya.

5
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Multibudaya dan Sukses Organisasi


Pada umumnya organisasi telah menyadari bahwa terdapat keanekaragaman dan bahwa
budaya dari organisasi mana pun harus memperhatikan kebutuhan para karyawan yang amat
berbeda. Singkatnya banyak manajer yang berjuang supaya budaya perusahaan sesuai
dengan isu multibudaya.

Sehingga mengelola masalah keanekaragaman dan multibudaya adalah penting bagi sukses
organisasi. Profesor Taylor Cox menyarankan 6 argumen untuk mendukung keyakinan bahwa
mengelola keanekaragaman dapat memperbaiki prestasi kerja.

Ada 6 argument menurut Prof. Taylor Cox dari University of Michigan :


1. Argumen Biaya dengan semakin beragamnya organisasi, biaya pekerjaan yang jelek
dalam rata-rata pekerja akan bertambah. Mereka yang menangani hal ini dengan baik,
akan mendapatkan keuntungan biaya dibandingkan dengan mereka yang tidak.
2. Argument Akuisisi Sumber Daya perusahaan mengembangkan repotasi agar disukai
sebagai pemberi lapangan kerja yang menjanjikan bagi kaum wanita dan minoritas etnik.
Perusahaan yang mempunyai repotasi yang paling baik untuk mengelola
keanekaragaman akan memenangkan persaingan dalam mendapatkan tenaga kerja
terbaik. Dengan semakin menyusutnya cadangan tenaga kerja dan perubahan komposisi,
keuntungan ini akan semakin penting.
3. Argument Pemasaran untuk organisasi multinasional, pemahaman dan sensitivitas
budaya yang dibawa oleh para angootanya, dengan agar berasal dari Negara lain, pada
usaha pemasaran harus memperbaiki semua usaha ini dengan cara yang berarti.
Pemikiran yang sama berlaku bagi pemasaran pada sub-populasi dalam operasi
domestic.
4. Argument Kreatifitas keanekaragaman perspektif dan tidak terlalu menenkankan pada
kesesuaian dengan norma pada masa lalu (yang menjadi ciri penekatan modern
keanekaragaman manajemen) harus memperbaiki tingkat kreatifitas.
5. Argument Pemecahan Masalah heterogenitas dalam keputusan dan pemecahan masalah
kelompok mempunyai potensi menghasilkan keputusan yang lebih baik lewat perspektif
yang lebih luas dan analisis isu kritis yang lebih lengkap.
6. Argument Versibilitas Sistem implikasi dari model multi budaya dalam mengelola
keanekaragaman adalah system akan menjadi kurang menentukan, kurang terstandart,
dan oleh karena itu likuid. Naiknya likuiditas harus menciptakan fleksibilitas yang lebih
besar untuk beereaksi pada perubahan lingkungan ( yaitu reaksi harus lebih cepat dan
biayanya lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural, Pilar Media: Yogyakarta.
2. Ainurrofiq Dawam. 2006. Pendidikan Multikultural, Penerbit Inspeal: Yogyakarta
3. Banks, J.A. 1997. Multicultural Education-Issue and Perspectives, Ellyn and Bacon:
Boston.
4. Byrnes, D.A. 1988. “Children and Prejudice”, Social Education.
5. Dedy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat. 2001. Komunikasi MultiBudaya, Rosda Karya:
Bandung

Anda mungkin juga menyukai