Anda di halaman 1dari 12

MULTIKULTURALISME DALAM ERA

GLOBALISASI

OLEH

Asep Radiansyah

NIM: 043609766

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

PEMBAHASAN

II.1 Globalisasi.........................................................................................................5

II.2 Multikulturalisme..............................................................................................8

II.3 Globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia.....................................................9

PENUTUP...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul multikulturalisme dalam era
globalisasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Agustin Dea
Prameswari pada tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang multikulturalisme dalam era globalisasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Agustin Dea Prameswari, selaku dosen Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar prodi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 30 November 2021

Asep Radiansyah
Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme


dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki,
dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Pengertian kebudayaan di
antara para ahli harus dipertaruhkan atau dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai
oleh seorang ahli dengan konsep yang dipunyai ahli lainnya. Karena multikulturalisme itu
adalah sebuah ideology dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia
dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi
kehidupan manusia. Pendidikan yang dianggap wahana paling tepat untuk membangun
kesadaran multikulturalisme. Sebab, dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bias
berperan sebagai “juru bicara” bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang
terbebas dari kooptasi negara.Harus diakui bahwa multikulturalisme kebangsaan Indonesia
belum sepenuhnya dipahami oleh segenap warga masyarakat sesuatu yang given, takdir
Tuhan, dan bukan faktor bentukan manusia.

Globalisasi adalah tersebarluasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang


ada di setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas
yang jelas dari suatu negara.Selo Soemardjan berpendapat, “globalisasi adalah terbentuknya
sebuah komunikasi dan organisasi di antara masyarakat satu dengan yang lainnya yang
berbeda di seluruh dunia yang memiliki tujuan untuk mengikuti kaidah-kaidah baru yang
sama”. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Adanya kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan
telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong
saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.Banyak pihak
berpendapat globalisasi berawal di era modern, beberapa pakar lainnya bahkan berhasil
melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan pelayaran ke Dunia
Baru. Ada pula pakar yang mencatat globalisasi bisa jadi mulai muncul di milenium ketiga
sebelum Masehi. Globalisasi sebenarnya belum memiliki definisi yang tepat, kecuali sekadar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat

Bab II

Pembahasan

II.1 Globalisasi

Globalisasi adalah tersebar luasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang ada di
setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas yang
jelas dari suatu negara. menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sebuah
komunikasi dan organisasi di antara masyarakat satu dengan yang lainnya yang berbeda di
seluruh dunia yang memiliki tujuan untuk mengikuti kaidah-kaidah baru yang sama.
Hubungan tersebut disebabkan oleh penemuan baru seperti alat elektronik dan internet.
Globalisasi juga dijelaskan oleh Anthony Giddens yang menerangkan bahwa hubungan sosial
akhirnya menjadi intens antar penduduk di dunia ini. Kemudian terhubunglah satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya yang menghasilkan dampak timbal balik antara wilayah sehingga
berkembang luas sampai aspek-aspek kehidupan antara keduanya. Globalisasi juga bisa kita
lihat nih secara langsung gejala-gejalanya. kita bisa membandingkan beberapa bidang dalam
kehidupan sosial dari waktu ke waktu. Misal, dari bidang teknologi kita bisa melihat makin
beragam dan makin canggihnya peralatan-peralatan sekarang ini kan?
Seperti smartphone yang kini juga bisa kita gunakan tak hanya untuk berkomunikasi, tapi
juga untuk belajar, berbelanja, dan lain sebagainya. Globalisasi memiliki beberapa
karakteristik:

1. Perubahan konsep ruang dan waktu. Adanya penemuan baru seperti telepon
handphone, internet dan berbagai macam lainnya menunjukan bahwa komunikasi
secara global terjadi secara cepat.

2. Pasar dan produksi ekonomi di semua negara saling ketergantungan dengan produk
yang lainnya karna perdagangan internasional
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa. Sehingga kita
dapat melihat dan mengerti keragaman budaya dari setiap negara.

4. Meningkatnya permasalahan Bersama seperti pada bidang kejahatan dunia. Krisis


multinasional, atau kerusakan lingkungan.

Berkat globalisasi, negara-negara di dunia saat ini "nyaris" kehilangan batas-batasnya dalam
artian geografis. Globalisasi juga memicu perubahan besar, terutama ketika mayoritas negara
bisa saling terhubung satu sama lain. Maka itu, John Tomlinson dalam buku Globalization
and Culture (1999) menyimpulkan, globalisasi didorong oleh penyusutan jarak serta
pengurangan waktu yang terjadi dalam aktivitas manusia. Dengan kata lain, globalisasi
dibarengi dengan proses yang membikin banyak hal semakin mudah dijangkau, baik secara
fisik maupun menggunakan teknologi. Di sisi lain, globalisasi merupakan proses yang tidak
bisa dihindari semua negara-negara di dunia, termasuk dampaknya dalam berbagai aspek
kehidupan. Menolak dan menghindari globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari
publik internasional. Padahal, dampak globalisasi bisa terjadi di banyak sektor, termasuk
ekonomi, politik, pendidikan, IPTEK, komunikasi, transportasi, hingga sosial-budaya. Salah
satu dampak globalisasi yang mudah untuk dicermati adalah di bidang sosial-budaya. Hal ini
karena globalisasi bisa memicu perubahan sosial-budaya di beragam aspek, seperti bahasa,
sistem pengetahuan, sistem dan organisasi masyarakat, teknologi dan cara hidup manusia,
sistem mata pencaharian, sistem religi, dan seni.

dampak globalisasi tidak selalu positif, melainkan ada juga yang negatif. Berikut daftar
dampak negatif dan positif globalisasi di bidang sosial-budaya.

Dampak Positif Globalisasi di Bidang Sosial Budaya:

1) Perubahan tata nilai dan sikap. Globalisasi menyebabkan perubahan tata nilai sosial
budaya, cara hidup, pola pikir, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa
lain yang telah maju. Misalnya, meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja
keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi menjadi lebih produktif, efektif,
dan efisien. Globalisasi memberi peluang setiap negara bisa belajar dari negara lain,
sehingga proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi secara global terjadi dengan
cepat. Kemajuan bidang teknologi, komunikasi, informasi dan transportasi, juga
memudahkan kehidupan manusia. Contoh, adanya mobilitas tinggi, karena jarak
tempuh dalam bepergian dari satu tempat ke tempat lain menjadi lebih singkat. Hal ini
memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, serta
melakukan berbagai aktivitas perekonomian.
3) Kualitas atau Tingkat Kehidupan Menjadi Lebih baik Globalisasi membantu lebih
mudahnya proses memperkenalkan kehidupan sosial dan budaya dari setiap negara,
termasuk Indonesia, ke negara lain. Dampaknya adalah ekonomi pariwisata dapat
berkembang dan menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat di wilayan tujuan
turisme. Globalisasi juga membantu meluaskan jangkauan pasar sehingga produksi
dalam negeri mampu bersaing di dunia internasional. Proses ini akan mendorong
peningkatan aktivitas ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat seiring dengan
pembangunan yang meningkat.

Dampak Negatif Globalisasi di Bidang Sosial Budaya:

1) Lunturnya nilai Budaya Asli Arus globalisasi yang sangat pesat dapat menggerus
nilai-nilai budaya asli. Contohnya, semakin lunturnya semangat gotong-royong,
solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. Selain itu, lunturnya nilai budaya
asli dapat dilihat dari cara berpakaian, yakni saat model fashion dari barat semakin
berpengaruh di dalam negeri, sementara model budaya asli Indonesia semakin tidak
diminati.
2) Perubahan Gaya Hidup Contoh dari perubahan gaya hidup sebagai dampak negatif
globalisasi adalah sifat banyak anggota masyarakat yang semakin individualistis.
Sejumlah dampak negatif globalisasi berupa perubahan gaya hidup adalah sebagai
berikut:
 Individualistis (sikap mementingkan diri sendiri)
 Pragmatis (sikap melakukan sesuatu demi keuntungan saja)
 Materialistis (sikap mengukur segala sesuatu dengan materi)
 Hedonism (sikap bergaya hidup mewah, boros, dan bersenang-senang)
 Konsumtif (tindakan konsumsi yang sudah melebihi batas)
 Sekuler (sikap yang lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada agama)
3) Terjadi eksploitasi sumber sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan polusi limbah industri. Globalisasi menyebabkan pergerakan modal
lintas-negara menjadi semakin mudah. Fenomena di bidang ekonomi ini membuat
penanaman modal asing di dalam negeri semakin marak, sehingga industri pun
tumbuh. Negara berkembang seperti Indonesia menarik minat banyak investor asing
karena memiliki sumber daya alam yang melimpah dan murah. Masuknya modal
asing memang membuka lapangan kerja baru, mendorong aktivitas ekonomi di dalam
negeri, dan menambah pendapatan negara. Namun, industrialisasi juga bisa membawa
efek serius kepada kelestarian alam, seperti kerusakan lingkungan akibat limbah
pabrik, pembalakan hutan, penambangan yang serampangan, dan lain sebagainya.

II.2 Multikulturalisme

Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendiri bangsa Indonesia untuk
mendesain kebudayaan bangsa Indonesia,tetapi pada umumnya orang Indonesia masa kini
multikulturalisme adalah sebuah konsep asing. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat
disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku-bangsa atau kebudayaan suku-
bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.Ulasan mengenai multikulturalisme akan
harus mau tidak mau akan juga mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi
ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakkan hukum, kesempatan kerja dan
berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan
moral, dan tingkat serta mutu produktivitas. Akar kata dari multikulturalisme adalah
kebudayaan.Pengertian kebudayaan diantara para ahli harus dipersamakan atau setidak-
tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai oleh seorang ahli dengan
konsep yang dipunyai oleh ahli atau ahli-ahli lainnya.Karena multikulturalsime itu adalah
sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi
kehidupan manusia.Saya melihat kebudayaan dalam perspektif tersebut dan karena itu
melihat kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.Yang juga harus kita
perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana
kebudayaan itu operasional melalui prantara-prantara sosial.

Sebagai sebuah ide atau ideologi multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi
yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam
kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai
kegiatan lainnya di dalam masyarakat yang bersangkutan Kajian-kajian mengenai corak
kegiatan, yaitu hubungan antar-manusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber-
sumber daya akan merupakan sumbangan yang penting dalam upaya mengembangkan dan
memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi Indonesia.

Permasalahan etika ini menjadi sangat penting dalam pengelolaan manajemen sumber
daya yang dilakukan oleh berbagai organisasi, lembaga, atau pranata yang ada dalam
masyarakat.Negeri kita kaya raya akan sumber-sumber daya alam dan kaya akan sumber-
sumber daya manusia yang berkualitas. tetapi pada masa sekarang ini kita, bangsa Indonesia,
tergolong sebagai bangsa yang paling miskin di dunia dan tergolong ke dalam bangsa-bangsa
yang negaranya paling korup. Salah satu sebab utamanya adalah karena kita tidak
mempunyai pedoman etika dalam mengelola sumber-sumber daya yang kita punyai.Pedoman
etika yang menjamin proses-proses manajemen tersebut akan menjamin mutu yang
dihasilkannya. Kajian-kajian seperti ini bukan hanya menyingkap dan mengungkapkan ada
tidaknya atau bercorak seperti apa nilai-nilai budaya yang berlaku dan etika yang digunakan
sebagai pedoman dalam pengelolaan manajemen sesuatu kegiatan, organisasi, lembaga, atau
pranata; tetapi juga akan mampu memberikan pemecahan yang terbaik mengenai pedoman
etika yang seharusnya digunakan menurut dan sesuai dengan konteks-konteks macam
kegiatan dan organisasi.

II.3 Globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan
masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang
terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, dimana hal-hal tersebut terwujud dalam
kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspekaspek kejiwaan atau psikologis. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya
apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam
alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa
Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan
nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam
kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini
justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau
penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai
oleh negara-negara maju. Mengakibatkan negara-negara berkembang selalu khawatir akan
tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
pesatnya.

Antisipasi Atas Globalisasi Kebudayaan Diperlukan Peran kebijaksanaan pemerintah


yang harus lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan cultural atau budaya dari
pada semata-mata hannya ekonomi yang merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Maka
pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom
kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang
diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga
sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan
sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian
(oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah
harus „melakoni‟ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi
keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.

Langkah Antisipatif Mencegah Pudarnya Budaya Daerah Di bawah ini ada beberapa
alternatif untuk mencegah pudarnya rasa cinta pada budaya daerah:

1. Diadakannya festival budaya secara berkala . Di ikuti oleh anak anak sekolah maupun
di luar sekolah. Diadakannya festival budaya ini di maksudkan agar pemuda pemudi
indonesia dan masyarakat tau bahwa adanya budaya Indonesia.
2. Diadakannya pertunjukan kesenian daerah seperti wayang kulit, atau seni budaya lain
di sekolah. Hal ini di maksudkan agar siswa tau tentang seni budaya Indonesia yang
keberadaannya mulai hilang di telan derasnya arus globalisasi.
3. Diadakannya Fashion Show baju baju adat. Hal ini dimaksudkan agar siswa siswi
tahu tentang beragam baju adat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
4. Memahami budaya dan bentukbentuk lain yang meningkatkan kecintaan pada budaya
kita sendiri
5. Menambahkan budaya daerah sebagai muatan lokal di sekolah

Penutup

Multikulturalisme dalam era Globalisasi adalah banyaknya budaya, disuatu masyarakat.


Diakibatkan salah satunya oleh globalisasi, karena globalisasi atau mendunia, menyebabkan
masuknya budaya asing atau luar negeri masuk kesuatu negara tertentu. Masuknya budaya
asing itu menyebabkan munculnya pencampuran budaya asing dengan budaya asing, atau
juga bisa menambahkan budaya asing ke daerah tertentu, hingga munculnya banyak ragam
budaya yang disebut multikuluralisme.Multikulturalisme tidak hanya berarti beragamnya
kelompok etnis dalam sebuah negara, tetapi juga seluruh kelompok etnis yang beragam diluar
batas-batas negara, termasuk didalamnya perkembangan agama, isu gender dan kesadaran
kaum marjinal.

DAFTAR PUSTAKA

Selo Soemardjan dan Soleman. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta: Yayasan Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Statista, (2021) Number of monthly active users (MAU) of TikTok worldwide from January
2018 to September 2021 from Statista Research Department:
https://www.statista.com/statistics/1267892/tiktok-global-mau/

http://www.puspek.averroes.or.id/2008/09/24/multikulturalisme-dan-problem-kebudayaan-di-
era-global/ diakses pada hari senin 10 januari 2011 jam 13.59 WIB
Mansyur, Fakih. 2011, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Insis
Press,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai